Showing posts with label Film Indonesia. Show all posts
Showing posts with label Film Indonesia. Show all posts

Wednesday, December 17, 2025

DIAH PERMATASARI SI PUTRI SOLO DI AWAL KARIR

 


DIAH PERMATASARI SI PUTRI SOLO DI AWAL KARIR. Kota Solo terkenal dengan putri-putrinya yang punya wajah cantik-ayu. Kalau di zaman film hitam putih, superstar Titien Sumarni pernah bermain film laris "Putri Solo", maka dalam perfilman pun muncul gadis-gadis asal Solo. Antara lain yang menanjak namanya Murti Saridewi, Okky Irwina Savitri dan pendatang baru Diah Permatasari. 

Perempuan berbintang Aquarius yang lahir di tanggal 25 Januari adalah merupakan anak ke3 dari empat bersaudara dimana prianya cuma satu si bungsu dari pasangan Djon Sangidoe dan Insiah Ratna, semuanya asli wong Solo.

Kendati ayahnya berbisni batik dan barang antik, ternyata Diah tak berminat pada Anthropologie. Selulus SMA, ia tancap tekad melanjutkan ke LPKJ jurusan Seni Rupa. 

Terjunnya ke film, dimulai secara tak sengaja. Saat suting "Selamat Tinggal Jeanette", di lokasi keraton Solo, ia danbeberapa kawan datang menonton, "Tahun 19887 itu saya masih duduk di bangku SMA, " kenang Diah. Kehadirannya menarik perhatian sutradara Bobby Sandy yang kebetulan membutuhkan seorang pemeran tambahan berwajah khas Jawa. Maka, beruntung bagi Diah yang ditawari peran tersebut dan dapat pengalaman baru, main film. 

"Saya muncul sebagai Erna, putri Solo yang hendak di jodohkan dengan Mathias Muchus oleh ibunya (diperankan oleh Nani Widjaya). Saya tak diberi dialog, cuma sekedar mejeng untuk dilihat Muchus, " ungkapnya. 

Baru saat Nurhadie Irawan mencari pemain untuk film garapannya, "Tutur Tinular, Pedang Naga Puspa", ia mendapat kesempatan yang lebih berarti. "Saya memerankan pendekar Sakawuni. Dalam episode pertama itu memang masih pemeran pembantu, tapi kalau nanti dilanjutkan episode ke dua, bakal meningkat jadi peran utama juga!" (kenyataannya gak diajak lagi ya hehe)

Pembuatan kelanjutan Tutur Tinular masih belum diketahui, tahu-tahu Diah diajak main "PERWIRA KSATRIA" arahan Norman Benny. "Jadi Ayu Ajeng Rini, putri bangsawan, pacar pilot muda Prasojo (dimainkan oleh Donny Damara). Wah, senagn sekali main film drama, lebih enak dibanding film silat dimana saya harus digantung pakai kawat sling untuk adengan terbang. Ya maklumlah sebenarnya kan saya tak bisa silat".

Prestasi lain dara yang hobi di foto ini, menggondol gelar Putri Ayu Indonesia 1987-1988yang di selenggarakan oleh Dewi Motik, Covergirl Mode 87, Wajah Femina 1989 "Paling sering jadi model dan sampul majalah Femina, "akunya. 

~MF 120/88 Tahun VI, 2 - 15 Feb 1991

Monday, December 15, 2025

SI ROY, AKIBAT KECELAKAAN SUTING ALUR CERITAPUN DI BELOKKAN

 


SI ROY, AKIBAT KECELAKAAN SUTING ALUR CERITAPUN DI BELOKKAN. PT. Andalas Kencana Film termasuk perusahaan yang cukup produktif menggarap film-film komersial. Awal tahun (1989) lalu menyuguhkann "Si Doi" (Sally Marcellina) yang merupakan epigon "Catatan Si Boy". dan awal 1990 pun menyuguhkan film "Si Roy" yang masih tetap membuntuti cerita "Catatan Si Boy"nya Onky Alexander. 

Sutradara Achiel Nasrun sudah beberapa kali mengarahkan Ryan Hidayat (Lupus 1 Tangkaplah Daku Kau Kujitak, lupus II Makhluk Manis Dalam Bis dan juga Elegi Buat Nana). Jadi kerjasama mereka sudah cukup kompak. Cuma kali ini Ryan bukan jadi siswa SMA yang doyan permen karet, melainkan mahasiswa sederhana yang gemar mendaki gunung. 

Selain Ryan, boleh dibilang para pendukung film ini adalah kaum remaja pendatang baru semua. Margi Dyana yang bertubuh sintal sebagai mahasiswi materealistis, Ade Giuliano sebagai mahasiswa kaya yang bersaing dengan Roy, dan Monica Gunawan sebagai mahasiswi lembut yang diam-diam mencintai Roy. 

Alur cerita boleh dibilang sederhana atau malah gampangan. Sebagai Ketua Senat Mahasiswa, Roy punya ide. Berkemah sambil manjat gunung. Suasana di perkemahan sebenarnya banyak yang bisa di jadikan adegan menarik dan kocak, sayang dilewatkan begitu saja cuma untuk hiruk pikuk.

Saat mendaki ke kawah, Novi terjatuh  ke lembah curam. Iwan yang mengajaknya tak mampu menolong. Tentu saja hanya Roy yang jadi penolong. Sejak saat itulah Novi bersedia meladeni Roy. Tiwi yang lembut diam-diam menyingkir melihat Roy berpacaran dengan Novi. 

Kembali ke Ibukota, Novi mulai menghindari Ro, dan intim lagi dengan Iwan. Akibatnya beberapa kali terjadi baku hantam antara Roy dan Iwan. Padahal Roy yang berpenapilan sederhana sebenarnya anak boss orangtua Novi. Demi menyadari hal ii, Novi pun bersedia pacaran lagi dengan Roy. 

Kalau menurut cerita aslinya, seharusnya Roy menolak Novi dan memilih Tiwi. Sayang sekali tokoh Tiwi tak mungkin muncul lagi karena pemerannya, Monica Gunawan mengalami kecelakaan berat. Mobil yang membawanya terbalik dan terbakar di jalan tol Bogor-Jakarta. Sebagian wajah Monica luka terbakar. Sedangkan beberapa awak (kru film) ini tak tertolong lagi. Karena kefatalan inilah, terpaksa alur cerita di belokkan. Tokoh Tiwi di ceritakan melanjutkan sekolah musik keluar negeri, sedangkan Novi baikan lagi sama Roy. 

~MF 094/62/Tahun VI, 3 - 16 Feb 1990

Sunday, December 14, 2025

SYAMSURI KAEMPUAN

 


SYAMSURI KAEMPUAN, Salah satu bintang yang kerap bermain meski hanya sebagai pemeran pembantu. Lebih dari 70 film pernah di perkuatnya dalam peran-peran yang bersifat antagonis. 

Syamsuri Kaempuan, ayah dari 4 orang anak yang lahir di Banyuwangi, 31 April 1936 ini sudah membulatkan tekad hidupnya dari jerih payah main film. "Saya bersedia jadi apapun, sebab sebagai aktor harus siap segalanya, mental maupun persiapan sebagai pemain," kata Syamsuri yang juga telah bermain puluhan kali di sinetron TVRI. 

Pernah suatu saat dalam keadaan sakit parah, ia masih memaksakan diri hadir di lokasi suting dengan kawalan salah seorang anaknya. Alhamdulillah tidak terjadi apa-apa bahkan hikmahnya dipetik. Saat sedagn sakit Syamsuri Kaempuan menandatangani surat kontrak untuk bermain dalam film-film Titisan Si Pitung, Mustika Pemikat dan Tutur Tinular, 3 film sekaligus dalam waktu satu bulan. 

MF 094/62/Tahun VI, 3 - 16 Feb 1990

Saturday, December 13, 2025

GEORGE RUDY PUNYA 5 FAHAM


GEORGE RUDY PUNYA 5 FAHAM. Diam-diam kiranya George Rudy bapak dari 3 anak ini memiliki 5 faham, sehingga sukses. Kelima faham itulah yang selama ini diterapkannya. Karena 5 faham itu pula membuatnya kepingin menjadi sutradara film. Dan pernah pula menjadi Eksekutif Produser, serta menulis skenario film "Badai Jalanan" yang sudah di produksinya. 

Ke 5 faham itu adalah Bakat, Pendidikan, Kesempatan, Skill dan Disiplin atau Tanggungjawab. "Saya kira itu faham saya. Dan itu baik buat pendatang baru," lanjut kelahiran Jember 1954 ini. "Tanpa itu saya kira seorang pemain tak mungkin berjaya," katanya. 

Karena itu pula membuatnya tertarik menjadi sutradara film. Tapi untuk melangkah lebih jauh, George Rudy belum punya nyali. "Masalahnya bukan apa-apa, kita harus belajar lagi. Ternyata George Rudy punya pengalaman tersendiri berlakon dalam film drama. Dia merasa tidak berbakat untuk melakon film-film drama. Kalaupun ada hanya beberapa. "Film drama saya hanya sedikit. Sedangkan film laga hampir 95%," katanya , "Saya bukan artis drama", ujarnya pula saat di temui disela-sela suting Titisan Si Pitung di Sukabumi. 

Ketika tahun 70an lagi top-topnya film remaja, George Rudy sempat pula meninggalkan film. "Saya bukan meninggalkan film, karena ketika itu film remaja lagi top. Sedangkan film action kurang diminati," kata karateka yang berbintang Libra ini. 

Namun George Rudy merasa belum puas bila melakoni film action memakai stuntman sehingga bila melakukan adegan-adegan berbahaya dia  mantap melakukannya. Tapi selalu saja pihak produser atau sutradara melarangnya, kuatir cedera berakibat film di tunda. 


~MF 094/62/TahunVI, 3 - 16 Feb 1990

BINTANG CILIK DALAM FILM TRAGEDI BINTARO DAN SI BADUNG.


BINTANG CILIK DALAM FILM TRAGEDI BINTARO DAN SI BADUNG, PUTRA DARI TORRO MARGENS IKUT BERMAIN

Sutradara Tragedi Bintaro, Buce Malawau dalam kaitannya dengan FFI 1989 menyimpulkan Komite seleksi salah sebut. Tidak ada pemeran bernama Nastiti dalam film saya itu. Kemungkinan besar yang dimaksud adalah tokoh yang bernama Astuti. Sudah dicantumkan dalam surat rekomendasinya , Astuti dipeankan oleh Chika Fransisca.

Dalam film Tragedi bintaro dengan sutradara pendeta Buce Malawau, bintang cilik yang ikut bermain terutama dalam satu keluarga junet yang terdiri dari lima orang anak. Si Sulung Mulyadi diperankan oleh Andi Otniel, Nomor dua adalah Juned, satu satunya dari lima bersaudara yang hidup kendati cacad dengan tragedi itu, diperankan oleh Ferry Octora, Nomor tiga , Aswadi diperankan oleh Tampan Maratiga anak dari Torro Margens. Baru yang ke 4 Astuti diperankan oleh Chika Fransisca dan terakhir si Bungsu di perankan oleh Yoga Pratama. 

Pemain Anak-anak ini di pilih khusus oleh Buce. Kebanyakan berlatar belakang dunia teater. Ferry Octora dan Ferry Iskandar (pemeran teman juned, penjual koran) keduanya berasal dari Teater Adinda Bocah. 

Ferry Iskandar yang berperan sebagai Hamid si penjaja koran, sudah beberapa kali bermain film. Antaranya diarahkan Arifin C Noer sebagai seorang anak Marissa Haque dalam film "Matahari Matahari". Berperan sebagai anak asuhnya Tuti Indra Malaon dalam film "Perisai Kasih Yang Terkoyak". Juga sudah pernah di sutradarai Buce Malawau yakni sebagai anak Yati Surachman dalam film Luka di atas Luka. 

Sama seperti anak-anak pemeran "Tragedi Bintaro" yang baru duduk dikelas VI kebawah, demikian juga dengan para pemain "Si Badung" yang disutradarai Imam Tantowi. Dua bocah badung, Koko dan Dori diperankan oleh Nelson Sodak dan Rully Johan yang baru kelas VI. Sedangkan "Kelompok Lima" diperankan oleh lima anak yang juga sebenarnya bagu kelas V mereka adalah Viona Rosalina, Rini Retno Mukti Remo Herfandi, Raymond Robot dan Ibnu Sandi Adam. 

Ikut mendukung Sheren Regina Dau (pernah bermain sebagai Anak Marissa Haque dalam film "Pesona Natalia" ) serta Toma Gagah Putra (Anak sulung Torro Margens) Boleh juga di ketahui kalau Rini adalah puteri dari Elly "Mantili" Ermawatie. Sedangkan Viona Rosalina ternyata puteri Editor Mulyo Handoyo. 

~sumber : MF 88/56/Tahun VI, 11-24 November 1989

Thursday, December 11, 2025

(NOSTALGIA) SUTING TITISAN SI PITUNG


 CERITA LAWAS ! SUTING TITISAN SI PITUNG. Cerita ini bukanlah Si Pitung Jagoan Betawi yang telah jadi legenda itu tetapi sebuah fiksi lain. Lukman Karmani penulis kawakan cerita Betawi mengangkat SI Pitung dalam bentuk fiksi dari karya aslinya, maka lahirlah Titisan Si Pitung dalam bentuk skenario. Lalu produser Afuk mempercayakan pengambilan gambarnya kepada sutradara Tommy Burnama membawakan panji PT Purnama Sentosa Film. 

Semula film ini berjudul "Jimat Si Pitung" oleh sesuatu hal lalu film cerita drama, action Betawi ini berganti judul "Titisan Si Pitung. 

Ceritanya seperti juga cerita silat kebanyakan. Ada yang jahat, ada yang baik. Lalu yang jahat kalah lantaran perbuatan si baik. Film cerita silat ini dibungkus dalam bentuk tradisional. Pengambilan gambar di laksanakan pertama pada 9 Januari 1990 dengan lokasi di desa Nagrak, Sukabumi. Dan selesai suting sekitar akhir Februari 1990. 

"Desa Ngarak di Sukabumi merupakan tempat yang ideal untuk cerita betawi, karena suasana Betawi tempo doeloe masih tersisa di sana. Andaikata cerita ini tidak berlatar belakang Betawi, boleh jadi lokasinya bisa sembarangan. Karena itulah saya mengambil lokasi suting di sini," kata Tommy Burnama selaku sutradara. 

Di bulan Januari curah hujan cukup padat membuat suasana suting terganggu. Beberapa kali pengambilan gambar tertunda. Beberapa figuran didatangkan dari Jakarta. Ad anggapan figuran dari Jakarta lebih baik sehingga akan mempermudah dan memperlancar jalannya pengambilan gambar. Ya, mereka telah di persiapkan untuk silat Betawi. 

Suting hari itu cukup menarik. Ada pemain yagn kena cambuk dan kena terjang beneran. Seorang pemeran, Tommy Wiryo berdarah, punggungnya sampai memar, itulah suting. 

Film Titisan Si Pitung di dukung oleh aktor-aktor ternama seperti WD Mochtar, Jeffy Sani Georgy Rudy Johny Indo, Syamsuri Kaempuan dan edi Riwanto. Sedang untuk aktrisnya antara lain Suci Leonita MY, Yanah Diana dan Sherly Sarita. Di dukung pula oleh beberapa pesilat dan pemain karate yang telah berlatih. 


~MF 094/62/Tahun VI, 3 - 17 Feb 1990

SEKILAS KARINA SUWANDI

 


SEKILAS KARINA SUWANDI. Cewek Cantik berperawakan tinggi besar biasa di panggil Karin, lengkapnya Karina Suwandi, dulunya sih Karinka, sebagaimana kebanyakan nama orang Cheko sono yang berakhiran Ka. "Ngga tahu tuh kenapa. Di akte kelahiran si Karinka. Apa lebih enak nyebut Karina daripada Karinka kali ya? akhirnya hingga sekarang lebih ngetop dengan Karina Suwandi," beber si bungsu dari 3 bersaudara yang cewek semuanya. 

Lahir di Jakarta 26 Desember 1973 dari pasangan Ir. Suwandi asal Solo dan Edith dari Chekoslovakia. Kelahirannya pun menyimpan cerita unik. Waktu hamil mamanya ngidam bir dan detik-detik terakhir saat Karin akan lahir, mamanya masih ada di pesta Natal, lagi senang-senang. "Saya kan lahir sehari setelah natal, bayangin gimana serunya waktu itu mama lagi enak-enak pesta saya lahir," kenangnya lucu. 

Punya tampang Indo, membuka kesempatan pecandu pizza dan pempek ini terjun ke layar lebar. Lewat kakak sulungnya yang peragawati, Karin dapat kesempatan ikuan di film anak-anak Don Aufar, menyusul kemudian Makhluk Manis dalam Bis dalam serial Lupus II. Kemudian Valentine, Kasih sayang Bagimu, film arahan sutradara Bobby Sandy, peran pertama sebagai pemeran utama sebagai Lufi gadis pendiam yang sering jadi pendamai kalau teman-temannya bersengketa. 

"Tidak perlu pendekatan khusus, Mas Bobby cukup sabar mengarahin kita-kita. Semua kru film kerja kompak, pemainya sudah kenal lama. Rata-rata satu agency, jadi rasanya kekeluargaan banget. Biar suting lama-lama di Bandung juga rasanya enak saja," ceritanya riang. Susahnya paling karena harus berperan sebagai mahasiswi, padahal Karin masih SMA. Sayangnya pada kesempatan perdana sebagai bintang utama ini suaranya diisi orang lain. Karin nggak sempat dubbing karena harus melakukan pemotretan pada saat yang bersamaan. "Nggak puas juga sih, tapi gimana lagi? dua duanya nggak bisa diundur.".

Karin terjun kedunia film di saat film Indonesia menjelang mati suri, namun kemudian Karin berhasil menjadi Warkop Angel di serial TV bersama Roweina. Dan hingga kini karirnya masih terus berjalan di dunia film. 


~sumber MF dll

Wednesday, December 10, 2025

BINTANG FILM DADAKAN, GOPE SAMTANI ,CASTING COCOK TIDAK PROBLEM


GOPE SAMTANI, CASTING COCOK TIDAK PROBLEM DENGAN BINTANG FILM DADAKAN. Banyak artis film melejit dari seorang produser. Sementara sang artis itu sendiri  tidak pernah bergelut dalam dunia film seperti Barry Prima, Yessy Gusman dan lain-lain. Bag Gope Samtani salah seorang produser film nasional berpendapat," Tidak ada masalah memakai artis apa saja, yang tanpa dilatarbelakangi kemampuan akting. Keberanian seorang produser seperti ini adalah untung-untungan."

"Bagi saya memakai artis yang bukan bergelut di dunia film tidak problem. Yang penting artis itu cocok dengan peran yang di berikan," kata Gope Samtani. Karena dunia film merupakan kerja kolektif, apakah sang artis itu sendiri merepotkan ketika pengambilan gambar? misalnya seperti Barry Prima yang seorang Taekwondoin ketika pertama kali suting film. 

"Memang saya yang pertama memakai Barry Prima, tapi sebelumnya kami sudah berpikir matang ke arah itu dan artis itu sendiri ternyata tidak merepotkan," katanya . Secara terus terang Gope juga menambahkan "Selama produksi saya tidak pernah mengalami hambatan. 

Selain Barry Prima dan Yessy Gusman, Gope Samtani juga dikenal sebagai produser yang banyak mengorbitkan artis nasional. Lalu resep apa yang di lakukan Gope, sehingga dia bisa sukses?

"Bagi kami yang penting cocok. Semisal kami memakai Elyas Pical, tentu kami sedang memproduksi film bertemakan tinju. Dan tidak akan memakai untuk film bertemakan drama," sambungnya. 

Sukses atau tidak sebuah film yang memakai artis berperan ganda seperti puny alatar belakang penyanyi, peragawan, pelawak dan atlit atau apa saja tergantung persiapan yang matang. Tidak berupa gagah-gagahan, atau ingin cepat dapat untung tanpa memperhitungkan segalanya. Karena perhitungan itu membuat Gope Samtani tidak pernah mendapat kendala ketika mengorbitkan seoragn bintng yang bukan artis film. Hambatan yang di hadapi ketika suting memakai bintang berperan ganda adalah faktor mental artis itu sendiri. Karena sudah ada perjanjian antara artis dan produksi sebuah film. 


Monday, December 8, 2025

ALAN NUARI


Alan Nuari boleh dikatakan sebagai aktor yang telah lengkap menerima berbagai peranan. Ia pernah main untuk film drama, mistik dan juga legenda. 

Alan Nuari ditemukan oleh Wim Umboh yang kemudian mengajaknya main film "Pengemis dan Tukang Becak" yang berhasil meraih Piala Citra terbanyak dalam FFI 1979 di Palembang. Di sini Alan Nuari bermain bersama Christine Hakim. Setelah film itu langkah Alan Nuari di dunia film tidak begitu mulus. "Mungkin saya belum berhasil untuk mencapai apa yang saya harapkan saat ini" ujar Alan. Saya tidak berputus asa yang penting main film jalan terus. 

Sejak namanya melejit lewat film perdananya "Pengemis dan Tukang Becak" tawaran main film untuk Alan Nuari datang bagaikan air mengalir. Tak heran bila tanpa terasa ia telah membintangi puluhan judul film. Tetapi ketika usia aktor ini mulai merambah ke parobaya ia tak selaris dulu. Tawaran main yang ia terima kian sedikit.

"Sepi itu datang juga" kata putra Bandung kelahiran 2 Januari 1955 ini. Tapi Alan nampaknya tak terlalu ambil pusing menghadapi perubahan itu. Ia tetap saja giat mendalami seni peran. Ketika disinggung seringnya tampil di sinetron setelah sepinya tawaran film, Alan mengatakan itu bukan disebabkan kurangnya tawaran main film. "Dulupun saya pernah bermain di sinetron. Main di sinetron lebih menantang. Olah vokal dan akting benar-benar diuji,"katanya.  Di bawah arahan Mustafa, Alan bermain sebuah sinetron produksi TVRI berjudul Kabut-Kabut Tipis. 


Saturday, December 6, 2025

HERMAN NGANTUK , SELALU KURANG TIDUR

 


HERMAN NGANTUK YANG SELALU KURANG TIDUR. Rambutnya keriting, selalu memakai iket kepala dan bila muncul di tv seperto orang yang kurang tidur serta bicara ceplas ceplos. Dialah Panjol, sosok yang acap di perankan Herman Ngantuk dalam serial TV Tembang di Tengah Padang. Di balik suksesnya herman memerankan sosok Panjol ternyata dia belajar karakter dari membaca dialog, sehingga dia selalu berulang-ulang membaca skenario sebelum pengambilan gambar. Apa tidak menganalisa naskah atau karakter?.

"Yang jelas saya belajar karakter Panjol dari membaca dialog. Malam, pagi dan siang saya terus membaca. Kadang saya juga lupa kalau saya tidak berada di lokasi suting. Dari situlah saya membuat karakter Panjol," kata Herman Ngantuk yang lahir di Tasikmalaya 5 Februari 1952.

Walau Panjol telah di kenal namun bagi Herman sangat tabu menampilkan karakter Panjol dalam cerita lain. Walau dia acap tampil dalam film cerita tv. "Saya sering melakoni tokoh Panjol. Bukan sama tapi ada kemiripan karakter. Walau saya tahu itu baik, saya tidak akan meminjam tokoh Panjol dalam bentuk apapun,"janjinya. 

Dalam disiplin kita boleh acung jempol padanya. Ketika suting tengah malam dimulai , Herman sudah menunggu di lokasi, walaupun ia tahu giliran suting menjelang fajar. Dia menunggu scene-nya sampai terkantuk-kantuk, namun kru Tembang Di Tengah Padang tidak mengetahui kalau Herman Ngantuk lagi terkantuk kantuk. 

"Itulah untungnya mata saya ini. Orang tidak tahu bahwa mata saya lagi ngantuk berat," kata aktor yang pernah kuliah di IKJ bagian teater. Namun bukan karena suting itu membuat namanya menjadi Herman Ngantuk. "Saya buat nama begitu karena saya menyadari mata saya mirip orang yang kurang tidur. Walau begitu mata saya ini kan anugerah Tuhan," kata anak ke 4 dari 10 bersaudara. 

"Walau saya berhasil melakoni Panjol, tapi semua itu tak terlepas dari tangan dingin Mas Darto. Apalagi mas Darto itu orangnya sangat terbuka," katanya. 

Namun bila disimak karakter seharian Herman Ngantuk ternyata sangat bertolak belakang dengan karakter Panjol. Kalau dalam Tembang di Tengah Padang, Panjol orangnya lugu, polos dan terkadang kocak, ternyata seharian Herman ngantuk orangnya serius. Bahkan dia adalah guru teater pada sebuah SMA di bilangan Jakarta Selatan. 


Friday, December 5, 2025

TONY HIDAYAT, WIRO SABLENG BIKIN GENDENG

 


TONY HIDAYAT, WIRO SABLENG BIKIN GENDENG. Ingat film Wahyu Sihombing "Istana Kecantikan?". Ingat Nurul "Siska" Arifin yang nyeleweng dengan pembantunya sendiri? Sang pembantu itu adalah Tony Hidayat, cowok tampan kelahiaran 24 Desember 1964. Dalam film itu, Tony kebagian peran sebagai pemuda b i s e k s. Bayangkan, dia harus melayani nafsu s e k s kedua majikannya. Tahan Ton? Dan cowok blasteran Sumatera-Jawa ini hanya tersenyum. 

Tony, sejak SMP merasa minder. Cemburuan. Soalnya sejak kecil Tony dididik secara prihatin. Syukurlah seorang gurunya menganjurkan dirinya untuk menekuni seni akting. Alhamdulillah usaha itu menampakkan hasilnya, ujar Tony yang merupakan mahasiswa IKJ. "Bergelut dengan  seni peran memang secara perlahan mampu mengembalikan rasa percara diri".

Di film sendiri, adalah Wahyu Sihombing yang mula-mula menawarnya untuk ikut main dalam film "Gadis Hitam Putih" tahun 1985. Langkah pertama itu kemudian diikuti oleh permintaan Dasri Yacob untuk ikut bermain dalam film "Suka Sama Suka". Kemudian PT Inem Film mempercayainya untuk menjadi pemeran film "Wiro Sabling" yang di sutradarai Lilik Sudjio. 

"Tapi film Wiro Sableng ini nyaris membuat aku gendeng (gila) dan kropos. Disipling sutingnya terlalu keras. Berat badan saya sampai turun 5 kg. Ini karena aku sendiri terlalu berambisi dalam mengejar karirku", keluhnya. "Wiro Sableng juga menyita waktuku untuk bercinta-cintaan. Apa yang saya sintai sepertinya enggak mungkin tercapai. Padahal di depan kamera aku adalah pendekar gagah yang tak terkalahkan. Tapi diluar film, aku limbung dan sempoyongan," kata adik sepupu Ida Royani ini. 

Dalam keterlibatannya di film, Tony mengaku beberapa kali tergelincir. "Tapi syukurlah, aku ini menyadari kesalahan itu. Aku mendapat petunjuk dari Tuhan,"katanya. "Ini karena film "Wiro Sableng" juga. Sebagai pendekar yang tak terkalahkan, aku kemudian berpikir Wiro Sableng pasti punya ilmu putih yang berasal dari Tuhan. Aku terpengaruh. Meskipun cerita film ini fiktif, "" tambahnya. 

Mengaku banyak belajar dari dunia film, Tony pun siap menerima resiko. "Dalam hal suting, saya tidak mau digantikan stand-in. Meskipun itu berbahaya," tuturnya. "Pak Lilik Sudjio bukan saja menyutradarai aku di depan camera, tapi alam kehidupan sehari-hari," kata cowok yang mulai sadar menabung ini. "Wiro sableng memangbenar-benar telah membuat saya teler. Karenanya saya mau istirahat dulu main film biar stamina tubuh saya fit kembali," katanya kemudian.


~MF 069/37/TahunV / 18 Feb - 3 Maret 1989

Tuesday, December 2, 2025

NIKE ASTRINA, MAIN FILM GADIS FOTO MODEL

 


NIKE ASTRINA, MAIN FILM GADIS FOTO MODEL. Jawa Barat memang "gudang"nya cewek cakep, pemain film dan penyanyi. Dari propinsi terdekat dengan Jakarta ini terus mengalir artis-artis muda dan berbakat. Diantara yang sedang kondang saja kita bisa mencatat beberapa nama antarai lain Meriam Bellina dari Buah Batu Bandung, Paramitha Rusady yang juga titisan darah Sunda, Yurike, Nicky Astria, Betharia Sonata, Vina Panduwinata, Hetty Koes Endang dan seabrek nama lainnya. Belum lagi pendahulu mereka seperti Chitra Dewi, Conny Sutedja, Alcia Djohar, Tuty S, Lenny Marlina dan sebagainya. 

Nike Astrina hanyalah satu dari sekian banyak gadis Bandung yang mencoba menekuni dunia tarik suara dan layar putih. Sudah dua film yang sempat dibintangi oleh pelajar SMP Negeri 30 Bandung ini. Pertama berperan sebagai adik Ida Iasha dalam film "Kasmaran"nya Slamet Rahardjo dan yang kedua "Gadis Foto Model" . Dua film yang berbeda tema dan cita rasanya. 

Kesan sepintas, Nike Putri bungsu keluarga RE Kusnadi yang karyawan Pusdiklan PJKA Bandung ini mirip dengan Paramitha Rusady. Baik postur tubuhnya, warna kulitnya bahkan garis-garis wajahnya. Dalam usianya 14 tahun (Lahir di Bandung, 27 Desember 1975) Nike sekarang memang sedang ngebut menuju tangga popularitas. 

Giat nyanyi di panggung, di samping terus karir main flm. Juga di bidang rekaman sekarang ini. Nike sedang bersiap-siap melemparkan album pertamanya. Dalam film kedua ini Nike berperan sebagai salah satu Gadis Model kelompok Susy (Cut Irna). Cukup banyak juga di amuncul tapi belum dituntut akting yang berat. Tapi pemunculannya di film kedua ini lumayan banyak. Ada sekian scene dan dia melewati hari-hari suting dengan penuh antusias dan disiplin. Selama suting Nike dan Cut Irna tinggal di sebuah hotel di sekitar Jl. Kramat Raya. Mereka pulang balik ke Bandung dan Tasikmalaya untuk menyesuaikan sekolahnya. 

Lumayan juga repotnya menghadapi bangku sekolah dan suting film apalagi cukup berjauhan. Sebagian besar pembuatan film tersebut dilakukan di Jakarta. Makanya selama dua bulan terakhir ini Nike terpaksa mondari mandir Jakarta Bandung. Tak terganggu sekolah? "Sedikit banyak terganggu juga dong, tapi saya selalu berusaha mengejarnya," kata Nike Astrina di sela-sela suting di daerah wisata , Puncak-Bogor. Kalau sedang di Jakarta dia tak lupa membawa buku-buku pelajarannya dan kalau break suting satu dua hari dia langsung ke Bandung. 

Cukup Sulit mengatur waktu antara sekolah, main film, nyanyi dan bahkan rekaman. "Apa boleh buat resiko, say aharus mengatasi semua itu, saya berusaha untuk tidak melewatkan kesempatan yang ada demi karir dan cita-cita, " katanya. 


~MF 069/37/TahunV/28 Feb - 3 Maret 1989.

Saat di wawancara, namanya belum berganti Nike Ardilla , nama Nike Ardilla muncul setelah album pertama Seberkas Sinar beredar 

Monday, December 1, 2025

NASIR, DENGAN SATU ISTERI TIDAK CUKUP?


NASIR, DENGAN SATU ISTERI TIDAK CUKUP?

Bokir dan Nasir dua orang pemain film yan gberangkat dari kesenian Betawi. Bokir dari Topeng Betawi dan nasir dari Lenong yang dua duanya aktif meramaikan produksi film nasional. Namun demikian tetap aktif melayani panggung untuk Lenong maupun Topeng Betawi. Mereka ternyata tidak cukup satu istri. masing-masing hidup dalam keadaan rukun, tentram dan bahagia. 

Nasir yang lahir tahun 1935 mengaku bikin grup Lenong sejak kecil. Pertama main film dalam "Pinangan" yang di sutradarai oleh Sjumandjaya dengan pemain utama Benyamin S . Kemudian disusul film-film berikutnya Macan betawi, Kembang Semusim, Setan Kredit, Pengemis dan Tukang Becak, Duyung Ajaib, Wanita Harimau/Santet II serta Titisan si Pitung yang di sutradarai oleh Tommy Burnama dan Si Gondrong Lawan Bek Marjuk yang di sutradarai oleh Atok Suharto dan lain-lainnya. Lebih dari 20 film ia mainkan. 

Tarif di lenong antara Rp. 500rb sampai 1 juta, satu grup. Sedang main film santet II, Nasir menerima honor 1 juta, perbandingan yang cukup besar.

"Saya merasa senang main film, walaupun enakan di Lenong. Sebab di Lenong penonton nguber akting kita, sedang di film kamera yang nguber akting kita," kata Nasir di rumahnya di Ceger, dekat Taman Mini didampingi Tonah isteri kedua dan 2 orang anaknya. Isteri pertamanya dengan 6 anak ada di Jatinegara. "Gue enggak repot kok punya 2 bini, sebab mereka masing-masing sudah saling tahu dan saling mengerti," tambah Nasir yang selain main film dan lenong juga sering muncul di TV. 


~MF 093/61/tahunVI 20 Jan-2Feb 1990

Sunday, November 30, 2025

DEVI PERMATASARI, KABAR DUKA DAN BAHAGIA

 


Di saat isak tangis dan kesedihan menyelimuti keluarganya pada tanggal 30 Juli 1990, Dewi Fortuna tiba tiba datang saat kepergian Abdullah Musa, papa tercinta Devi Permatasari ke haribaanNya.

Singkat cerita via anak Djun Saptohadi yang orang film, Devi Permatasari, maka jadilah ia tokoh Garnis, kakak kandung Raden Bentar anak tiri Brama Kumbara raja dari kerajaan Madangkara yang dalam film saur Sepuh IV di perankan oleh Denny Porlen. Dalam film Saur Sepuh IV akan menumpas pemberontakan Dursila Cs. Bersama sutradara beken Imam Tantowi, Devi langsung mendapat peran utama dalam film Titisan Darah Biru. 

Sutingnya berlokasi di daerah Garut, Pangandaran dan Gresik. Devi, kelahiran Jakarta 11 Juni 1974, kontraknya pada PT. Kanta Indah Film selama satu tahun dimanfaatkan dengan sebaik mungkin. 


~MF 120/88 TH. VII 2 - 15 Feb 1991

Saturday, November 29, 2025

PENATA LAGA EDDY S. YONATHAN, INGIN SEJAJAR DENGAN SUTRADARA


PENATA LAGA EDDY S YONATHAN

Kurang begitu sukses menempuh karir sebagai pemain, dan gagal mendirikan grup band, Eddy S Yonathan kini lebih hndal sebagai penata laga. Menggarap sinetron laga tradisional lebih sulit dibanding modern, katanya. Eddy memimpikan penata laga sejajar profesinya dengan sutradara. 

Sudah lebih 70an judul film laga yang ditangani oleh Eddy S Yonathan, penata kelahi yang cukup di segani di lapangan. Ia pernah mengarahkan bintang bintang laga handal seperti Barry Prima, Yoseph Hungan, Advent Bangun, Johan Saimima dan lain-lain. Murid terbaik Sutrisno Wijaya(sesepuh bintang dan fighting director film laga nasional) yang belajar ilmu beladiri di perguruan Porbikawa selama 6 tahun lebih , sedang menagani adegan laga sinetron kolosal Tutur Tinular tayangan AN-Teve. Kendati baru pertama terjun ke sinetron namun Eddy mengaku tidak mengalami kesulitan dalam mengarahkan para pemainnya untuk adegan eksyen klasik. Bahkan ia mengaku merasa semakin mudah untuk memperoleh adegan laga yang maksimal. 

Memulai karirnya sebagai pemain merangkap fighting instructur lewat film Tangan Besi tahun 1971. Tapi kemudian Eddy lebih mendalami tata laga. Dia ingin menjadi fighting director, mengikuti jejak sang guru Sutrisno Wijaya.

Termasuk keras di lapangan suting, lebih tepat dibilang disiplin. Tak pilih bulu, apakah pemain sekaliber Barry Prima sekalipun, sampai pada figuran-figuran, mereka yang susah diarahkan segera posisinya digantikan, atau di hapus sama sekali. Karena disiplin itulah Eddy cukup disegani sebagai fighting director dimata para pemain dan kru. Dia juga tidak mau didikte oleh sutradara drama. itu karena Eddy merasa posisi fighting director sejajar dengan sutradara. Masing-masing punya kekuasaan sendiri. Dia tidak segan-segan mengambil sikap tegas jika ada sutradara drama yang ingin campur tangan dalam satu adegan laga yang ditanganinya. 

Pria berpostur tinggi 170 cm ini menikah pada tahun 1977 dengan Maria Wahyu Raharjo dan dikaruniai dua orang anak, Amalia Yonathan yang sudah menulis skenario beberapa film seperti Rawing II, Macho II dan Pedang Ulung, sedangkan bungsunya bernama Danie Lahenda Yonathan. 

Eddy S Yonathan pernah menekuni dunia musik sebagai gitaris, tapi tidak bertahan lama. Grup bandnya bubar. Eddy menekuni dunia ilmu bela diri dan film laga, karena dia merasa berkembang disitu. 

Meski sinetron jenis eksyen belum dihargai di ajang festival, Eddy tidak mau ambil pusing. "Dari dulu memang begitu. Inilah kejelekan para pekerja seni kita, tidak bisa menghargai karya orang lain hanya karena terbentur aturan yang belum dikembangkan, " kata putra ke lima dari enam bersaudara kelahiran Malang, 20 Juni 1950 ini. 

Saat wawancara ini dibuat, Eddy sedang sibuk menggarap sinetron kolosal Tutur Tinular tayangan AN-Teve (kemudian pindah Indosiar) yang berlokasi di bumi perkemahan Cibubur, pantai pangandaran dan Beijing, China. "Saya konsentrasi dulu disini, dikontrak oleh Pak Budi Sutrisno, bos PT. Genta Buana Pitaloka. Saya baru keluar dari satuperusahaan film, karena kontraknya sudah habis," ujar Eddy. 



berikut petikan wawancara dari Majalah Film dengan Eddy Es Jonathan. 

"Tutur Tinular adalah yang pertama bagi anda sebagai fighting director untuk tayangan layar kaca. Ada tidak perbedaan adegan laganya dibanding ketika anda menggarap film layar lebar?"

Pada Dasarnya sama saja, karena yang dimaksud laga atau eksyen itu adalah pukulan, tendangan dan tangkisan yang digarap secara filmis. Hanya di sinetron terasa agak mudah untuk membuat adegan , karena hasilnya bisa dilihat langsung lewat monitor. Peralatan kameranya juga lebih baik. Sementara film laayar lebar sampai sekaran gmasing menggunakan peralatan yang konvensional. 

Artinya menurut Anda eksyen film layar lebar itu lebih sulit dibanding eksyen film layar kaca?

Menurut saya tingkat kesulitan ada dua macam. Pertama dari segi fasilitas pengadaan peralatan dan kedua segi pengadeganan. Dari segi fasilitas, sinetron memang lebih modern. Karenanya lebih mudah mengambil gambar adegan eksyen yang menarik ketimbang film layar lebar. Masalah pengadeganan saya rasa sama sulitnya antara sinetron dan film. Kita dituntut mencape adegan eksyen terbaik. 

Apakah karena Anda merasa gagal jadi bintang laga sehingga menetapkan posisi fighting director sebagai profesi hidup anda?

Sebagai pemain, dibilang gagal sih nggak juga. Pertama main, saya langsung peran utama lewat film "Tangan Besi". Hanya kemudian saya lebih menekuni tata laga. Itu sesuai dengan latarbelakang keahlian saya sebagai 'orang perguruan' yang ditempa ilmu bela diri silat di Porbikawa. Saya merasa lebih leluasa berkreasi menampilkan adegan-adegan laga. Saya lebih suka disebut sebagai kreator eksyen. Tapi sekali-sekali bila dibutuhkan saya ikut main juga. 

Bagaimana proses karir Anda sampai menjadi fighting director?

Pertama kali di film Tangan Besi, selain jadi pemain utama saya merangkap fighting instructur. Darisini saya mulai mengenal bagaimana proses teknik pengambilan gambar. Kemudian saya mulai melangkah ke fighting director lewat film Cakar Maut, film saya yang ke tiga tahun 1975. Sampai sekarang saya tetap mempertahankan posisi di film sebagai fighting director. Sebagai kreator eksyen saya banyak belajar dari pak Sutrisno Wijaya, guru saya di perguruan Porbikawa yang juga banyak terlibat didunia film eksyen,baik sebagai pemain maupun fighting director. 

Apa saja referensi Anda sebelum menggarap sebuah adegan eksyen hingga mencapai hasil yang maksimal?

Yang utama bagi saya adala skenario itu sendiri. Saya selalu mempelajari unsur filmisnya dulu. Dari pengalaman kerjasama dengan beberapa sutradara merangkap kameramen yang cukup handal seperti Liu Chun Bok. Antara gambar dan pengadegaan bebeda. Dalam gambar seperti ada distorsi dengan asli yang dlihat oleh mata telanjang. Bisa saja yang tadinya olahraga beladiri di dalam film bisa menjadi ilmu bela diri. Film bisa menjadi 'ilmu' bela diri. Demikian juga sebaliknya, itulah filmisnya. Bagaimana kita menginterprestasikan pengadeganan yang ada di skenario. Sementara skenario itu sendiri bukanlah skenario yang utuh, karen adi abukan merupakan director shoot, melainkan skenario yang sifatnya tergantung sutradara di lapangan entah itu bagian drama atau eksyen. Misal seperti Tutur Tinular ini banyak pengadeganan eksyen. Tapi menurut saya plotnya kurang mengena, sehingga say aharus melakukan perombakan bekerjasama dengan penulis skenario. 

Saya juga mengambil refernsi dari film luar, jika ada peran yang karakternya orang luar. Seperti beberap atokoh dalam sinetron Tutur Tinular yang memerankan tokoh pendekar dari daratan Cina, Saya harus menerapkan konsep, karakterdan ilmu yang ada di Cina untuk pemainnya. 

Apa bedanya antara olahraga bela diri dengan 'ilmu' bela diri yang anda maksud.?

Ilmu itu dengan senirinya kita menggunakan bela diri dari mampu mengantisipasi problem. Tapi yang di sebut olahraga, semaa kekuatan fisik aja, ada lagi yaitu seni bela diri yang mengutamakan bentuk keindahan. 

Apa kesan Anda selama mengarahkan para bintang  laga kita?

Wah, bermacam-macam mulai yang susahdi arahkan , bandel sampai yang gampang diarahkan . Bervariasi. 

Anda menekuni ilmu bela diri hampir 32 tahun, ditambah ketika Anda masih kanak-kanak juga sudah latihan silat. Sejauh mana peran Anda dalam mengontrol beraneka ragam emosi pemain yang kata anda bervariasi itu?

Sangat membantu sekali, dimana saya harus menguasai mereka secara kejiwaan. Saya berupaya untuk bisa memahami seluruh kepribadian dan kebiasaan mereka. Itu memang harus di kuasai oleh seorang sutradara drama dan sutradara eksyen. 

Pernah berseteru dengan mereka?

Seingat saya belum pernah terjadi. 

Jika ada yang bandel, biasanya apa yang Anda lakukan?

Saya ganti dengan pemain lain atau mengganti adegan. 

Apa saja bekal utama untuk bisa menjadi fighting director?

Selain yang saya bilang tadi, yaitu menguasai ilmu, olahraga dan seni bela diri, juga harus menguasai musik. Paling tidak harus mempelajarinya. Karena musik merupakan gabungan pengadeganan yang bersentuhan langsung pada efek, sound, nuansa dan ilustrasi. 

Diantara bintang-bintang laga Indonesia, siapa yangpaling sulit anda arahkan?

Hm.... (diam sejenak) kayaknya nggak ada, sebab saya selalu memberikan peran yang sesuai dengan kemampuanpemain. Saya tidak akan memberikan peran yang kira-kira adegannya tidak bisa di lakukan pemain. 

Diantara puluhan film laga yang sudah Anda garap, film apa saja yang benar-benar maksimal Anda mengerjakannya?

Tentang maksimal minimal film yang saya hasilkan, tergantung pada budget produksi yang disediakan. Misal Saur Sepuh V, itu budgetnya tiga ratus juga. Hasilnya lebih baik dari film Pedang Ulung yang hanya seratus juta. Tapi jujur saya katakan, dalam setiap bekerja di lapangan saya berupaya maksimal. 

Antara Eksyen Klasik dengan Modern, bagi Anda mana yang lebih sulit?

Dalam kondisi seperti ini, saya merasa lebih sulit membuat adegan Eksyen modern karena untuk mencapai hasil yang maksimal diperlukan peralatan yang modern, juga, mulai dari peralatan di lapangan maupn untuk proses editing di laboratorium. Sementara eksyen klasik cukup dengan peralatan konsvensional. Namun pada dasarnya kedua jenis itu punya tantangan dan kesulitan tersendiri. 

Kalau tidak salah, eksyen dunia terdiri dari eksyen Amerika style, eksyen Mandarin dan Eksyen India. Anda lebih cenderung kemana?

Saya lebih tertarik ala Amerika, karena biasanya film-film laga Amerika selalu menjaga keseimbangan cerita dengan adegan laganya yang selalu terkait dengan jurus-jurus ilmu bela diri. 

Sebagaian fighting director pernah mengatakan gerak ilmu bela diri silat sulit mengambil angelnya dan kurang menarik untuk ditampilkan ke bahasa gambar. Sehingga eksyen kita lebih banyak menampilkan jurus-jurus ilmu bela diri asing seperti Karate dan Tae Kwon Do. Apakah itu benar?

Ah, itu tidak benar. Tergantung pada penggarapnya, siapa fighting directornya. Jenis ilmu beladiri apapun kalau digarap baik dan sungguh-sungguh, pasti akan menghasilkan eksyen yang indah, karena masing-masing aliran punya keistimewaan dan keindahan sendiri. Tinggal bagaimana kita menggali dan menampilkan keistimewaannya itu. 

Ada yang mengatakan untuk menjadi bintang eksyen itu gampang ketimbang jadi bintang drama, Apa pendapat anda?

Ha ha (tertawa) justru eksyen itu jauh lebih sulit. Karena eksyen itu jelas ada dramanya. Tapi kalau drama, belum tentu ada eksyen. Maknya pernah sutradara kita Fritz G Schadt bilang, bahwa sutradara yang belum pernah bikin film eksyen belum sah jadi sutradara.

~MF 299/265/XIV 29NOV-12DES 1997



Thursday, November 27, 2025

RINA LIDYA RAWIT

 


RINA LIDYA RAWIT  anggota Srimult pertama main film di gaet oleh Nya' Abbas Akub untuk mendukung film "Cintaku Di Rumah Susun" . Di susul film-film berikutnya Kipas-Kipas cari Angin, Nyoman Dan Merah Putih, Wanita Harimau atau Santet II serta Makelar Kodok. 

"Pertama saya main di depan kamera rasanya seperti di uber setan gitu, lihat kamera kayak lihat setan, takut. Tapi lama-lama ya enggak," kata Rina. 

Setelah jadi pembatu dalam Cintaku Di Rumah Susun, Rina jadi isteri Pak Tile dalam Kipas-Kipas Cari Angin, kemudian jadi keponakan tokoh yang dimainkan oleh Roy Marten dalamfilm Nyoman dan merah Putih. Sedang dalam Wanita Harimau atau Santet II jadi pacar Bokir, dan dalam Makelar Kodok jadi hostes. 

"Jadi apa saja, diajak siapa saja saya mau, asal tidak diajak nyebur sumur aja," ungkap Rina yang lahir 19 Februari 1960 yang merupakan saudara kandung dari Neni Ribut Rawit yang juga main di Srimulat. 

Selain ikut dengan Srimulat, Rina juga sering melawak dengan grup-grup lainnya seperti grup Srimulat, Grup Tarzan, dan Grup Eddy Gombloh. Tarif sekali manggung Rina mengantongi Rp. 400.000,-.

Setelah sekali main film, Rina mengaku ketagihan. Kalau akting di panggung merasa leih bebas an spontan sedang di film selalu berdasar skenario dan petunjuk sutradara. 


~MF 095/63 Tahun V, 17  Feb - 2 Maret 1990

ANAS ROIZAEN, MURID MANTILI


INILAH PEMERAN MURID MANTILI YANG BERSAMA GARNIS DALAM SAUR SEPUH 4. ANAS ROIZAEN, Pada jaman Sultan Agung dan Diponegoro  para pendekar bergabung menentang kolonial, para empu menciptakan ajang di Timur Tengah untuk menyalurkan para pendekar modern dengan senjata otomatisnya. Para pendekar di jaman kerajaan dulu , telah mewarisi sisa-sisa kepatriotan dan budaya. Silat adalah salah satu warisan budaya yang terus berkembang menjadi seni olahraga bela diri. Pendekar-pendekar silat tidak sedikit yang berangkat ke medan laga untuk menyalurkan lewat dunia film, Anas Roizaen adalah salah satu diantaranya. Pria asal Tegal ini berniat berlaga di film. Di Tegal, ia aktif di organisasi film club, selepas SMA dalam masa-masa pencarian jati dirinya ia sempat nongkron di IAIN Sunan Gunung Jati Cirebon, itu terjadi pada tahun 1987, pada tahun yagn sama pula ia lari dari Sunan Gunung Jati dan mengeram di Pondok Pesantren Kadu Sumur Banten. Akan tetapi tidak lama kemudian kembali lagi ke Tegal dan memperkuat perguruan Silat Trenggani yang di pimpin oleh Benhur. 

Benhur sangat percaya pada bakat anaknya, maka Anas panggilan akrab yang bernama lengkap Mokhamad Nasucha bin Zaenudin Benhur ditugasi menjadi instruktur di perguruan Trenggani. 

Pertama kali bertemu dengan Ki Dalang Imam Tantowi pada acara Film Club di Jakarta. Pada tahun 1989 ia langsung bergabung dalam film "Pancasona" kemudian disusul dengan "Ajian Nyimas Gandasari" "Pertarungan" , "Saur Sepuh III dan berlaga di Saur Sepuh IV. Sampai dengan film kelima tersebut ia belum pernah mendapat kesempata untuk memegang peran utama , kecuali peran peran pembantu. 

Sesuai dengan nama aslinya Nasucha, ia tidak mau meninggalkan sholatnya dan dimana ada kesempatan ia selalu berusaha untuk membaca kitab suci Al Quran baik itu dirumah , masjid maupun di lokasi suting. Ia pernah mengalami kecelakaan kecil di lokasi suting, justru ketika ia hendak menjalani ibadah sholat. Di waktu subuh, ia terpeleset dan masuk kolam comberan, untung ada yang menolong sehingga ia cuma pingsan. Mungkin pagi itu masi cukup gelap sementara kabut menghalangi pemandangan di Sukabumi, sehingga ia tidak bisa melihat daerah yang rawan. Kali ini si jago silat tak bisa berkutik menghadapi comberan. 

"Ya jika mungkin saya ingin menjadi instruktur" tuturnya malu-malu . Anas setiap usai subuhan ia langsung berlatih silat secara rutin serutin sholat itu sendiri. "Menurut saya pesilat jika menjadi instruktur justru akan semakin maju, karena disana mau tidak mau dia dituntut mengembangkan jurus-jurus baru seperti layaknya kerja seorang koreografer", jelas Imam Tantowi. Barangkali itulah yang embuat ia semakin bergairah. 

~MF 120/88 Tahun VII 2 -15 Feb 1991

Tuesday, November 25, 2025

DARTI MANULANG

 


DARTI MANULANG. Penampilan awalnya di layar gelas. Kemudian mendapat tawaran untuk main film. Lalu suting film inilah yang sempat membuatnya sakit lever. Padahal kedua orangtuanya tidak menyetujui bergelut di dalam bidang film. Darti manulang juga berhasil menamatkan kuliah di UKI dan menyandang gelar SH. tentu sebuah gelar yang bergengsi. 

Darti sakit lever karena terlalu letih, akibat suting. itulah sebabnya ia lebih suka menjadi pengacara daripada seorang artis. Karena kesibukannya di luar film, Darti juga sempat menolak tawaran main film yang datang padanya.Ia menolak bukan karena ditawarin film berbau  s e  k s, karena ia pasti akan menolaknya untuk adegan tersebut. 

Artis bernama lengkap Resmina Yadharty Manullang ini juga sempat melakoni beberapa film nasional antara lain "Jangan kirimi aku bunga, Di balik Dinding Kelabu" Lupus I dan II, Lintar, Lebih Asyik sama Kamu, Djakarta 66 dan Bayar Tapi nyicil. 

Ada yang masih ingat artis ini? mungkin lebih kenal sebagai artis sinetron dengan peran antagonisnya??

~MF 095/63 Tahun V, 17  Feb - 2 Maret 1990


Monday, November 24, 2025

MENUMPAS PETUALANG CINTA, PENCAK SILAT KONTRA KUNG FU

 


ERICK SOEMADINATA dalam Menumpas Petualang Cinta. PENCAK SILAT KONTRA KUNG FU. Seorang lelaki Cina muda dengan rambut di kepang panjang ala pendekar Pui Sigiok dari biara Shaolin, dengan congkak petantang petenteng di sebuah desa di kawasan Jawa Barat. Senjata andalannya sebuah kpas berjeruji pisau. Tokoh bernama Po Seng dengan kekuasaannya mengangkat dirinya sendiri menjadi semacam raja kecil di wilayahnya. 

Sebagai penentang kesewenangannya muncul Jaka, pemuda gemblengan pesantren. Duel antara mereka menjadi atraksi yang menarik, karena yang satu berbekal kung fu sedangkan yang lain mengembangkan jurus-jurus pencak silat. 

Diarahkan oleh sutradara Tjut Djalil, kedua pemeran harus berulang kali bergebrak, "Agar nampak realistis, para pemain film silat sebaiknya memang memiliki bekal ilmu bela diri yang cukup, " ujar Pelatih Kelahi Eddy S Jonathan, yang tak jemu-jemunya memberi contoh gerakan. 

Tokoh Po Sang di perankan oleh Steady Rimba yang menilik dandanannya mengingatkan pada mendiang Alexander Fu Shen dari Shaw Bros. Tubuhnya memang cukup kekar, Gebrakannya juga lumayan mantap. Sebagai lawannya Jaka bukan lain adalah Errick Soemadinata yang sudah di kenal lewat serial silat "Si Gobang".

Masih ada lagi Golden Kasmara, yagn berperan sebagai A-Cai dan Yurike Prastica sebagai Ling Ling. Keduanya melambangkan  pendekar-pendekar muda keturunan Cina yang baik dan bertrio dengan jaka menumpas si Jahat Po Seng!. 

"Banyak adegan seru yang baru dan lain dari yang lain di film ini," promosi Eddy. "Antaranya ada adegan Errick di jerat dengan tali temali sampai jatuh kelubang perangkap penuh bambu runcing. Juga adegan Yurike dengan Golden dibuat artistik.

Dalam suatu adegan, Yurike berjumpalitan tinggi, lalu kakinya "menclok" ke pundak Golden. Dengan jurus istimewa inilah mereka memecahkan keangkeran Steddy. Kamerawan Ridwan Djunaedi boleh di puji berhasil  memvisualkan adegan demi adeagan dengan cukup terampil.

"Untuk menghidupkan suasana Betawi "tempoe Doeloe" sengaja kami memilih lokasi suting di sekitar Sukabumi yang masih asli", kata produser Ferry Angriawan dari PT. Virgo Putra Film yang merupakan produksi ke 38 ini. "Semua pemain dan kru di himpun di Sukabumi. Namun karena gangguan cuaca, seperti misalnya turuh hujan secara mendadak, tak kurang pembuatan film ini memakan waktu hingga 40 hari. disusul kemudian dengan proses selanjutnya yaitu dubbing, pengisian effect suara dan musik. 


~MF 095/63 Tahun V, 17  Feb - 2 Maret 1990


YASMAN YAZID, BIKIN FILM SESUAI SELERA PASAR


 Kiat Yasman Yazid membikin film adalah untuk dapat di tonton masyarakat. Wajar bila ia mengutamakan selera pasar, dapripada membikin film seni. Meski begitu, ia tidak pula membikin film asal jadi. Tanpa struktur cerita yang jelas,"Bagi saya membikin film ceritanya harus jelas, meski film komedi sekalipun. Terus terang, saya tidak bisa membikin film tanpa struktur cerita yang jelas,"katanya. 

"Justru itu saya tidak bisa membikin film yang hanya mengandalkan perempuan perempuan cantik, tanpa ikatan cerita yang jelas. "Wajar bila dalam film terbarunya adegan-adegan merangsang tidak mendominasi setiap rol seluloid, seperti film komedi kebanyakan. Seperti film Plin Plan (Plintat plintut) menurut Yasman nafas filmnya adalah komedi situasi. Bukan komedi slapstick yang hanya bermodal plesetan. 

"Kekuatan film ini adalah komedi situasinya. Karena yang saya permainkan adalah karakter Doyok dan Kadir. Slapstick itu perlu, tapi dalam film ini tidak terlalu mendominasi. Yang saya lemparkan dalam film ini adalah tentang gosip. Tidak pula membungkusnya dengan kritik sosial. Oleh sebab itu bingkaian film ini adalah bentuk cerita yang jelas," ujarnya. 

Yasman Yazid sadar betul bahwa persiapannya untuk menarik penonton cukup ketat. "Namun saya tidak takut, persoalannya apa yang saya bikin merupakan film yang bisa diterima masyarakat," katanya. 


~MF 167/134/TH.IV 28 Nov-11 Des 1992