Monday, August 18, 2014

KEKERASAN DAN ANAK ; AKROBATIK KUNO YANG MENGEKSPLOITASI ANAK

Akrobat kuno/tradisional di kota tua
Bagi penduduk ibukota Jakarta pada khususnya pasti pernah melihat sebuah tontonan dengan kerumunan orang-orang diiringi gamelan dan letusan cambuk yang di pecutkan ke udara sebagai penarik bagi siapa saja yang melintas jalan agar mendekat. Sebuah tontonan akrobatik yang boleh di bilang (maaf) kuno atau tradisional sebagai sarana untuk mengamen atau mengais rejeki dari tontonan yang mereka sajikan.
Orang sakti makan api
Ternyata memang sakti, tidak apa-apa makan api, terus aja situ makan api hehe

Biasanya pertunjukan yang dipertontonkan adalah dengan iringan-iringan gamelan akan di pertontonkan adegan memukul dengan cambuk apabila pemeran melakukan kesalahan yang dibuat-buat, pertunjukan pocong-pocongan yang diikat tali namun bisa lepas ketika di tutup, atau juga seorang yang dapat melewati sebuah keranjang sempit. Iringan gamelan dan cambuk adalah menu utama dalam pertunjukan akrobatik seperti ini. Dan seperti itulah pertunjukan di pertontonkan dan di tonton oleh kerumunan orang yang biasanya berjubel karena iringan gamelan yang turut menarik massa. Adakah ini ada hubungannya dengan magic? well bukan itu yang ingin saya bahas.

Namun sayangnya, pertunjukkan ini selalu melibatkan anak-anak dibawah umur, bahkan terkadang anak-anak balita atau masih dibawah 7 tahun yang ikut meramaikan akrobatik seperti ini. Dan yang lebih parah lagi, selain mengekploitasi anak-anak, baik itu anak-anak di cambuk dan dibuat lelucon-lelucon yang sebenarnya tidak lucu, dengan menanyai anak tersebut, kalau salah jawab akan di cambuk, keadaan dibuat seolah-olah lucu dengan melibatkan pula orang dewasa sebagai pemain akrobatik, dan anak-anak sebagai pemanis, sehingga dengan demikian diharapkan penonton akan dengan suka rela memberikan sejumlah uang. Ada petugas tersendiri yang bertugas berputar untuk meminta uang ke penonton.
salah satu bentuk ekslpoitasi anak, sang anak di suruh memukul alat kelamin orang dewasa

eksploitasi seperti ini sebenarnya tidak boleh dibiarkan saja, karena anak-anak ikut sebagai objek untuk mencari uang. Tentu saja yang tidak bisa ditolerir di pertunjukan seperti ini adalah adanya kekerasan, baik fisik maupun melalui perkataan. Seperti kata-kata 'goblok' dan lain sebagainya bahkan tak jarang mereka menyebutkan sebuah alat kelamin pria secara kasar, yang ikut ditimpali oleh si anak. Wah-wah ini sebenarnya tidak boleh dibiarkan, kekerasan, organ seks yang di jadikan bahan lelucon yang benar-benar tidak lucu.

Beberapa kali penulis menyaksikan pertunjukan seperti ini, biasanya ada di kota tua, atau arena-arena lari pagi, dan terakhir saya melihatnya di kawasan monas dengan kerumunan orang yang luar biasa penuh. saya setuju sebuah pertunjukan tradisional turut di lestarikan tapi dengan melibatkan anak-anak dengan kekerasan-kekerasan yang di buat dan perkataan-perkataan tak senonoh yang seharusnya tidak di umbar di pertunjukan umum, saya merasa ini harus di hentikan. Namun apa bisa? itu merupakan ladang untuk mencari uang, dengan alasan orang kecil misalnya? Jawabannya adalah bisa. Disini peran pemerintah diperlukan agar kekerasan terhadap anak tidak terus berlanjut melalui tontonan seperti ini.

Bagaimana pendapat anda?


No comments:

Post a Comment