Friday, February 28, 2014

CURUG NANGKA, SALAH SATU ALTERNATIF WISATA DI BOGOR


Curug Nangka dilihat dari bawah
Curug Nangka di lihat dari atas


Bogor!!. Apa yang terlintas dalam pikiran kita ketika pertama kali di sebut kata Bogor? Kebun Raya? Kota Hujan?Istana Bogor? Asinan Bogor? . Memang setiap orang berbeda-beda ketika terlintas kata-kata Bogor, kalau bagi penulis sendiri ketika tersebut kata Bogor hal pertama yang ada di dalam pikiran adalah Kebun Raya.  Kebun Raya Bogor merupakan salah satu ikon Bogor, terletak di pusat kota dengan akses yang sangat mudah baik melalui jalur tol maupun kereta api listrik alias KRL. Namun kali ini bukan kebun raya yang akan saya tulis tapi salah satu objek wisata alam yang ada di Bogor.

Berpose sejenak
Curug Nangka.  Terletak di desa Warung Loa Kecamatan Sukasari, Kabupaten Bogor curug Nangka merupakan salah satu kawasan objek wisata air terjun sebagai tempat alternatif untuk melepas lelah setelah penat beraktivitas.  Daya tarik dari Curug Nangka selain alamnya yang segar, juga memiliki 3 tahapan air terjun. Paling Bawah adalah Curug Nangka, kemudian ada curug daun dan curug kawung.
Untuk mencapai curug Nangka, kita harus menyusuri aliran air pertama. Tempatnya dapat di lihat dari ketinggian, namun untuk menjangkaunya harus turun ke bawah dengan mengikuti aliran air dengan mengikuti petunjuk yang ada.

Aliran sungai  menuju Curug Nangka

salah satu sudut curug nangka

Dengan tekhnik slow speed
Satu hal yang perlu diingat adalah kita harus berhati-hati ketika akan menuju curug nangka, karena sewaktu-waktu air bah datang, kita harus segera lari, karena sulitnya medan untuk dapat segera keluar dari Curug Nangka. Memang curug nangka sendiri masuk ke dalam sekitar 100 meter dari petunjuk jalan yang ada. Di saat airnya surut, biasanya banyak para pengunjung yang menggunakan sepeda melintas aliran air untuk sampai ke curug nangka. Udara yang sejuk dengan sorotan sinar matahari yang kadang-kadang terhalang oleh pepohonan menambah suasana mistis sekitar Curug nangka.  Curug nangka sendiri memiliki ketinggian sekitar 10 sd 20 meter.  Sepinya pengunjung juga kadang-kadang turut menambah suasanya mistis dengan  diselingi kabut tipis akibat curahan air kebawah.

Area Curug Daun

Area Curug Daun

Area Curug Daun

Nyes.... ademnya air

Monyet-monyet liar terbidik sedang kawin (serem juga sih ngambilnya hehe)
Selain curug nangka, diatasnya terdapat curug Daun. Curug daun tidak terlampau tinggi. DI area ini biasanya lebih sering digunakan sebagai tempat rekreasi keluarga dengan membawa anak-anaknya untuk mandi di seputaran curug daun yang tidak terlalu berbahaya.  Di area ini juga kita masih dapat menemui monyet-monyet liar. Meski menurut warga sekitar monyet tersebut tidak mengganggu, namun bagi para pengunjung harus selalu berhati-hati dengan barang bawaanya mengingat sifat usil monyet yang suka mengambil barang. Dari Curug daun, bagi pengunjung yang masih penasaran, dapat melanjutkan perjalanan lebih keatas lagi menuju curug kawung yang menempuh perjalanan sekitar 1 km lagi. Namun bagi yang tidak kuat jalan, cukup berada di seputar Curug daun untuk kemudian turun ketika sore menjelang.

Selain menawarkan keindahan dan kesegaran alamnya, kita juga dapat menunaikan sholat di mushola yang telah di sediakan, juga terdapat warung-warung untuk mengisi perut yang kosong setelah tracking ke curug nangka hingga curug kawung. Letak warung-warung tersebut berjajar di area paling depan dengan radius sekitar 100 meter dari pintu masuk utama.

Setelah pintu masuk

Jalan menuju Curug Nangka
Akses untuk menuju curug Nangka juga cukup mudah, kita dapat menaiki angkot warna biru yang menuju ciapus. Sebelumnya kita bilang dulu ke pak sopirnya untuk sampai ke curug nangka. Kita akan diturunkan di pertigaan jalan menuju curug nangka oleh pak sopir. Dari situ akses menuju curug nangka dapat di tempuh dengan berjalan kaki maupun bisa juga menyewa ojek.

Wisata Curug Nangka merupakan salah satu alternatif murah untuk melepas penat dibandingkan dengan ketika kita harus jalan-jalan ke mall.

Tuesday, February 25, 2014

PULAU TIDUNG, KEPULAUAN SERIBU SALAH SATU TUJUAN PARA WISATAWAN IBUKOTA

Pelabuhan Muara Angke
Bagi warga Jakarta, rasanya belum afdol apabila belum berkunjung ke Pulau Tidung, salah satu pulau yang terletak di kabupaten Kepulauan Seribu Propinsi DKI Jakarta. Pulau Tidung merupakan salah satu pulau yang sudah menggeliat gaungnya untuk di kunjungi. salah satu tujuan wisata alternatif bagi warga Jakarta yang bosan dengan aktivitas sehari-hari yang di penuhi dengan mall dan gedung tinggi serta polusi yang tiada henti.
Merapat ke dermaga Tidung

Untuk menuju pulau tidung, kita dapat mencapainya dengan melalui pelabuhan Muara Angke dengan jarak tempuh sekitar 3 jam dengan menaiki kapal kayu , atau bisa juga di tempuh melalui Pantai Marina Ancol dengan jarak tempuh 1,5jam karena menggunakan speedboat. Bagi yang awam untuk disarankan mengikuti travel yang kini banyak menawarkan paket wisata ke pulau Tidung. Biasanya tiap Sabtu pagi, saat paket tour ke Pulau Tidung banyak diminati, di pelabuhan Muara Angke sudah berjubel calon penumpang yang akan menuju Pulau Tidung maupun Pulau lain seperti pulau pari.
Saatnya Snorkeling

Bagi sebagian orang, menaiki kapal kecil yang di ombang ambingkan oleh gelombang kecil laut utara akan merasakan sebuah sensasi kecil, bisa pusing bisa juga takut tenggelam. Namun jangan kuatir, menurut Nahkoda kapal yang saya temui, Laut utara tidaklah memiliki gelombang yang besar jadi tidak perlu takut dibanding dengan laut selatan yang memiliki ombak yang besar karena struktur kedalamannya yang memang berbeda. Laut utara biasanya memiliki gelombang besar ketika pada bulan-bulan Desember maupun Januari.
Sepanjang perjalanan kita dapat menikmati pemandangan lepas laut, perahu-perahu nelayan, gugusan-gugusan pulau yang indah dilihat dari kejauhan.

Pulau tidung memiliki luas sekitar 109 ha dengan jumlah penduduk sekitar 5000 jiwa, merupakan pulau yang masih memiliki vegetasi asli sehingga selain menawarkan keindahan juga kenyamanan untuk melepas penat. Nuansa alam yang masih asli dengan keramahan penduduknya merupakan salah satu daya tarik tersendiri bagi para wisatawan. Pulau tidung sendiri ada dua pulau yaitu pulau Tidung Besar dan Pulau tidung kecil yang dihubungkan dengan jembatan Cinta untuk menuju pulau tersebut. Sayang sekali saat penulis kesana, jembatan Cinta dalam proses perbaikan sehingga tidak dapat dilalui untuk menuju pulau tidung kecil.
Mampir sejenak ke Pulau Payung

Senja di pulau Payung
Senja di Pulau Payung
Senja di Pulau Payung
View Senja dari Pulau Tidung

Pulau Tidung besar di huni oleh masyarakat asli pulau dengan mata pencaharian sebagian besar sebagai nelayan, namun seiring berkembangnya industri pariwisata di daerah tersebut, kini penduduknya mulai menggantungkan hidup pada industri pariwisata.  Sedangkan pulau tidung kecil merupakan pulau tanpa penghuni dengan hutan mangrove yang di kelola oleh pemerintah.

Alangkah baiknya ketika kita berkunjung ke pulau Tidung, kita dapat menyempatkan diri untuk menginap. Penginapan di pulau tidung adalah homestay yang cukup nyaman.  Untuk menuju Muara angke kembali kita harus tahu jadwal keberangkatan kapal yang akan menuju ke sana, karena tidak setiap jam ada kapal yang berangkat.
Jembatan Cinta
Banana Boat
Transportasi sepeda

Paket wisata yang di tawarkan di pulau tidung selain menikmati keindahan alamnya juga paket snorkeling yang biasanya sudah termasuk satu paket. Keindahan alam sekitar tidung khususnya alam bawah lautnya memang perlu di nikmati bagi wisatawan. Perlu keberanian untuk melihat indahnya alam bawah laut karena bagi yang tidak dapat berenang akan merasa takut untuk mencobanya, namun tidak perlu kuatir, dengan peralatan snorkeling yang kita kenakan, dan didampingi oleh instruktur maka sejenak bagi yang tidak berenang dapat menikmatinya. Melihat ikan berwarna warni di habitatnya merupakan keindahan tersendiri. Biasanya wisatawan akan dibawa ke sekitar pulau Payung untuk snorkeling, dan singgah sejenak melepas lelah di pulau payung.
Senja hari setelah puas bermain air laut dengan snorkeling, saatnya menuju Pulau tidung kembali.
Kala Mendung

Malam di pulau Tidung dilalui dengan bakar ikan sebagai agenda wajib bagi para wisatawan. Saat melepas lelah dan tidur di homestay merupakan saat yang indah karena  melepas penat seharian.
Pagi hari dengan bersepeda,  para wisatawan di ajak ke Jembatan cinta, sambil menikmati wisata air. Banana Boat maupun jetski menjadi pilihan. Kalau paket ini sih biasanya dari kocek sendiri, artinya di luar biaya paket wisata.

Liburan ke Pulau tidung merupakan salah satu alternatif untuk melepas penat selama di Jakarta. Pulau Tidung memang terjaga keasriannya, sehingga bagi yang sudah pernah kesana pasti ingin kembali lagi. Sekedar tips dari penulis, berkunjung ke pulau Tidung pilihlah cuaca yang bagus, karena kalau di musim hujan biasanya liburannya menjadi kurang indah. seperti pada waktu penulis kesana, kondisi mendung dan turun hujan sehingga saat pagi hari tidak dapat menikmati sunrise di jembatan cinta.

Wednesday, February 5, 2014

MENIKMATI INDAHNYA PESONA 7 CURUG DI CILEMBER BOGOR







Pintu Masuk Curug Cilember
Air Terjun atau juga di kenal curug merupakan salah satu daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Berwisata tak harus jauh, kenali sekitar kita yuk. Kali ini yuk kita kenali Curug 7 Cilember. Curug 7 Cilember terletak di desa Jogjogan kec. Cipayung Bogor, merupakan salah satu dari curug yang memiliki pesona keindahan alamnya yang menyegarkan, asri dan sejuk.  Untuk mencapai Curug 7 Cilember dapat di tempuh melalui perjalanan dari Jakarta sekitar 2,5 jam untuk perjalanan dengan kendaraan sepeda motor sedangkan dengan mobil membutuhkan waktu sekitar 1,5jam untuk mencapai lokasi. Dari arah Jakarta, perjalanan di lanjutkan menuju Puncak di daerah Cipayung.  Setelah Chimory dan Taman Matahari kita akan melihat plang hijau penunjuk Arah menuju Curug Cilember, tinggal diikuti petunjuk tersebut.  Untuk menghindari salah jalan, ada baiknya bertanya ke penduduk sekitar. 

Curug 7 saat debit airnya tinggi

Curug 7 Saat Kemarau
Lokasi curug ini juga mudah di jangkau karena infrastruktur menuju lokasi cukup baik dengan jalan beraspal, meski jalannya cukup sempit. Untuk mencapai lokasi kita akan menemui jalan masuk menuju lokasi yang menanjak dan terus menanjak hingga ditemukan pintu gerbang Curuh CIlember. Dari kejauahan sudah terlihat kabut tipis diatas pegunungan nan hijau seolah mengundangnya untuk segera sampai ke tujuan dan ikut bercengkerama dengan mereka. 

Di pintu masuk tersedia lokasi parkir yang cukup nyaman, yang menampung mobil sedangkan bagi pengendara sepeda motor biasanya ditaruh di tempat yang berbeda meski masih satu lokasi. Bagi pengendara motor parkir tanpa menginap ditambah dengan penitipan helm dikenakan tariff 10rb sekali parkir.  Selesai? Belum…, masih belum afdol kalau belum berpose di pintu masuk CIlember. Setelah berpose sejenak maka dilanjutkan dengan membeli karcis masuk. Untuk weekend Rp. 12rb perkepala sudah termasuk asuransi kecelakaan. Dilokasi Curug Cilember sinyal handphone lumayan susah dan kadang blank sama sekali. Namun bagi yang terbiasa eksis di jejaring social jangan kuatir, karena pengelola menyediakan area hotspot sekitar curug sehingga cukup membantu bagi para pengakses internet dengan mudah.

Area Curug 7, tempat orang-orang mendirikan kemah

Spot untuk foto yang cukup bagus

slow speed sangat bagus di area ini

Pinus
Selepas loket penjualan karcis, langsung menuju pintu masuk . Begitu masuk langsung disuguhi oleh gemericik suara air pegunungan. Udara sejuk menambah adem. Hilang semua penat yang terjadi selama perjalanan dan digantikan dengan suasana yang segar.  Bagi pecinta fotografi ini merupakan salah satu surge karena dapat memotret keindahan alamnya yang masih alami serta jernihnya air yang mengalir melalui alur di sela-sela bebatuan. Filosofi Slow Speed bagi fotografer menjadi alas an utama untuk memasuki area ini karena terdapat banyak spot yang dapat di pakai untuk memotret.

Sebelum memasuki area Curug 7 dan selepas pintu masuk pengunjung dimanjakan dengan jalanan yang sudah rapi, meski hanya berkisar 1meter lebarnya, namun bukan jalanan tanah yang dilalui. Di dalam area tersebut juga disewakan tenda untuk berteduh atau bagi beberapa petualang di gunakan untuk menginap dengan diselingi api unggun bagi pengunjung yang menyewanya. Dikiri dan kanan jalan akan ditemui tenda-tenda yang didirikan untuk disewakan. Pohon pinus yang menjulang tinggi sepanjang perjalanan menuju curug 7 turut menambah indahnya pemandangan. Seolah tak bosan memandang dan melihatnya dengan kesejukan alamnya.  Hijau dan sejuk. 

Cuaca di sekitar Cilember sering di selimuti kabut tipis yang kerapkali turun dengan tiba-tiba dan menghilang lagi, hanya numpang lewat saja. Apalagi bila kondisi hujan tiba, acapkali puncak pepohonanpun tak kelihatan akibat tebalnya kabut yang turun. Kita di bawa seolah-olah sedang mendaki gunung yang tinggi. Bagi sebagian orang, turunnya kabut cukup menakutkan karena jarak pandang yang terbatas membuat imaginasi kita langsung sirna. Rasa takut segera menghampiri entah apa rasa yang dirasakan namun segera sirna ketika kabut tersebut lewat dan suasana temaram akibat kabut kembali cerah. Rasa takutpun berubah menjadi rasa optimis. Optimis untuk menggali lagi lebih dalam keindahan curug. 

Sesampai di curug 7 rasanya belum afdol kalau kaki tidak masuk air. Nyes, dingin sedingin air es…, jernih air pegunungannya sangat terasa. Tak kuasa tanganpun mengambilkan air untuk di basuhkan ke muka. Sungguh segar seluruh tubuh dibuatnya. Penat dan capai selama dalam perjalanan terbayar sudah.  Cuaca di sekitar Curug 7 juga kerap sekali di selimuti oleh kabut tipis yang kadang-kadang turun, apalagi ketika cuaca sedang hujan, maka kabut akan turun. Hal ini menambah suasana sejuk dan nyaman di hati. Kesejukan yang mampu menghunjam kedalam hati sanubari. Tenang, damai di buatnya. 

Di lokasi Curug 7 juga di sediakan penyewaan tenda bagi yang ingin sekalian camping tak jauh dari pintu masuk Curug.  Tidak perlu kuatir dengan area sanitasi karena sudah tersedia toilet, dan kalaupun mau mencoba mandi dan berendam di bawah curug 7 dengan airnya yang jernih juga bisa. 

Tracking menuju Curug 5

Tracking Menuju Curug 5
Penampakan Curug 5

Penampakan Curug 5 saat debit air sedang besar

Penampakan Curug 5 saat musim kemarau
Di Cilember, sebenarnya terdapat keseluruhan 7 curug kalau mau di telusuri. Namun kekuatan fisik untuk menyusuri satu persatu perlu di pertimbangkan mengingat jalannya yang terus menanjak.  Setelah kita mencapai Curug 7, agak keatas ada Curug 6, namun saat ini jalan untuk menuju Curug 6 sudah di tutup mengingat medannya yang cukup sulit untuk mencapai Curug 6.  Pengunjung biasanya langsung menuju ke curug 5 yang tak kalah indahnya.  Di sekitar Curug 5 pengunjung yang tidak membawa bekal juga tidak perlu kuatir karena sudah tersedia warung tempat menjual gorengan sehingga ketika kita lapar dapat membelinya disitu. 

Kalau mau kita telusuri satu persatu Curug demi curug hingga sampai ke curug 1 tidaklah mudah, karena di atas Curug 5 terdapat peringatan jika ingin menuju curug berikutnya untuk meminta ijin dulu ke pengelola. Penulis sendiri perjalanan dihentikan hingga curug 5 dan mencoba untuk berpuas diri sambil melihat pemandangan sekitar yang pada saat itu dalam kondisi berkabut sehabis turun hujan. 

Warung tempat istirahat di area Curug 5

Perjalanan Lanjutan

Kali ini setelah beberapa saat mengunjungi Curug Cilember dalam keadaan hujan, saya menyempatkan diri untuk datang kembali ke sana dengan keadaan yang cerah. Akhirnya setelah pada perjalanan pertama hanya sampai ke Curug 5, kali ini mengingat cuacanya bagus perjalanan dilanjutkan ke curug 4 dan Curug 3.
Jalanan yang cukup terjal membuat saya tidak mudah untuk menaklukkannya, namun Karena kondisi tanah yang bagus dan kering akhirnya setelah saya menyempatkan beristirahat sejenak di warung yang terletak di seputar Curug 5, perjalananpun cukup mudah untuk menjangkau curug 4. Curug 4 tidak terlalu tinggi dibandingkan dengan Curug 5 yang lebih tinggi. Keadaan kemarau yang panjang menyebabkan debit airnya sedikit sehingga sayapun tak sungkan untuk bermain-main dengan air tanpa takut datangnya air bah.
Dingin dan jernihnya air membuat saya tertegun sejenak. Memperhatikan aliran air dan menikmati suasana sunyi alam pegunungan, dengan sesekali terdengar disana-sini suara ‘cenggeret’ yang membuat suasana meriah. Sejenak tersadar, untuk selanjutnya rasa penasaran ini membawa kakiku untuk melangkah mencari jalan untuk menuju ke Curug 3. 

Setelah cukup beristirahat di area Curug 5 perjalanan dilanjutkan ke Curug 4, kompak adalah hal utama

Penampakan Curug 5 saat debit airnya kecil

Bersantai sejenak dengan air yang dingin

Perjalanan dilanjutkan ke Curug 3
Ada dua jalan untuk dapat mencapai curug 3, yaitu balik arah seperti ketika sebelum sampai curug 4 untuk mengikuti petunjuk jalan selanjutnya, atau bisa juga menyeberangi aliran air kalau kondisinya memungkinkan. Kali ini saya mencoba menelusuri jalan dengan menyeberangi aliran air.  Setelah melewati semak belukar dengan mengikuti jalan setapak, akhirnya sampai juga ke Curug 3. 

Penampakan Curug 3 Cilember

Berpose sejenak di Curug 3 Cilember

Bersantai sejenak di area Curug 5

Saatnya turun dari Curug 3
Dibandingkan dengan curug 4, Curug 3 memiliki panorama yang lebih indah dan lebih tinggi, dengan bebatuan dibawahnya. Namun sayangnya karena debit airnya yang sedikit akibat kemarau curug ini jd kurang indah.  Akhirnya sejenak kita bermain di curug tersebut, tak terasa waktupun kian sore, dan saya memutuskan untuk kembali turun kebawah. Curug 2 dan Curug 1 sementara masih menjadi PR untuk selanjutnya dapat berkunjung kembali kesana.

Jadi, kapan lagi kita kunjungi objek wisata di sekitar kita. Tidak perlu mahal, kenali dan cintai objek sekitar kita. Line @totoandromeda

Monday, February 3, 2014

Menikmati Indahnya Jakarta Di Malam Hari dengan Tekhnik Slow Speed

Bundaran HI merupakan salah satu titik Jakarta, karena strategis tempat ini pun sering di gunakan sebagai tempat aksi damai maupun tempat unjuk rasa.

Kali ini saya ingin berbagi dengan hasil jepretan beberapa spot kota Jakarta dengan Tekhnik Slow Speed atau biasa disingkat SS di waktu malam. Beberapa foto berikut ini di ambil dalam kurun waktu yang berbeda tentu saja sesuai dengan mood. Soal hasil memang belum memuaskan.

Jakarta, identik dengan gedung tinggi, dan tentu saja lampu-lampu yang dikala malam hari. Menikmati kota Jakarta yang penuh dengan hiruk pikuknya kendaraan memang terasa membosankan, namun ketika itu sudah di tuangkan dalam sebuah fotografi maka akan enak untuk menikmatinya.

Foto diambil dengan menggunakan tekhnik SS di bundaran HI

Salah satu Ikon Ibukota

Seorang fotografer sedang beristirahat, sorry candid gan... yang diambil bukan foto agan tp foto latarnya kok, dengan tekhnik SS.

Bundaran HI lewat tengah malam air mancurnya sudah dimatikan. Refleksi !!

Grand Hyatt merupakan salah satu hotel di kawasan Bundaran HI


Sebuah foto dapat disebut  slow speed apabila foto tersebut diambil dengan shutter speed yang rendah, sehingga muncul efek blur terhadap objek yang bergerak. Contohnya : air terjun yang bisa memutih seperti kapas, atau lampu mobil yang hanya tinggal garis saja .

untuk membuat foto slow speed, kita wajib menempatkan kamera pada posisi yang stabil. Karena bila ada guncangan sedikit saja pada kamera akan membuat foto menjadi blur semua.
Foto slow speed juga identik dengan light painting khususnya malam hari. Perbedaannya, light painting menggunakan suasana yang benar – benar gelap sehingga yang terlihat di foto Cuma sumber cahaya saja.
 
Tugu Monas

Sisi Lain Tugu Monas

Jalan Layang Non Tol Kampung Melayu - Tanah Abang sebelum digunakan

Jalan Layang Non Tol Kampung Melayu - Tanah Abang di foto dari bawah

Gereja Katedhral

Katedhral dari sisi yang berbeda

Tugu Pancoran


Berikut ini saya ingin berbagi tips mengenai tekhnik foto dengan slow speed.

1. Tripod
Ini sih wajib banget ya, karena tanpa tripod, camera tidak akan stabil dan akan goyang hasilnya.

2. shutter release
Untuk mengurangi goncangan ketika akan memencet tombol shutter, maka diperlukan shutter release, namun hal ini dapat di atasi dengan menggunakan self timer.

3. Waktu

Ini perlu sekali di perhatikan, karena durasi shutter akan sangat mempengaruhi hasil. Jika anda memotret objek manusia, gunakan shutter speed yang tidak terlalu lama, misalnya sekitar 5”. Jadi dalam 5 detik objek foto sebaiknya jangan bergerak biar tidak blur. Bayangkan jika anda menggunakan durasi 20” misalnya, maka kemungkinn blur lebih besar, apalagi kalau objek susah untuk berpose diam.

4. Try and error
Jangan mudah puas akan hasil. Kadang kita menemukan foto yang over exposed atau under exposed. Jika bermain – main dengan foto slow speed biasanya kita pasti menjumpai foto yang over dan under. Nah, untuk mengatasi foto over, anda bisa set aperture ke yang lebih kecil, misalkan f/22 serta ISO ke nilai minimum. Untuk mengatasi foto under, set aperture ke nilai yang lebih besar, misalkan f/10 serta ISO ke nilai yng lebih tinggi untuk membantu pencahayaan.

itu sih berdasarkan pengalaman saya, semoga dapat membantu.