Showing posts with label slow speed. Show all posts
Showing posts with label slow speed. Show all posts

Thursday, December 11, 2014

Memotret Cityscape Jakarta dari Gedung Veteran Plaza Semanggi

Penampakan Plaza semanggi, Universitas Atmajaya dari Rooftop Gedung Veteran
Jakarta merupakan kota metropolitan dengan gedung-gedung bertingkat yang menjulang tinggi di semua tempat. Keindahan kota Jakarta dengan ikon-ikon gedung tingginya ternyata tidak membosankan ketika dapat di abadikan melalui sebuah camera. Ketika kita mengunjungi sebuah kota besar dengan gedung-gedung  yang tinggi jangan sungkan untuk mengeluarkan camera kita dan mengabadikan momen yang ada di sekitar kita.  Kota-kota besar seperti Jakarta dengan pemandangan gedungnya akan terasa indah apabila malam tiba dengan kerlap kerlip lampu yang indah di setiap sudut Jakarta.

Ketika kita berkunjung ke sebuah tempat dengan pemandangan alamnya yang Indah tentu akan disuguhkan dengan pemandangan alam yang mudah untuk diabadikan kedalam sebuah potret dibalik lensa. Namun bagaimana jika kita berada di sebuah perkotaan yang isinya hanya gedung bertingkat saja misalnya, nah inilah mungkin yang di sebut dengan lanskap arsitektur. Kalau lanskap alam sudah barang tentu menawarkan keindahan alami suatu tempat namun untuk lanskap arsitektur biasanya di dominasi oleh gedung-gedung dengan konsep kotak memanjang keatas dengan lampu-lampunya yang indah ketika malam tiba.
Lingkar Kupu-kupu Semanggi

Untuk memotret sebuah lanskap kota agar hasilnya maksimal maka diperlukan lensa wide atau bila punya menggunakan lensa fisheye. Namun kali ini bertempat di rooftop gedung veteran, saya mencoba memotret cityscape dengan menggunakan lensa Wide Tokina 11-16 mm f/2.8.
Sebenarnya cityscape tidak harus dilakukan malam hari, namun kali ini saya mencoba memotret malam hari dengan keindahan lampu-lampu gedung dan juga lalu lalang kendaraannya.

Untuk memotret cityscape pada malam hari, hal yang harus di perhatikan adalah :
1. Tripod
Tripod wajib di gunakan untuk menghindari goyang gambarnya saat di potret.
2. Menggunakan slow speed
Tekhnik foto malam yang indah jangan lupa gunakan slow speen (SS) gunakanlah bukaan kecil (F besar) sehingga akan diperoleh hasil yang maksimal. Gunakan f/5 atau f/7 dan seterusnya. Jangan lupa try dan eror untuk menghasilkan gambar yang diinginkan.
3. Pemilihan ISO
hal yang perlu di perhatikan selanjutnya adalah setting ISOnya. ketika pencahayaan kurang, maka isonya dinaikkan.
4. Shutter release
untuk menghindari getaran/benturan maka perlu juga menggunakan shutter release, Namun bagi yang tidak punya dapat dilakukan dengan memasang timer sehingga getarannya dapat diminimalisasi.

Berikut ini adalah hasil foto yang diambil dari Rooftop Gedung Veteran.
Cityscape seberang Gedung Veteran

Antara Plasa Semanggi dan Jalan Gatot Subroto

Pemandangan Jalan dari Semanggi menuju Cawang


Friday, April 4, 2014

PESONA AIR TERJUN COBAN RONDO YANG TAK TERLUPAKAN

Air Terjun Coban Rondo - Malang
Berkunjung ke kota Malang? jangan lupa mampir ke kota Batu. Selain wisata kebun apelnya, tak jauh dari kota batu juta terdapat air terjun dengan keindahan dan alamnya  yang sejuk. Coban Rondo terletak di Desa Pandesari Kecamatan Pujon Kabupaten Malang Jawa Timur. Coban Rondo masuk wilayah Kabupaten Malang. Dari Kota Malang Coban Rondo dapat di tempuh sekitar 1 jam dengan perjalanan yang normal atau sekitar +/25km, kalau dari kota batu sekitar 12km untuk dapat mencapai lokasi. 
Pemandangan sebelum sampai lokasi

Selama dalam perjalanan, di kanan kiri jalan juga terdapat pemandangan yang indah dengan infrastruktur yang baik hingga ke lokasi menyebabkan air terjun ini mudah untuk di jangkau oleh para wisatawan. Air Terjun Coban Rondo memiliki ketinggian sekitar 84m dengan airnya yang berasal dari sumber Cemoro dudo di lereng gunung kawi. Coban Rondo memiliki ketinggian 1.135 m dari permukaan air laut,  dengan suhu rata-rata 22 derajat Celcius, cukup dingin untuk ukuran Indonesia. 

Dengan debit air yang yang cukup besar terutama di bulan-bulan basah seperti November hingga Maret ini, kawasan sekitar coban rondo, terutama radius 15 meter dari tumpahan air terjun akan terdapat kabut air seperti hujan gerimis, sehingga apabila pengunjung membawa kamera, maka harus berhati-hati karena harus melindungi kameranya agar tidak basah. 
Coban Rondo

PIntu masuk air terjun Coban Rondo

Pengunjung nampak menikmati suasana Coban Rondo

Air gunung yang mengalir jernih pun bak es yang mencair karena begitu kita mencelupkan kaki ke air, maka rasa dingin langsung menusuk hingga ketulang. Namun jernihnya air membuat pengunjung juga tidak segan-segan untuk membasuhkan ke muka.
Sejenak Berpose di Coban Rondo dengan Tripod yang sudah disiapkan

Toko Souvenir yang murah meriah

Coban Rondo menurut administrasi pengelolaan hutan masuk dalam wilayah KPH (Kesatuan Pemangkuan Hutan) Perum Perhutani Malang . BKPH (Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan) Pujon, dan RPH (Resort Polisi Hutan) Resort Selatan Petak 89G. Debit Air mencapai 150 Liter per detik saat hujan dan 90 liter perdetik saat musim kemarau. Air tersebut di gunakan oleh PDAM dan masyarakat sekitar. 

Konon Coban Rondo sendiri memiliki cerita dibaliknya. Sebuah cerita  legenda yang bermula dari sepasang pengantin yang baru saja melangsungkan pernikahan. Mempelai wanita bernama Dewi Anjarwati dari Gunung Kawi, sedangkan mempelai pria bernama Raden Baron Kusumo dari Gunung Anjasmoro. Setelah usia pernikahan mereka menginjak usia 36 hari atau disebut dengan Selapan (bahasa jawa). Dewi Anjarwati mengajak suaminya ke Gunung Anjasmoro, daerah asal dari suaminya. Akan tetapi orangtua Anjarwati melarang keduanya untuk pergi kesana karena usia pernikahan mereka baru berusia 36 hari (selapan hari:jawa) . Kedua mempelai tersebut tetap bersikeras untuk pergi.
Ditengah perjalanan Anjarwati dan Radon Baron Kusumo dikejutkan dengan hadirnya Joko Lelono, yang tidak jelas asal-usulnya. Joko Lelono terpikat dengan kecantikan Dewi Anjarwati, dan berusaha merebutnya. Tentu saja Radon Baron Kusumo tidak terima dan terjadilah perkelahian antara Joko Lelono dengan Raden Baron Kusumo.  Sebelum perkelahian terjadi, Radon Baron Kusumo berpesan kepada pembantunya yang turut serta agar menyembunyikan Dewi Anjarwati di sebuah tempat yang terdapat Coban atau air terjun.Perkelahian antara Raden Baron Kusumo dengan Joko Lelono berlangsung hingga keduanya tewas, tak ada satu pemenang.  Akhirnya  Dewi Anjarwati menjadi seorang janda yang dalam bahasa jawa disebut Rondo.  Sejak itulah Coban atau air terjun tempat bersembunyi Dewi Anjarwati dikenal dengan Coban Rondo yang terkenal hingga sekarang.  Konon di bawah air terjun terdapat gua tempat tinggal tempat persembunyian Dewi Anjarwati dan batu besar di bawah air terjun merupakan tempat duduk sang putri yang merenungi nasibnya.


Cerita ini merupakan sebuah legenda yang sebenarnya sudah menghilang dari cerita-cerita rakyat yang lain. Namun Nama Coban Rondo menjadi terkenal dan sering dikunjungi wisatawan karena keindahannya. Untuk melepas lelah, di sekitar Coban Rondo juga tersedia warung-warung makan dan juga jagung bakar. Bagi yang bawa mobil jangan kuatir, area parkirnya lumayan luas.

Tertarik mengunjunginya? jangan lupa kalau ke Malang mampir ke Coban Rondo dan nikmati keindahan alamnya.

Friday, February 28, 2014

CURUG NANGKA, SALAH SATU ALTERNATIF WISATA DI BOGOR


Curug Nangka dilihat dari bawah
Curug Nangka di lihat dari atas


Bogor!!. Apa yang terlintas dalam pikiran kita ketika pertama kali di sebut kata Bogor? Kebun Raya? Kota Hujan?Istana Bogor? Asinan Bogor? . Memang setiap orang berbeda-beda ketika terlintas kata-kata Bogor, kalau bagi penulis sendiri ketika tersebut kata Bogor hal pertama yang ada di dalam pikiran adalah Kebun Raya.  Kebun Raya Bogor merupakan salah satu ikon Bogor, terletak di pusat kota dengan akses yang sangat mudah baik melalui jalur tol maupun kereta api listrik alias KRL. Namun kali ini bukan kebun raya yang akan saya tulis tapi salah satu objek wisata alam yang ada di Bogor.

Berpose sejenak
Curug Nangka.  Terletak di desa Warung Loa Kecamatan Sukasari, Kabupaten Bogor curug Nangka merupakan salah satu kawasan objek wisata air terjun sebagai tempat alternatif untuk melepas lelah setelah penat beraktivitas.  Daya tarik dari Curug Nangka selain alamnya yang segar, juga memiliki 3 tahapan air terjun. Paling Bawah adalah Curug Nangka, kemudian ada curug daun dan curug kawung.
Untuk mencapai curug Nangka, kita harus menyusuri aliran air pertama. Tempatnya dapat di lihat dari ketinggian, namun untuk menjangkaunya harus turun ke bawah dengan mengikuti aliran air dengan mengikuti petunjuk yang ada.

Aliran sungai  menuju Curug Nangka

salah satu sudut curug nangka

Dengan tekhnik slow speed
Satu hal yang perlu diingat adalah kita harus berhati-hati ketika akan menuju curug nangka, karena sewaktu-waktu air bah datang, kita harus segera lari, karena sulitnya medan untuk dapat segera keluar dari Curug Nangka. Memang curug nangka sendiri masuk ke dalam sekitar 100 meter dari petunjuk jalan yang ada. Di saat airnya surut, biasanya banyak para pengunjung yang menggunakan sepeda melintas aliran air untuk sampai ke curug nangka. Udara yang sejuk dengan sorotan sinar matahari yang kadang-kadang terhalang oleh pepohonan menambah suasana mistis sekitar Curug nangka.  Curug nangka sendiri memiliki ketinggian sekitar 10 sd 20 meter.  Sepinya pengunjung juga kadang-kadang turut menambah suasanya mistis dengan  diselingi kabut tipis akibat curahan air kebawah.

Area Curug Daun

Area Curug Daun

Area Curug Daun

Nyes.... ademnya air

Monyet-monyet liar terbidik sedang kawin (serem juga sih ngambilnya hehe)
Selain curug nangka, diatasnya terdapat curug Daun. Curug daun tidak terlampau tinggi. DI area ini biasanya lebih sering digunakan sebagai tempat rekreasi keluarga dengan membawa anak-anaknya untuk mandi di seputaran curug daun yang tidak terlalu berbahaya.  Di area ini juga kita masih dapat menemui monyet-monyet liar. Meski menurut warga sekitar monyet tersebut tidak mengganggu, namun bagi para pengunjung harus selalu berhati-hati dengan barang bawaanya mengingat sifat usil monyet yang suka mengambil barang. Dari Curug daun, bagi pengunjung yang masih penasaran, dapat melanjutkan perjalanan lebih keatas lagi menuju curug kawung yang menempuh perjalanan sekitar 1 km lagi. Namun bagi yang tidak kuat jalan, cukup berada di seputar Curug daun untuk kemudian turun ketika sore menjelang.

Selain menawarkan keindahan dan kesegaran alamnya, kita juga dapat menunaikan sholat di mushola yang telah di sediakan, juga terdapat warung-warung untuk mengisi perut yang kosong setelah tracking ke curug nangka hingga curug kawung. Letak warung-warung tersebut berjajar di area paling depan dengan radius sekitar 100 meter dari pintu masuk utama.

Setelah pintu masuk

Jalan menuju Curug Nangka
Akses untuk menuju curug Nangka juga cukup mudah, kita dapat menaiki angkot warna biru yang menuju ciapus. Sebelumnya kita bilang dulu ke pak sopirnya untuk sampai ke curug nangka. Kita akan diturunkan di pertigaan jalan menuju curug nangka oleh pak sopir. Dari situ akses menuju curug nangka dapat di tempuh dengan berjalan kaki maupun bisa juga menyewa ojek.

Wisata Curug Nangka merupakan salah satu alternatif murah untuk melepas penat dibandingkan dengan ketika kita harus jalan-jalan ke mall.

Wednesday, February 5, 2014

MENIKMATI INDAHNYA PESONA 7 CURUG DI CILEMBER BOGOR







Pintu Masuk Curug Cilember
Air Terjun atau juga di kenal curug merupakan salah satu daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Berwisata tak harus jauh, kenali sekitar kita yuk. Kali ini yuk kita kenali Curug 7 Cilember. Curug 7 Cilember terletak di desa Jogjogan kec. Cipayung Bogor, merupakan salah satu dari curug yang memiliki pesona keindahan alamnya yang menyegarkan, asri dan sejuk.  Untuk mencapai Curug 7 Cilember dapat di tempuh melalui perjalanan dari Jakarta sekitar 2,5 jam untuk perjalanan dengan kendaraan sepeda motor sedangkan dengan mobil membutuhkan waktu sekitar 1,5jam untuk mencapai lokasi. Dari arah Jakarta, perjalanan di lanjutkan menuju Puncak di daerah Cipayung.  Setelah Chimory dan Taman Matahari kita akan melihat plang hijau penunjuk Arah menuju Curug Cilember, tinggal diikuti petunjuk tersebut.  Untuk menghindari salah jalan, ada baiknya bertanya ke penduduk sekitar. 

Curug 7 saat debit airnya tinggi

Curug 7 Saat Kemarau
Lokasi curug ini juga mudah di jangkau karena infrastruktur menuju lokasi cukup baik dengan jalan beraspal, meski jalannya cukup sempit. Untuk mencapai lokasi kita akan menemui jalan masuk menuju lokasi yang menanjak dan terus menanjak hingga ditemukan pintu gerbang Curuh CIlember. Dari kejauahan sudah terlihat kabut tipis diatas pegunungan nan hijau seolah mengundangnya untuk segera sampai ke tujuan dan ikut bercengkerama dengan mereka. 

Di pintu masuk tersedia lokasi parkir yang cukup nyaman, yang menampung mobil sedangkan bagi pengendara sepeda motor biasanya ditaruh di tempat yang berbeda meski masih satu lokasi. Bagi pengendara motor parkir tanpa menginap ditambah dengan penitipan helm dikenakan tariff 10rb sekali parkir.  Selesai? Belum…, masih belum afdol kalau belum berpose di pintu masuk CIlember. Setelah berpose sejenak maka dilanjutkan dengan membeli karcis masuk. Untuk weekend Rp. 12rb perkepala sudah termasuk asuransi kecelakaan. Dilokasi Curug Cilember sinyal handphone lumayan susah dan kadang blank sama sekali. Namun bagi yang terbiasa eksis di jejaring social jangan kuatir, karena pengelola menyediakan area hotspot sekitar curug sehingga cukup membantu bagi para pengakses internet dengan mudah.

Area Curug 7, tempat orang-orang mendirikan kemah

Spot untuk foto yang cukup bagus

slow speed sangat bagus di area ini

Pinus
Selepas loket penjualan karcis, langsung menuju pintu masuk . Begitu masuk langsung disuguhi oleh gemericik suara air pegunungan. Udara sejuk menambah adem. Hilang semua penat yang terjadi selama perjalanan dan digantikan dengan suasana yang segar.  Bagi pecinta fotografi ini merupakan salah satu surge karena dapat memotret keindahan alamnya yang masih alami serta jernihnya air yang mengalir melalui alur di sela-sela bebatuan. Filosofi Slow Speed bagi fotografer menjadi alas an utama untuk memasuki area ini karena terdapat banyak spot yang dapat di pakai untuk memotret.

Sebelum memasuki area Curug 7 dan selepas pintu masuk pengunjung dimanjakan dengan jalanan yang sudah rapi, meski hanya berkisar 1meter lebarnya, namun bukan jalanan tanah yang dilalui. Di dalam area tersebut juga disewakan tenda untuk berteduh atau bagi beberapa petualang di gunakan untuk menginap dengan diselingi api unggun bagi pengunjung yang menyewanya. Dikiri dan kanan jalan akan ditemui tenda-tenda yang didirikan untuk disewakan. Pohon pinus yang menjulang tinggi sepanjang perjalanan menuju curug 7 turut menambah indahnya pemandangan. Seolah tak bosan memandang dan melihatnya dengan kesejukan alamnya.  Hijau dan sejuk. 

Cuaca di sekitar Cilember sering di selimuti kabut tipis yang kerapkali turun dengan tiba-tiba dan menghilang lagi, hanya numpang lewat saja. Apalagi bila kondisi hujan tiba, acapkali puncak pepohonanpun tak kelihatan akibat tebalnya kabut yang turun. Kita di bawa seolah-olah sedang mendaki gunung yang tinggi. Bagi sebagian orang, turunnya kabut cukup menakutkan karena jarak pandang yang terbatas membuat imaginasi kita langsung sirna. Rasa takut segera menghampiri entah apa rasa yang dirasakan namun segera sirna ketika kabut tersebut lewat dan suasana temaram akibat kabut kembali cerah. Rasa takutpun berubah menjadi rasa optimis. Optimis untuk menggali lagi lebih dalam keindahan curug. 

Sesampai di curug 7 rasanya belum afdol kalau kaki tidak masuk air. Nyes, dingin sedingin air es…, jernih air pegunungannya sangat terasa. Tak kuasa tanganpun mengambilkan air untuk di basuhkan ke muka. Sungguh segar seluruh tubuh dibuatnya. Penat dan capai selama dalam perjalanan terbayar sudah.  Cuaca di sekitar Curug 7 juga kerap sekali di selimuti oleh kabut tipis yang kadang-kadang turun, apalagi ketika cuaca sedang hujan, maka kabut akan turun. Hal ini menambah suasana sejuk dan nyaman di hati. Kesejukan yang mampu menghunjam kedalam hati sanubari. Tenang, damai di buatnya. 

Di lokasi Curug 7 juga di sediakan penyewaan tenda bagi yang ingin sekalian camping tak jauh dari pintu masuk Curug.  Tidak perlu kuatir dengan area sanitasi karena sudah tersedia toilet, dan kalaupun mau mencoba mandi dan berendam di bawah curug 7 dengan airnya yang jernih juga bisa. 

Tracking menuju Curug 5

Tracking Menuju Curug 5
Penampakan Curug 5

Penampakan Curug 5 saat debit air sedang besar

Penampakan Curug 5 saat musim kemarau
Di Cilember, sebenarnya terdapat keseluruhan 7 curug kalau mau di telusuri. Namun kekuatan fisik untuk menyusuri satu persatu perlu di pertimbangkan mengingat jalannya yang terus menanjak.  Setelah kita mencapai Curug 7, agak keatas ada Curug 6, namun saat ini jalan untuk menuju Curug 6 sudah di tutup mengingat medannya yang cukup sulit untuk mencapai Curug 6.  Pengunjung biasanya langsung menuju ke curug 5 yang tak kalah indahnya.  Di sekitar Curug 5 pengunjung yang tidak membawa bekal juga tidak perlu kuatir karena sudah tersedia warung tempat menjual gorengan sehingga ketika kita lapar dapat membelinya disitu. 

Kalau mau kita telusuri satu persatu Curug demi curug hingga sampai ke curug 1 tidaklah mudah, karena di atas Curug 5 terdapat peringatan jika ingin menuju curug berikutnya untuk meminta ijin dulu ke pengelola. Penulis sendiri perjalanan dihentikan hingga curug 5 dan mencoba untuk berpuas diri sambil melihat pemandangan sekitar yang pada saat itu dalam kondisi berkabut sehabis turun hujan. 

Warung tempat istirahat di area Curug 5

Perjalanan Lanjutan

Kali ini setelah beberapa saat mengunjungi Curug Cilember dalam keadaan hujan, saya menyempatkan diri untuk datang kembali ke sana dengan keadaan yang cerah. Akhirnya setelah pada perjalanan pertama hanya sampai ke Curug 5, kali ini mengingat cuacanya bagus perjalanan dilanjutkan ke curug 4 dan Curug 3.
Jalanan yang cukup terjal membuat saya tidak mudah untuk menaklukkannya, namun Karena kondisi tanah yang bagus dan kering akhirnya setelah saya menyempatkan beristirahat sejenak di warung yang terletak di seputar Curug 5, perjalananpun cukup mudah untuk menjangkau curug 4. Curug 4 tidak terlalu tinggi dibandingkan dengan Curug 5 yang lebih tinggi. Keadaan kemarau yang panjang menyebabkan debit airnya sedikit sehingga sayapun tak sungkan untuk bermain-main dengan air tanpa takut datangnya air bah.
Dingin dan jernihnya air membuat saya tertegun sejenak. Memperhatikan aliran air dan menikmati suasana sunyi alam pegunungan, dengan sesekali terdengar disana-sini suara ‘cenggeret’ yang membuat suasana meriah. Sejenak tersadar, untuk selanjutnya rasa penasaran ini membawa kakiku untuk melangkah mencari jalan untuk menuju ke Curug 3. 

Setelah cukup beristirahat di area Curug 5 perjalanan dilanjutkan ke Curug 4, kompak adalah hal utama

Penampakan Curug 5 saat debit airnya kecil

Bersantai sejenak dengan air yang dingin

Perjalanan dilanjutkan ke Curug 3
Ada dua jalan untuk dapat mencapai curug 3, yaitu balik arah seperti ketika sebelum sampai curug 4 untuk mengikuti petunjuk jalan selanjutnya, atau bisa juga menyeberangi aliran air kalau kondisinya memungkinkan. Kali ini saya mencoba menelusuri jalan dengan menyeberangi aliran air.  Setelah melewati semak belukar dengan mengikuti jalan setapak, akhirnya sampai juga ke Curug 3. 

Penampakan Curug 3 Cilember

Berpose sejenak di Curug 3 Cilember

Bersantai sejenak di area Curug 5

Saatnya turun dari Curug 3
Dibandingkan dengan curug 4, Curug 3 memiliki panorama yang lebih indah dan lebih tinggi, dengan bebatuan dibawahnya. Namun sayangnya karena debit airnya yang sedikit akibat kemarau curug ini jd kurang indah.  Akhirnya sejenak kita bermain di curug tersebut, tak terasa waktupun kian sore, dan saya memutuskan untuk kembali turun kebawah. Curug 2 dan Curug 1 sementara masih menjadi PR untuk selanjutnya dapat berkunjung kembali kesana.

Jadi, kapan lagi kita kunjungi objek wisata di sekitar kita. Tidak perlu mahal, kenali dan cintai objek sekitar kita. Line @totoandromeda