Showing posts with label Film Indonesia. Show all posts
Showing posts with label Film Indonesia. Show all posts

Thursday, May 22, 2025

SI RAWING 1 DAN SI RAWING 2


SI RAWING adalah julukan untuk tokoh pendekar berdaun telinga koyak dari kawasan Priangan yang cukup populer lewat sandiwara radio berbahasa Sunda. Serial Silat yang di bumbui banyak dialog dan adegan jenaka ini mencapai puncak kepopulerannya di daerah Jawa Barat pada awal tahun 1990.

Saat ramai-ramainya PT. Kanta Indah film memindahkan serial sandiwara radio ke versi film yang diawali dengan Serial Saur Sepuh berlanjut ke Tutur Tinular, Babad Taluhur, nah Leluhur, Anglingdarma dan lain-lain, Si Rawing pun sempat di filmkan pada tahun 1991. Sutradaranya Denny HW dengan Bintang utamanya Eka (Alias Erick) Soemadinata, di dukung oleh Yoseph Hungan, Wenny Rosaline, Rita Sheba dan Yunus Takara.

Keistimewaan film silat itu dibuat dalam dua versi bahasa Indonesia(untuk peredaran nasonal) dan Bahasa Sunda (khusus pengedaran daerah Jawa Barat. Sebagai Si Rawing yang pintar bersuling, Eka cukup pas, sesekali kocak dan lugu serta rada be go, malah sempat nembang (menyanyi)sambil main klotekan dengan kentongan bambu yang biasa di gunakan peronda.


 


RAWING 2 PILIH TANDING, Lanjutan Postingan tanggal 19 April 2025

Setelah Rawing 1 dengan bintang utama Erick Soemadinata produksi PT. Kanta Indah Film selesai, kemudian PT Elang Perkasa Film melanjutkan memproduksi Rawing 2 dengan judul Pilih Tanding. Disutradarai oleh Tommy Burnama berdasarkan skenario rekaan Prawoto Soeboer Rahardjo.

Kemungkinan berhubung produser PT. Elang Perkasa Film sudah mengontrak bintang laga Barry Prima untuk Jangka Panjang, maka peranan si Rawing pun beralih dari Eka ke Barry (Itu sebabnya Barry memainkan hampir semua pendekar mulai dari Jaka Sembung, Mandala, Kamandaka, Mata Malaikat, Panji Tengkorak, Jampang sampai ke Anglingdarma dan Tarzan).

Musuh besar Si Rawing gembong perampok si Gempar, di perankan oleh Yoseph Hungan yang sudah belasan kali bertarung (dalam film) dengan Barry.

Dua tokoh penting lain, Si kakek konyol Ki Debleng dan Si nenek genit Nini Iswari, di mainkan oleh Wingky Harun dan Yurike Prastica. Dalam sandiwara radionya, muncul sepasang tokoh tua bebodoran ini selalu bikin greget, rada nyebelin tapi juga kocak banget. Lawan mereka si sesepuh perampok, Ki Uwag di perankan oleh S Naryo Hadi.

Ikut mendukung pemain-pemain muda seperti Christine Terry (Sebagai Kartika, kekasih Rawing), Sinta Naviri (merangkap dua peran, Sekarwangi dan Saraswati), serta bintang bocah Ferry Iskandar (Sebagai Juragan Pendek) dan pemain bertubuh tambung Fahmi Bo (jadi si tubuh besar).

Lokasi suting film ini memang tak jauh-jauh cukup di sebuah gerumbul belukar yang terpuruk di kawasan Kayu Putih, Pulo Mas Jakarta Timur. Namun dengan kepintaran sutradara dan kecermatan bidikan kamera Thomas Susanto dan Kreasi Penata artistik Delsy Syamsumar, bisa di rekayasa hingga mirip sebuah desa di telatah Pasundan 'tempoe doeloe'.

Cerita di awali ketika Si Rawing dan sahabatnya, Ki Debleng tengah meronda keliling kampung. Mereka berhasil memergoki kawanan perampok yang baru selesai operasi. Cukup beberapa gebrakan saja, kawanan perampok berilmu cetek itu sudah di bikin tunggang langgang. Sadar kalau tak bakal unggul melawan kakek dan pemuda gagah ini. Kawanan perampok langsung lari kocar kacir meninggalkan semua buntalan hasil rampokan.

Dengan penuh kebanggaan, merasa telah bejasa besar, Ki Debleng menggendong buntalan besar itu. Niatnya besok akan mencari dan memulangkan pada pemiliknya. Eh, jebul barang-barang dalam buntalan itu, bukan lain adalah milik istrinya dewek, Nini Iswari. Lho kok bisa begitu? Rupanya tadi kawanan perampok mencuri harta Nini Iswari dari dalam rumah yang ditinggal kosong.

Terjadi kesalah pahaman karena bukannya berterima kasih, Nini Iswari malah baik menuduh Ki Debleng Sebagai maling. Karuan si kakek tak terima, meskipun bukti-bukti sangat memberatkannya. Tuduhan cerewet si nenek membuat keduanya bercekcok dan ribut besar..

Monday, May 12, 2025

SEJARAH KELAM PERBIOSKOPAN INDONESIA AKIBAT KERUSUHAN MEI 1998


Suasana mencekam kerusuhan di Jakarta telah melumpuhkan bisnis bioskop, sejak 12 Mei 1998 seluruh bioskop di kota Jakarta dan sekitarnya tutup. Bukan itu saja, banyak bioskop yang jadi korban kerusuhan dan pembakaran, terutama di bioskop yang berada di mall ataupun komplek pertokoan. Kegiatan suting  pun berhenti, dan kaum selebritis harus kehilangan penghasilan akibat kerusuhan yang melanda. 

Situasi mencekam seperti itu juga melumpuhkan kegiatan sensor hingga di khawatirkan banyak film-film khususnya untuk tayangan televisi yang tidak melalui sensor, sebegitu besar dampaknya akibat keadaan itu. 

Lembaran hitam dalam sejarah perbioskopan di Jakarta pada Mei 1998. Massa yang beringas menjarah berbagai bangunan, mall, pertokoan dan ikut merusak bioskop, puluhan bioskop terbakar, hangus dan tak bisa beroperasi. 

Bermula dari gugurnya empat mahasiswa Universitas Trisakti sebagai pahlawan revolusi. Selasa kelabu, 12 Mei 1998 berbuntut kerusuhan di berbagai tempat di ibukota, sejak 14 Mei yang menghancurkan lebih dari 1118 bangunan, ratusan mobil an motor di bakar, lebih dari 500 jiwa menjadi korban mati terpanggang api dan penjarah yang di jebloskan ke sel tahanan , banyaknya korban yang terluka, belum yang kehilangan harta benda sampai cuma pakaian yang melekat saja. 

Inilah masa keprihatinan mendalam yang tercatat sebagai lembaran hitam dalam sejarah perbioskopan tanah air. Tentu banyak jiwa-jiwa yang menangis sedih akan hal ini terutama insan pecinta kedamaian. Apa sih kesalahan bioskop-bioskop ini sehingga sampai tega di rusak, di rampok bahkan di bakar sampai runtuh. Massa yang melakukannya pun mungkin tidak bisa menjawab! Karena pada saat melakukannya mereka seperti kerasukan nafsu setan yang tiada henti-hentinya merasuki dan menghasut manusia-manusia agar tersesat untuk berhati sirik dan berbuat kerusakan. 

Dari data yang mimin dapatkan, tercatat di Jakarta yang menjadi korban kebiadaban tersebut adalah bioskop-bioskop seperti : 

Amigo (4 layar), Cempaka (4 layar), Central (4 layar), Daan Mogot (3 layar), Internasional (3 layar)Lipo Karawaci, (3 layar), Palem (7 layar), Plasa (3 layar), Slipi Jaya (4 layar), Topaz (4 layar), juga diluar Jakarta seperti Ciputat Teater. 

Sineplek Sineplek tersebut boleh di bilang habis terbakar, karena memang menjadi satu dengan mal atau pusat perbelanjaan yang di jarah. Diluar yang tercantum diatas, masih banyak lagi yang lain namun ada yang tidak sampai di bakar, cuma menderita pengrusakan. 

Sementara dari Solo diberitakan Sineplek Atrium (8 layar) dan Studio (3 layar) juga dikarang abangkan! (Dibakar) Bioskop-bioskop lainnya otomatis tidak menayangkan film lagi sejak 13 Mei 1998 bukan cuma di Jakarta dan Solo tapi juga di Surabaya, Bandung, Semarang, Yogya terkena imbasnya juga. Demi keamanan tentu saja. Selain bioskop, beberapa kopi film juga musnah menjadi abu. 

Tak hanya bioskop papan atas, bioskop kelas menengah kebawah pun ikut jadi sasaran. Bioskop-bioskop itu antara lain Palem di Pasar Pal Merah, Amigo di Kebayoran Lama, Bioskop Lingga di Pasar Minggu dll, Dengan musnahnya bioskop secara mengerikan, citra aman bioskop bagi keluarga menjadi pupus, "Orang jadi ngeri datang ke bioskop". Selain itu dampak lainnya akibat musnahnya bioskop tentu saja adalah PHK para karyawan bioskop yang menambah angka pengangguran bertambah. 

Kini setelah sekian lama kejadian berlalu, bioskop-bioskop pun sudah tumbuh kembali dan menjadi tempat yang nyaman untuk menonton meskipun belum menjangkau hingga kota kecil seperti dahulu kala. 


Sumber tulisan : MF 312/278 30 Me-12Juni 1998

Wednesday, May 7, 2025

HERMAN SOESILO, PENATA KAMERA SAUR SEPUH 1 SATRIA MADANGKARA


"Inilah film terlama yang saya kerjakan", ujar Herman Soesilo, Kameramen Film Saur Sepuh Satria Madangkara garapan sutradara Imam Tantowi. "Tapi , biar begitu saya puas mengerjakan film ini, " tambah kameramen yang sebelumnya berprofesi sebagai wartawan ini. 

Herman, lelaki yang memulai karirnya sebagai wartawan foto di sebuah majalah hiburan Ibukota yang sudah tutup, menyinggung tentang celan apendek yang kerap di gunakan setiap suting, menyebutkan dengan celana pendek bisa leih bebas dan praktis. "Lebih enak begini, bisa duduk di sembarang tempat tanpa takut kotor, lagi pula celana pendek lebih bebas bergerak," ujarnya. 

Meski cuma pakai celana pendek, herman mengatakan kalau lagi kerja tak ingat lagi soal beginian. 

Perihal tradisi pakai celana pendek waktu suting, Herman menyebutkan dialah yang memulainya. "Wim Umboh juga pakai celana pendek, tapi sayalah yang duluan,"ujarnya. 

Mengenai sepatu karetnya adalah cerita Herman, "Ini sepatu Sorta," ujarnya. Lho? "Maksud saya ini sepatu saya beli ketika bikin film "Sorta" di Parapat Sumatera Utara," jelasnya. "Sudah lama kaan"? sampai sekarang tetap saya pakai saban suting, "katanya lagi. 

Herman yang nampak gembira , terjun pertama kali sebagai kameramen tahun 70an, sampai saat ini sudah menjadi kameramen puluhan judul film.


#hermansusilo

#kameramen


LANGIT KEMBALI BIRU, Asmara di Tengah Integrasi Timor Timur

 


LANGIT KEMBALI BIRU, SAAT TIMOR TIMUR MASIH JADI BAGIAN INDONESIA

Langit Kembali Biru, Asmara di tengah Integrasi Timor Timur. Saat pembuatannya di awal tahun 1991, Langit Kembali Biru (LKB), produksi kerjasama antara PT. Bola Dunia Film dengan Pemda Tingkat I Timor Timur.

Sutradara film ini pun masih asing, Dimas Haring. Maklum, baru pertama kalinya menyutradarai film bioskop. Namun Dimas yang lulusan IKJ telah mengasah ketrampilannya lewat pembuatan sejumlah film dokumenter. 

Satu-satunya pemain yang di kenal hanyalah Ryan Hidayat yang populer sebagai bintang remaja lewat film Lupus. Sedangkan pasangannya, Sonia Dora yang putri Gubernur Carascalao, kendati cukup menonjol kecantikannya yang diekspos sejumlah majalah, juga baru membuat debut aktingnya di sini. 

Apalagi pemain-pemain pembantu seperti Maria Do Carmo Quintao dan Domingos Policarpo, yang asli Timor Timur. Jelas semuanya merupakan wajah-wajah baru dalam perfilman Indonesia. Seperti sudah sama kita ketahui, hasil akhirnya, LKB berhasil meraih dua PIala Cintar Untuk Dimas Haring dan S Dias Xinemes sebagai penulis Cerita Asli dan Penulis skenario Terbaik FFI 1991.

Kisah Kasih yangberlatar belakang Integrasi Timor Timur ini semula di dekati dengan penggarapan ala dokumenter. Gambar-gambar berbicara cepat, singkat dan cukup padat mengenai kegalauan masyarakat. Sampai merajalelannya Gerakan Pengacau Keamanan yang di dalangi oleh Fretilin. 

Rasanya bagaikan menonton film Impor dengan lokasi Amerika latin saja, karena sampai lebih dari separo film di gunakan dialog bahasa Portugis dan teks bahasa Indonesia. Baru setelah integrasi mulai di gunakan bahasa Indonesia.

Terasa belang dalam konsep penyutradaraan pada seperempat bagian akhir. Kemungkinan karena Dimas masih canggung untuk harus menggarap drama hingga bertele-tele berkepanjangan menggambarkan pertemuan kembali Manuel dengan Ana. Kalau saja Dimas Konsisten menggarap dengan pendekatan film dokumenter dari awal sampai akhir, maka karya pertamanya ini rasanya bisa di sejajarkan dengan Pengkhianatan G 30 S PKInya Arifin C NOer. 

~sumber : MF~


Sunday, April 20, 2025

KEDASIH, SINETRON SERI PERTAMA TPI , DARI TVRI Lari ke TPI


 Awalnya sinetron seri KEDASIH yang bernafaskan remaja ini untuk TVRI. Rupanya, proses di layar gelas milik pemerintah itu masih terkatung-katung. Ketika TPI belum lahir, sang sutradara H. Alfadin dan penulis skenario Bung Smes cukup bersabar, ketika TPI lahir, si empunya cerita dan calon sutradara hilang kesabaran lalu melarikan idenya ke TPI. TPI "acc", tak lama kemudian dilakukan kontrak kerjasama dengan PT. Sal Putra Utama Film Production, setahap telah di capai, H. Alfading sebagai dalang semakin bersemangat. Di lakukan riset kecil kecilan tentang pelakon. Di putuskan umumnya pelakon muka-muka baru di tambah pelakon tua. 

"Kombinasi ini dilakukan supaya artis baru dapat pelajaran dari artis tua. Ternyata selama suting tidak mengalami hambatan. Kerjasama artis tua dan muda berjalan mulus," kata H Alfadin dilokasu suting Sukabumi. 

"Kedasih" cukup menarik untuk menjadi sebuah tontonan. Setiap episode, penulis mencoba mengadakan renungan kecil bagi remaja sebagai titik sasaran. Tidak hanya kontiniti suasana yang harus di jaga, tapi juga kontiniti karakter, "benang merah" satu episode dan episode lain harus menyambung. Dan biasanya membuat sinetron tidaklah dalam studio seperti TVplay. Sinetron seri dikerjakan bertahap, tidak sekaligus berjalan. ini sudah ciri sinetron seri. 

Sinetron seri biasanya pula secara samar tersirat pesan-pesan dari pihak pembuat. Terkadang, membuat tidak enak, penyampaian pesan terlalu vulgar, norak dan terang-terangan. 

Lalu, apa sih menariknya "Kedasih".

"Kami mencoba melakukan pendekatan pada remaja. Di saming tetap menghadirkan cerita yang terbaik setiap episode," kata H. Alfadin. Bisakah itu menjadi jawaban?

"Usaha kami maksimal. Dalam kru pak H Alfadin memberikan kepercayaan kepada orang muda. Dalam "Kedasih" kami dapat menimba pengalaman," kata Dasa Warsa, selaku asisten sutradara alumni IKJ Fakultas Seni Peran.

"Kedasih" tahap pertama telah selesai di garap enam episode. Menghabiskan 36 hari suting, dengan biaya perepisode 17 juta rupiah. Akhir bulan Juni 1991 telah pula melakukan suting tahap kedua dengan lokasi suting di tempat sama, Sukabumi, Pelabuhan Ratu dan sekitarnya. 

Kedasih tayang setiap Jumat Pagi jam 9.30 di TPI. Tayangan Episode pertama, 28 Juni 1991 yang berjudul : Dusta Sang Pengantin disusul kemudian tayangan berikutnya, Sejoli Boneka, Tak Selamanya Bisa Tersenyum, Memburu Cakrawala, Masih ada Duri dan Episode ke enam Badai Badaipun Usai. 

Sinetron Kedasih dibintangi oleh Vinni Alfionita sebagai Kedasih, Dasa Warsa sebagai Sambudi, Rahman Yacob sebagai Barot, Hendra Cipta sebagai Kriyo Menak, Mien Brodjo sebagai Bu Basri, Harun Syarif sebagai Pak Basri, Ina Hariyadi sebagai Bu Kriyo Menak, Yanti Damayanti sebagai Hilda, Poppy sebagai Zanna, Diar Sebagai Anis, Erlangga Roso sebagai Haka, Jack Maland sebagai Pano, dan Ratna sebagai Bu Nani. 

Sebagai kerabat kerja : Victor (Kameramen), Peter (Tata Lampu), Dimas Dewa (Skrip), Djunaidy (Artistik) R Mono WS (Properti) Adi (unit manager) dan Das Warsa (Asisten Sutradara)


~Sumber MF~

Wednesday, April 16, 2025

DEVI PERMATASARI SI WALET MERAH

 


DEVI PERMATASARI SI WALET MERAH. 

Di film Walet Merah, Devi Permatasari, untuk pertama kali memegang peran utama. Kendati selama ini cukup aktif bermain film, seperti dalam film Saur Sepuh IV berperan sebagai Garnis, Babad Tanah Leluhur II, Tutur Tinular III dan IV sebagai Luh Jinggan, namun Devi masih banyak meemui kesulitan dalam mengoptimalkan perannya. 

"Maklumlah saya sekali nggak punya bekal ilmu bela diri. Sementara saya selalu kebagian peran pendekar. Gimana nggak kerepotan? Anehnya setiap tawaran, ditodong peran yang gituan terus, "ucap Devi yang mengaku masuk dunia film lewat tangan Imam Tantowi. 

Sebenarnya Devi mengaku tidak punya obsesi khusus di jalur film. Namun wanita kelahiran Jakarta, 11 Juni 1974 ini akan tetap aktif berkarir. Kreatifitasnya bukan hanya di jalur layar lebar, tapi juga terjun ke lahan sinetron. Terbukti tiga sinetron telah di rampungkan dengan baik, masing-masing berjudul "Pahlawan Tak Dikenal, Mahkota Mayangkara dan Singgasana Brama Kumbara. 

Yang terkesan bagi Devi adalah kostum-kostum yang dia pakai. Pakaian kerajaan tersebut di satu sisi menambah pengetahuannya. Tapi di sisi lain, ternyata dirasakannya cukup merepotkan. "Susah gerak, nggak luwes. Jadi rasanya benar-benar di kekang. Padahal saya sama sekali nggak suka pakaian yang ribet karena memang saya condong ke yang praktis. Makanya, gondok banget deh kalau sudah kelar di dandani," ungkap anak pertama dari tiga bersaudara keluarga Abdullah Musa dengan Sumiyati Abdullah yang berasal dari Palembang. 

Devi awalnya bercita-cita sebagai P.R (Public Relation). Devi yagn suka berenang, baca dan dengar musik ini pernah terjatuh dari punggung kuda ketika suting film Saur Sepuh IV. "Punggung saya sampai terkilir. Rasanya nyeri banget. Terpaksa sih di tunda, " Kenang Devi. 

Di film Walet Merah , Devi banyak dibantu Instruktur fighting, Eddy S Jonathan, dalam memerankan tokoh Walet Merah. Lokasi Suting di kawasan Pulo Mas Jakarta Timur, menyaksikan betapa konsentrasinya Devi mengikuti petunjuk-petunjuk Eddy S Jonathan dalam memainkan jurus-jurus bela diri. Devi nampak tidak gusar meski aktingnya harus di ulang berkali-kali untuk memperoleh adegan yang pas. 

"Sudah resiko kok. Saya suting sampai dini hari. Besok siang molor. Nggak boleh di ganggu, karena besok malam suting lagi. Kayak kalong, ya!" seloroh Devi. Selain kesibukan di film Walet Merah, Devi juga sedang merampungkan sinetron Singgasana Brama Kumbara. Dia berperan sebagai Dewi Roro Anggun Tias. 

"Saya harus selektif membagi waktu, karena sudah di jadwal dan ternyata nggak ada yang bentrok, makanya saya sanggup menerima keduanya sekaligus. Layar lebar Okey, sinetron Okey," ujar Devi.


~sumber MF No. 183/150/TH IX, 10 JULI -17 JULI 1993

BUDIATI ABIYOGA

 


BUDIATI ABIYOGA, PRODUSER PT. PRASIDI TETA FILM

Budiati Abiyoga sudah terkenal sebagai produser film yang idealis. Film-film produksinya diawali dengan "Hati Yang Perawan' dan "Kejarlah Daku Kau Kutangkap" keduanya di sutradarai oleh Chairul Umam , sampai ke "Noesa Penida" dan "Cinta Dalam Sepotong Roti", kendati tak selalu meraih sukses komersial, namun diakui mempunyai bobot artistik. 

Kalau bicar hasil pemasarannya, memang yang paling berhasil adalah "Kejarlah Daku Kau Kutangkap" sedangkan "Hati Yang perawan" , "Ayahku" dan "Noesa Penida" terus terang merugi. Bahkan "Jawara Sok Kota" juga belum beredar (cat. juli tahun 1991).

Tapi tidak berarti Budiati lantas macet berproduksi. Tidak, justru ia merencanakan terobosan baru. Menjalin kerjasama dengan pihak Belanda untuk memproduksi sebuah film idealis lagi. 

Ceritanya diangkat dari novel berjudul "Oeroeg" karya Hella Hassa, Novelis wanita berkebangsaan Belanda yang pernah tinggal di Indonesia, sudah memberi persetujuan bahkan merasa gembira kalau kelak masih sempat menonton filmnya. 

Untuk merintis upaca ini, berangkatlah Budiati bersama sutradara Garin Nugroho ke Amsterdam Belanda di sambut oleh produser Paul Vorthuyasen yang menyiapkan sutradara Hans H. Problemnya "Siapakah Co Sutradara dari Indonesia yang berbakat mendampinginya?.

Semula memang di calonkan Garin, sayangnya ia sudah mulai terlibat proyek lain. Kemungkinan akan diminta Arifin C Noer, atau Chaerul Umam untuk bekerjasama dengan Hans.

Oeroeg menceritakan tentang nasib seorang blasteran yang beribu perempuan Jawa berayahkan pria Bellanda. dengan seting lokasi awal abad ini. Untuk keperluan ini, tengah di cari tokoh ibu yang dominan perempuan Jawa. Semula Budiati mengusulkan artis Rima Melati yang kebetulan masih berinteraksi di Belanda. Namun Vorthuyyesen menilainya kurang mewakili sosok wajah perempuan Jawa yang lugu. Suami Rima, Frans Tumbuan yang pernah bersekolah di Belanda masih ingat betul, "Pada dekade1950an novel Itu malah di jadikan bacaan sastra wajib di sekolah-sekolah. 

Sayangnya di Indonesia sendiri novel tersebut tak populer. 

ROBERT SANTOSO, PENATA LAGA INDONESIA


Barry Prima, Advent Bangun, Fendy Pradana atau siapapun orangnya boleh jadi menjadi jagoan dalam film Indonesia. Boleh mengalahkan puluhan lawan dalam satu gebrakan saja. Tapi untuk bisa menjadi jagoan seperti itu, kehadirang seorang Instructur Fighting agaknya tak pernah di perhatikan penonton. Padahal merekalah para instructur fighting itu orang yang paling menentukan bagi munculnya jagoan-jagoan tersebut. 

ROBERT SANTOSO, adalah salah satu dari sedikit penata kelahi dalam film Indonesia. Lahir di Tanjung Priok dari darah campuran Manado, Jawa Barat dan Cina, guru besar di Perguruan Silat 12 Naga ini memang mengawali karirnya dari stuntman dan pemain film. "Tapi kini saya lebih mengkhususkan diri jadi instructur fighting. Dan saya satu diantara 10 instructur fighting yang ada untuk film Indonesia", kata Robert Santoso. 

Dan berkat penangananyalah jago-jago film Indonesia bisa mengalahkan sepuluh atau seatus musuh. Caranya? Ya saya harus memberikan petunjuk dan gerakan yang harus mereka lakukan. Bagaimana mereka harus memukul bagaimana pula mereka harus menghindar," tuturnya. Tapi untuk itu, menurutnya seorang instructur fighting tak bisa bekerja sesukanya. "Selain harus punya feeling yang kuat, kejelian dan kemampuan menata perkelahian, iapun harus mengetahui angle camera. Jadi ia bisa menginstruksikan seorang pemain  kapan harus memkul atau menghindar dan kapan pula harus memainkan ekspresi wajahnya," jelas Robert. 

Pemahaman seperti itulah yang kemudian coba di terapkan dalam banyak film yang memakai tenaganya sebagai penata kelahi. Di film "Saur Sepuh" atau "Misteri Dari Gunung Merapi" yang menggunakan puluhan orang pemain, pengetahuan itu juga yang ia terapkan. "Saya jadinya mengalami kesulitan, apalagi jika mereka yang jadi pemain sudah punya dasar ilmu beladiri," ujarnya. Cuma memang, menurutnya, kesulitan itu baru muncul bila harus menata kelahi pemain-pemain yang sama sekali tidak punya dasar beladiri. "Jadinya bagi sata tidak maslah apa dasar bela diri mereka. Biar karate, kungfu, Tae Kwon Do, Silat, yang penting adalah mengarahkan mereka untuk terlihat indah di film," ujarnya lagi. 

Tapi memang menurutnya beladiri silat lebih indah bila di pakai di film. Dan itulah yagn saya lakukan dalam film "Misteri dari gunung merapi" Malah disini saya mengabungkan 4 jenis silat di empat perguruan sekaligus,"kata Robert yang memang mempelajari semua aliran ilmu bela diri . "Tinggal kita harus melakukan sinkronisasi dengan gerakan kamera," tambahnya. Justru itulah menurutnya, instructur fighting sering di sebut sebagai gurunya jago kelahi dalam film," katanya sambil ketawa. 

Disinggung tentang prospek seorang instructur fighting, Robert menyebutkan sampai saat ini cukup baik, "Malah beberapa produser kita sudah melakukan asuransi untuk para instructur fighting dan stuntman serta pemain-pemain yang harus melakukan adegan berbahaya. Itu saya pikir satu kemajuan.


~Sumber : MF No. 88/56 /TahunVI, 11 - 24 November 1989

Thursday, February 20, 2025

FILM DARI PINTU KE PINTU, KOMEDI SITUASI SALES


 Tak banyak persoalan kehidupan sales di filmkan, meski tema ini sering dituangkan ke dalam cerpen, cerbung maupun novel yang biasanya dirangkum dalam tema drama. Kali ini BZ Kadaryono, sutradara merangkumnya dalam tema komedi situasi. Kepahitan sales itu menjadi biang komedi segar. 

"Terus terang dalam penggarapan film ini saya meniadakan seks," kata sang sutradara. Pergulatan hidup orang yagn urban dikawinkan dengan kehidupan sales. Semuanya penuh kegetiran, ada kemunafikan, kepalsuan dan penjarahan terhadap sosok manusia. Film ini di produksi oleh PT. Bintang Dirgahayu film . 

Puluhan artis pendukung berkumpul dalam film ini . Nurul Arifin, Sally Marcellina, Hengky Tornando, Hendra Cipta, Lina Budiarti, WD Mochtar, Yana Achbari, Tien Kadaryono, H. Usman Effendy, Tom Tam Grup, Darto Helm, Basuki, Timbul, Mejeng Group, Tarida Gloria, Illa Doth dan puluhan artis lainnya. Ada yang bilang film ini kebanyakan pemain, sehingga tidak tahu mana yang menonjol. 

Dalam Film ini Sally Marcellina dan Nurul Arifin berke lahi. Keduanya saling bermusuhan. Sally sales palsu sedang Nurul sales asli. Keduanya sama-sama cari hidup di ibukota. 

Awal cerita terjadi akibat kacaunya usaha Nurul Arifin dan kawan-kawan selaku sales dari rumah ke rumah menawarkan dagangan yang selalu ditolak. Rupanya kejadian itu akibat ulah Tante Dien (Tien Kadaryono) Kelompok sales bukanlah sungguhan melainkan  sebagai mata-mata untuk menyelidiki rumah mewah. Malamnya rumah mewah tersebut di garong oleh tukang pukul Tante Dien. 

Suatu hari kelompok  Sally dan kelompok urul ketemu, maka terjadilah perkelahian. Puluhan cewek-cewek kece bergelut di tanah lapang. Namun kelompok Sally diancam harus mengerjakan apa yang menjadi keinginan Tante Dian. Semua cewek-cewek kelompok Sally itu punya latar belakang berlainan. Ada yang di culik, ditipu, di khianati, bahkan ada yang di jual, semua itu atas perintah Tante Dien. Adik Nurul sendiri ketika tiba di Jakarta dari Malang kena rayu gombal Tante Dien. 

Untung pacar Nurul seorang perwira polisi. Semua kenyataan yang menimpa diri dan adiknya dituangkan kepada petugas penegak hukum ini. 


~~ MF 150/117/TH.VIII, 28 MARET - 10 APRIL 1992

DARAH DAN CINTA, ARIE WIBOWO KEMBALI BERLAGA


Bintang action Arie Wibowo sempat lekat sebagai Jacky, jagoan muda mantan narapidana di sinetron seri Jacky garapan Tanaka produksi PT. Garuda Films yang ditayangkan di SCTV. Selanjutnya Ari Wibowo muncul sebagai tokoh baru di sinetron Darah dan Cinta, produksi Jelita Visindo Mega Films, sinetron action modern yang ditayangkan di Indosiar menggantikan Tirai Sutra yang dibintangi Devi Permatasari dan Inneke Koesherawati. 

Kemunculan Arie dalam sinetron tersebut justru ditengah proses suting Jacklyn lanjutan dari seri Jacky, dimana seharusnya Arie masih harus main. Tapi dia justru memilih sinetron Darah dan Cinta bersama Eksanti, bintang belia yang juga main di sinetron Angin tak Dapat Membaca yang ditayangkan di RCTI. 

DDC (Darah dan Cinta) di beli putus oleh Indosiar meski sutingnya sejak Agustus 1995 di beberapa tempat daerah Jakarta dan Jawa Barat. "Walau kami termasuk rumah produksi paling anyar, tapi kami nggak gentar saat Indosiar nggak menjanjikan secara pasti akan menayangkannya. Ini adalah produksi kami yang pertama, "kata Utoyo dari Jelita Visindo.

Bagi Indosiar, sinetron ini adalah sinetron laga modern yang kedua setelah Pedang Keadilan. Pihak Jelita Visindo mempercayakan tiga sutradara untuk menggarap Darah dan Cinta, Ronggani, Alim Bachtiar (Sutradara sinetron Senyum Bidadari) dan Nurdin Longgari. Selain Arie Wibowo dan Eksanti juga di peraninya James Sahertian.

Kendati nama-nama tersebut belm populer di areana peta sinetron Indonesia, namun pihak Jelita Visindo mengatakan bahwa sinetron laga Darah dan Cinta akan mampu bersaing dengan sinetron jenis sama yang juga tayang di beberapa stasiun tv.

Seperti juga Deru Debu yang akan dilajutkan oleh Willy Dozan, Darah dan Cinta di garap secara serial. Pengembangan tokoh John juga sama dengan proses pengembaraan tokoh Handoko dalam serial Jalan Membara yang dibintangi Dede Yusuf. 


~~ Disunting dari MF No 264/230/XII/27 Juli - 9 Agustus 1996

Wednesday, February 12, 2025

MARCELLINO SI "SEMBARA" DALAM SINETRON MISTERI DARI GUNUNG MERAPI




Perannya sebagai Sembara, pemuda berilmu tinggi dalam sinetron Misteri Gunung Merapi ternyata mampu membuat kagum para penggemarnya. Marcellino, pria ganteng kelahiaran Jakarta, 21 Mei 1974 yang mengawali karirnya lewat dunia modelling ini, dinilai cukup pas dalam memerankan tokoh tersebut. 

Tapi ternyata, cowok yang pernah berperan seabgai playboy dalam sinetron "Arjuna Mencari Cinta" ini tidak ingin menggantungkan hidupnya pada dunia sinetron. 

Kiprahnya di dunia entertainment di mulai setelah ia berhasil menjadi salah seorang finalis pemilihan 'Cover Boy' yang di adakan oleh sebuah majalah remaja terbitan ibukota pada tahun 1990. Waktu itu masih tinggal di kota Malang, Jawa Timur. Karena ia merasa tertarik untuk berkiprah di dunia modelling, maka pindahlah Marcellino ke Ibukota Jakarta. Ia lantas ikut bergabung di salah satu model Agency yang ada di ibukota. Kepandaiannya bergaya di depan kamera serta didukung dengan tampang yang oke, membuat Marcellino akhirnya 'laris' sebagai model maupun bintang iklan. 

Disinggung tokoh Sembara yang ia perankan, ketika Marcellino masih duduk di  bangku SD ia pernah mengikuti sandiwara radio yang cukup terkenal ketika itu, "Misteri dari Gunung Merapi" dengan sembara sebagai tokoh pendekar yang selalu ditunggu kehadirannya. "Saya pernah mengikuti sandiwara itu di radio, tapi bukan berarti saya ngefans berat, hanya sekedar tahu saja, "katanya. 

Namun ia tidak menyangka sama sekali ketika cerita itu akhirnya diangkat menjadi sebuah sinetron seri, ia yang ditawari untuk memerankan tokoh Sembara itu. Barangkali karena ia sudah 'mengenal' tokoh itu sejak ia kecil dulu, maka iapun bisa menjiwai tokoh Sembara dengan cukup baik. Suara dan pakaiannya yang khas, serta sifat kepahlawanannya yang tinggi, membuat penonton terlena dengan sosok Sembara yang di perankannya.

Menurut Marcell, ia sudah kepincut dengan dunia seni peran. Meski menurutnya, ia sudah kepincut di dunia seni peran, namun menurut Marcel ketertarikannya bermain dalam sinetron "Misteri Gunung Merapi" itu lebih di sebabkan oleh keinginannya untuk mengetahui suka dukanya ikut berperan dalam sinetron laga. 

"Saya memang benar-benar ingin merasakan bagaimana suka dukanya ikut terlibat dalam sebuah sinetron laga. Tertunya berbeda dengan sinetron drama. Sebab dalam sinetron laga, kita harus berkonsentrasi tinggi, tidak boleh -main.  Jika tidak berhati-hati kita bisa terpukul oleh lawan main kita sendiri," kata Marcellino. "Pernah juga saya  kena pukul, tapi itu biasa. Dan menurut saya, itu kesalahan kita. Kalau kita serius dan  hati-hati tentu tidak akan terjadi", tambah Marcellino yang ternyata cukup menguasai olahraga beladiri Tae Kwondo saat di temui di lokasi suting Misteri Gunung Merapi yang dibintanginya . Saat itu syuting tengah dilakukan di daerah Cibubur Jakarta Timur, dan siang itu Marcel tampak gagah dengan pakaian pendekar. "Bila mereka melihat saya berpakaian begini, mereka lebih mengenal saya sebagai Sembara dibanding Marcellino, apalagi kalau mereka datang langsung ke lokasi suting, mereka akan memanggil saya, Sembara........ sembara..."kata Marcelino. 


Di sunting dari artikel di Kartini Nomor 2007 tanggal 6 sd 20 April 2000.



Wednesday, February 5, 2025

KISAH ANAK ADAM ALI SHAHAB

 


Qobil murung, marah dan putus asa. Cewek yang dicintainya justru mau menikah dengan Habil saudaranya sendiri. Syahdan, iblispun muncul "Mending singkirkan saja adikmu, Bun*h dia", Justru Qobil jadi bingung. "Gimana caranya membun*h manusia. Ayah tak pernah ngajarin, "ujar Qobil. Dan Habil pun di bun*h. 

Pembun*han pertama terhadap manusia yang terjadi jutaan tahun silam, pada pertengahan Juni 1988 di ulang di tengah hutan cagar alam Pangandaran Jawa Barat, oleh sutradara Ali Shahab lewat pita seluloid lewat judul "Kisah Anak Adam". Semula judulnya adalah "Adam dan Hawa", lantaran banyak pihak protes, PARFI, PPFI, ataupun KTFpun lalu memberi rekomendasi. 

Ali sempat terkatung-katung. "Saya ini mau melangkah, tapi sudah di curigai bahwa saya akan bikin film yang bukan-bukan", ujar Ali Shahab yang dikenal dulu, membuat film dari ranjang ke ranjang. 

Selain protes terhadap organisasi perfilman, nampaknya protes kian melebar. MUI (Majelis Ulama Indonesia) juga mengeluarkan fatwa yang mengharamkan para Nabi dan Rasul di filmkan. Dan Departemen Penerangan pun tak memberi izin pembuatan film tersebut. 

"Saya tak mungkin dong akan mengeksploitasi ketelanja ngan Adam dan Hawa untuk cari nilai komersil, "ujar Ali Shahab yang pernah bikin film "Tante Girang".

"Bikin film da'wah tidak saja cari trend baru, tapi juga membuat tabungan di akhirat," ucap Ali Shahab yang dikenal juga lewat film tivi "Rumah Masa Depan".

Lalu gimana menghadirkan Adam dan Hawa? "Wah kalau  di beberkan nggak surprise dong," ujar Ali yang konon terus berdialog dengan ahli agama Islam dan menghabiskan 10 buku referensi tentang Islam. 

"Kalau di bikin film seri teve setidaknya bisa 10 seri," tutur Ali Shahab, bekas wartawan, pemimpin redaksi sebuah majalah yang pernah di ajukan ke pengadilan karena novelnya "Koruptor Koruptor".

Qobil di perankan oleh Alfian. Habil oleh Henky Tornado, Iqlima cewek yang jadi rebutan di perankan oleh Dewanty Bauty, Iblis oleh Syamsuri Kaempuan, Dewinta Bauty kembaran Qobil, Nina Anwar sebagai iblis wanita. 

#Kisahanakadam

~~ MF no. 053/21/Tahun IV,9 Juli - 22 Juli 1988.

Sunday, February 2, 2025

IN MEMORIAM SOFIA WD, ARTIS PRODUSER, SUTRADARA


Dunia Film Nasional telah kehilangan seorang artis serba bisa Sofia WD, wafat pada hari selasa, 22 Juli 1986. Jenazahnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata. 

Sudah menjadi kebiasaan Oepi (nama kecil Sofia) seorang gadis mungil, bila habis nonton film-film 'cowboy' selalu timbul rasa iri hati dan selalu melamun, kapan bisa naik kuda dan turut beraksi dalam film. Waktu itu Oepi masih duduk di kelas 4 Sekolah Rakyat, dan dia tidak tahu kalau saat itu juga sudah ada film-film bisu, diantaranya "Si Tjonat".

Selain gemar melihat film, Oepi selalu meniru gerak dan sepak terjang anak  laki-laki. Pendeknya dia tidak mau kalah dengan mereka dalam segala hal. Rupa rupa Olahraga dilakukannya, dari lari jauh, lompat tinggi hingga main kasti selalu menjadi perhatiannya. Gymnasticpun tak pernah ketinggalan. Begitulah ketika Ratu Juliana (Ratu Belanda) bertunangan Oepi dengan anak sekolah lainnya mengikuti perlombaan yang diadakan di Alun-alun Bandung. Gadis Oepi telah menggondol hadiah pertama untuk lari jauh dan ke 12-an kastinya mendapat hadiah pertama juga. 

Rupanya lamunan gadis oepi alias Sofia untuk bermain dalam film terkabul juga, malah menjadi bintang film yang terbaik dan patut di ketengahkan. 

Sofialah wanita pertama yang terjun dalam film setelah Jepang bertekuk lutut. Deputnya di Tjitarum (1948). Waktu berhadapan dengan kamera untuk pertama kali dia agak gemetar, malah kadang-kadang seperti dalam mimpi, karena tidak diduganya lebih dahulu. Sebenarnya cita-citanya untuk main film sudah lenyap. Lebih-lebih kalau dia inget waktu berada di hutan atau gunung di kala revolusi, salah seorang kawannya pernah mengatakan, "nanti kalau kita sudah berada lagi di kota, tentunya Zus Sofie masuk film ya?"

Sambil senyam senyum Sofia menjawab , "ah mana bisa saya main film dan lagi siapa orangnya yang memakai saya untuk main dalam film. Paling banyak kita semua akan menjadi petani".!

Seperti juga pemuda pemudi lainnya. Sofia turut terjun dalam kancah revolusi dan bekerja pada ketentaraan di Garut. Sering Sofia memberikan hiburan untuk tentara-tentara  dengan pertunjukkan sandiwara. Sebelum mengikuti revolusi, sofia pernah turut Sandiwara "Irama Masa" dan "Bintang Surabaya". Dan sesudah itu di tahun 1948 dia turut rombongan Fifi Young Toonelkun ke Palembang. Dalam rombongan ini, dia berkenalan dengan pemuda S Waldy, yang kemudian menjadi Suaminya. Kapten Siliwangi Eddy Endang, suaminya yang pertama gugur dalam pertempuran. 

Penggemar film Indonesia pasti mengenal S. Waldy, bintang film dan pelawak terkenal saat itu. Sejak itu pula nama Sofia menjadi Sofia Waldy .

Perkembangan selanjutnya, S Waldy tampil sebagai pemain Watak, bahkan sutradara. Beberapa film dibintangi Sofia lewat penanganan sutradara ini. Selain gemar main film dan sandiwara Sofia pandai menarikan berbagai tarian. Karena gerak ini dianggapnya sebagai suatu olahraga juga. 

Dari kesenangan seni tari dan lagu, sofia menyelenggarakan suatu kegiatan yang diberinya nama "Libra Musical Show". Kegiatan ini dilakukan dengan berkeliling Indonesia sepanjang tahun 1960-1969. Keinginannya untuk pandai naik kuda terkabul juga ketika berlangsung pembuatan film Pandji Semirang. Untuk pembuatan film ini yang memerlukan ketangkasan naik kuda. Sofia berkesempatan belajar naik kuda di Lapangan Ikada (Sekarang Lapangan Monas). Cara dia menunggang kuda sungguh memuaskan pembuat film tersebut. Karenanya Sofia disebut sebagai "All Round Actress" dari Indonesia karena disamping pandai naik kuda, dia juga ahli dalam mengemudikan mobil, menjalankan motor boat, main anggar, berenang, menembak dan kepandaian lain yang di butuhkan seorang pemain film. Disamping itu Sofia telah memainkan berbagai macam peran sebagai orang muda maupun orang tua. Wanita Baik maupun jahat. Hingga akhir hayatnya kurang lebih 140 judul film telah dibintanginya. 

SUTRADARA WANITA

Perhatian Sofia tidak hanya pada permainan film, sebab ternyata diapun aktif sebagai sutradara dan produser.  Dalam bidang  penyutradaraan  dia banyak mendapat bantuan dari Yoshua Wong dan Othnil Wong, dua pengusaha yang tercatat sebagai pelopor pembuatan film di Indonesia. Melalui perusahaan Ibukota Film yang di apimpin sendiri kemudian membuat "Badai Selatan" (1960). Inilah film pertama yang di sutradarainya sendiri. 

Sepuluh tahun kemudian mendirikan Libra Film bersama WD Mochtar, suaminya yang ketiga. Membuat serial "Si Bego Dari Muara Tjondet". WD Mochtar pemeran utama. Sejak itu dia popular dengan sebutan Sofia WD. Dalam pembuatan film ini Sofia menjabat sebagai Pimpinan Produksi. 

Sekali waktu ia menjadi Co-Sutradara mendampiri Bay isbahi membuat film "Bengawan Solo". Film ini merupakan versi baru dari Bengawan Solo yang dulu. Kalau pada tahun 1949, Sofia jadi pemain dalam "Bengawan Solo", maka pada tahun 1970 ia bertemu dalam cerita yang sama-sama menyutradarai suaminya WD Mochtar. 

Aktor ini juga di tampilkan lagi bersama Maruli Sitompul dan Rachmat Hidayat dalam "Melawan Badai". Sebelumnya Sofia  menyutradarai film "Singa Betina Dari Marunda". Agaknya film yang mengambarkan kekerasan lewat berbagai action sangatlah di suka. Namun begitu naluri kewanitaannya ditunjukkan juga dalam sebuah cerita wanita "Halimun Pereuy" Dan film terakhir yang dibuatnya adalah "Bermain Drama" sebuah film untuk konsumsi anak-anak. 

KISAH NYATA

Dari Catatan Hariannya antara lain Sofia WD menuliskan kisah nyata yang pernah dialaminya. Catatan ini ditulis sekitar tahun 1960an, setelah 13 tahun berkecimpung dalam film. 

....Di dorong olah sifatku yang suka ingin tahu dan ingin bisa, dan hasratku yang besar sekali untuk menyutradarai, pada tahun 1960 aku memberanikan diri sebuah film produksi Ibukota Film yang berjudul Badai Selatan. Nah sekarang aku kisahkan pengalamanku sebagai sutradara pertama kali. 

Tugasku sebagai sutradara jauh berbeda dengan tugas pemain. Sutradara jauh lebih berat tanggungjawabnya, apalagi itu waktu aku merangkap sebagai direktris dari perusahaan tersebut. Kalau pemain sebelum di Shoot bagiannya, masih bisa duduk duduk terang menanti giliran, tetapi sutradara dari mulai sampai ditempat opname, sampai selesainya aku harus bekerja dan konsentrasi. Sesudah Opname selesai aku harus mempersiapkan untuk besok opname lagi dan selanjutnya. Yang payah ialah, aku harus dapat mengendalikan nafsu, aku harus sabar, tapi tegas menghadapi itu semua.

Keuntungan  lainya dari sifatku yang sok mau tahu itu, yang berguna diantaranya ialah , baru-baru ini ketika aku bermaindalam di lereng Gunung Kawi. Ketika location di Malang, entah kesalahan siapa sehingga ketika waktunya playback (sdr Nany Widjaya dan Sdr Zainal Abidin harrus nyanyi), Soundman-na tidak ada, sehingga kalang kabutlah sutradara. lalu atas persetujuan kedua belah pihak akulah yang di tunjuk sebagai Sound-Operatornya, tertolonglah playback itu......

Semasa hidupnya, Sofia WD tidak pernah berkeinginan untuk  meninggalkan dunia film, meski dalam keadaan yang bagaimanapun. Hal ini sudah di buktikannya. Ia pernah terpilih menjadi ketua umum PARFI (1971-1974). Ia juga pernah mendapat Piala Citra  pada FFI 1973. Namun demikian Sofia WD tidak lupa pada dunia pendidikan. Dia menjadi ketua Yayasan Citra Praghina yang bergerak di bidang pendidikan dan kesenian. 

Disini Sofia juga Kepala Sekolah Taman Kanak-Kanak. Karenanya ia menjadi anggota IGTKI (Ikatan Guru Taman Kanak Kanak Indonesia).

Sofia WD meninggal dalam usia 61 tahun.


Thursday, January 2, 2025

ROY RAYMOND BINTANG ANTAGONIS


ROY RAYMOND Bintang Antagonis Mantan Preman, begitulah judul dalam sebuah artikel di Majalah Film, atau juga di kenal dengan Raymond Rambing Lahir di Jakarta, 19 Mei 1964 yang besar di Surabaya ini sebelum terjun ke dunia film lelaki berperawakan tinggi besar ini sempat bergaul dengan para preman anak-anak pelabuhan. Kehidupan pelabuhan yang keras memaksanya unjuk kebolehan dalam ilmu bela diri. "Saya hanya membela teman yang mau di keroyok. Tetapi saya bukan mafia" kata Roy Raymon saat diwawancara oleh Majalah Film.

Begitu keras dan sadis ekspresi Roy Raymond di Sinetron laga Deru Debu Part II dan II tayangan SCTV sebagai musuh utama Willy Dozan. Roy mampu membangun konflik dendam hingga mencapai puncak pertarungannya dengan Willy yang sekaligus menyutradarai  sinetron tersebut. Dengan guratan ekspresinya penuh dendam karena sang adik tewas di tembak Willy ketika sedang merampok bank. Roy membalasnya dengan membunuh Betharia Sonatha lewat seorang anak buahnya.

Bukan hanya itu, Roy juga bertekad untuk membunuh Willy tapi disisi lain, Willy juga berjanji untuk membalas dendam atas kematian isterinya yang sedang hamil muda. 

Sebenarnya Roy sudah sejak lama di incar Willy untuk jadi lawan mainnya di sinetron Deru Debu part I. Tapi Roy ketika itu sedang sibuk suting sinetron Si Buta Dari Gua Hantu, hingga dia tidak ikut main mendampingi Yoseph Hungan yang juga mendapat peran antagonis. 

Bagi Roy, sinetron Deru Debu adalah pertemuanhya yang kedua main bersama dengan Willy Dozan setelah film Pusaka Penyebar Maut. Tampil jadi penjahat di film film laga klasik maupun modern, Roy kerap terkena pukulan dan tendangan lawan mainnya. "kecelakaan di lokasi suting seperti jatuh dari sling, terkilir dan luka sudah langganan", Bahkan saya pernah di lempar penonton dengan botol sehingga kepala saya terluka, Masih ada bekas lukanya nih," Tutur Roy yang pernah aktif olahraga ilmu bela diri Karate Kyoksinka (Kala Hitam) di Surabaya. Dia juga menggeluti dunia Kick Boxing dan Tinju. 

Antara tahun 1989 - 1995 Roy aktif sebagai atlet Tinju amatir dan menjuarai beberapa kali turnamen tingkat daerah Jawa Timur dan Nasional. Tahun 1995 dia menjuarai turnamen Panco Se Indonesia. Roy yang sebelum terjun ke film suka nongkrong di pelabuhan di Jawa Timur hingga setelah berapa lama luntang lantung di pelabuhan kapal, dalam satu kesempatan turnamen tinju tahun 1986 di semarang Roy bertemu dengan sutradara Dasri Yacob dan mengajaknya main film eksyen klasik Siluman Clurit Perak. dari situlah Roy terus meriting karir sebagai bintang laga. 

Menekuni dunia film khususnya eksyen yagn beresiko tinggi apalagi Roy mengaku tidak pernah memakai stuntman sekalipun itu adegan paling berbahaya. Masalah resiko bantingan, terkilir, patah tulang, jatuh dan luka udah makanan sehari hari saya di lokasi suting" kata Roy. Termasuk juga ketika dia membintangi film laga klasik Pedang Naga Sakti, Roy terjatuh dari ketinggian karena tali sling putus saat dia meluncur. "Tangan dan kaki saya terkilir. Terpaksa scene ditunda beberapa hari.  

Tampang yang keras juga dilirik beberapa perusahaan untuk jadi bintang iklan di televisi. Keperkasaanya pernah muncul di televisi lewat  iklan rokok Gudang Garam Merah, Sosok Pemuda tangguh melompat ke atas gerbong kereta api yagn sedang berjalan kencang untuk menyelamatkan kereta api dan penumpang dari kecelakaan yang mengerikan karena rel terputus. Selain itu, Roy  juga membintangi iklan minuman Panther dan iklan TV 3 Jepang. 

Sumber : MF No. 282/249 tanggal 5 - 18 April 1997

DIAN SITORESMI JADI PEMBUNUH BAYARAN "SAUR SEPUH II"

 


Mantili tersohor sebagai Pendekar wanita Pedang Setan. Ilmunya tinggi, wataknya aseran. Tapi sekarang ia ketemu tandingannya, Alit Damis , si Pembunuh bayaran. Dalam pertarungan seru, nyaris Mantili terpedaya. Adegan pertarungan mereka kelak bisa dilihat dalam film Saur Sepuh II Pesanggrahan Keramat.


Akan halnya Mantili yang di perankan oleh Elly Ermawatie, kita sudah tahu, tapi siapa pemeran Alit Damis? Kita perkenalkan pendatang baru Rara Dian Sitoresmi.

Masih ada hubungan dengan Mbak Sitoresmi yang pernah menjadi istri dramawan WS Rendra? "Tidak, tidak ada hubungan darah apa apa." geleng gadis itu, "Meskipun memang kami sama sama dari Yogya".

Di lahirkan pada tanggal 28 Juni, 22 tahun silam (1989) sebagai anak sulung dari tiga bersaudara keturunan R. Soetomo dan Sri Purwarini. Ayahnya adalah pensiunan ahli geofisika pencari minyak bumi.

Lalu bagaimana ceritanya bisa main film?

"Mulanya saya menjadi penari. Sampai sekarang juga masih . Saya biasa menari di Dunia Fantasi, Ancol. Grup tari kami di pimpin oleh Ir. Ki Mukti. Lalu saya juga bergabung dengan CDP (City Dancing Performance) di bawah pimpinan Paul Kresna. Dari sinilah dipilih menjadi bintang iklan kaos, Iklan RCTI, dan covergirl. Baru selanjutnya ke film".

"Saur Sepuh II" bukan filmnya yang pertama melainkan yang ke 5. Empat sebelumnya secara berurutan adalah "Makin Lama Makin Asyik", "Cinta Cuma Sepenggal Dusta",
"Cintaku Di Rumah Susun", dan "Pernikahan Berdarah".

"Tapi dulu paling cuma seperti pemain tambahan alias figuran saja. Sekarang saya di percaya Mas Tantowi menjadi pemeran pembantu," berbangga gadis yang punya tinggi 160 cm dan bobot 48 kg ini.

Belajar menari sejak kecil, Mulai dari Tari Jawa, Golek, Gambir Anom sampai tari Can Can ala Koboi. Modal keluwesan tubuh inilah yang membuat ia di pilih menjadi tokoh antagonis Alit Damis. Gerak tarian di modifikasi dengan jurus-jurus silat mampu di peragakan dengan cukup menyakinkan.

"Dunia film merupakan sesuatu yang baru bagi saya. Tapi terasa ada kenikmatan dan kepuasan batin bila berhasil memerankan perwatakan yang sebenarya berbeda dengan kepribadian kita. Iya dong. Alit Damis kan pembunuh berdarah dingin, kalau saya sendiri potong ayam saja takut", gurau Dian.

Tentang pacaran yang putus Dian menambahkan "Laki laki sih harus di galakin, habis susah di tebak perasaannya. Kalau kitanya nggak galak nanti malah dianggap gampangan dan diremehkan. Jadi yang seperti apa idamanya?

"Yang bertanggung jawab, jujur , jelas punya pekerjaan tetap, sama sama mengagumi kebudayaan Jawa dan tentu saja kalau bisa yang seniman seperti saya "tegas gadis penganut agama Kristen Protestan ini.

Sumber : Majalah Film

Thursday, December 12, 2024

SUTING TUTUR TINULAR II


 Tiada Rotan Akarpun jadi. Tidak ada "Dolly Crane Hydraulic" maka slingpun jadi. Ternyata kru yang diimpor dari Hongkong pintar main akal-akalan membuat trik dalam tema action. Hasilnya memuaskan. Peralatan sederhana bisa menghasilkan kerja maksimal. Dan kru KFT (Karyawan Film Televisi) hanya bisa manggut manggut menyaksikannya. 

Dolly Crane Hydraulic merupakan sebuah alat camera untuk menangkap adegan dari ketinggian dan bergerak mengikuti. Medan bagaimanapun kru Hongkong cukup jeli memermainkan sling-sling. Di perbukitan hutan Bunder, di tepi kali Oyo Kabupaten Wonosari, YOgyakarta, kru Hongkong mempertunjukkan keterampilannya mempermainkan Sling (alat untuk membuat trik). Ketika Arya Kamandanu membonceng Mei Shin diatas kuda melewati telaga kecil, sutradara memutuskan kamera harus diatas. Dengan sekeping papan ukuran 1x1,5 meter kameramen duduk lalu di tarik dengan sling. 

"Kamera action.....!" Abdul Kadir memberi aba-aba. Arya Kamandanu bergerak, seketika kamera mengikuti gerak arya Kamandanu. Ternyata hasilnya cukup memuaskan. Produser PT. Kanta Indah Film tidak sia sia mengimpor tenaga asing. Untuk itu mereka di bayar mahal. Konsekuansisnya, kru Hongkong bekerja dengan baik dan disiplin dengan waktu. Kita harus acungi jempol pada kru Hongkong. Pagi hari, pukul 06.00 Wib sudah berada di lokasi suting, jarang bicara ngelantur. 

Suting Film Tutur Tinular II episode Kemelut Cinta diatas Noda, sutradara Abdul Kadir agak lamban dan cukup hati-hati. Empat hari suting untuk satu scene. Jenuh memang. Begitulah suting film action kalau memang ingin hasil maksimal. Kalau sekedar "gedabak gedebuk" biasanya satu hari suting bisa menyelesaikan dua sampai tiga scene, bahkan bisa tujuh scene. 

Kru Hongkong yang di impor kali ini tidak seperti kru hongkong yang sudah sudah, egois, mendikte, dan tak mau berdiskusi dengan sutradara. Sebab kerjasama yang baik antara kru KFT dengan kru Hongkong membuat suting berjalan lancar. Tidak ada monopoli ide di kedua pihak. 

"sebenarnya peralatan orang Hongkong tidaklah istimewa. Sama seperti apa yang kita pakai, bedanya mereka betul-betul profesional, " kata kameramen Subekti di lokasi suting. "kita ini sudah ketinggalan jauh. Soal trand action orang-orang Hongkong telah meninggalkannya 15 tahun lalu sementara disini lagi ngetrend," kata Abdul Kadir. 

Film yang diangkat dari sandiwara radio ini tidak hanya menjual cerita. Ada trik dan laga untuk membuat suasana adegan hangat. Justeru itu Abdul Kadir berani merombak susunan pelakon Tutur Tinular I, semua pemeran utama merupakan artis pendatang baru. Semula Mei Shin di lakoni Elly Ermawati digantikan Lindawati Yanoman, selebihnya muka muka baru seperti Hans Wanaghi sebagai Arya Kamandanu, Zaitun Sulaiman sebagai Nini Raga Runting, Ratih WIdyawati seabgai Sakawuni serta di dukung oleh Afrizal Anoda, Saiful Anwar, Raden Mochtar dan Baron Hermanto. 

Tutur Tinular I di garap oleh Nurhadie Irawan, namun Abdul Kadir punya gaya tersendiri dalam menggarapnya. Benagn merah yang pertama dan kedua bertemu di jalan cerita, soal trik berubah sesuai selera masing-masing. 

Garapan Abdul Kadir ini diperkirakan menelan biaya lima ratus juta rupiah. Tapi selama suting di Wonosari belum ada set yang benar-benar mengeruk dan begitu banyak. "Film ini tidak memperlihatkan set "wah" suasana kerjaan. Kediri diambarkan melalui kostum dan dialog, namun nafas karyawan tetap ditiupkan, kilah sutradara itu. 

Episode Kemelut Cinta Diatas Noda ini mengga. mbarkan petualangan mei Shin setelah pendekar Lou suami Mei Shin meninggal , pendekar cewek dari Mongol ini rada frustasi. Namun ada Arya Kamandanu yang memberikan semangat. Dalam perjalanan pulang ke rumah, Ary Kamandanu saling jatuh cinta. Keduanya sepakat untuk tidak berpisah. 

Ayah Aryakamandanu mendengar putusan anaknya akan menikahi Mei Shin. Karena merasa membuat onar, Mei Shin meninggalkan rumah Arya Kamandanu. Padahal mei Shin merupakan buronan kerajaan kediri, sebab dia memiliki pedang Naga Puspa hingga akhirnya Mei Shin terkena bujuk Rayu Arya Dwipangga kakak dari Arya Kamandanu yang juga merebut Nari Ratih kekasihnya darinya. 

Arya Dwipangga berhasil menodai Mei Shin. 

~~sumber Majalah Film 129/96 tanggal 8 -21 Juni 1991~~

Pada peredarannya, tutur Tinular II berjudul Naga Puspa Kresna. 


Tuesday, November 12, 2024

JOICE ERNA

 


JOYCE OLLIVIA atau di kenal kemudian dengan nama Joyce Erna. Joyce Sang Primadona!. Pandangannya tajam, bibirnya sensual. Sebentuk alis sedikit aneh terpacak kukuh di wajah yang jelas tidk bercorak pribumi itu. 

Joyce Ollivia memang memiliki darah campuran yang unik. Dari Ibu ia memperoleh darah Belanda dan Jawa sedangkan dari ayah ia menerima darah Cina. Berkulit kuning, tinggi semampai, Joyce 21 tahun (Tahun 1978) yang berstatus janda muda dengan dua orang anak mengaku mendapat pendidikan khusus untuk berperan. "Saya selalu memerlukan sedikit latihan sebelum pengambilan dilakukan, " begitu ia menjelaskan cara bermainnya. 

Tapi bagaimana ia sampai jadi bintang film ke depan kamera? Sutradara dari Suci Sang Primadona, Arifin C Noer bercerita bagaimana ia menemukan Joyce. "Secara kebetulan sekali, Calon pertama tadinya adalah Emilia Contessa, Sudah diminta dan ditunggu lama, tak ada jawaban. Suatu malam saya nonton TV bersama Danarto (Pelukis yang kemudian menjadi penata artistik pada film Suci Sang Primadona). Sebuah lelucon Johny Gudel, Saya melihat Joyce. Dia saja orangnya, seru saya. Danarto setuju. Esoknya saya minta Gramedia (produser) mencari alamat wanita itu. Di peroleh : dia anak Surabaya, hostes pada klab malam Bali Queen. Kebetulan ia ingin main film. Di panggil dan segera datang ke Jakarta. Di wawancarai. Dan dari wawancara itu saya ketahui pengalaman rohaninya cukup kaya." Cerita Arifin. 

"Apa maksudnya pengalaman rohani itu? 

"Pengalaman hidupnya cukup ruwet. Dia baru mau cerai, anaknya ada dua. Tokoh Suci kebetulan agak sama dengan tokoh Joyce," Arifin menambahkan. 

Dan Kisah itu di benarkan oleh Joyce yang penah ikut membantu lawak Johny Goedel di tv. Kepada Eddy Herwanto dari Tempo, Joyce juga bercerita tentang hidupnya yang penuh kepahitan. "Rumah tangga orang tua saya juga tidak bahagia. Mereka bercerai ketika saya masih kecil, " tutur Joyce. Karena itulah rupanya maka sekolahnya cuma sampai kelas II SMP Stella Maris. Ia meninggalkan sekolah untuk bekerja di sebuah koperasi simpan pinjam di surabaya. 

Nampaknya kehidupan pahit yang selama bertahun-tahun di rundungnya kini cuma jadi kenangan bagi Joyce. Hidup di Jakarta memang masih menumpang di rumah Kembar Bersaudara, salah satu dari dua penyanyi kembar itu adalah calon suami Joyce, tapi bintang film pendatang baru ini sudah tergolong sibuk meladeni sejumlah kontrak. Padahal filmnya belum lagi beredar. Bisa di bayangkan bagaimana repotnya ia di hari-hari mendatang setelah Suci Sang Primadona ditonton orang. 

Ia menyebut Christine Hakim sebagai salah satu bintang kesayangannya. Kedua aktris ini memang mempunyai banyak persamaan. Keduanya bermain baik di film pertama mereka. Dan permainan mereka disitu begitu meyakinkan sehingga tidak terasa ada jarak antara peran dan pemeran. Dalam film Suci peran yang di bawakan Joyce menyatu utuh dan kukuh dengan dirinya. "Saya bisa merasakannya," begitu Joyce berkomentar terhadap peran yang dibawakannya itu. 

Sumber : Majalah Tempo No. 10 Tahun VIII , 6 Mei 1978


Dan berkat aktingnya di Suci Sang Primadona , Joyce Erna akhirnya meraih Piala Citra pada FFI 1978.