Showing posts with label Film Jadul. Show all posts
Showing posts with label Film Jadul. Show all posts

Sunday, October 20, 2024

RAJAWALI DARI UTARA, MELACAK PEMBANTAI ANAK ISTERI


 BARRY PRIMA beraksi lagi sebagai pendekar dari zaman antah berantah. Kali ini sebagai Kidang Telangkas yang berjuluk Rajawali dari Utara. Tokoh rekaan cergamis Jan Mintaraga yang di gubah ke bentuk skenario oleh Suwito. 

Film Silat Produksi PT. Kanta Indah Film ini di sutradarai oleh SA Karim yang bekerjasama dengan kamerawan Ridwan Djunaidi dan Penata Kelahi Eddy S Jonathan.

Seperti biasa Barry di pertemukan dengan musuh bebuyutannya (dalam kebanyakan filmnya) Yoseph Hungan dan Rudy Wahab. Sedangkan sebagai pemeran utama wanitanya di pasang pemain yang belum terlalu terkenal. Melisa Hussein. Ikutan mendukung pula pemain-pemain langganan Kanta seperti Panji Dharma, Tanase dan Wingky Haroen. 

Serombongan pedagang di serang kawnan perampok. Bukan saja seluruh hartanya di rmpo, mereka pun di bantai dengan kejam. Lalu Nawangsih, putri pedagang itupun hendak di pekosa ramai-ramai. Mendadak muncul KIdang Telangkas yang membabat kawanan manusia jahat itu. Nawangsih yang telah menjadi yatim piatu ingin mengikuti pendekar penolongnya ini. Namun Kidang punya masalah pribadi. Maka iapun menitipkan gadis ini pada sahabatnya Ki Banterang. 

Bukan Saja menggembleng Nawangsih dengan ilmu silat, Ki Banterang juga mengungkapkan riwayat hidup Kidang telangkas. Bertahun-tahun lalu. Kidang hidup bahagia bersama anak istrinya. Sampai datang saudara seperguruannya, Kida Paksa. Dengan gembira Kidang menjamunya. Di luar dugaan Kida menyimpan itikad jahat. Sejak lama ia memang sirik karena cintanya tak terbalas oleh Ningrum yang memilih menjadi istri Kidang. 

Saat kidang diminta Pak Lurah untuk membebaskan seorang gadis desa yang di culik, Kida membantai anak dan istri Kidang. Ternyata kawanan penculik gadis itupun merupakan anak buah Kida Paksa. 

Dalam waktu singkat ceritanya Nawangsih telah menguasai ilmu silat. Iapun meninggalak pondok Ki Banterang, untuk ikut melacak jejak Kida Paksa. Justru tersiar berita yang menggegerkan tentang Kida Paksa yang melabrak perampok perampok. hal ini membuat Gandamana dari Perguruan Gilingwesi menjadi murka ia menyewa pendekar bayaran untuk mencari Kida Paksa yang dituduhnya pemalsu itu. Memang Kida Paksa asli yang bukan lain daripada guru Gandamana selama ini mendekam dalam goa rahasia di belakang Markas Gilingwesi. 

Lalu siapakah Kida paksa Palsu itu? Siapalagi kalau bukan Kidang telangkas yang ingin memancing keluar msuh besarnya itu. Pertemuan kembali Nawangsih dengan Kidang Telangkas sangat menggembirakan keduanya. 

Kidang diminta Lurah Damar untuk mengamankan desanya dari gangguan orang-orang Gilingwesi yang merajalela. Nawangsih ditugaskan memanggil gurunya untuk membantu perjuangan mereka. Malangnya Nawangsih yang kurang pengalaman  di culik oleh Gandamana. Sama seperti istri Kidang dulu, Nawangsih pun menjadi korban keganasan Kida Paksa. 

Kidang, Ki Banterang dan Lurah Darma yang memimpin penduduk desa menyerbu markas Gilingwesi. Gandamana dan orang-orangnya dibrantas, Kida Paksapun muncul dari persembunyiannya untuk berhadapan langsung dengan Kidang Telangkas.------

Sumber : MF No. 137/104 28 Sepember - 11 Oktober 1991

Thursday, October 3, 2024

MARISSA GRACE HAQUE


 Langit di atas kota Balikpapan sore itu begitu cerah memerah oleh semburatnya mentari yang akan tenggelam di ufuk barat. Di keheningan sore itu lahirlah aku - Marissa Grace Haque. Sebuah nama yang agak aneh barangkali. Memang ayahku Allan Haque adalah lelaki ganteng asal Pakistan asli yang menjadi konsul di Indonesia. Sedang mamaku Raden Roro Mieke Suhariyah adalah wanita Jawa Asli. Dari percintaan dan persahabatan dua bangsa itulah akhirnya membuahkan aku. Hari itu tepat 15 Oktober 1962. Dan soal nama itu?

Dulu papa tergila-gila sekali pada bintang film bernama Marissa Paffan saudarinya artis terkenal Pier Angeli. Saking senangnya sama wajah artis cantik itu papa berjanji akan memberikan nama Marissa kalau punya anak perempuan. Sementara mama juga tergila gila pada kecantikan artis Grace Kelly, Mama seperti papa juga intin memberi nama Grace pada anak perempuannya kelak. Jadi begitu lahir aku, mereka segera memberi nama artis-artis yang dikagumi. Marussa dan Grace. Sedang untuk lengkapnya namaku di tambah Haque yang merupakan nama marga papa. 

Selain itu Marissa Haque juga pernah masuk kelompok Swara Mahardika pimpinan Guruh Soekarno Putra atas saran dari Ibu Fatmawati istri Bung Karno saat bertemu di Semarang bersama papanya. DiSwara Mahardika Marissa dan juga adiknya Soraya Haque bisa latihan tarian-tarian bagus, cara berorganisasi cara mandiri serta dekat dengan bintang top seperti Chrisye dan Achmad Albar. Ia juga pernah mengejar-ngejar bintang terkenal seperti Titik Sandhora, Andi Meriem Matalatta untuk meminta tanda tangan (sesuatu yang dirasakan geli sendiri ketika sekarang sudah menjadi artis ingat penggemarnya minta tandatangan). 

Saya mulai main film pertama "kembang semusim" Dikontrak selama 3 film. Dan tiba-tiba saya menemukan keasyikan tersendiri. Kebanggaan lain, kebanggaan itu semakin bertambah ketika saya hadir pada Festival Film Indonesia di Surabaya, saya menjadi wakil Mieke Widjaya untuk menerima Piala Citra atas nama Mieke Widjaya sebagai pemeran utama wanita terbaik dalam film Kembang Semusim dimana saya bermain disitu. Ketika sya naik panggung dan menerima Citra saya mengangkat piala kebanggaan itu tinggi tinggi seakan sayalah yang memperolehnya. 

Dan ketika nama saya di sebut dalam nominasi Festival Film Indonesia 1985 di Bandung saya benar-benar sudah merasa saatnya tiba. Dan akhirnya pada tahun 1985 Marissa meraih Piala Citra sebagai Peran Pembantu Wanita Terbaik dalam film Tinggal Landas Buat Kekasih. 

Pendalaman akting bagi Marissa Haque tidak lagi perlu  tapi sudah semacam keharusan seperti contoh di film Matahari Matahari garapan Arifin C Noer. Berminggu-minggu saya bergaul dengan orang bisu tuli bukan sekedar mengetahui cara mereka berkomunikasi tapi juga mengetahui perasaan mereka, jiwa mereka serta gejolak sosial yang mereka rasakan. Dan saya merasa bahagia ketika semua itu saya peroleh..

Demikian di kutip dari Majalah Bulanan Film No. 012 Oktober 1985.

Marissa Grace Haque meninggal pada 2 Oktober 2024, 

Berikut filmmografi Marissa Haque 

1980Kembang Semusim
1981Bawalah Aku Pergi
IQ Jongkok
1982Hukum Karma
Tangkuban Perahu
1983Kamp Tawanan Wanita
Pandawa Lima
1984Jejak Pengantin
Kontraktor
Merindukan Kasih Sayang
Tinggal Landas buat Kekasih
Asmara di Balik Pintu
Gawang Gawat
Saat-Saat yang Indah
Seandainya Aku Boleh Memilih
1985Serpihan Mutiara Retak
Sebening Kaca
Yang Kukuh, Yang Runtuh
Matahari-Matahari
Melintas Badai
1986Biarkan Bulan Itu
Pesona Natalia
1987Penginapan Bu Broto
1988Dia Bukan Bayiku
1989Cinta yang Berlabuh
1990Perasaan Perempuan
Sepondok Dua Cinta

1991Yang Tercinta

HABIS KONTRAK DENGAN SORAYA, SUZANNA SIAP SEDIA JADI PETANI


 Dengan selesainya pembuatan film "Ajian Ratu Laut Kidul" berarti habis pulalah kontrak panjang antara Suzanna dengan PT. Soraya Intercine Films. Produser Raam Soraya berdiplomasi "Kontrak dengan Suzzy memang tidak kami buat lagi, tapi ini sama sekali tak menutup kemungkinan kita akan bekerjasama ladi dimasa mendatang untuk pembuatan film-film lain. 

Ditambahkan kalau pada medio 1992, perusahaannya akan melakukan joint production dengan perusahaan film independent dari Amerika untuk menggarap dua buah film full action. Karena ingin lebih mencurahkan seluruh perhatiannya pada pembuatan film-film tersebut, maka Raam melepas Suzzy. 

Sekitar delapan tahun belakangan ini, diakui Suzzy memang merupakan bintang andalan utama untuk film-film bertema horor mistik. Hampir semua filmnya mendapatkan sambutan memuaskan. Untuk menyebutkan beberapa judul, antaranya adalah "Petualangan Cinta Nyi Blorong", "Ratu Sakti Calon Arang", "Bangunnya Nyi Roro Kidul", "Telaga Angker", "Samson dan Delilah", "Malam Satu Suro", "Malam Jumat Kliwon", "Pusaka Penyebar Maut", dan "Perjanjian di Malam Keramat".

Karena terikat sistem kontrak dan pembuatan film yang berkesinambungan, rata-rata dua judul pertahun inilah , Suzzy tak mungkin bermain dalam produksi perusahaan selain Soraya. Kini apakah ia merasa bebas dan bersedia menerima  tawaran main untuk perusahaan lain? 

"Ndak ah, Mbak Suzzy pikir kepingin istirahat dulu," elak Suzzy seperti ditirukan karyawanuntuk mengundurkan diri dari dunia film nan glamour. Diam-diam merancang kehidupan baru sebagai petani di kawasan adem ayem di Malang. Seperti diketahui, Suzzy memang berasal dari Magelang, di pedalaman jateng. Namun rupanya ia memilih kota dingin yang terkenal dengan apelnya di Jatim itu untuk masa mendatang. 

Bertani tentu saja bukan berarti harus terjun ke sawah berlumpur. Mungkin lebih tepat di sebut berkebun, karena kabarnya Suzzy dan Clift Sangra telah membeli sekian hektar lahan untuk di jadikan proyek perkebunan dan sayur mayur.


Demikian di kutip dari MF No. 155/122 tanggal 13 Juni - 26 Juni 1992


Thursday, September 12, 2024

DIBALIK GEMPITA, AKHIRNYA INILAH SAUR SEPUH ITU


 Kesempatan memang menjadi milik orang yang gesit. Drama radio "Saur Sepuh" yang diudarakan lewat 250 stasiun radi di berbagai wilayah di Indonesia tiba-tiba seperti melahirkan fenomena tersendiri. 

Para pendukung sandiwara ini, yang cuma suaranya saja yang dikenal, lalu lebih didekatkan dengan penggemar yang selalu membludag lewat hiburan panggung. Lalu muncul nama-nama populer macam Elly Ermawati, Ferry Fadly, atau Novia Kolopaking, "dinasti" saur sepuh perdana. Kepopuleran drama "Saur Sepuh" yang diudarakan mulai Februari 1984 ini, tercium juga bau komersialnya oleh orang film. 

Syahdan beberapa produser, tanpa kencanpun mulai mengontak Kalbe Farma, perusahaan farmasi yang punya hak milik "Saur Sepuh". Ada Tobali Film, Garuda Film serta Inem Film. Dari penjajagan dengan mereka, pihak Kalbe nampaknya lebih condong memilih Garuda Film. Tapi menghubungi produser Garuda tak mudah. Apalagi waktu itu Hendrick Gozali (Pemilik garuda film) pergi ke Hongkong. Sejak itu putus kontak Kalbe dan Garuda.

Produser lain, Kanta Indah Film adu nasib, menghubungi Kalbe dengan memutarkan film-film silat yang pernah di produksi macam "Kelabang Seribu", "Mandala", "Pendekar Ksatria" dan lainnya. Kalbe berubah pikiran melihat kesungguhan Kanta dan Imam. "Baik, Kalbe setuju asal yang menyutradarai Imam Tantowi", ujar pihak Kalbe. 

Tobali Film tak mau kalah. Ia tawarkan uang "beli" Saur Sepuh sebanyak Rp . 50 juga. Tapi mana Kalbe, yang telah keluarkan duit Rp. 5 Milyar untuk radio Saur Sepuh, menganggap uang segitu berharga. 

Bahkan kepada Kanta Film, Kalbe menjanjikan kalau film Saur Sepuh nanti jadi dibuat dan Kanta kekurangan duit, Kalbe akan bantu. "Dari kami  syaratnya cuma satu, bikin film Saur Sepuh sebagus mungkin, " ujar A.O Handriyono, Asisten Manager Marketing Kalbe Farma di mobil pribadinya saat suting di Lampung kepada Majalah Film. 

Semula Kanta menganggarkan film ini kelak cuma menghabiskan Rp. 700juta. Tapi sampai suting terakhir di Pusat Latihan Gajah Way Kambas Lampung, telah menghabiskan Rp. 800 juta.Dan ini tak jadi masalah. Sebab menurut orang terpercaya Kalbe, pihaknya juga membantu finansial pada Kanta Film. 

"Soal besarnya itu rahasia perusahaan," ucapnya. Bagi kami keuntungan dari film ini tak jadi masalah benar. Kalau masyarakat puas, kamu pun cukup puas," tuturnya dalam gaya di promasi seorang bisnis.

Maka Kantapun lalu menghubungi para pemain Saur Sepuh diantaranya Ferry Fadly, dan Elly Ermawati. Namun Ferry Fadly yang sudah dikontrak Kanta , menurut Fadly, sengaja dipermainkan pihak Kanta, Lantaran Saur Sepuh belum mulai juga saat Ferry dikontrak 4 bulan lalu. 

Dan Tobali Film masuk mencoba membujuk Ferry agar menyeberang ke pihaknya untuk bikin film Saur Sepuh. Maka muncul Saur Sepuh lain kalau tak mau di sebut "palsu". Gembar gemborpun mulai. Orang bingung Saur Sepuh model apa ini. Pihak Kalbe perlu turun tangan. Lewat iklan di koran, mereka memberitahu bahwa hak perfilman Saur Sepuh hanya diberikan pada Kanta Indah Film. Sejak itu Tobali nyerah lalu merombak skenario Saur Sepuh menjadi Brahmana Manggala.

Tobali ngebut produksi. Bahkan sebelum Saur Sepuh selesai suting pada 25 Juli ini, Film Brahmana Manggala sudah beredar. Celakanya beberapa distributor dan pihak gedung bioskop mulai nakal dengan menyebut inilah film Saur Sepuh. 

Tentu saja Kanta atau Sutradara Imam Tantowi yang namanya dibawa-bawa jadi keki, meski tak mau berbuat banyak.  "Akhirnya toh orang tahu bahwa film itu bukan Saur Sepuh," Ujar Tantowi. Hal ini juga diakui oleh Kalbe sendiri yang melihat iklan menyesatkan tentang film Brahmana Manggala di beberapa daerah. 

Sebuah kesempatan telah terlewati sudah. Dan Kanta Film plus Imam Tantowi telah menyergapnya. Tinggal kini menguji sejauh mana kesempatan kolosal ini dimanfaatkan dan diolah untuk diuji oleh masyarakat yang kadung demen sama Saur Sepuh. 

Dan ini benar-benar tantangan seharga Rp. 1,2 Milyar. Sebab pihak Kalbe juga memberi syarat bahwa film ini harus dipromosikan secara besar-besaran dengan pesan sponsor perusahaan obat ini, tentu saja. 

Dan kesempatan ini terjadi setelah nanti, Film Saur Sepuh dengan Elly Ermawati diedarkan serentak dengan 80 kopi pada 1 September 1988 untuk saru sepuh jilid I dan dilanjutkan Saur Sepuh jilid II (yang belum dibuat) dan direncanakan beredar 25 Desember, itupun kalau jadi lho ya!.


Demikian di tulis ulang dari artikel Sisipan Majalah Film No. 056/24 tanggal 20 Agustus sd 2 September 1988.



 


Tuesday, September 10, 2024

ALAM RENGGA SURAWIDJAYA, AKTOR DAN SUTRADARA FILM


 ALAM RENGGA SURAWIDJAYA atau lebih di kenal dengan Alam Surawidjaya memiliki nama lengkap Alam Rengga Rasiwan Kobar Surawidjaya, lahir di Sindang Laut Cirebon, 24 Desember 1924. Lepas dari sekolah Menengah Teknik Tinggi, ia belajar akting di "Cine Drama Institut" di Yogya pada masa revolusi. Sebelum ke film, Alam aktif main drama panggung dan menjadi sutradara grup "Reaksi Seni" Yogya disamping menyelenggarakan acara Sastra di RRI setempat. Sosoknya yang sederhana, namun siapa sangka karyanya banyak sekali baik sebagai pemain maupun sutradara film.


Terjun ke film sebagai Asisten Sutradara "Taufan" (1952) dan menjadi sutradara penuh untuk film "Manusia Suci" (1956). Ia di kenal sebagai sutradara spesialis pembuat film perang, walaupun ia menolak gelar itu dan mampu membuat film jenis lain seperti ia buktikan dengan "Nyi Ronggeng" (1970).

Alam di kenal sebagai sineas yang punya dedikasi tinggi dan gigih dalam berkarya. Ia sempat menjadi Anggota Dewan Film Nasional, Ketua Kine Klub DKJ, dan dengan istrinya Deliana Surawidjaya, ia pun membina anak-anak lewat perkumpulan sandiwara "Kak Yana".
Alam Surawidjaya tidak saja terkenal sebagai Sineas, tetapi ia pun sering tampil sebagai pemain seperti dalam film "Menyusuri Jejak berdarah" (1967), "Si Bongkok" (1972), "Cinta Pertama" (1973), Dimana Kau Ibu (1973), "Perkawinan Dalam Semusim" (1977), "Matinya Seorang Bidadari", "Perawan Buta" dan permainannya yang sangat menonjol dan mendapat sambutan dalam film "Si Buta Dari Goa Hantu".

Dalam menangani setiap filmnya, Alam selalu sungguh-sungguh dan sangat hati-hati, karena itulah ia tidak terlalu produktif. Hasil karyanya yang menarikyaitu "Daerah Tak Bertuan" (1963), "Perawan di Sektor Selatan" (1972), "Bandung Lautan Api " (1975) dan "Janur Kuning" (1979).

Anak Lurah yang punya saudara 13 orang ini, juga membuat film-film Dokumenter, antara lain : "Keluarga Berencana", "Wayang Golek", "Bursa Efek Efek", dll. Oleh karena Serangan penyakit jantung, Sutradara yang tak ada duanya dalam soal film perang ini menghembuskan nafas yang terakhir hari Senin dinihari tanggal 12 Mei 1980 di ruang ICCU RS Ciptomangunkusumo.

Sumber : Buku FFI 1985

Dikutip dari wikipedia, berikut film-film yang pernah di bintangi maupun yang di sutradarai oleh Alam Surawidjaya

SEBAGAI AKTOR
Taufan (1952)
Si Djimat (1960)
Suzie (1966)
Mendjusuri Djejak Berdarah (1967)
Si Buta dari Gua Hantu (1970)
awan Djingga (1970)
Perawan Buta (1971)
Banteng Betawai (1971)
Kabut Kintamani (1972)
Si Bongkok (1972)
Flamboyan (1972)
Pemburu Mayat (1972)
Anjing-Anjing Geladak (1972)
Tabah Sampai Akhir (1973)
Pencopet (1973)
Dimana Kau Ibu (1973)
Si Rano (1973)
Rio anaku (1973)
Si Mamad (1974)
Cinta Remaja (1974)
Lupa Daratan (1975)
Jinak Jinak Merpati (1975)
Wulan Di Sarang Penculik (1975)
Anak Emas (1976)
Perkawinan Dalam Semusim (1976)
Christina (1977)
Pembalasan Si Pitung (1977)
Istriku Sayang Istriku Malang (1977)
Ridho Allah (1977)
Pahitnya Cinta Manisnya Dosa (1978)

SEBAGAI SUTRADARA
Manusia Sutji (1955)
Detik detik Revolusi (1959)
Kenangan Revolusi (1960)
Sehelai Merah Putih (1960)
Sipendek dan Sri Panggung (1960)
Daerah Tak Bertuan (1963)
Ekspedisi Terakhir (1964)
Luka Tiga Kali (1965)
Cheque AA (1966)
Nyi Ronggeng (1969)
Perawan di Sektor Selatan (1971)
Bandung Lautan Api (1974)
Janur Kuning (1979)

Saturday, September 7, 2024

BRAM ADRIANTO, PEMERAN LETKOL UNTUK DALAM PENGKHIANATAN G 30 S PKI

 


BRAM ADRIANTO, adalah salah seorang yang mendukung film "Pengkhianatan G 30 S PKI" yang berperan sebagai Letjen Kolonel Untung , salah seorang penggerak dari pengkhianatan tersebut. 

Bukan sebuah peran yang mudah, tetapi Arifin C Noer, sang sutradara mempercayakan peran ini pada Bram. Bagaimana suka dan dukanya membintangi film tersebut, Bram Adrianto memberikan kesan pada Ria Film. 

"Orang lain bilang tidak perlu, tetapi saya merasa perlu melakukan observasi", bilang Bram yang berbadan tegap. Hal ini dikatakan sehubungan dengan banyak pendapat tentang perlu atau tidaknya melakukan pengamatan terhadap suatu peran. Lebih-lebih perannya sebagai Letkol Untung yang orangnya sudah tidak ada. Bagaimana cara Bram melakukan observasi terhadap peran ini tentu lebih sulit daripada ia berperan sebagai sopir taxi. Tetapi banyak jalan terbuka dan Bram melakukan dengan seksama. "Antara lain saya mendatangi museum sejarah ABRI. disana saya banyak tanya tentang pakaian atau tanda pangkat yang di pakai saat itu. Saya juga menghubungi bekas resimen Tjakrabirawa. Jadi saya tahu pakaiannya secara otentik. Menurutnya observasi semacam ini belum pernah di lakukan. Bram termasuk pemain dalam bayak film tapi  pengamatannya peran kali ini di lakukan secara khusus. 

Di akui, porsi perannya melebihi dari yang pernah di terima sebelumnya. Sehingga tidak jarang Bram mendiskusikan dengan pemain lain, atau pun rekan-rekannya. "Siapa sebenarnya pemeran utaman?", pertanyaan ini yang sering di lontarkan. Menurutnya posisi peran Letkol Untung di dalam film Pengkhianatan G 30 S PKI cenderung sebagai tokoh utama. Pada akhirnya Bram tidak mendapat jawaban yang pasti. Namun begitu, ia sangat bangga bahwa perannya kali ini betul-betul menjadi perhatian. Lebih-lebih banyak pendapat yang menyebutkan betama Bram Adrianto berkesempatan main dengan baik. Arifin C Noer seperti memberi kesempatan yang besar, sementara tokoh yang lain muncul dalam jalur yang semestinya. Ini pula yang memunculkan pertanyaan siapa sebenarnya peran utama. 

"Pengkhianatan G 30 S PKI dulunya berjudul S.O.B singkatan dari Sejarah Orde Baru. Dibuat dalam waktu cukup lama, sekitar dua tahun dengan biaya yang besar pula. Konon kabarnya Pusat Produksi Film Negara (PPFN) mengeluarkan biaya lebih dari setengah milyar rupiah. Berarti jumlah biaya yang sekian kali lipat dari biaya sebuah film biasa. Sekarang ini, sebuah drama sederhana bisa dibuat dengan biaya 150 juta rupiah. Bahkan ada pembuat film yang berani memproduksi di bawah jumlah biaya tersebut. 

Sejak tahun 1982 dimana karya Arifin C Noer sebelumnya (Serangan Fajar) mendapat Piala Citra pada FFI '82 di Jakarta, baru kali ini karyanya di lombakan lagi pada Festival Film Indonesia t984 di Jogya. Suara-suara menyebutkan "Pengkhianatan G 30 S PKI" merupakan film yang merajai festival. Tapi Bram Adrianto justru merasa gelisah. Begitu banyak yang memuji permaiannya sebagai kolonel untung tetapi mungkinkah ia bisa menerima piala Citra.

"Untung ini orang jahat bung, Kata Bram tentang perannya. Mungkinkah juri mau menilai tokoh antagonis?


Sumber : Ria Film No. 548 tanggal 31  Oktober sd 6 Nopember 1984

Friday, August 30, 2024

MENGENAL AGUS SUBAGYO, PEMBUAT POSTER FILM


Dalam sebuah film, Poster merupakan salah satu bagian penting sebagai media dalam berpromosi, namun kita 'hampir' tidak pernah terpikir siapakah dibelakang layar dari poster-poster tersebut tanpa pernah dicantumkan di poster film yang dibuatnya. 

Salah satu pembuat poster film adalah Agus Subagyo. Pria kelahiran Magelang, 12 September 1952 ini ternyata bernama Agus meski lahir di bulan September. hehe. Sewaktu masih duduk di bangku SD, Agus Subagyo suka nonton film lewat berbagai cara. Kalau tidak bayar, ya bisa nuntut orang lain agar bisa masuk ke gedung bioskop, Franco New adalah bintang film paling di puja karena kejagoannya. Kesan itu selalu di bawa dimana saja ia berada, Maka kalau di tangannya sudah tergenggam pensil, segera diambil kertas dan mulai corat coret hingga selesailah gambar Franco Nero, Si Jango tokoh khayalnya. 

Hobi menggambar Jango plus pistolnya di bawa hingga ia masuk ke Sekolah Teknik di Surabaya. Berbagai posisi Figur Franco Nero di gambar sebagai koleksi pribadi. Atau di simpan di buku atau sebagai sampul buku, si Jango bisa juga di tempel di dinding bambu rumahnya sebagai penutup lobang. Singkat cerita, secara kebetulan seorang karyawan film yang biasa mengimpor film film Barat bekas (Second hand film) lewat dan terpesona oleh lukisa bocah Sekolah Teknik dan memberinya tawaran untuk membuat poster besar. dan tawaran pun di sepakati. sampai di rumah pemilik film ia pun kaget karena terbentang kain putih besar yang akan di gunakan sebagai sarana untuk membuat poster film Spartacus kala itu. 

Dan akhirnya pemesan nampak puas dan Agus pun menerima honor Rp. 1500 suatu jumlah yang besar pada saat itu. Tahun 1972 kemudian menjadi tahun awal ia mulai serius melukis poster film. Juga poster besar berujud baliho untuk iklan show penyanyi macam Eddy Peregeninna, Heince serta artis lainnya. Honor dari membuat poster film ini mampu membiayai sekolah dan juga membantu orang tuanya. Pesanan semakin mengalir ketika ia sekolah di STM kelas 3. 

Film-film yang dibuat Agus Subagyo memang pada awalnya adalah poster-poster film barat, hingga ia pun menerima tawaran untuk membuat poster film Indonesia. 


Poster film Indonesia pertama yang dibuat oleh Agus Subagya adalah film "Si Bongkok" produksi PT. Rapi Film. Uangpun semakin mengalir ketika film India, Mandarin dan Amerika merajai pasaran di Indonesia. Situasi ini akhirnya membuat ia kepikiran untuk mempekerjakan karyawan yang diambil dari teman-teman sekolahnya yang hobi melukis. 

Nama Agus Subagyo kian populer ketika ia memenangkan Piala S Tutur dalam Festival Film Indonesia tahun 1985 lewat poster film yang dibuatnya yaitu film "Doea Tanda Mata". Ceritanya berawal ketika Harris Lesmana dari Nusantara Film menyuruh membuat poster film ini untuk festival. "Kalau filmnya nggak dapat, posternya harus dapat", tiru Agus atas perintah Produsir. 

Karena Doea Tanda Mata merupakan film dengan tema lama, ia harus menyaksikan karyanya ke masa lampau pula. Dia corat coret gambar rumah tua seabgai latar belakang dan di beri gambar sepeda tua. Tapi produser minta sepeda dibuang saja, ternyata setelah gambar sepeda di hilangkan kelihatan artistik. 

Akhirnya poster Doea Tanda Mata dinyatakan menang dan Agus Subagyo menerima Piala S Tutur dan uang. 

Setahun kemudian, Agus Subagyo meraih kembali Piala S Tutur pada Festival Film Indonesia 1986 lewat poster film "Hatiku Bukan Pualam.

Diraihnya Piala S Tutur secara berturut-turut sebagai Pelukis Poster Terbaik membuat ia cukup di segani para produser langganan. Karya karya Agus yang lain sudah banyak sekali dalam mendesain poster film, sebut saja seperti Kodrat, Biarkan Bulan Itu, Bintang Kejora, Ketika Musim Semi Tiba, Arini, Tujuh Manusia Harimau, Teroris, Tak Seindah Kasih Mama, Merpati Tak Pernah Ingkar Janji, Mandala dari Sungai Ular dan masih banyak lagi. 

Memasuki era 90an ketika film-film Indonesia mulai sepi, Meskipun Agus Subagyo tetap mendapat orderan namun dari artikel di Majalah film Ia menyebutkan bahwa honor membikin poster pun sering di hutang oleh produser sehingga ia kesulitan untuk membayar karyawannya. 

Agus Subayo satu dari sekian banyak pembuat poster film selain juga ada nama-nama lain seperti Rizal Alferthinus yang menjadi pemenang Piala S Tutur pada Festival Film Indonesia tahun 1990 melalui film "Blok M" karyanya. 

Sebagai penonton dan penikmat film, kita tidak pernah terbayang siapa "aktor" pembuat poster selama ini. Tentu saja era Agus Subagyo dengan era sekarang berbeda dengan kemajuan teknologi yang memadai. Kalau jaman dulu poster lukis menjadi sesuatu yang cukup keren dan tentu butuh waktu dan imajinasi yang tinggi untuk menjadi sebuah poster. Apalagi kalau lukisan di triplek misalnya, tentu satu karya poster dengan poster lain ada sedikit berbeda meski sekilas sama. 


*Sumber : Buku FFI 1987, Buku FFI 1992, Majalah Film tahun 1992


Tuesday, August 27, 2024

Rebutan Kontrak Bintang , Fendy Pradana


Rebutan Kontrak Bintang juga dialami oleh Fendy Pradana, Si Brama Kumbara dalam "Saur Sepuh Satria Madangkara". Memang yang semula mengajak Fendy bermain film adalah Sisworo Gautama Putra untuk produksi PT. Soraya Film, "Malam Satu Suro", sebagai kekasih Suzanna. 

Sebenarnya Fendy sudah di kontrak untuk hanya bermain pada Soraya film dalam tahun 1988 ini," ujar orang Soraya, tapi kami memberinya izin secara tertulis untuk ikut mendukung Saur Sepuh demi pengembangan kariernya."

Padahal Imam Tantowi meminjam Fendy pada saat suting "Malam Satu Suro" masih belum rampung.  Kini menjelang "Saur Sepuh" melanjutkan suting ke Lampung, berbalik pihak Soraya yang ingin meminjam Fendy untuk film baru mereka "Ngepet Aji Pelebur Nyawa" (judul sementara) dengan peran utama wanita Suzanna dan Joice Erna.

Permintaan Soraya ini ditolak oleh Kanta mengingat lokasi suting yang sangat berjauhan. Apalagi seusai suting "Saur Sepuh" episode pertama akan langsung dilanjutkan dengan episode keduanya. 

"Memang benar saya pernah menandatangani surat kontrak pada Soraya, tapi saya tak menerima uang pengikat barang satu rupiahpun" mengakui Fendy Pradana yang di jumpai di studio "Saur Sepuh" di Cengkareng. 

Pasal rebutan bintang ini bisa di tambah lagi dengan kasus Hengky Tornando yang juga terlibat dua produksi bersamaan "Saur Sepuh" dan Kisah Anak-anak Adam" untuk lokasi suting di tempat yang sama di Pangandaran;


Sumber : Majalah Film NO. 057/25 tanggal 3 September - 16 September 1988

Wednesday, August 14, 2024

GEORGE RUDY dalam film LEBAK MEMBARA

 


JUDUL FILM                        : LEBAK (TUGAS NERAKA) ATAU LEBAK MEMBARA

SUTRADARA                       : IMAM TANTOWI

SKENARIO/CERITA           : IMAM TANTOWI

PRODUKSI                           : PT. RAPI FILM

TAHUN                                 : 1982

JENIS                                     : REVOLUSI/PERJUANGAN

PEMAIN                               : Minati Atmanegara, Dana Christina, Georgy Rudy, El Manik, Rachmat Hidayat, Haji Usman Effendy, Dicky Zulkarnaen

SINOPSIS :

Kedatangan Tentara Dai Nippon ke Indonesia semula diharapkan akan membebaskan Indonesia dari Penjajahan Belanda. Tetapi yang terjadi adalah sebaliknya. Sang Saudara Tua ternyata bangsa penjajah yang tak kalah kejamnya dengan penjajah Belanda.  Seperti misalnya apa yang terjadi di daerah Lebak sebuah desa kecil dekat Cirebon. Para pejuang ditangkapi dan disiksa. Diantara orang yang akan di hokum itu terdapat Babah Liem, seorang Cina pro Republik. Dia mengajarkan ilmu kuntau kepada pemuda Cina dan Pribumi sebagai bekal perjuangan melawan penjajah. Salah seorang muridnya adalah Herman. Melihat gurunya akan di hukum, herman nekad menyerang tentara Nippon yang akan menembak gurunya. Herman tertangkap dan dipenjarakan babah Liem tewas.

Atas pertimbangan letnan Izumi dan Kapten Nakamura untuk sementara Herman di bebaskan. Kedua komandan serdadu jepang itu takut kalau pemuda-pemuda teman Herman akan membalas dendam. Namun tanpa setau komandannya, serdadu-serdadu Jepang memperkosa Marni, kekasih Herman. Herman naik pitam dan membunuh beberapa serdadu Jepang. Herman menjadi Buronan. Hamid ayah Herman dan Marni ditangkap. Herman tetap melarikan diri dan bergabung dengan Kyai Patah, pemimpin pesantren di Sumber Bening. Herman dan Kyai Patah lalu menyerang kubu pertahanan Jepang, sementara tentara Sekutu sudah berhasil merebut Pilipinan dan masuk ke Kalimantan dan Irian. Bom Atom meledak di Hiroshima dan Nagasaki, Jepang berada diambang pintu kekalahan.

Sementara itu di Indonesia telah memprokamasikan kemerdekaanya. Tentara Jepang di Indonesia patah semangat. Namun tidak demikian dengan Kapten Nakamura. Sebagai seorang perwira Jepang dia tetap bertahan. Ketika para pejuang Indonesia di Pimpin oleh Kyai Patah dan Sudjoko meminta agar senjata- senjata Jepangdi serahkan dia menolak. Dia hanya tunduk pada perjanjian internasional, yaitu Jepang kalah oleh sekutu dan bukan oleh Pejuang Indonesia. Letnan Izumi mempunyai saran. Dia rupanya punya simpati terhadap perjuangan bangsa Indonesia. Dia menyarankan agar senjata-senjata itu di rampas pada saat akan di serahkan kepada tentara Sekutu. Pada saat senjata akan diserahkanJepang kepada Sekutu di sebuah lapangan terbang darurat, para pejuang mencoba merampasnya.

Meskipun terjadi perlawanan dari tentara Sekutu namun para pejuang berhasil dan Herman memegang peranan penting dalam penyerangan ini. Dia pantas di sebut sebagai pahlawan.

 

Tuesday, August 13, 2024

MIEKE WIJAYA


 MIEKE WIJAYA, bintang film Indonesia yang pernah mencuat namanya lewat film Tiga Dara dan Serial Losmen di TVRI, terbilang bintang old-track yang tidak disangsikan lagi dedikasinya. Mieke Wijaya memiliki nama asli Miecke Marie De Rijder lahir di Bandung, 17 Maret 1940.Selama karirnya sudah banyak film yang pernah di bintangi, maupun juga sinetron dan iklan yang pernah dibintangi. 

Kerap berperan antagonis dalam film-film yang dibintanginya, Mieke Wijaya seolah menjadi sosok yang galak dan menyebalkan, namun berbanding terbalik ketika berperan sebagai Bu Broto dalam Losmen Bu Broto yang baik dan bijaksana yang tayang di TVRI, selain Itu Mieke Wijaya juga bermain dalam serial Rumah Masa Depan. Aktingnya sudah tidak diragukan lagi, beberapa penghargaan juga pernah di raihnya. Selain di film, peran di serial televisi juga selalu mencuri perhatian seperti dalam sinetron Mertua Anak Menantu yang tayang di Indosiar sekitar tahun 97an menjadi seorang mertua atau di serial Aku Ingin Pulang SCTV bersama Cece Kirani. Dunia akting menjadi dunia yang mengalir di darah Mieke Wijaya.

Sebelum terjun ke dunia film, Mieke Wijaya terjun ke dunia film, adalah penyanyi di RRI Palembang lewat band Empat Sekawan. Istri dari aktor Dicky Zulkarnaen ini juga telah membuktikan aktingnya dengan meraih Piala Citra pada  Festival Film Indonesia tahun 1967 sebagai Pemeran Utama wanita Terbaik, kemudian Pada festival Film Indonesia tahun 1975 sebagai pemeran Pembantu wanita terbaik dalam film Ranjang Pengantin dan tahun 1981 dalam film Kembang Semusim sebagai Pemeran Utama Wanita Terbaik. 

Penghargaan lain dari PWI Jaya pada tahun 1972 dan 1973 sebagai runner up ke III Aktris Terbaik masing-masing dalam film Malam Jahanam dan Akhir Cinta diatas Bukit. Juga pada tahun 1975 sebagai Runner up ke IV dalam film Ranjang Pengantin.  

Ibu dari Nia Zulkarnaen ini tutup usia pada 3 Mei 2022

di kutip dari Wikipedia, film-film yang pernah di bintangi oleh Mieke Wijaya sebagai berikut : 

1955Tjorak Dunia

Gagal
1956Pilihlah Aku
Tiga Dara
Dekat di Mata Djauh di Hati
1957Dewi
Delapan Pendjuru Angin
Sengketa
1959Bing Slamet Tukang Betja
Iseng
Sekedjap Mata
1960Gadis di Seberang Djalan
Piso Surit
1961Detik-Detik Berbahaja
Aksi Kalimantan
Masih Ada Hari Esok
Mira
Toha, Pahlawan Bandung Selatan
1964Anak-Anak Revolusi
Ekspedisi Terakhir
Impian Bukit Harapan
1965Langkah-Langkah di Persimpangan
Liburan Seniman
1966Gita Taruna
1967Disela-sela Kelapa Sawit
Gadis Kerudung Putih
1969Big Village
1970Ananda
1971Beranak dalam Kubur
Dunia Belum Kiamat
Malam Jahanam
Spy and Journalist
1972Akhir Cinta di Atas Bukit
Lingkaran Setan
Romusha
Desa di Kaki Bukit
Dosa Siapa
Flamboyant
1973Dimana Kau Ibu...
Bumi Makin Panas
Ita, Si Anak Pungut
Tokoh
1974Bing Slamet Koboi Cengeng
Demi Cinta
Kehormatan
Sayangilah Daku
Boni & Nancy
Ranjang Pengantin
Kawin Lari
1976Perkawinan dalam Semusim
1977Badai Pasti Berlalu
Selimut Cinta
Diana
Ali Topan Anak Jalanan
Napsu Serakah
Manager Hotel
1978Akibat Godaan
Jaringan Antar Benua
Senja di Pulo Putih
1980Kembang Semusim
Hallo Sayang
1981Srigala
Ketika Cinta Harus Memilih
Nila di Gaun Putih
Remang-Remang Jakarta
dr. Karmila
Betapa Damai Hati Kami
1982Hukum Karma
1984Pengabdian
Kontraktor
1985Semua karena Ginah
Sembilan Wali (Wali Songo)
Gadis Hitam Putih
Gerhana
1986Beri Aku Waktu
1987Pernikahan Dini
Penginapan Bu Broto
Luka di Atas Luka
1991Saat Kukatakan Cinta
Zig Zag (Anak Jalanan)