Showing posts with label Film Jadul. Show all posts
Showing posts with label Film Jadul. Show all posts

Monday, November 3, 2025

COK SIMBARA


 COK SIMBARA. Dunia film sulit di tinggalkan, Cok Simbara mengakui hal itu. Tapi nanti dulu, "saya sempat frustasi, memang. Itu karena ditangguhkannya sampai lima tahun film "Petualang-Petualan" dan saya juga melakukan kegiatan lain di luar film pada saat tidak main film. 

Sudah banyak judul film yang ia binganti. Tida semuanya sebagai pemeran utama, tapi minimal menjadi pemeran pembantu. Satu capaian yang boleh di kata baik, mengingatnya sulitnya mendapat kesempatan main film saat itu. Mengingat pula (Sangat) banyaknya pemain yang belum mendapat kesempatan dan capaian macam Cok. Dan karenannya banyak pemain yang patah arang ditengah jalan, bahkan mundur sebelum beraksi di depan kamera, mengubur angannya yang muluk, menjadi bintang. 

Capaian Cok asal Tapanuli Selatan itu bukan karena wajah, perawakan dan keberuntungan saja. "Ketampanan memang memberikan satu point", katanya dengan argumentasi bahwa pada dasarnya kece toh enak dilihat. Itu baru satu point. Point berikutnya tentu saja kemampuan akting, yang dilandasi wawasan luas. Dan Cok simbara yang berangkat dari teater dengan pengalaman mentas ratusan kali bersama Teater Keliling, selain bersama Teater Kecil-nya Arifin C Noer mengaku terus menerus belajar. "Ya ngobrol-ngobrol dengan sesama artis, membaca maupun studi perbandingan atas permainan aktor lain," katanya. 

Lain di film, lain di teater, "Di teater kita terus menerus latihan dan belajar. Ketika saya masuk ke film, banyak melihat pemain yang baru membaca dan menghapal peranan serta dialognya di lapangan, ini yang sempat menulari saya, ikut malas-malasan", katanya. 

Maksudnya, ia terbawa oleh kebiasaan sebagian temannya, tak banyak latihan dan belajar lagi seperti di teater. Ditanya lebih lanjut mengenai masih banyaknya pemain film yang terbatas wawasannya, "Itu perlu waktu. Sebab banyak pula pemain film lahir tanpa sengaja. Dengan demikian mereka merasa tidak perlu memiliki wawasan luas. Tapi pada akhirnya lama-kelamaan akan menyadari dan tertuntut untuk mencari," tambah aktor yang gila bola gelinding (bowling) ini. 

Di teater dulu saya mendapat banyak, yang sekarang sudah di dapat. Permainan total sebagai seorang pemain. Meski untuk itu ia menebus cukup mahal. Setidaknya dalam serba kekurangan uang sampai pengembaraanya yang panjang, di Teater keliling pimpinan Derry Sirna, ia terlibat semua tugas. bergantian menyiapkan set panggung, bergantian mencari sponsor "dan jarang yang mau memberikan sponsor secara penuh. Tapi dari kota ke kota lain memang selalu ada yang mengulurkan tangan. Meski soal makan apa adanya karena perolehan juga pas pasan. Makan nasi pecel seharga dua puluh lima perak misalnya itu terjadi di Solo". Dengan pengalaman pahit tapi berharga yang panjang tampaknya memberikan bekal pula untuk menghadapi dunia perfilman, yang diakuinya tidak setiap saat memberikan kesempatan main. 

"Petualang-petualang adalah film yang selesai pada tahun 1978, namun baru di edarkan tahun 1984 setelah mengendap di laci sensor, tetap dinilainya sebagai film yang paling berkesan. 

Cok Simbara jebolan Lembaga Pendidikan Kesenian Jakarta (Kini Institut Kesenian Jakarta) berangkat dari Tapanuli Selatan dengan niat belajar seni lukis. Tapi tak dilanjutkan, selanjutnya ngendon di Taman Ismail Marzuki yang mengantarnya ke dunia teater dan film.

~film 019 Tahun ke II


Saturday, November 1, 2025

SEKILAS DJOHAN DJEHAN

 


SEKILAS DJOHAN DJEHAN. Dilahirkan di Bogor, 11 Agustus 1956. Keinginan dan perhatian pada dunia seni berkembang terutama pada jenis seni teater, Setelah lulus SMA ia masuk IKJ pada departemen Teater. Dan Teater mengantarkannya ke dunia film. 

Sejak kecil memang senang nonton pertunjukkan sandiwara dan film, demikian pengakuan Djohan, maka ketika SMA ia aktif mengikuti kegiatan drama sekolah. Dan ketika menjadi mahasiswa IKJ ia sering ikut mengadakan pertunjukkan sebagai pemain baik di panggung maupun TV. Kemudian akhirnya ia diajak Nasri Cheppy untuk mendukung film Didadaku Ada Cinta dengan bintang utama Rano Karno dan Paramitha Rusady. 

Dalam film ini Djohan mendapat peran pembantu sebagai Johan yang merupakan teman Bob Ridwan yang di mainkan Rano Karno. Djohan yang dulu senang nonton film sejak kecil, kini telah menjadi bintang film. Film-film yang paling senang di tonton adalah Action dan horor. Adapun bintang idolanya adalah Marlon Brando, Al Pacino dan WD Mochtar. Setelahnya Djohan Djehan juga bermain dalam film-film lain seperti Pesona Natalia bersama Marissa Haque.

~film 019-tahun ke II



Thursday, October 30, 2025

DORMAN BORISMAN


DORMAN BORISMAN setiap penampilannya di film sering membuat penonton menjadi gerr.... padahal sepintas lalu wajahnya tampak seram. Dengan brewoknya yang lebat dan sepasang mata yang aduhai.. ternyata mampu memainkan peran kocak yang sutradara berikan. Dan ia cukup berhasil mengundang tawa orang yang melihatnya. 

"Saya tidak tahu  kenapa peran-peran kocak yagn sering saya mainkan, sedangkan saya lebih cocok dengan peran serius", komentar Dorman tengang film-filmya. Film-filmya pun banyak, namun dari sekian film yang dibintangi , tiga film yang menurut Dorman berkenan dihatinya yaitu "Kugapai Cintamu", "Binalnya Anak Muda" dan Perempuan dalam Pasungan". Peran ketiga film tersebut sesuai dengannya. Suasana kerja yang merangsang untuk mencipta dan tema cerita mengenai masalah sosial adalah yang disukainya. 

"Tetapi kita harus sadar, bagaimanapun selektifnya menerima peran, bukan berarti kita harus menolak setiap tawaran yang datang. Kalau kita selalu menanti film yang sesuai keinginan, bisa-bisa asap dapur tidak mengebul", ujar pria asal Purwokerto itu merendah. 

Menjadi pemain film memang tidak semudah yang kita bayangkan. Banyak liku-likunya. Tetapi kesulitan yang di hadapi Dorman tentu berbeda dengan kesulitan yang dihadapi pemain film yang lain. Menurut Dorman jika menghadapi peran yang sama dalam setiap filmnya, ia harus pandai akal-akalan. 

"Orang akan bosan jika melihat peran yang itu-itu juga dalam filmnya. Karena itu seorang pemain film harus pandai menciptakan karakter yang berbeda-beda dari tokoh yang sama. Peran Batak dalam film Warung Kopi Prambors berbeda dengan peran Batak dalam film "Pintar Pintar Bodoh". Begitu juga peran-peran dari tokoh tamatan SD akan lain dengan tokoh tamatan SMA maupun seorang Sarjana misalnya", kata Dorman. 

Bagaimana dengan Peran Pono dalam film "Srigala"? "Sebetulnya tokoh Jawa Pono sudah saya ciptakan demikian rupa, tetapi sewaktu dubbing supaya di jadikan Batak saja dengan alasan karena pemasaran," ujar Dorman. "Disitu diperlukan dedikasi seorang pemain sejauh mana untuk menerima peran itu. Tetapi bukan berarti tindakan sutradara yang melampaui batas kewajaran juga kita terima, " demikian Dorman menambahkan. 

Sebelum terjun ke film, Dorman Borisman sudah aktif di teater Gelanggang Remaja Jakarta Timur sejak tahun 1971 dan kemudian menjadi sutradara pada teater tersebut. Tahun 1975 ia menjadi anggota dari Grup "Teater Kecil" pimpinan Arifin C Noer. Selama berkecimpung di teater, Dorman sudah dua kali meraih The Best Actor dan tiga kali menjadi Sutradara terbaik. 

Dorman mulai di kenal lewat film Binalnya anak Muda, merasa bahwa berkat film tersebut ia dapat terus main film-film lain seperti Gadis Bionic Pasukan berani Mati, Nyi Blorong dan lain-lain. 


~RF19-25 Mei 1982~

Dorman pun akhirnya di kenal sebagai pasangan Bokir dalam film-film Suzanna. 


MENGENANG SOEKARNO M NOOR, RANGKAIAN ACARA FESTIVAL FILM INDONESIA 1992


 Festival film Indonesia tahun 1992 menampilkan acara Pekan Film Restrospeksi di TIM Sinepleks 21, Cikini Raya Jakarta. Acara yagn di buka pada tanggal 22 November pukul 19.00 dengan pemutaran film terbaik FFI 1991 "Cinta Dalam Sepotong Roti".

Acara berlangsung hingga 27 November 1992. Film-film yang di putar adalah film-film terbaik FFI tahun-tahun sebelumnya. Kembang Kertas (85), Ibunda (86), Nagabonar (87), Tjoet Nja' Dhien (88), Pacar Ketinggalan Kereta (89), dan Taksi (90).  Dimeriahkan pula oleh film-film dari negara tetangga Malaysia, : Bintang Malam, Harry Boy dan Shakila. Sementara aktor  Indonesia yang handal Sukarno M  Noor di putar 5 film. 

Soekarno M Noor kelahiran Jakarta 13 September 1931 ini  memang pantas di peringati. Berkat dedikasinya yang penuh mulai 1953 dia tinggalkan kerjanya di Kantor Pos Pasar Baru (Jakarta), lalu terjun sepenuhnya ke dunia seni sandiwara/film. "Sampai detik terakhir dia mampu memberi arti bagi dunia film, " Kata Harmoko ketika melepas Sukarno yang tutup usia pada 27 Juli 1986. 

Menteri Penerangan itu adalah salah seorang sahabatnya semasa "Seniman Senen" tahun 50an. Tapi Soekarno tidak hanya belajar di Senen, melainkan juga memperdalam ilmu aktingnya di Akademi Teater Nasional Indonesia (ATNI). Pengajarnya antara lain Usmar Ismail (1921 - 1971) dan Asrul Sani. 

Jebolan ATNI lain termasuk Wahab Abdi, Mansyur Syah, Usbanda dan lain-lain yang di "kumpu"kan Asrul dalam "Pagar Kawat Berduri" (61), sebagai pembuka acara Restrospeksi Sukarno M Noor. Selanjutnya "Senyum Di Pagi Bulan Desember" 74 (Wim Umboh), Suci Sang Primadona" 77 (Arifin C Noer), "Titian Serambut Di Belah Tujuh" 82 (Chaerul Umam), dan "Lima Sahabat" 81 (CM Nas). 

Soekarno pernah beberapa kali main bersama anaknya, Rano Karno, diantaranya dalam Suci Sang Primadona dan dalam film Opera Jakarta (85, Sjumandjaya). Selain Rano, ikut pula Tino (Abang Rano) terjun kedunia film, sedangkan Suti (Adik Rano) termasuk anggota inti Lenong Rumpi. 

Dalam Bidang organisasi, Soekarno pernah duduk sebagai anggota Dewan Film Nasional (1972-1974), Dewan Kesenian Jakarta (1977-1979), serta Ketua I Organisasi artis PARFI masa bakti 1972-1974. Kemudian ketua umum PARFI dua  periode berturut 1978-1980 dan 1981-1983.

Prestasi Sukarno M Noor 1931 - 1986

1955 Gambarng Semarang (Pertama)

1960 Aktor Terbaik Festival Film Indonesia : Anakku Sajang

1967 Aktor Terbaik Festival Film Indonesia : Di balik Tjahaja Gemerlapan dan Menjusuri Djejak Berdarah

1969 Penghargaan Seni dari Pemerintah, Depdikbud

1971 Best Actor ke 5 PWI (Si Gondrong)

1972 Best Actor ke 2 PWI (Lingkaran Setan)

1973 Best Actor PWI (Jembatan Merah)

1974 Best Actor PWI (Raja Jin Penjaga Pintu Kereta)

1979 Citra FFI (Kemelut Hidup)

1985 Penghargaan/hadiah Surjosoemanto dari Dewan Film Nasional

1986 Nominasi Aktor Pembantu FFI (Opera Jakarta)

Sunday, October 26, 2025

RICO TAMPATTY

 


RICO TAMPATTY. Ketika nama-nama cowok di dunia filmmacam Roy Marten mulai sirna, Rano Karno yang timbul tenggelam, penonton film seperti kehilangan idola. Apalagi para cewek penggemar cowok Idola di film. Dua nama yang muncul di peta film nasional adala Richie Ricardo dan Rico Tampatty. Richie Ricardo yang oleh beberapa penggemar dinilai agak feminin, maka sasaran satu-satunya adalah Rico Tampatty sebagai idola baru. 

Parasnya cukup tampan dan punya sosok tegar serta segudang prestasi adalah bekal handal dari cowok kelahiran Biak, 11 April 1964 ini.  Lewat film perdananya, Tandes orang baru terhenyak ternyata ketika menemukan sosok diri Rico. Ditambah film lain macam Tirai Malam Pengantin, Gawang Gawat serta Pencuri Cinta dan Dia yang tercinta. Nampak anak dari keluarga Yan Tampatty dan Alina Uzhara ini tak main-main menggeluti film. 

Oleh Rekan-rekan terdekatnya karier Rico di nilai cepat melaju.  Bahkan meninggalkan rekan lain yang sudah senior dari dia, Rico sering kelihatan berjalan di catwalk memperagakan pakaian di berbagai hotel mewah di Jakarta. Profesi sebagai modeling ini sudah sejak lama di tekuni. Wajahnya menjadi pemikat orang ktika ia memenangkan  Pemilihan Top Model Rahadian Yamin 1982, setelah cukup lama menggeluti dunia Swara Mahardika pimpinan Guruh Soekarnoputra. 

Sebagai seorang penari di grup Swara Mahardika (SM) berbagai jenis tari ia tekuni hingga oleh Mas Guruh, Rico diberi kepercayaan untuk memegang tugas sebagai pelatih dan koreografer. Terjunnya Rico kedalam film malah seperti rahmat, hal yang banyak terjadi pada diri artis-artis kita. Saat Rico nampang di catwalk dalam pemilihan peragawan terbaik, seorang sutradara , Boby Sandy melihat dan menawarinya main film. Seriba perasaan berkecamuk, ketika ia harus mengatakan mau. Maka mulailah Rico berkenalan dengan pita bergambar. Ini memang macam dunia baru baginya meski ia telah di kenal lewat iklan-iklan gede, foto model di berbagai majalah. 

~FILM 004 Februari 1985

Wednesday, October 22, 2025

SOPHIA INGGRIANA LATJUBA


 SOPHIA INGGRIANA LATJUBA, hobinya dimulai dari foto. Wajahnya sering tampil di beberapa media sebagai model iklan seperti Agree Shampoo, Betadine, bahan pakaian Friendship, Kaos Country Fiesta, dan lainnya. 

Diawali film lewat "Bilur-bilur Penyesalan" (1987) ketika masih berusia 17 tahun arahan sutradara Nasri Cheppy, Sophi panggilan akrabnya langsung mendapat porsi peran utama dalam film tersebut dengan akting pas-pasan. Setelah itu wajahnya terpampang dalam film "Setegar Gunung Batu" (1988) Kemudian juga bermain dalam film Rio Sang Juara . Kemudian karir dalam film pun mengalir begitu saja dengan film-film lainnya seperti Valentine, Kasih Sayang Bagimu, Ketika Cinta Tlah Berlalu, Pengantin, Catatan Si Boy V, dan juga film Taksi Juga. 

Selain sebagai pemain film, model juga sebagai penyanyi yang terkenal. Sophia Latjuba merupakan sosok yang awet muda hingga sekarang. 


TIEN ALI, PRODUSER PT. CANCER MAS FILM

 


TIEN ALI, ia mungkin produser film yang paling jarang 'muncul' ke permukaan dan di perbincangkan banyak pihak. Namun justru dari perusahaannya PT. Cancer Mas Film, gedung-gedung bioskop konvensional memperoleh pasokan film nasional. Puluhan judul film telah di produksinya.

Selain memproduksi film Tien Ali juga di kenal sebagai seorang distributor. Dengan bendera perusahaan yang sama, bapak dari 4 orang anak itu memperoleh hak menjadi pengedar film-film impor, khususnya bagi bioskop menengah kebawah. "Bisnis filmlah yagn saya ketahui usaha lain, saya tidak bisa, " kata pemilik (saat sebelum tumbang) 15 gedung bioskop konvensional itu. 

Sebelum bergerak di bidang pertunjukkan, Tien Ali lebih di kenal sebagai penjaga gawang handal di daerahnya Kebon Jeruk, Taman Sari Jakarta Barat. "Dalam banyak pertandingan bola, saya di percaya sebagai kiper. Malah sering dipinjam daerah lain saat bertanding, " akunya. 

Bahwa kemuian ia melirik bisnis film katanya, olahraga saat itu belum bisa di jadikan pegangan hidup. Olahraga kita belum profesional dan kita tidak bisa berharap banyak dari sana, " komentarnya. 

Tien Ali tahun 70an melihat peluang bisnis film akan mendatangkan keuntungan. Gedung bioskop sebagai salah satu alternatif hiburan masyarakat, murah, meriah peluangnya sangat terbuka luas. "Bioskop Setia Budi kami buka dan berkembang..". Itu terjadi , kata Tien Ali perizinan untu membangun gedung bioskop sangat mudah. Pengusaha bioskop cukup memperoleh izin dari daerah setempat dimana dimana gedung bioskop akan di bangun. "Pasokan film untuk gedung-gedung bioskop itu adalah film impor, baik film eropa Amerika, Film India maupun film Mandarin. 

Saat film Indonesia sekarat di era 90an, produksi film nasional juga memperlihatkan gejala penurunan, namun selain sebagai produser juga sebagai distributor film, Tien Ali bercerita tentang Film Gadis Metropolis yang tayang di era tersebut. 

Berdasar data dan perhitungan film tersebut memang laku di bioskop-bioskop kelas itu. Dengan biaya produksi yang hanya 250 juta, pemasukan yagn di peroleh dari film itu di Jakarta sudah mencapai 100juta. Gadis Metropolis saya yakin balik modal. Perhitungannya, sebuah film yang berhasil di Jakarta, pasti juga berhasil di daerah lain seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Belum daerah-daerah lain di luar Jawa. 

Produser PT Virgo Putra Film Ferry Angriawan yang ikut menemani Tien Ali  membenarkannya. Menurutnya Gadis Metropolis produksinya, setelah berhasil dalam peredarannya di Jakarta juga berhasil saat diedarkan di daerah-daerah.


~sumber : MF~


Saturday, October 18, 2025

LIA CHAIDIR, PEMERAN FARIDA. AKTING DI RADIO LEBIH SULIT MESKI CUMA MUNCUL SUARA

 


Ingat Sandiwara Radio Serial Mak Lampir "Misteri Dari Gunung Merapi", pasti ingat dengan nama Lia Chaidir. Pemeran Farida ini sempat menimbulkan belas kasih diantara pendengar setia sandiwara tersebut karena nasibnya yang terus menerus sial. Tapi adakah Lia yang sehari-hari sama dengan Farida? Jelas tidak. Lia adalah sosok yang sehari-harinya dijalani dengan penuh suka cita. 

Dan kalau kemudian Lia tak ikut ketika sandiwara radio tersebut di filmkan, bukan berarti ia juga sedang sial. "Saya enggak tau tuh. Tapi saya dengar si suara saya masih di perlukan untuk film itu nanti," kata Lia di sela-sela suting film Tragedi Bintaro. 

Memulai karirnya ketika masih usia 16 tahun dan duduk di bangku SMA, Lia mengaku karirnya dimulai dari layar TV sebagai pengisi acara fragmen. "Tapi main film saya mulai tahun 1973 ketika diajak ikut dalam pembuatan film "SYAMTIDAR" tuturnya. Dari sanalah ia kemudian menekuni dunia akting dengan membuka sanggar teater dan aktif mengisi acara drama di TVRI. "Sudah puluhan drama TVRI ia ikut membintanginya, tapi kalau film hingga film Tragedi Bintaro baru sekitar 10 filman. 

Di film "Miseri Gunung Merapi" Lia toh tak merasa kecewa. "Saya malah ikut bangga karena sandiwara radio itu di filmkannya" , katanya.Tapi dalam film terakhir yaitu Tragedi Bintaro Lia merasa yakin targetnya untuk bermain bagus dengan menghayati peran yang di berikan padanya juga terpenuhi. "Di film ini saya betul-betul ingin tampil semaksimal mungkin. Caranya, ya ngobrol dengan Ibu Djunet dan si Djunetnya sendiri, " katanya. 

Dan memang bagi Lia ada sesuatu yang mendukungnya hingga bisa intens menggeluti seni peran. 


OBITUARI WIM UMBOH SANG PELOPOR CINEMASCOPE

 


OBITUARI WIM UMBOH SANG PELOPOR CINEMASCOPE 

Salah satu sutradara besar film Indonesia, William Umboh Achmad Salim, atau Wim Umboh telah pergi pada 24 Januari 1996 di RS Husada Jakarta sekitar pukul 04.45 WIB. Langit Jakarta yang mendung sejak pagi, seolah memayungi kepergian sang pembaharu, pelopor pertama film CINEMASCOPE dan juga laki-laki yang di kenal sebagai Workalcholik itu tetirah panjang di TPU Jeruk Purut Jakarta Selatan. 

Puluhan insan perfilman hadir di pekuburan seperti Slamet Rahardjo, Amoroso Katamsi, Turino Djunaedi, Sophan Sophiaan, Chaerul Umam, Rano Karno, Idris Sardi, Rosihan Anwar, Rima Melati, Widyawati, Marini dan juga Wakil Ketua DPR/MPR Suryadi dan Mantan Wakil Perdana Menteri/Dubes RI Di Vietnam Hardi, SH. 

Almarhum meninggal dunia setelah menderita komplikasi diabetes dan sempat dirawat di rumah sakit sejak hari pertama puasa "Habis sahur, kita bermaksud tidur, tapi Oom Wim (Sapaan akrab istri pada Wim Umboh) gelisah terus. Saya tanya, tetapi dia bilang cuma sakit di dada. Saya selimuti, kepalanya terasa panas, tetapi sewaktu tangannya saya sentuh, rasanya dingin sekali. Disitu saya sudah curiga..." kata Ny. Inne Emina Chomid, istri ketiga almarhum yang dinikahinya tahun 1984. 

Sebelumnya kata Inne, Oom Wim sempat dibawa ke rumah sakit Cinere. Dari sni karena kondisinya makin lemah, Wim Umboh di bawa ke RS Husada untuk dirawat oleh dokter tetapnya, "Semula ia menolak untuk dirawat, karena trauma dengan rumah sakit, tapi karena saya memaksanya akhirnya ia menuruti saran saya. 

"Di ungkapkan semangat kerja almarhum sangatlah besar. Dalam kondisi lemah dan saki, dia selalu berusaha mengerjakan tugas-tugasnya terutama dalam menggarap film. 

Ketua organisasi Karyawan Film dan Televisi (KFT) Slamet Rahardjo ketika memberi sambutan pada pemakaman Wim Umboh, mengatakan dengan tegas "Tanpa keterlibatan almarhum, dunia film Indonesia bukanlah apa-apa".

"Lebih dari semua itu, yang patut di kenang dari Wim adalah kemampuan editingnya. Secara awam dapat dikatakan bahwa tangan Wim periode tahunan dalam lakon bisa menjadi sejam dua jam dan berjalan mulus di dalam film. Tangannya seperti mempunyai mata sendiri ketika bekerja di meja editing. Satu lagi, barangkali, dia satu-satunya sutradara  yang hapal seluruh dialog, sehingga waktu dubbing, dia bisa memandu kalimat para pengisi acara," kata Teguh Karya. 

"Dia banyak memberi pembaruan bagi perfilman Indonesia seperti melakukan pengambilan lokasi suting ke luar negeri. Jadi sutradara pertama yang menggunakan kamera Panavision, film berwarna, film 70 mm. Karena kreativitasny jugalah, tahun 70an apresiasi masyarakat terhadap film nasional tinggi, " kata Sophan Sophiaan, sutradara yang juga anggota DPR/MPR

"Bagi saya kesannya yang paling manis adalah, Tuham menjodohkan saya melalui tangan Oom Wim . Saya pertama kali bertemu Widyawati dalam film Pengantin Remaja, dan rupanya lewat film itu kami akhirnya sepakat untuk melangsungkan pernikahan," lanjutnya. 

Kesan yang juga sangat kuat melekat pada diri Wim Umboh kata Sophan, adalah egoismenya yang tinggi. Wim adalah seorang yang teguh dalam memegang sikap-sikapnya. Tetapi menurutnya itulah usahanya dalam mempertaruhkan kehidupan perfilman nasional. 

Wim Umboh lahir di Watuliney, Sulawesi Utara pada 26 Maret 1933. Sejak usia tujuh tahun sudah ditinggal ibunya. Setahun kemudian sang ayahpun berpulang ke rahmatullah sehingga Wim kecil pun yatim piatu. Sepeninggal kedua orangtuanya, Wim diangkat anak oleh dr Liem. Dokter ini jugalah yang menyekolahkan hingga Wim Umboh bisa mandiri. 

Tahun 1955 ia menikah dengan RO Unarsih Sastrawiata dan menghasilkan anak perempuan bernama Lisa Maria. Bercerai tahun 1957 Wim menikah untuk kedua kalinya dengan Paula Rumkoy (1974) dan pada Oktober 1982 mereka bercerai kemudian Wim Umboh nikah lagi dengan Inne Ermina Chomid dua taun kemudian. Dan memiliki anak laki-laki William Umboh Ikhsan Salim. 

Di tengah pembuatan film Pengemis dan Tukang Becak di Solo, 26 Desember 1978 Wim Umboh terkapar pingsan. Dalam keadaan koma ia diterbangkan ke Jakarta, masuk RS Husada dan memperoleh perawatan intensif. Namun seperti dikatakannya, Nasib manusia merupakan rahasia Tuhan. Sesudah mengalami koma selama sepuluh hari ia "sembuh" dan ketika tampil keatas panggung untuk menerima Piala Citra kategori penyunting gambar dalam penyelenggaraan FFI 1979 di Palembang, ia berjalan tertatih-tatih, Hadirin yang menyaksikannya bergetar kagum. 

Usai FFI 1979 kita seperti kehilangan Wim Umboh. uaranya yang mengguntur senyap. Tahun-tahun tanpa karyanya. Namun dasar Wim, manusia gila kerja, dalam sakitnya ia tetap berkarya. "Ini soal semangat. Saya jadi akan semakin sulit kalau tidak kerja," ungkapnya. Disaat kesehatannya belum pulih benar, ia merampungkan tiga film. Putri Seorang Jendral, Secawan Anggur Kebimbangan dan Serpihan Mutiara retak. Seperti kesaksian Sophan Sophiaan, sementara kerja Wim Umboh memang luar biasa sekali. Dalam kondisi sakit, tanpa mengenal lelah, ia tetap bekerja. 


~sumber : MF~

Friday, October 17, 2025

WILLY WILLYANTO, MEMBUJUK PELAJAR SMA BERBUGIL RIA



WILLY WILLYANTO, MEMBUJUK PELAJAR SMA BERBUGIL RIA. Di dalam organisasi Karyawan Film & Televisi (KFT) tercatat sekitar 100 orang dengan status sutradara. Terdapat diantaranya nama Willy Willyanto, orang yang bertubuh tinggi besar dan berambut kribo ini tergolong sutradara senior. Sebab sejak film Indonesia masih hitam putih, ia telah banyak menyutradarai film cerita "Bengawan Solo", (Hitam Putih) adalah karyanya. Menurut pengakuannya, ia telah menggarap lebih dari 30 judul film cerita. Film terbarunya adalah " Laura Tarzan Wanita". (ganti judul jadi Laura Si Tarzan).

Walau Willy tergolong senior, namun sikap senioritasnya masih selalu saja di pertanyakan. Film-filmnya cenderung 'murahan'. Selalu identik dengan s e k s . Dan nampaknya, ia memang tak ingin menjadikan dirinya sebagai seorang sutradara yang di hormati lewat karyanya. 

Dari kalangan orang film, khususnya dari kelompok sutradara, Willy sering di sindir sebagai sutradara yang tidak mempunyai acuan pada nilai moral. Karya-karyanya di cap mencemari nama baik profesi sutradara film Indonesia. 

Teguran dan peringatan keras dari induk oraganisasinya, KFT tidak pernah di gubris. Oleh karenanya Willy pernah di skorsing satu setengah tahun. Willy tidak boleh menyutradarai film apapun. "Sekarang saya sudah lepas dai pidana itu!" katanya dengan nada tak menyesal. 

Anggapan tau penilaian masyarakat bahwa Willy termasuk sutradara yang banyak membuat film panas, mengeksloitasi s e k s tak dibantahnya. Namun begitu ia tetap membela diri, kalau karya-karyanya dianggap keterlaluan "Buktinya, tak ada stupun film saya yang sampai di gudangkan di Badan Sensor Film (BSF). Semua film saya lulus sensor. Sebab dalam membuat film saya pun pakai otak!", tegasnya bersemangat. 

Tuduhan lain yang gencar di alamatkan kepadanya, sering i amenyuru pemain khususnya figuran untuk ber te lan jang bulat di depan juru kamera, melakukan adegan-adegan s e k s. Mengomentari tuduhan yagn satu ini, ia tidak begitu tegas. Kadang-kadang, " kata Willy orang itu sering nambah-nambahin omongannya. 

"Kalaupun ada adegan yagn kata orang keterlaluan, dalam pengambilan gambar, saya tidak membawa semua gerbong. Artinya, saya tidak membawa semua karyawan, dan tentu saja, tidak di tempat yang terbuka, " katanya membela diri. 

Pengakuan Willy itu agaknya dibantah oleh pengakuan  Dian, Dona dan beberapa figuran lain dalam film terbarunya. Kata Dian ia sempat berbugil ria dilihat orang banyak pada adegan mandi. "Semula, saya nggak mau, untuk memainkan adegan itu, Karena di bujuk terus, apaboleh buat, " jelas gadis manis yang masih sekolah di salah satu SMA di Jakarta Pusat itu. 

Menurut Dian pula, memang ada sekitar 5-6 orang yang harus mandi ramai-ramai. Namanya juga suku ang masih primitif mandinya jelas nggak di kamar mandi tapi di kali, dialam terbuka. 

"Orang boleh bilang apa saja terhadap diri saya. Namun yang jelas, saya ini masih di butuhkan produser. Buktinya meski saya eks 'terpidana' tak langsung nganggur terus, biasnaya kalau orang itu habis terpidana ia di jauhi orang ain. Saya tidak, dua tawaran sekaligus di berikan kepada saya. Bagi saya, ini merupakan suatu kebanggaan!.


~sumber : MF 082/50 th V, 19 Agustus - 1 September 1988.

BIDADARI BERAMBUT EMAS


BIDADARI BERAMBUT EMAS

SUSAN MORGAN telah menyandang gelar juara karate dunia enam kali berturut-turut. Ia adalah seorang wanita muda yang memiliki segalanya, cantik, berambut pirang keemasan, kaya dan kehidupan rumah tangganya bahagia. 

Suaminya tercinta, Sonny seorang bintang sepak bola yang menjadi pujaan masyarakat luas. Sayangnya kebahagiaan pasangan ini akhirnya diguncang prahara. Malapetaka datang ketika Sonny kembali dari Amerika, setelah mempertahankan mahkota kejuaraan. Sekelompok bandit internasional dengan licik menaruh tas berisi berlian diantara tas-tas milik Susan dan Sonny. 

Malamnya, bandit-bandit itu mendatangi rumah Susan untuk mengambil berlian tersebut. Karena tidak menemukan, bandit-bandit itu menyiksa Susan dan Sonny. Kaki Sonny yang selalu mencetak gol dihancurkan. dan bandit itu datang berulang kali secara misterius dan selalu menteror keluarga Susan  sampai suatu saat Sonny terbunuh. 

Sebenarnya, tanpa sepengetahuan Susan, Sonny telah menyembunyikan permata tersebut, dengan maksud untuk membantu warga desanya yang miskin, Malang baginya, Ia harus membayar teramat mahal, dengan nyawanya sendiri. Dengan terbunuhnya Sonny, penderitaan Susan makin lengkap. 

Dengan memendam dendam dan amarah, Susan memburu bandit-bandit tersebut dengan caranya sendiri. Bersamaan dengan upaya Susan, polisipun melacak membantunya. Dan akhirnya, bandit-bandit internasional itu berhasil di tumpasnya. 

Sekelumit cerita tersebut dalam film Bidadari Berambut Emas yang dibintangi Cindy Rothrock sebagai Susan Morgan, bintang bule yang tidak asing lagi bagi penggemar film Indonesia, Produksi PT. Rapi Film dengan produser Gope T Samtani. Selain CIndy, ada 4 pemain bule lain yang juga jago main film laga, Billy Drago, lalu bintang Indonesia seperti Frans Tumbuan, George Rudy dan Bella Esperance. Sutradara Ackyl Anwari. 

Sebagai film laga, film ini memang begitu banyak menampilkan adegan berbahaya, namun yang diandalkan bukan adegan-adegan perkelahiannya yang membabibuta atau sekedar kebut-kebutan di jalan raya, yang bisa saja dinilai mempunyai dampak negatif. Melainkan tetap mengandalkan suguhan nilai seni.


#bidadariberambutemas

#filmIndonesia, #filmjadul 

Wednesday, October 15, 2025

SUTING : TERANG BULAN DI TENGAH HARI, SKENARIO TERAKHIR SYUMANDJAYA, FILM BERTEMA KEHIDUPAN PERAGAWATI


TERANG BULAN DI TENGAH HARI, SKENARIO TERAKHIR SYUMANDJAYA, FILM BERTEMA KEHIDUPAN PERAGAWATI

 Oh... Peragawati... ada yang tahu penggalan lagu dari Bill & Brod yang berjudul Peragawati? Sosok Peragawati kini sudah tidak populer lagi di jaman sekarang. Lebih simpel di gunakan kata 'Model' mengikuti perkembangaan jaman. 

Sebuah Hall dalam gedung Patra jasa malam itu menjadi sebuah ruang 'fashion show'. Pada salah satu sisi ruang itu, dibangun 'stage' dengan bentuk huruf T yang dihiasi dengan lampu-lampu kelap-kelip yang ratusan jumlahnya. Baik pada dinding 'stage' maupun dinding pada sisi-sisi lain ruang itu, di penuhi dengan nama-nama perusahaan yang mensponsori acara 'fashion show' itu. Di depan maupun id kanan kiri stage dipenuhi dengan berpuluh pasang meja kursi yang semuanya diisi oleh tamu-tamu dengan pakaian lengkap menyaksikan acara itu. 

Kemudian dari balik dinding stage muncullah Sora seorang peragawati yang di perankan oleh Zoraya Perucha diiringi 2 peragawati lainnya, sedang berlenggak lenggok mengikuti irama musik move kearah kamera, memperagakan pakaian yang dikenakan mereka sampai menengok kiri-kanan dan melempar senyum ke arah tamu-tamu didalam ruang itu. 

'Okey ganti kostum" teriak Chaerul Umam yang menyutradarai film ini, setelah 'take' untuk adegan diatas. Maka Ucha dan 2 pengiringnya segera ke ruang ganti untuk meyiapkan kostum 'scene' yang lain. 

Pada saat sebelumnya, masih pada ruang yang sama api stage dengan dekorasi yang lain, ada sepuluh peragawati yang memperagakan pakaian yang direkam oleh pita selluloid untuk keperluan film "Terang Bulan Di Tengah Hari". Dengan penata fotografi atau juru kamera Tantra Suryadi. Satu diantara 10 Peragawati itu diperankan oleh Yatty Surachman. 

Setelah dilaksanakan 'master shot' suting diatas, segera diambil beberapa 'cover shot' dari beberapa sudut pandang kamera sebagai 'point of view' para tamu. Kemudian diambil pula beberapa 'inset' dari tamu-tamu sebagai reaksi dari adegan-adegan diatas. 

"Film ini memang menceritakan tentang kehidupan peragawati dengan skenario dibuat Syumanjaya", tutur Chaerul Umam, sutradara yang memimpin suting pembuatan film ini. 

"Mas Syuman menulis cerita film ini setelah menulis "Opera Jakarta", namun baru Opera Jakarta yang di filmkan oleh beliau (sebelum meninggal saat proses Opera Jakarta). Cerita Terang Bulan di Tengah Hari ini skenarionya beberapa perubahan oleh Chaerul Umam sebelum mulai suting. Skenario ini merupakan haril kerjasama Syumanjaya dan Chaerul Umam", tutur Zoraya Perucha mantan istri Syumanjaya, sekaligus sebagai pemeran utama wanita dalam film tersebut sekaligus sebagai produser PT Rembulan Semesta Film yang memproduksi film ini. 

Selanjutnya, Perucha mengatakan bahwa film yang menceritakan tentang  kehidupan peragawati sepenuhnya, yang baik maupun yang buruk sebagaimana kehidupan manusia lain pada umumnya ini, menghabiska budget diatas budget pembuatan biasa pada umumnya. Dengan memakan waktu suting lebih dari empat bulan serta memakan waktu lebih dari 70 lokasi suting. Standar pembuatan film pada umumnya memakai antara 20-30 lokasi. Lokasi-lokasi tersebut diantaranya Jakarta, Semarang, Yogyakarta dan Pemalang. Pemain-pemain yang mendukung film ini selain Zoraya Perucha sendiri sebagai pemeran utama wanita, Slamet Rahardjo, Yatty Surachman, Cok Simbara, Sys NS, juga didukung oleh Bob Sadino dan Herman Sarens Sudiro sebagai pengusaha yang ikut berpartisipasi mendukung film ini. 

Biaya keperluan artistik film ini memang glamour menghabiskan hampir Rp. 100 juta, namun sebagian dibantu oleh para sponsor yang ikut berpartisipasi, kata Berthy Ibrahim Lindya penata artistik atau Art Director film ini. Setelah suting, film ini disunting oleh editor Elfenfy Dhoytha, kemudian musiknya diisi oleh Dodo Zakaria dan selain Sutradara Chaerul Umam juga dibantu asisten sutradara Ucik Supra. 

Saturday, October 11, 2025

SAFARI ARTIS MEMPROMOSIKAN FILM


 Dalam sebuah produksi film, salah satu upaya untuk merebut perhatian masyarakat adalah memboyong para bintang pendukung film tersebut ke bioskop mengadakan jumpa penggemar dan nyanyi sebagai tambahan. Seperti halnya yang dilakukan oleh produser PT. Andalas Kencana Film saat mengedarkan film Cinta Anak Muda dan Olga dan Sepatu Roda yang membawa dua bintang andalannya yaitu Desy Ratnasari dan Nike Ardilla untuk keliling daerah. Dua kota besar yang di kunjunginya diantaranya adalah Kota Surabaya dan Padang. 

Di dua kota tersebut sambutan masyarakat melimpah ruah. Ketika mereka bersafari ke Padang yang juga di kawal sutradara Olga, Achiel Nasrun, meski tiket dijual agak mahal, penonton tetap penuh. 

Pertunjukkan  pertama di Karya Theatre dan Presiden Theatre baik pada jam pertunjukkan pertama, 14.00 maupun pertunjukkan berikutnya, karcis selalu terjual habis. 

Hari berikutnya menurut Anton Indracaya, produser Pancaran Indra Cine yang menangani kegiatan safari tersebut, meski jumlah bioskop yang memutar Olga ditambah 3 gedung, masyarakat yang ingin menonton berlum tertampung. "Sebagian besar" kata Anton, memang kawula muda yang mengidolakan Desy dan Nike. Disamping itu, lanjutnya. AChiel Nasrun yang asal Sumatera Barat juga punya peranan. 

Selain menghibur penggemarnya di bioskop, kdua bintang yang juga penyanyi itu mengadakan pertunjukkan di Presiden Music Room ang di kelola Ferry Anggriawan, produser PT. Virgo Putra Film pemilik bioskop di Sumatera Barat, yang juga mengelola diskotek. Menurut Ferry, jumlah penonton Olga dua kali lipat penonton Kick Boxer, film impor yang di putar di sebelah bioskop yang memutar Olga. 

Kegiatan bersafari mengawal film semacam ini menurut Anton, sering dilakukan, tujuannya untuk merangsang dan meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap film nasional. 

PENGALAMAN NUNU DATAU SUTING FILM LUPUS


 NUNU DATAU, sejak umur 7 tahun peraih juara None Cilik Jakarta dua kali ini sudah cukup di kenal. Wajahnya sering muncul baik itu di drama serial keluarga Pak Is dan mak Wok, maupun di film yang di putar bioskop. Diantara semua film yang pernah di perankannya, Nunu Datau mengakui bahwa Film Lupus II, Makhluk Manis Dalam Bis lah yang paling berkesan dalam catatan artis ini. 

"Ya selain pran itu yang saya pilih sendiri, film Lupus II ini juga yang membuat saya tertimpa bencana terus," papar Nunu gadis bungsu pemeran Dewiyati, anak baru di kelas Lupus ini. 

Nunu lalu mempertontonkan noda hitam di kaki kanan dan juga jahitan di dekat mata kirinya. Gara-gara ya film Lupus II ini. Ketika pertama kali hendak berangkat ke lokasi suting dari rumahnya di seputar jalan Dr. Susilo, Nunu menyeberang jalan. Tiba-tiba dia tersendak dan jatuh lantaran sebuah motor menabraknya. Pengemudi motor itu kabur tanpa permisi. Tinggal Nunu yang merintih kesakitan akibat betis kanannya tersenggol knalpot panas. Karena luka bakar di kakinya ini, Nunu harus menambah kostum dengan mengenakan kaos kaki panjang untuk menutup lukanya. 

Di akhir suting film lupus II, Nunu merasa lega. Selain ia bisa istirahat, juga bisa mengejar pelajaran sekolahnya yang tertinggal lantaran kesibukan karirnya. Saat asyik berleha di tempat tidur sambil membuka buku-buku pelajaran tiba-tiba namanya dipanggil dari bawah (Kamar Nunu di loteng). Nunu merasa gembira sebab suara di bawah mengatakan yang datang itu teman sekolahnya. Nunu cepat beranjak terburu-buru untuk menemui temannya di bawah. Tapi tiba-tiba balok kayu besar yang bersender dekat kamarnya, menimpa kepala gadis ini. Kepala Nunu sakit matanya berbintang-bintang. Dan darahpun bersimbah di wajahnya yang putih. 

Tapi saya nggak nangis lho, cuman kaget. Habis gembira sekali jika teman sekolah yang datang. Eh tahu-tahunya yang datang itu cuma fans saja yang ngaku teman sekolah yang pengin ketemu" kata Nunu sambil memperlihatkan luka jahitan sepanjang 3 cm dialis kirinya. 


Friday, October 10, 2025

HARRY CAPRI, DIKERJAIN SUTRADARA


Di awal tahun 80an saat itu Harry masih sibuk-sibuknya dibidang keperagawanan, dapat tawaran peran di film "Nenek Grondong". Kehadiran pria asal Sumatera Barat yang punya perawakan tegap, besar dan tampan ternyata dilirik sutradara lain, hingga dia dipercaya untuk memerankan tokoh pewayangan BIMA dalam film "Pandawa Lima".Lebih dari 35 judul film yang dibintangi oleh Harry Capri. Pada saat berita ini diturunkan film yang beredar adalah "Kisah Cinta Nyi Blorong" memerankan tokoh Gunawan, kekasih Wenny yang diperankan oleh Kiki Fatmala. 

Bila diamati, hampir semua film yang dibintangi oleh Harry adalah jenis film laga, jadi tak salah bila ia di juluki bintang laganya Indonesia. Dan karena itu juga, buat seorang Harry yagn selalu beradegan ciat ciat an mau tak mau harus bisa menguasai pengetahuan tentang bela diri. Namun, nampaknya Harry yang bisa dibilang cukup sibuk bergelut dalam karir filmnya, tak menggantungkan penghasilan dari dunia peran itu sendiri. Nyatanya Harry yang merupakan suami Camelia Malik (Saat berita ini diturunkan, kini sudah bercerai) tetap sibuk mengelola rumah makan miliknya di sekitar monas (pada saat itu). 

Dari celotehannya, ketika berbincang di sebuah hotel di Bandung, ternyata Harry Capri punya kesan tersendiri dalam dunia film ini. Harry pernah merasa dikerjain sutradara, yangmungkin perlu dirahasiakan siapa sutradara itu. 

"Ya, saat itu baru barunya main film. Belum tahu apa-apa. Karena pada waktu itu saya datang terlambat di lokasi suting, maka hari-hari berikutnya ketika ada adegan saya setelah dimake up, tiba-tiba sutradara bilang break, tanpa mengambil adegan saya. Perbuatan itu berturut-turut sampai 4 hari. Datang ke lokasi di make up, tiba-tiba break begitu saja. Wah! Saya belum bisa bilang apa-apa, terima saja," tuturnya. 


~sumber MF~

Wednesday, October 8, 2025

Dr. Amaroso Katamsi


 AMAROSO KATAMSI sebelum ke film pernah menjadi pemain dan sutradara untuk pentas dan TV, pengajar pada almamaternya dan sebagai Dokter TNI Angkatan Laut. Terjun kedunia film sejak tahun 1976 sebagai pemain dalam film Menanti Kelahiran, dilanjut dalam Darah Ibuku, Terminal Cinta, Duo kribo, Balada Anak Tercinta serta duakali menjadi nominator sebagai aktor dalam Film Serangan Fajar dan G 30 S PKI.

Diluar film sebelum menjabat sebagai Direktur Utama Pusat Produksi Film Negara (PPFN) , sempat menjabat Kepala Departemen Saraf dan Jiwa RS Angkatan Laut juga sebagai salah seorang team perancang kota Cilacap. Aktor yang bergelar Dokter lulusan UGM kelahiran Jakarta 21 Oktober 1938 dan besar di Magelang ini juga seorang pengajar di IKJ pernah menjadi Pemantu Rektor 3. Dimasa kuliah Amaroso Katamsi sempat pula beberapa kali menjuarai deklamasi. 

Seorang Dokter, seorang kolonel Angkatan Laut, Aktor handal, Wakil rektor IKJ, Direktur Perum PPFN, Ia manusia yang komplit dan gigih. Banyak produser film berutang padanya, "tapi kalau di tagih galakkan mereka", katanya. 

Selama 3 tahun menjabat sebagai Dirut PPFN, Amaroso Katamsi lebih ke melakukan pembenahan. Karena saat itu perubahan status yang ada di PPFN Unit Pelaksana Teknis Deppen ke Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Pembenahannya dalam manajemen. Sebab beberapa sistem yang berlaku harus pula berubah. Pembenahan Kedua adalah perubahan sikap para pegawai PPFN yang semula tidak berkecimpung dalam bidang usaha, kemudian harus mengikuti gerak usaha. 

~sumber : MF~

Monday, October 6, 2025

NOVIA KOLOPAKING, DEMI KARIR PONTANG PANTING


BERITA LAWAS! Dia sepertinya memang harus hidup diatas mobil, ungkap Nyonya Kolopaking tentang putrinya yang mungil, Novia. Saat itu Novia masih berusia belum genap 17 tahun, itu seperti tidak boleh beristirahat. Bergerak terus karena tuntutan sebagai artis yang tentu punya dampak bisnis, sementara pendidikan formal lebih menuntut kelanjutan. 

Selain kontrak nyanyi di hotel tetap berjalan, Via panggilannya masih tekun mengikuti program latihan olah suara. Plus program rekaman drama di SANGGAR PRATHIVI tempat dia menebar benih karir. 
Dari sini pula bertambah kesibukan ntuk memenuhi permintaan berbagai radio swasta niaga di daerah-daerah dalam program jumpa fans, diantaranya berkat sukses sandiwara radio pembawa iklan "SAUR SEPUH". Via masih harus membagi waktu agar pelajaran formalnya di sebuah SMP Negeri di kawasan Tebet Jakarta juga tidak ditinggalkan. Program yagn padat menyita waktu itu dalam tiga bulan terakhir masih ditambah dengan kontrak perannya sebagai Antini dalam film "Brahmana Manggala".

Ungkapan sang ibu memang beralasan. Dalam mobil yang dipergunakan Via untuk berpontang panting dan notabene di supiri sendiri oleh sang ibu, selalu siap peralatan bersih diri sabun, odol, sikat gigi, handuk dan perangkat bersolek seperti layaknya artis tak ketinggalan makanan kecil.

Sebagai artis yang bertolak dari kebolehan suara, Via masih terlibat dalam pembuatan ratusan kaset cerita kanak-kanak selain kaset lagu pop nyanyiannya, 1987 namanya terukir sebaga juara pertama kontes nyanyi pop antar SLTP se Jawa dan Bali, padahal untuk tingkat DKI dia hanya dipilih sebagai juara III saja. 

Seni akting tidak terlalu asing baginya. Beberapa fragmen produksi TVRI pernah memunculkannya. Lalu kesempatan besar memang diperolehnya dalam film "Brahmana Manggala". Tetap bertemu dengan partner mainnya dalam Sandiwara Radio "SAUR SEPUH", Ferry Fadly, Idris Affandy dan Lukman Tambose. Tidak heran kalau pada saat saat shooting di daerah Yogyakarta, publik yang berkerumun acapkali bertanggap "Lho ini Ferry Fadly ini Novia ya tentunya film ini toh yang asli?".

Maklum saja karena sementara itu memang banyak suara terutama melalui radio yang mempersoalkan "asli" atau "tidak asli"nya film yang dibuat atas keterkenalan "SAUR SEPUH".
Sementara NOvia tetap saja bersikap tegar sebagai artis profesional. Konsekuen pada kontrak yang sudah ditandatangani meski harus pas dan cekatan membagi waktu untuk tidak mengecewakan pengontraknya dan terutama publik yang kadung  menjadi penggemar fanatik. "Sejauh ini yang terpenting memang bagaimana saya harus menyelesaikan pendidikan sekolah", kata Novia Kolopaking. 

~sumber MF 050/18 tahun IV 28 Mei - 10 Juni 1988

Saturday, October 4, 2025

BARON HERMANTO, DIBENTUK NASIB BINTANG LAGA

 


Baron Hermanto mengaku sejak kecil sudah mengenal dunia film, tapi baru benar-benar terlibat setelah berusia 20an, "Setelah saya tamat SMA" , ujarna. Dan itulah awal karir putra aktor Bambang Hermanto. Tapi bukan itu yang menarik dari karir dan perjalanan karir Baron Hermanto, "Bahwa saya pertama kali main film bukan film laga lho," ujarnya. Tapi itulah yang justru menarik ketika Baron ternyata lebih banyak di pakai untuk film-film laga. 

"Saya sendiri enggak tahu kenapa begitu. Mungkin nasib yang membentuk saya jadi bintang laga," katanya. Sebab menurut Karateka DAN II (Saat berita ini diturunkan th 1989) ini, awal keterlbatannya sebagai pemain film justru lewat film drama. "Saya main film pertama kali tahun 1984 dalam film "Permata Biru". Heran memang kalau belakangan ini saya justru banyak diminta main dalam film aksi,"katanya. 

Baron yang sempat menamatkan studinya di sebuah Akademi Pariwisata tersebut, ketika disinggung hasratnya didunia film menyebutkan ingin berusaha terus di dunia yang terlanjur digelutinya itu. "Dari putra putri bapak, cuma saya lho yang terjun di film. Padahal saya sendiri waktu kecil enggak punya cita-cita jadi pemain film,"tuturnya. Tapi karena keseringan diajak sang bapak ke lokasi suting sejak ia masih kecil itulah yang menurut Baron, membuatnya perlahan-lahan jadi dekat dengan dunia film. "Sampai sekarang saya sendiri sudah lupa berapa judul film yang pernah ikut saya bintangi," jelasnya . dan yang baru dirampungkan saat itu adalah film Misteri Dari Gunung Merapi. 

Biar begitu, Baron toh tak menampik kenyataan yang dihadapinya kini. "Sebagai pemain, saya memang kepingin dapat peran yang besar dengan sutradara yang besar. Tapi keinginan seperti itu tampaknya memang belum bisa diwujudkan. Tapi saya yakin satu saat nanti keinginan seperti itu bisa terwujud kok,"katanya. Bukan berarti Baron seperti diakuinya ngoyo untuk bisa dapat  peranan besar. "Saya tidak punya persiapan khusus untuk itu. Dalam soal akting saja saya lebih banyak belajar sendiri kok, " ujarnya lagi tanpa malu-malu.

Dan kalau tahun-tahun terakhir ini ia memang lebih sering muncul dalam film-film aksi dan kebagian peran sebagai antagonis, itupun diakuinya sebagai bagian dari perjalanan karir filmnya.


~sumber : MF 090/58/TahunVI 9 - 22 Des 1989~~

Thursday, October 2, 2025

NERACA KASIH / THE SCALES OF LOVE

 


Tema/Theme : Drama

Produksi/Production Company : PT. Garuda Film

Produser/Producer : Hendrik Gozali

Sutradara/Director : Hengky Solaiman

Skenario/Scenario Writer : I. Sukardjasman

Sinefotografi/Photography : Akin

Suntingan/Editor : Rizal Asmar

Musik/Music Director : Billy Budiardjo

Artistik/Art Director : Henry Winarto

Pemain/Starring : Yessy Gusman, Meriam Bellina, Tuti Indra Malaon, Joice Erna, Kiki Rizki Amalia, Zainal Abidin, Kaharuddin Syah, Zulverdi Amos


Cerita : 

Dalam keadaan menjada, Dameria hidup bersama tiga orang anak-anaknya. Yang paling besar Esti, Kedua Sari dan si Bungsu Lesmana. Mereka hidup di kota Medan. Dameria akan kawin lagi dengan pria pilihannya, Zainal. Hal ini sangat di khawatirkan ipar Dameria yang hidup di Jakarta bernama Purwanti. Purwanti tidak yakin Zainal dapat mengurusi anak tirinya. Oleh karena itu dia minta kepada Dameria untuk bisa memelihara Sari. Tanpa curiga Dameria melepaskan anaknya pada Purwanti. Sebagai ahli hukum Purwanti mengadopsi Sari di depan Notaris. 

Dameria lalu kawin dengan Zainal, apa yang di kawatirkan oleh Purwanti ternyata tidak beralasan. Zainal adalah seorang laki-laki yang penuh dengan tanggungjawab. Dia bisa cocok dengan anak-anak tirinya. Merasa bahwa Dameria dapat hidup bahagia bersama Zainal dia lalu berusaha akan mengambil kembali Sari. 

Di Jakarta Purwanti telah mendidik Sari dengan berbagai peraturan yang ketat sedangkan di Medan keluarga Zainal hidup dalam kebebasan. Dameria kini justru mengkawatirkan Sari yang hidup dalam kekangan Purwanti. 

Pada suatu masa ketika Sari telah menjadi gadis dewasa akhirnya Purwanti menjadi insyaf akan kekeliruannya dan dengan rela dia menyerahkan kembali Sari ke pangkuan Dameria. Kini Purwanti sadar bahwa Dameria berhak hidup bahagia dengan suami dan anak-anaknya. 

Setelah kembali ke Medan, akhirnya Sari pun sadar dan memilih kembali untuk hidup bersama Purwanti di Jakarta. 

Wednesday, October 1, 2025

TUTUR TINULAR II, ETNIK JAWA BERGAYA MANDARIN

 


TUTUR TINULAR II, ETNIK JAWA BERGAYA MANDARIN

Hadirnya tenaga asing dalam pembuatan Film di Indonesia di satu sisi memang berdampak positif, tapi disisi lain juga sangat merugikan. Mekanisme kerja, ketrampilan dan pengenalan peralatan suting yang lebih modern, merupakan dampak positif yang kita peroleh.

Sisi lain, biasanya, tenaga asing itu memperoleh bayaran dan fasilitas lebih baik dibandingkan karyawan film dalam negeri sendiri. Hal semacam ini sering menimbulkan iri hati. Akibatnya hasil kerja maksimal tidak tercapai.
Contoh film buata Indonesia yang banyak melibatkan tenaga asing antara lain Babad Tanah Leluhur, tutur Tinular I dan Tutur Tinular II, yang merupakan produksi PT. Kanta Indah Film. Film tersebut melibatkan tenaga asing dari Hongkong.
Dengan Wewenangnya sebagai penata kelahi (fighting director), karyawan impor itu dapat leluasa menjejalkan gaya (budaya) negerinya. Kalau sebalam ini masyarakat mungkin terpengaruh dari film Mandarin yang dimainkan orang Hongkong, tapi sekarang budaya tersebut orang kita sendiri yang menampilkannya. Akibatnya lebih mudah di serap masyarakat (anak-anak) kita.
Tutur Tinular II yang seluruh lokasi sutingnya di kota Gudeng Yogyakarta, contoh etnik Jawa yang bergaya Mandarin. Kenapa? karena film tersebut penata kelahinya diperjayakan pada Lo Hua Keung, tenaga impor dari Hongkong.
Menurut beberapa karyawan yang terlibat dalam produksi tersebut, da kecenderungan pekerjaan - tugas sutradara kita dirampas tenaga asing itu. Namun demikian kata mereka pula, Abdul Kadir Sutradara Tutur Tinular II cukup bersabar menghadapi Lam Chitai (Stunt asisten fighting), Yu Kiutung (sling supervisor), Ho Hon Chow (special effect) Lo Hua Keung, Tong Puiching (lighting animasi supervisor) dan Cheng Yee (fighting Supervisor) yang akan merampas wewenangnya.
Kadir yang mengawali profesinya sebagai sutradara dengan film laga Pendekar Cabe Rawit, tetap berusaha menempatkan dirinya sebagai Komandan. Toleransi begitu menurutnya, kadang memang diberikan. Sebab para tenaga asing itu bekerja di bayar mahal oleh produser.
Sebagai orang yang paling bertanggungjawab atas apa yang muncul di layar perak nanti, Abdul Kadir tetap berusha menampilkan cerita secara utuh dengan etnik Jawa sebagai latar belakangnya. Namun demikian, iapun sadar kehadiran tenaga-tenaga asing tersebut akan mengurangi keutuhannya. - demikian dikutip dari MF No. 131/98 tanggal 6 Juli s/d 19 Juli 1991.