Showing posts with label Film Jadul. Show all posts
Showing posts with label Film Jadul. Show all posts

Monday, May 12, 2025

SEJARAH KELAM PERBIOSKOPAN INDONESIA AKIBAT KERUSUHAN MEI 1998


Suasana mencekam kerusuhan di Jakarta telah melumpuhkan bisnis bioskop, sejak 12 Mei 1998 seluruh bioskop di kota Jakarta dan sekitarnya tutup. Bukan itu saja, banyak bioskop yang jadi korban kerusuhan dan pembakaran, terutama di bioskop yang berada di mall ataupun komplek pertokoan. Kegiatan suting  pun berhenti, dan kaum selebritis harus kehilangan penghasilan akibat kerusuhan yang melanda. 

Situasi mencekam seperti itu juga melumpuhkan kegiatan sensor hingga di khawatirkan banyak film-film khususnya untuk tayangan televisi yang tidak melalui sensor, sebegitu besar dampaknya akibat keadaan itu. 

Lembaran hitam dalam sejarah perbioskopan di Jakarta pada Mei 1998. Massa yang beringas menjarah berbagai bangunan, mall, pertokoan dan ikut merusak bioskop, puluhan bioskop terbakar, hangus dan tak bisa beroperasi. 

Bermula dari gugurnya empat mahasiswa Universitas Trisakti sebagai pahlawan revolusi. Selasa kelabu, 12 Mei 1998 berbuntut kerusuhan di berbagai tempat di ibukota, sejak 14 Mei yang menghancurkan lebih dari 1118 bangunan, ratusan mobil an motor di bakar, lebih dari 500 jiwa menjadi korban mati terpanggang api dan penjarah yang di jebloskan ke sel tahanan , banyaknya korban yang terluka, belum yang kehilangan harta benda sampai cuma pakaian yang melekat saja. 

Inilah masa keprihatinan mendalam yang tercatat sebagai lembaran hitam dalam sejarah perbioskopan tanah air. Tentu banyak jiwa-jiwa yang menangis sedih akan hal ini terutama insan pecinta kedamaian. Apa sih kesalahan bioskop-bioskop ini sehingga sampai tega di rusak, di rampok bahkan di bakar sampai runtuh. Massa yang melakukannya pun mungkin tidak bisa menjawab! Karena pada saat melakukannya mereka seperti kerasukan nafsu setan yang tiada henti-hentinya merasuki dan menghasut manusia-manusia agar tersesat untuk berhati sirik dan berbuat kerusakan. 

Dari data yang mimin dapatkan, tercatat di Jakarta yang menjadi korban kebiadaban tersebut adalah bioskop-bioskop seperti : 

Amigo (4 layar), Cempaka (4 layar), Central (4 layar), Daan Mogot (3 layar), Internasional (3 layar)Lipo Karawaci, (3 layar), Palem (7 layar), Plasa (3 layar), Slipi Jaya (4 layar), Topaz (4 layar), juga diluar Jakarta seperti Ciputat Teater. 

Sineplek Sineplek tersebut boleh di bilang habis terbakar, karena memang menjadi satu dengan mal atau pusat perbelanjaan yang di jarah. Diluar yang tercantum diatas, masih banyak lagi yang lain namun ada yang tidak sampai di bakar, cuma menderita pengrusakan. 

Sementara dari Solo diberitakan Sineplek Atrium (8 layar) dan Studio (3 layar) juga dikarang abangkan! (Dibakar) Bioskop-bioskop lainnya otomatis tidak menayangkan film lagi sejak 13 Mei 1998 bukan cuma di Jakarta dan Solo tapi juga di Surabaya, Bandung, Semarang, Yogya terkena imbasnya juga. Demi keamanan tentu saja. Selain bioskop, beberapa kopi film juga musnah menjadi abu. 

Tak hanya bioskop papan atas, bioskop kelas menengah kebawah pun ikut jadi sasaran. Bioskop-bioskop itu antara lain Palem di Pasar Pal Merah, Amigo di Kebayoran Lama, Bioskop Lingga di Pasar Minggu dll, Dengan musnahnya bioskop secara mengerikan, citra aman bioskop bagi keluarga menjadi pupus, "Orang jadi ngeri datang ke bioskop". Selain itu dampak lainnya akibat musnahnya bioskop tentu saja adalah PHK para karyawan bioskop yang menambah angka pengangguran bertambah. 

Kini setelah sekian lama kejadian berlalu, bioskop-bioskop pun sudah tumbuh kembali dan menjadi tempat yang nyaman untuk menonton meskipun belum menjangkau hingga kota kecil seperti dahulu kala. 


Sumber tulisan : MF 312/278 30 Me-12Juni 1998

Wednesday, May 7, 2025

LANGIT KEMBALI BIRU, Asmara di Tengah Integrasi Timor Timur

 


LANGIT KEMBALI BIRU, SAAT TIMOR TIMUR MASIH JADI BAGIAN INDONESIA

Langit Kembali Biru, Asmara di tengah Integrasi Timor Timur. Saat pembuatannya di awal tahun 1991, Langit Kembali Biru (LKB), produksi kerjasama antara PT. Bola Dunia Film dengan Pemda Tingkat I Timor Timur.

Sutradara film ini pun masih asing, Dimas Haring. Maklum, baru pertama kalinya menyutradarai film bioskop. Namun Dimas yang lulusan IKJ telah mengasah ketrampilannya lewat pembuatan sejumlah film dokumenter. 

Satu-satunya pemain yang di kenal hanyalah Ryan Hidayat yang populer sebagai bintang remaja lewat film Lupus. Sedangkan pasangannya, Sonia Dora yang putri Gubernur Carascalao, kendati cukup menonjol kecantikannya yang diekspos sejumlah majalah, juga baru membuat debut aktingnya di sini. 

Apalagi pemain-pemain pembantu seperti Maria Do Carmo Quintao dan Domingos Policarpo, yang asli Timor Timur. Jelas semuanya merupakan wajah-wajah baru dalam perfilman Indonesia. Seperti sudah sama kita ketahui, hasil akhirnya, LKB berhasil meraih dua PIala Cintar Untuk Dimas Haring dan S Dias Xinemes sebagai penulis Cerita Asli dan Penulis skenario Terbaik FFI 1991.

Kisah Kasih yangberlatar belakang Integrasi Timor Timur ini semula di dekati dengan penggarapan ala dokumenter. Gambar-gambar berbicara cepat, singkat dan cukup padat mengenai kegalauan masyarakat. Sampai merajalelannya Gerakan Pengacau Keamanan yang di dalangi oleh Fretilin. 

Rasanya bagaikan menonton film Impor dengan lokasi Amerika latin saja, karena sampai lebih dari separo film di gunakan dialog bahasa Portugis dan teks bahasa Indonesia. Baru setelah integrasi mulai di gunakan bahasa Indonesia.

Terasa belang dalam konsep penyutradaraan pada seperempat bagian akhir. Kemungkinan karena Dimas masih canggung untuk harus menggarap drama hingga bertele-tele berkepanjangan menggambarkan pertemuan kembali Manuel dengan Ana. Kalau saja Dimas Konsisten menggarap dengan pendekatan film dokumenter dari awal sampai akhir, maka karya pertamanya ini rasanya bisa di sejajarkan dengan Pengkhianatan G 30 S PKInya Arifin C NOer. 

~sumber : MF~


Sunday, April 20, 2025

KEDASIH, SINETRON SERI PERTAMA TPI , DARI TVRI Lari ke TPI


 Awalnya sinetron seri KEDASIH yang bernafaskan remaja ini untuk TVRI. Rupanya, proses di layar gelas milik pemerintah itu masih terkatung-katung. Ketika TPI belum lahir, sang sutradara H. Alfadin dan penulis skenario Bung Smes cukup bersabar, ketika TPI lahir, si empunya cerita dan calon sutradara hilang kesabaran lalu melarikan idenya ke TPI. TPI "acc", tak lama kemudian dilakukan kontrak kerjasama dengan PT. Sal Putra Utama Film Production, setahap telah di capai, H. Alfading sebagai dalang semakin bersemangat. Di lakukan riset kecil kecilan tentang pelakon. Di putuskan umumnya pelakon muka-muka baru di tambah pelakon tua. 

"Kombinasi ini dilakukan supaya artis baru dapat pelajaran dari artis tua. Ternyata selama suting tidak mengalami hambatan. Kerjasama artis tua dan muda berjalan mulus," kata H Alfadin dilokasu suting Sukabumi. 

"Kedasih" cukup menarik untuk menjadi sebuah tontonan. Setiap episode, penulis mencoba mengadakan renungan kecil bagi remaja sebagai titik sasaran. Tidak hanya kontiniti suasana yang harus di jaga, tapi juga kontiniti karakter, "benang merah" satu episode dan episode lain harus menyambung. Dan biasanya membuat sinetron tidaklah dalam studio seperti TVplay. Sinetron seri dikerjakan bertahap, tidak sekaligus berjalan. ini sudah ciri sinetron seri. 

Sinetron seri biasanya pula secara samar tersirat pesan-pesan dari pihak pembuat. Terkadang, membuat tidak enak, penyampaian pesan terlalu vulgar, norak dan terang-terangan. 

Lalu, apa sih menariknya "Kedasih".

"Kami mencoba melakukan pendekatan pada remaja. Di saming tetap menghadirkan cerita yang terbaik setiap episode," kata H. Alfadin. Bisakah itu menjadi jawaban?

"Usaha kami maksimal. Dalam kru pak H Alfadin memberikan kepercayaan kepada orang muda. Dalam "Kedasih" kami dapat menimba pengalaman," kata Dasa Warsa, selaku asisten sutradara alumni IKJ Fakultas Seni Peran.

"Kedasih" tahap pertama telah selesai di garap enam episode. Menghabiskan 36 hari suting, dengan biaya perepisode 17 juta rupiah. Akhir bulan Juni 1991 telah pula melakukan suting tahap kedua dengan lokasi suting di tempat sama, Sukabumi, Pelabuhan Ratu dan sekitarnya. 

Kedasih tayang setiap Jumat Pagi jam 9.30 di TPI. Tayangan Episode pertama, 28 Juni 1991 yang berjudul : Dusta Sang Pengantin disusul kemudian tayangan berikutnya, Sejoli Boneka, Tak Selamanya Bisa Tersenyum, Memburu Cakrawala, Masih ada Duri dan Episode ke enam Badai Badaipun Usai. 

Sinetron Kedasih dibintangi oleh Vinni Alfionita sebagai Kedasih, Dasa Warsa sebagai Sambudi, Rahman Yacob sebagai Barot, Hendra Cipta sebagai Kriyo Menak, Mien Brodjo sebagai Bu Basri, Harun Syarif sebagai Pak Basri, Ina Hariyadi sebagai Bu Kriyo Menak, Yanti Damayanti sebagai Hilda, Poppy sebagai Zanna, Diar Sebagai Anis, Erlangga Roso sebagai Haka, Jack Maland sebagai Pano, dan Ratna sebagai Bu Nani. 

Sebagai kerabat kerja : Victor (Kameramen), Peter (Tata Lampu), Dimas Dewa (Skrip), Djunaidy (Artistik) R Mono WS (Properti) Adi (unit manager) dan Das Warsa (Asisten Sutradara)


~Sumber MF~

Wednesday, April 16, 2025

DEVI PERMATASARI SI WALET MERAH

 


DEVI PERMATASARI SI WALET MERAH. 

Di film Walet Merah, Devi Permatasari, untuk pertama kali memegang peran utama. Kendati selama ini cukup aktif bermain film, seperti dalam film Saur Sepuh IV berperan sebagai Garnis, Babad Tanah Leluhur II, Tutur Tinular III dan IV sebagai Luh Jinggan, namun Devi masih banyak meemui kesulitan dalam mengoptimalkan perannya. 

"Maklumlah saya sekali nggak punya bekal ilmu bela diri. Sementara saya selalu kebagian peran pendekar. Gimana nggak kerepotan? Anehnya setiap tawaran, ditodong peran yang gituan terus, "ucap Devi yang mengaku masuk dunia film lewat tangan Imam Tantowi. 

Sebenarnya Devi mengaku tidak punya obsesi khusus di jalur film. Namun wanita kelahiran Jakarta, 11 Juni 1974 ini akan tetap aktif berkarir. Kreatifitasnya bukan hanya di jalur layar lebar, tapi juga terjun ke lahan sinetron. Terbukti tiga sinetron telah di rampungkan dengan baik, masing-masing berjudul "Pahlawan Tak Dikenal, Mahkota Mayangkara dan Singgasana Brama Kumbara. 

Yang terkesan bagi Devi adalah kostum-kostum yang dia pakai. Pakaian kerajaan tersebut di satu sisi menambah pengetahuannya. Tapi di sisi lain, ternyata dirasakannya cukup merepotkan. "Susah gerak, nggak luwes. Jadi rasanya benar-benar di kekang. Padahal saya sama sekali nggak suka pakaian yang ribet karena memang saya condong ke yang praktis. Makanya, gondok banget deh kalau sudah kelar di dandani," ungkap anak pertama dari tiga bersaudara keluarga Abdullah Musa dengan Sumiyati Abdullah yang berasal dari Palembang. 

Devi awalnya bercita-cita sebagai P.R (Public Relation). Devi yagn suka berenang, baca dan dengar musik ini pernah terjatuh dari punggung kuda ketika suting film Saur Sepuh IV. "Punggung saya sampai terkilir. Rasanya nyeri banget. Terpaksa sih di tunda, " Kenang Devi. 

Di film Walet Merah , Devi banyak dibantu Instruktur fighting, Eddy S Jonathan, dalam memerankan tokoh Walet Merah. Lokasi Suting di kawasan Pulo Mas Jakarta Timur, menyaksikan betapa konsentrasinya Devi mengikuti petunjuk-petunjuk Eddy S Jonathan dalam memainkan jurus-jurus bela diri. Devi nampak tidak gusar meski aktingnya harus di ulang berkali-kali untuk memperoleh adegan yang pas. 

"Sudah resiko kok. Saya suting sampai dini hari. Besok siang molor. Nggak boleh di ganggu, karena besok malam suting lagi. Kayak kalong, ya!" seloroh Devi. Selain kesibukan di film Walet Merah, Devi juga sedang merampungkan sinetron Singgasana Brama Kumbara. Dia berperan sebagai Dewi Roro Anggun Tias. 

"Saya harus selektif membagi waktu, karena sudah di jadwal dan ternyata nggak ada yang bentrok, makanya saya sanggup menerima keduanya sekaligus. Layar lebar Okey, sinetron Okey," ujar Devi.


~sumber MF No. 183/150/TH IX, 10 JULI -17 JULI 1993

BUDIATI ABIYOGA

 


BUDIATI ABIYOGA, PRODUSER PT. PRASIDI TETA FILM

Budiati Abiyoga sudah terkenal sebagai produser film yang idealis. Film-film produksinya diawali dengan "Hati Yang Perawan' dan "Kejarlah Daku Kau Kutangkap" keduanya di sutradarai oleh Chairul Umam , sampai ke "Noesa Penida" dan "Cinta Dalam Sepotong Roti", kendati tak selalu meraih sukses komersial, namun diakui mempunyai bobot artistik. 

Kalau bicar hasil pemasarannya, memang yang paling berhasil adalah "Kejarlah Daku Kau Kutangkap" sedangkan "Hati Yang perawan" , "Ayahku" dan "Noesa Penida" terus terang merugi. Bahkan "Jawara Sok Kota" juga belum beredar (cat. juli tahun 1991).

Tapi tidak berarti Budiati lantas macet berproduksi. Tidak, justru ia merencanakan terobosan baru. Menjalin kerjasama dengan pihak Belanda untuk memproduksi sebuah film idealis lagi. 

Ceritanya diangkat dari novel berjudul "Oeroeg" karya Hella Hassa, Novelis wanita berkebangsaan Belanda yang pernah tinggal di Indonesia, sudah memberi persetujuan bahkan merasa gembira kalau kelak masih sempat menonton filmnya. 

Untuk merintis upaca ini, berangkatlah Budiati bersama sutradara Garin Nugroho ke Amsterdam Belanda di sambut oleh produser Paul Vorthuyasen yang menyiapkan sutradara Hans H. Problemnya "Siapakah Co Sutradara dari Indonesia yang berbakat mendampinginya?.

Semula memang di calonkan Garin, sayangnya ia sudah mulai terlibat proyek lain. Kemungkinan akan diminta Arifin C Noer, atau Chaerul Umam untuk bekerjasama dengan Hans.

Oeroeg menceritakan tentang nasib seorang blasteran yang beribu perempuan Jawa berayahkan pria Bellanda. dengan seting lokasi awal abad ini. Untuk keperluan ini, tengah di cari tokoh ibu yang dominan perempuan Jawa. Semula Budiati mengusulkan artis Rima Melati yang kebetulan masih berinteraksi di Belanda. Namun Vorthuyyesen menilainya kurang mewakili sosok wajah perempuan Jawa yang lugu. Suami Rima, Frans Tumbuan yang pernah bersekolah di Belanda masih ingat betul, "Pada dekade1950an novel Itu malah di jadikan bacaan sastra wajib di sekolah-sekolah. 

Sayangnya di Indonesia sendiri novel tersebut tak populer. 

ROBERT SANTOSO, PENATA LAGA INDONESIA


Barry Prima, Advent Bangun, Fendy Pradana atau siapapun orangnya boleh jadi menjadi jagoan dalam film Indonesia. Boleh mengalahkan puluhan lawan dalam satu gebrakan saja. Tapi untuk bisa menjadi jagoan seperti itu, kehadirang seorang Instructur Fighting agaknya tak pernah di perhatikan penonton. Padahal merekalah para instructur fighting itu orang yang paling menentukan bagi munculnya jagoan-jagoan tersebut. 

ROBERT SANTOSO, adalah salah satu dari sedikit penata kelahi dalam film Indonesia. Lahir di Tanjung Priok dari darah campuran Manado, Jawa Barat dan Cina, guru besar di Perguruan Silat 12 Naga ini memang mengawali karirnya dari stuntman dan pemain film. "Tapi kini saya lebih mengkhususkan diri jadi instructur fighting. Dan saya satu diantara 10 instructur fighting yang ada untuk film Indonesia", kata Robert Santoso. 

Dan berkat penangananyalah jago-jago film Indonesia bisa mengalahkan sepuluh atau seatus musuh. Caranya? Ya saya harus memberikan petunjuk dan gerakan yang harus mereka lakukan. Bagaimana mereka harus memukul bagaimana pula mereka harus menghindar," tuturnya. Tapi untuk itu, menurutnya seorang instructur fighting tak bisa bekerja sesukanya. "Selain harus punya feeling yang kuat, kejelian dan kemampuan menata perkelahian, iapun harus mengetahui angle camera. Jadi ia bisa menginstruksikan seorang pemain  kapan harus memkul atau menghindar dan kapan pula harus memainkan ekspresi wajahnya," jelas Robert. 

Pemahaman seperti itulah yang kemudian coba di terapkan dalam banyak film yang memakai tenaganya sebagai penata kelahi. Di film "Saur Sepuh" atau "Misteri Dari Gunung Merapi" yang menggunakan puluhan orang pemain, pengetahuan itu juga yang ia terapkan. "Saya jadinya mengalami kesulitan, apalagi jika mereka yang jadi pemain sudah punya dasar ilmu beladiri," ujarnya. Cuma memang, menurutnya, kesulitan itu baru muncul bila harus menata kelahi pemain-pemain yang sama sekali tidak punya dasar beladiri. "Jadinya bagi sata tidak maslah apa dasar bela diri mereka. Biar karate, kungfu, Tae Kwon Do, Silat, yang penting adalah mengarahkan mereka untuk terlihat indah di film," ujarnya lagi. 

Tapi memang menurutnya beladiri silat lebih indah bila di pakai di film. Dan itulah yagn saya lakukan dalam film "Misteri dari gunung merapi" Malah disini saya mengabungkan 4 jenis silat di empat perguruan sekaligus,"kata Robert yang memang mempelajari semua aliran ilmu bela diri . "Tinggal kita harus melakukan sinkronisasi dengan gerakan kamera," tambahnya. Justru itulah menurutnya, instructur fighting sering di sebut sebagai gurunya jago kelahi dalam film," katanya sambil ketawa. 

Disinggung tentang prospek seorang instructur fighting, Robert menyebutkan sampai saat ini cukup baik, "Malah beberapa produser kita sudah melakukan asuransi untuk para instructur fighting dan stuntman serta pemain-pemain yang harus melakukan adegan berbahaya. Itu saya pikir satu kemajuan.


~Sumber : MF No. 88/56 /TahunVI, 11 - 24 November 1989

Thursday, March 6, 2025

DRAMA SERI DOKTER SARTIKA , EPS HARI HARI TEDUH SARTIKA

 


Masih ingat drama seri TVRI yang satu ini? untuk bernostalgia sejenak, kita ambil episode saat Dr Sartika mencari Ketenangan di Lombok. 

Di ceritakan episode sebelumnya, rumah tangga dokter Imam dan Sartika mengalami kegoncangan dengan hadirnya Lestari, adik Imam yang selalu membuat keributan dengan suaminya, begitu juga kehadiran Arum, kakak perempuan dari tetangga Sartika yang selalu hadir ke tempat praktek Imam. Sehingga rumah tangga dokter Imam-Sartika mengalami dua batu sandungan yang belum tersingkirkan, namun mereka menyadari bahwa hal ini pasti akan terjadi dalam perjalanan hidup manusia. Untuk itu Sartika bertekad mencari ketenangan atau refereshing pergi ke Lombok, ingin melupakan hari-hari muramnya dengan mencari hawa dan suasana baru di daerah yang belum pernah dilihat. 

Kepergian Sartika bersama nenek Manis (tetangganya yang selalu memperhatikan Sartika-Imam) yang dianggapnya nenek sendiri, selama dua tiga hari, nenek Manis merasa senang hati mengingat ia juga akan pulang ke tanah kelahirannya sebab Mona (Sang Cucu) sudah melahirkan bayinya yang pertama. Namun sang suami doketer Imam tidak demikian, Imam merasa keberatan dan berusaha melarangnya. Tapi karena tidak ingin memperuncing keadaan rumah tangganya yang agak gawat, akhirnya dengan berat hati mengijinkan Sartika pergi bersama nenek Manis. 

Suasana di Lombok ternyata dapat memberikan hari-hari teduh sebab Sartika banyak melihat hal-hal yang menarik. Sementara itu dokter Imam di Bogor yang ditinggal sendirian mencoba menghindar dari gangguan Arum, namun tetap gagal. 

Sementara itu adik dan adik iparnya Arum menegur karena Arum sering datang ke tempat praktek dokter Imam. Arum marah dan ia segera mengambil anak bayinya yang dititipkan Arum dan dibawa ke Jakarta, tapi adik dan adik iparnya menjadi kalang kabut dan meminta pertolongan pada dokter Imam agar Arum mau mengembalikan sang bayi. Kasus akhirnya berbuntut panjang, Arum berani datang ke rumah Imam karena mendengar Sartika berada di Lombok. Imam bingung. Imam berusaha menghindari Arum, tapi makin gawat. 

Akhirnya Imam memutuskan menyusul sang isteri di samping ingin menikmati hari-hari teduh bersama isterinya di Lombok.

Tentu saja cerita makin panas dan makin penasaran ya. Cukup sekian bernostalgianya ya, next sambung lagi.


Thursday, February 20, 2025

FILM DARI PINTU KE PINTU, KOMEDI SITUASI SALES


 Tak banyak persoalan kehidupan sales di filmkan, meski tema ini sering dituangkan ke dalam cerpen, cerbung maupun novel yang biasanya dirangkum dalam tema drama. Kali ini BZ Kadaryono, sutradara merangkumnya dalam tema komedi situasi. Kepahitan sales itu menjadi biang komedi segar. 

"Terus terang dalam penggarapan film ini saya meniadakan seks," kata sang sutradara. Pergulatan hidup orang yagn urban dikawinkan dengan kehidupan sales. Semuanya penuh kegetiran, ada kemunafikan, kepalsuan dan penjarahan terhadap sosok manusia. Film ini di produksi oleh PT. Bintang Dirgahayu film . 

Puluhan artis pendukung berkumpul dalam film ini . Nurul Arifin, Sally Marcellina, Hengky Tornando, Hendra Cipta, Lina Budiarti, WD Mochtar, Yana Achbari, Tien Kadaryono, H. Usman Effendy, Tom Tam Grup, Darto Helm, Basuki, Timbul, Mejeng Group, Tarida Gloria, Illa Doth dan puluhan artis lainnya. Ada yang bilang film ini kebanyakan pemain, sehingga tidak tahu mana yang menonjol. 

Dalam Film ini Sally Marcellina dan Nurul Arifin berke lahi. Keduanya saling bermusuhan. Sally sales palsu sedang Nurul sales asli. Keduanya sama-sama cari hidup di ibukota. 

Awal cerita terjadi akibat kacaunya usaha Nurul Arifin dan kawan-kawan selaku sales dari rumah ke rumah menawarkan dagangan yang selalu ditolak. Rupanya kejadian itu akibat ulah Tante Dien (Tien Kadaryono) Kelompok sales bukanlah sungguhan melainkan  sebagai mata-mata untuk menyelidiki rumah mewah. Malamnya rumah mewah tersebut di garong oleh tukang pukul Tante Dien. 

Suatu hari kelompok  Sally dan kelompok urul ketemu, maka terjadilah perkelahian. Puluhan cewek-cewek kece bergelut di tanah lapang. Namun kelompok Sally diancam harus mengerjakan apa yang menjadi keinginan Tante Dian. Semua cewek-cewek kelompok Sally itu punya latar belakang berlainan. Ada yang di culik, ditipu, di khianati, bahkan ada yang di jual, semua itu atas perintah Tante Dien. Adik Nurul sendiri ketika tiba di Jakarta dari Malang kena rayu gombal Tante Dien. 

Untung pacar Nurul seorang perwira polisi. Semua kenyataan yang menimpa diri dan adiknya dituangkan kepada petugas penegak hukum ini. 


~~ MF 150/117/TH.VIII, 28 MARET - 10 APRIL 1992

Wednesday, February 5, 2025

KISAH ANAK ADAM ALI SHAHAB

 


Qobil murung, marah dan putus asa. Cewek yang dicintainya justru mau menikah dengan Habil saudaranya sendiri. Syahdan, iblispun muncul "Mending singkirkan saja adikmu, Bun*h dia", Justru Qobil jadi bingung. "Gimana caranya membun*h manusia. Ayah tak pernah ngajarin, "ujar Qobil. Dan Habil pun di bun*h. 

Pembun*han pertama terhadap manusia yang terjadi jutaan tahun silam, pada pertengahan Juni 1988 di ulang di tengah hutan cagar alam Pangandaran Jawa Barat, oleh sutradara Ali Shahab lewat pita seluloid lewat judul "Kisah Anak Adam". Semula judulnya adalah "Adam dan Hawa", lantaran banyak pihak protes, PARFI, PPFI, ataupun KTFpun lalu memberi rekomendasi. 

Ali sempat terkatung-katung. "Saya ini mau melangkah, tapi sudah di curigai bahwa saya akan bikin film yang bukan-bukan", ujar Ali Shahab yang dikenal dulu, membuat film dari ranjang ke ranjang. 

Selain protes terhadap organisasi perfilman, nampaknya protes kian melebar. MUI (Majelis Ulama Indonesia) juga mengeluarkan fatwa yang mengharamkan para Nabi dan Rasul di filmkan. Dan Departemen Penerangan pun tak memberi izin pembuatan film tersebut. 

"Saya tak mungkin dong akan mengeksploitasi ketelanja ngan Adam dan Hawa untuk cari nilai komersil, "ujar Ali Shahab yang pernah bikin film "Tante Girang".

"Bikin film da'wah tidak saja cari trend baru, tapi juga membuat tabungan di akhirat," ucap Ali Shahab yang dikenal juga lewat film tivi "Rumah Masa Depan".

Lalu gimana menghadirkan Adam dan Hawa? "Wah kalau  di beberkan nggak surprise dong," ujar Ali yang konon terus berdialog dengan ahli agama Islam dan menghabiskan 10 buku referensi tentang Islam. 

"Kalau di bikin film seri teve setidaknya bisa 10 seri," tutur Ali Shahab, bekas wartawan, pemimpin redaksi sebuah majalah yang pernah di ajukan ke pengadilan karena novelnya "Koruptor Koruptor".

Qobil di perankan oleh Alfian. Habil oleh Henky Tornado, Iqlima cewek yang jadi rebutan di perankan oleh Dewanty Bauty, Iblis oleh Syamsuri Kaempuan, Dewinta Bauty kembaran Qobil, Nina Anwar sebagai iblis wanita. 

#Kisahanakadam

~~ MF no. 053/21/Tahun IV,9 Juli - 22 Juli 1988.

Sunday, February 2, 2025

IN MEMORIAM SOFIA WD, ARTIS PRODUSER, SUTRADARA


Dunia Film Nasional telah kehilangan seorang artis serba bisa Sofia WD, wafat pada hari selasa, 22 Juli 1986. Jenazahnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata. 

Sudah menjadi kebiasaan Oepi (nama kecil Sofia) seorang gadis mungil, bila habis nonton film-film 'cowboy' selalu timbul rasa iri hati dan selalu melamun, kapan bisa naik kuda dan turut beraksi dalam film. Waktu itu Oepi masih duduk di kelas 4 Sekolah Rakyat, dan dia tidak tahu kalau saat itu juga sudah ada film-film bisu, diantaranya "Si Tjonat".

Selain gemar melihat film, Oepi selalu meniru gerak dan sepak terjang anak  laki-laki. Pendeknya dia tidak mau kalah dengan mereka dalam segala hal. Rupa rupa Olahraga dilakukannya, dari lari jauh, lompat tinggi hingga main kasti selalu menjadi perhatiannya. Gymnasticpun tak pernah ketinggalan. Begitulah ketika Ratu Juliana (Ratu Belanda) bertunangan Oepi dengan anak sekolah lainnya mengikuti perlombaan yang diadakan di Alun-alun Bandung. Gadis Oepi telah menggondol hadiah pertama untuk lari jauh dan ke 12-an kastinya mendapat hadiah pertama juga. 

Rupanya lamunan gadis oepi alias Sofia untuk bermain dalam film terkabul juga, malah menjadi bintang film yang terbaik dan patut di ketengahkan. 

Sofialah wanita pertama yang terjun dalam film setelah Jepang bertekuk lutut. Deputnya di Tjitarum (1948). Waktu berhadapan dengan kamera untuk pertama kali dia agak gemetar, malah kadang-kadang seperti dalam mimpi, karena tidak diduganya lebih dahulu. Sebenarnya cita-citanya untuk main film sudah lenyap. Lebih-lebih kalau dia inget waktu berada di hutan atau gunung di kala revolusi, salah seorang kawannya pernah mengatakan, "nanti kalau kita sudah berada lagi di kota, tentunya Zus Sofie masuk film ya?"

Sambil senyam senyum Sofia menjawab , "ah mana bisa saya main film dan lagi siapa orangnya yang memakai saya untuk main dalam film. Paling banyak kita semua akan menjadi petani".!

Seperti juga pemuda pemudi lainnya. Sofia turut terjun dalam kancah revolusi dan bekerja pada ketentaraan di Garut. Sering Sofia memberikan hiburan untuk tentara-tentara  dengan pertunjukkan sandiwara. Sebelum mengikuti revolusi, sofia pernah turut Sandiwara "Irama Masa" dan "Bintang Surabaya". Dan sesudah itu di tahun 1948 dia turut rombongan Fifi Young Toonelkun ke Palembang. Dalam rombongan ini, dia berkenalan dengan pemuda S Waldy, yang kemudian menjadi Suaminya. Kapten Siliwangi Eddy Endang, suaminya yang pertama gugur dalam pertempuran. 

Penggemar film Indonesia pasti mengenal S. Waldy, bintang film dan pelawak terkenal saat itu. Sejak itu pula nama Sofia menjadi Sofia Waldy .

Perkembangan selanjutnya, S Waldy tampil sebagai pemain Watak, bahkan sutradara. Beberapa film dibintangi Sofia lewat penanganan sutradara ini. Selain gemar main film dan sandiwara Sofia pandai menarikan berbagai tarian. Karena gerak ini dianggapnya sebagai suatu olahraga juga. 

Dari kesenangan seni tari dan lagu, sofia menyelenggarakan suatu kegiatan yang diberinya nama "Libra Musical Show". Kegiatan ini dilakukan dengan berkeliling Indonesia sepanjang tahun 1960-1969. Keinginannya untuk pandai naik kuda terkabul juga ketika berlangsung pembuatan film Pandji Semirang. Untuk pembuatan film ini yang memerlukan ketangkasan naik kuda. Sofia berkesempatan belajar naik kuda di Lapangan Ikada (Sekarang Lapangan Monas). Cara dia menunggang kuda sungguh memuaskan pembuat film tersebut. Karenanya Sofia disebut sebagai "All Round Actress" dari Indonesia karena disamping pandai naik kuda, dia juga ahli dalam mengemudikan mobil, menjalankan motor boat, main anggar, berenang, menembak dan kepandaian lain yang di butuhkan seorang pemain film. Disamping itu Sofia telah memainkan berbagai macam peran sebagai orang muda maupun orang tua. Wanita Baik maupun jahat. Hingga akhir hayatnya kurang lebih 140 judul film telah dibintanginya. 

SUTRADARA WANITA

Perhatian Sofia tidak hanya pada permainan film, sebab ternyata diapun aktif sebagai sutradara dan produser.  Dalam bidang  penyutradaraan  dia banyak mendapat bantuan dari Yoshua Wong dan Othnil Wong, dua pengusaha yang tercatat sebagai pelopor pembuatan film di Indonesia. Melalui perusahaan Ibukota Film yang di apimpin sendiri kemudian membuat "Badai Selatan" (1960). Inilah film pertama yang di sutradarainya sendiri. 

Sepuluh tahun kemudian mendirikan Libra Film bersama WD Mochtar, suaminya yang ketiga. Membuat serial "Si Bego Dari Muara Tjondet". WD Mochtar pemeran utama. Sejak itu dia popular dengan sebutan Sofia WD. Dalam pembuatan film ini Sofia menjabat sebagai Pimpinan Produksi. 

Sekali waktu ia menjadi Co-Sutradara mendampiri Bay isbahi membuat film "Bengawan Solo". Film ini merupakan versi baru dari Bengawan Solo yang dulu. Kalau pada tahun 1949, Sofia jadi pemain dalam "Bengawan Solo", maka pada tahun 1970 ia bertemu dalam cerita yang sama-sama menyutradarai suaminya WD Mochtar. 

Aktor ini juga di tampilkan lagi bersama Maruli Sitompul dan Rachmat Hidayat dalam "Melawan Badai". Sebelumnya Sofia  menyutradarai film "Singa Betina Dari Marunda". Agaknya film yang mengambarkan kekerasan lewat berbagai action sangatlah di suka. Namun begitu naluri kewanitaannya ditunjukkan juga dalam sebuah cerita wanita "Halimun Pereuy" Dan film terakhir yang dibuatnya adalah "Bermain Drama" sebuah film untuk konsumsi anak-anak. 

KISAH NYATA

Dari Catatan Hariannya antara lain Sofia WD menuliskan kisah nyata yang pernah dialaminya. Catatan ini ditulis sekitar tahun 1960an, setelah 13 tahun berkecimpung dalam film. 

....Di dorong olah sifatku yang suka ingin tahu dan ingin bisa, dan hasratku yang besar sekali untuk menyutradarai, pada tahun 1960 aku memberanikan diri sebuah film produksi Ibukota Film yang berjudul Badai Selatan. Nah sekarang aku kisahkan pengalamanku sebagai sutradara pertama kali. 

Tugasku sebagai sutradara jauh berbeda dengan tugas pemain. Sutradara jauh lebih berat tanggungjawabnya, apalagi itu waktu aku merangkap sebagai direktris dari perusahaan tersebut. Kalau pemain sebelum di Shoot bagiannya, masih bisa duduk duduk terang menanti giliran, tetapi sutradara dari mulai sampai ditempat opname, sampai selesainya aku harus bekerja dan konsentrasi. Sesudah Opname selesai aku harus mempersiapkan untuk besok opname lagi dan selanjutnya. Yang payah ialah, aku harus dapat mengendalikan nafsu, aku harus sabar, tapi tegas menghadapi itu semua.

Keuntungan  lainya dari sifatku yang sok mau tahu itu, yang berguna diantaranya ialah , baru-baru ini ketika aku bermaindalam di lereng Gunung Kawi. Ketika location di Malang, entah kesalahan siapa sehingga ketika waktunya playback (sdr Nany Widjaya dan Sdr Zainal Abidin harrus nyanyi), Soundman-na tidak ada, sehingga kalang kabutlah sutradara. lalu atas persetujuan kedua belah pihak akulah yang di tunjuk sebagai Sound-Operatornya, tertolonglah playback itu......

Semasa hidupnya, Sofia WD tidak pernah berkeinginan untuk  meninggalkan dunia film, meski dalam keadaan yang bagaimanapun. Hal ini sudah di buktikannya. Ia pernah terpilih menjadi ketua umum PARFI (1971-1974). Ia juga pernah mendapat Piala Citra  pada FFI 1973. Namun demikian Sofia WD tidak lupa pada dunia pendidikan. Dia menjadi ketua Yayasan Citra Praghina yang bergerak di bidang pendidikan dan kesenian. 

Disini Sofia juga Kepala Sekolah Taman Kanak-Kanak. Karenanya ia menjadi anggota IGTKI (Ikatan Guru Taman Kanak Kanak Indonesia).

Sofia WD meninggal dalam usia 61 tahun.


Thursday, January 2, 2025

ROY RAYMOND BINTANG ANTAGONIS


ROY RAYMOND Bintang Antagonis Mantan Preman, begitulah judul dalam sebuah artikel di Majalah Film, atau juga di kenal dengan Raymond Rambing Lahir di Jakarta, 19 Mei 1964 yang besar di Surabaya ini sebelum terjun ke dunia film lelaki berperawakan tinggi besar ini sempat bergaul dengan para preman anak-anak pelabuhan. Kehidupan pelabuhan yang keras memaksanya unjuk kebolehan dalam ilmu bela diri. "Saya hanya membela teman yang mau di keroyok. Tetapi saya bukan mafia" kata Roy Raymon saat diwawancara oleh Majalah Film.

Begitu keras dan sadis ekspresi Roy Raymond di Sinetron laga Deru Debu Part II dan II tayangan SCTV sebagai musuh utama Willy Dozan. Roy mampu membangun konflik dendam hingga mencapai puncak pertarungannya dengan Willy yang sekaligus menyutradarai  sinetron tersebut. Dengan guratan ekspresinya penuh dendam karena sang adik tewas di tembak Willy ketika sedang merampok bank. Roy membalasnya dengan membunuh Betharia Sonatha lewat seorang anak buahnya.

Bukan hanya itu, Roy juga bertekad untuk membunuh Willy tapi disisi lain, Willy juga berjanji untuk membalas dendam atas kematian isterinya yang sedang hamil muda. 

Sebenarnya Roy sudah sejak lama di incar Willy untuk jadi lawan mainnya di sinetron Deru Debu part I. Tapi Roy ketika itu sedang sibuk suting sinetron Si Buta Dari Gua Hantu, hingga dia tidak ikut main mendampingi Yoseph Hungan yang juga mendapat peran antagonis. 

Bagi Roy, sinetron Deru Debu adalah pertemuanhya yang kedua main bersama dengan Willy Dozan setelah film Pusaka Penyebar Maut. Tampil jadi penjahat di film film laga klasik maupun modern, Roy kerap terkena pukulan dan tendangan lawan mainnya. "kecelakaan di lokasi suting seperti jatuh dari sling, terkilir dan luka sudah langganan", Bahkan saya pernah di lempar penonton dengan botol sehingga kepala saya terluka, Masih ada bekas lukanya nih," Tutur Roy yang pernah aktif olahraga ilmu bela diri Karate Kyoksinka (Kala Hitam) di Surabaya. Dia juga menggeluti dunia Kick Boxing dan Tinju. 

Antara tahun 1989 - 1995 Roy aktif sebagai atlet Tinju amatir dan menjuarai beberapa kali turnamen tingkat daerah Jawa Timur dan Nasional. Tahun 1995 dia menjuarai turnamen Panco Se Indonesia. Roy yang sebelum terjun ke film suka nongkrong di pelabuhan di Jawa Timur hingga setelah berapa lama luntang lantung di pelabuhan kapal, dalam satu kesempatan turnamen tinju tahun 1986 di semarang Roy bertemu dengan sutradara Dasri Yacob dan mengajaknya main film eksyen klasik Siluman Clurit Perak. dari situlah Roy terus meriting karir sebagai bintang laga. 

Menekuni dunia film khususnya eksyen yagn beresiko tinggi apalagi Roy mengaku tidak pernah memakai stuntman sekalipun itu adegan paling berbahaya. Masalah resiko bantingan, terkilir, patah tulang, jatuh dan luka udah makanan sehari hari saya di lokasi suting" kata Roy. Termasuk juga ketika dia membintangi film laga klasik Pedang Naga Sakti, Roy terjatuh dari ketinggian karena tali sling putus saat dia meluncur. "Tangan dan kaki saya terkilir. Terpaksa scene ditunda beberapa hari.  

Tampang yang keras juga dilirik beberapa perusahaan untuk jadi bintang iklan di televisi. Keperkasaanya pernah muncul di televisi lewat  iklan rokok Gudang Garam Merah, Sosok Pemuda tangguh melompat ke atas gerbong kereta api yagn sedang berjalan kencang untuk menyelamatkan kereta api dan penumpang dari kecelakaan yang mengerikan karena rel terputus. Selain itu, Roy  juga membintangi iklan minuman Panther dan iklan TV 3 Jepang. 

Sumber : MF No. 282/249 tanggal 5 - 18 April 1997

Sunday, October 20, 2024

RAJAWALI DARI UTARA, MELACAK PEMBANTAI ANAK ISTERI


 BARRY PRIMA beraksi lagi sebagai pendekar dari zaman antah berantah. Kali ini sebagai Kidang Telangkas yang berjuluk Rajawali dari Utara. Tokoh rekaan cergamis Jan Mintaraga yang di gubah ke bentuk skenario oleh Suwito. 

Film Silat Produksi PT. Kanta Indah Film ini di sutradarai oleh SA Karim yang bekerjasama dengan kamerawan Ridwan Djunaidi dan Penata Kelahi Eddy S Jonathan.

Seperti biasa Barry di pertemukan dengan musuh bebuyutannya (dalam kebanyakan filmnya) Yoseph Hungan dan Rudy Wahab. Sedangkan sebagai pemeran utama wanitanya di pasang pemain yang belum terlalu terkenal. Melisa Hussein. Ikutan mendukung pula pemain-pemain langganan Kanta seperti Panji Dharma, Tanase dan Wingky Haroen. 

Serombongan pedagang di serang kawnan perampok. Bukan saja seluruh hartanya di rmpo, mereka pun di bantai dengan kejam. Lalu Nawangsih, putri pedagang itupun hendak di pekosa ramai-ramai. Mendadak muncul KIdang Telangkas yang membabat kawanan manusia jahat itu. Nawangsih yang telah menjadi yatim piatu ingin mengikuti pendekar penolongnya ini. Namun Kidang punya masalah pribadi. Maka iapun menitipkan gadis ini pada sahabatnya Ki Banterang. 

Bukan Saja menggembleng Nawangsih dengan ilmu silat, Ki Banterang juga mengungkapkan riwayat hidup Kidang telangkas. Bertahun-tahun lalu. Kidang hidup bahagia bersama anak istrinya. Sampai datang saudara seperguruannya, Kida Paksa. Dengan gembira Kidang menjamunya. Di luar dugaan Kida menyimpan itikad jahat. Sejak lama ia memang sirik karena cintanya tak terbalas oleh Ningrum yang memilih menjadi istri Kidang. 

Saat kidang diminta Pak Lurah untuk membebaskan seorang gadis desa yang di culik, Kida membantai anak dan istri Kidang. Ternyata kawanan penculik gadis itupun merupakan anak buah Kida Paksa. 

Dalam waktu singkat ceritanya Nawangsih telah menguasai ilmu silat. Iapun meninggalak pondok Ki Banterang, untuk ikut melacak jejak Kida Paksa. Justru tersiar berita yang menggegerkan tentang Kida Paksa yang melabrak perampok perampok. hal ini membuat Gandamana dari Perguruan Gilingwesi menjadi murka ia menyewa pendekar bayaran untuk mencari Kida Paksa yang dituduhnya pemalsu itu. Memang Kida Paksa asli yang bukan lain daripada guru Gandamana selama ini mendekam dalam goa rahasia di belakang Markas Gilingwesi. 

Lalu siapakah Kida paksa Palsu itu? Siapalagi kalau bukan Kidang telangkas yang ingin memancing keluar msuh besarnya itu. Pertemuan kembali Nawangsih dengan Kidang Telangkas sangat menggembirakan keduanya. 

Kidang diminta Lurah Damar untuk mengamankan desanya dari gangguan orang-orang Gilingwesi yang merajalela. Nawangsih ditugaskan memanggil gurunya untuk membantu perjuangan mereka. Malangnya Nawangsih yang kurang pengalaman  di culik oleh Gandamana. Sama seperti istri Kidang dulu, Nawangsih pun menjadi korban keganasan Kida Paksa. 

Kidang, Ki Banterang dan Lurah Darma yang memimpin penduduk desa menyerbu markas Gilingwesi. Gandamana dan orang-orangnya dibrantas, Kida Paksapun muncul dari persembunyiannya untuk berhadapan langsung dengan Kidang Telangkas.------

Sumber : MF No. 137/104 28 Sepember - 11 Oktober 1991

Thursday, October 3, 2024

MARISSA GRACE HAQUE


 Langit di atas kota Balikpapan sore itu begitu cerah memerah oleh semburatnya mentari yang akan tenggelam di ufuk barat. Di keheningan sore itu lahirlah aku - Marissa Grace Haque. Sebuah nama yang agak aneh barangkali. Memang ayahku Allan Haque adalah lelaki ganteng asal Pakistan asli yang menjadi konsul di Indonesia. Sedang mamaku Raden Roro Mieke Suhariyah adalah wanita Jawa Asli. Dari percintaan dan persahabatan dua bangsa itulah akhirnya membuahkan aku. Hari itu tepat 15 Oktober 1962. Dan soal nama itu?

Dulu papa tergila-gila sekali pada bintang film bernama Marissa Paffan saudarinya artis terkenal Pier Angeli. Saking senangnya sama wajah artis cantik itu papa berjanji akan memberikan nama Marissa kalau punya anak perempuan. Sementara mama juga tergila gila pada kecantikan artis Grace Kelly, Mama seperti papa juga intin memberi nama Grace pada anak perempuannya kelak. Jadi begitu lahir aku, mereka segera memberi nama artis-artis yang dikagumi. Marussa dan Grace. Sedang untuk lengkapnya namaku di tambah Haque yang merupakan nama marga papa. 

Selain itu Marissa Haque juga pernah masuk kelompok Swara Mahardika pimpinan Guruh Soekarno Putra atas saran dari Ibu Fatmawati istri Bung Karno saat bertemu di Semarang bersama papanya. DiSwara Mahardika Marissa dan juga adiknya Soraya Haque bisa latihan tarian-tarian bagus, cara berorganisasi cara mandiri serta dekat dengan bintang top seperti Chrisye dan Achmad Albar. Ia juga pernah mengejar-ngejar bintang terkenal seperti Titik Sandhora, Andi Meriem Matalatta untuk meminta tanda tangan (sesuatu yang dirasakan geli sendiri ketika sekarang sudah menjadi artis ingat penggemarnya minta tandatangan). 

Saya mulai main film pertama "kembang semusim" Dikontrak selama 3 film. Dan tiba-tiba saya menemukan keasyikan tersendiri. Kebanggaan lain, kebanggaan itu semakin bertambah ketika saya hadir pada Festival Film Indonesia di Surabaya, saya menjadi wakil Mieke Widjaya untuk menerima Piala Citra atas nama Mieke Widjaya sebagai pemeran utama wanita terbaik dalam film Kembang Semusim dimana saya bermain disitu. Ketika sya naik panggung dan menerima Citra saya mengangkat piala kebanggaan itu tinggi tinggi seakan sayalah yang memperolehnya. 

Dan ketika nama saya di sebut dalam nominasi Festival Film Indonesia 1985 di Bandung saya benar-benar sudah merasa saatnya tiba. Dan akhirnya pada tahun 1985 Marissa meraih Piala Citra sebagai Peran Pembantu Wanita Terbaik dalam film Tinggal Landas Buat Kekasih. 

Pendalaman akting bagi Marissa Haque tidak lagi perlu  tapi sudah semacam keharusan seperti contoh di film Matahari Matahari garapan Arifin C Noer. Berminggu-minggu saya bergaul dengan orang bisu tuli bukan sekedar mengetahui cara mereka berkomunikasi tapi juga mengetahui perasaan mereka, jiwa mereka serta gejolak sosial yang mereka rasakan. Dan saya merasa bahagia ketika semua itu saya peroleh..

Demikian di kutip dari Majalah Bulanan Film No. 012 Oktober 1985.

Marissa Grace Haque meninggal pada 2 Oktober 2024, 

Berikut filmmografi Marissa Haque 

1980Kembang Semusim
1981Bawalah Aku Pergi
IQ Jongkok
1982Hukum Karma
Tangkuban Perahu
1983Kamp Tawanan Wanita
Pandawa Lima
1984Jejak Pengantin
Kontraktor
Merindukan Kasih Sayang
Tinggal Landas buat Kekasih
Asmara di Balik Pintu
Gawang Gawat
Saat-Saat yang Indah
Seandainya Aku Boleh Memilih
1985Serpihan Mutiara Retak
Sebening Kaca
Yang Kukuh, Yang Runtuh
Matahari-Matahari
Melintas Badai
1986Biarkan Bulan Itu
Pesona Natalia
1987Penginapan Bu Broto
1988Dia Bukan Bayiku
1989Cinta yang Berlabuh
1990Perasaan Perempuan
Sepondok Dua Cinta

1991Yang Tercinta

HABIS KONTRAK DENGAN SORAYA, SUZANNA SIAP SEDIA JADI PETANI


 Dengan selesainya pembuatan film "Ajian Ratu Laut Kidul" berarti habis pulalah kontrak panjang antara Suzanna dengan PT. Soraya Intercine Films. Produser Raam Soraya berdiplomasi "Kontrak dengan Suzzy memang tidak kami buat lagi, tapi ini sama sekali tak menutup kemungkinan kita akan bekerjasama ladi dimasa mendatang untuk pembuatan film-film lain. 

Ditambahkan kalau pada medio 1992, perusahaannya akan melakukan joint production dengan perusahaan film independent dari Amerika untuk menggarap dua buah film full action. Karena ingin lebih mencurahkan seluruh perhatiannya pada pembuatan film-film tersebut, maka Raam melepas Suzzy. 

Sekitar delapan tahun belakangan ini, diakui Suzzy memang merupakan bintang andalan utama untuk film-film bertema horor mistik. Hampir semua filmnya mendapatkan sambutan memuaskan. Untuk menyebutkan beberapa judul, antaranya adalah "Petualangan Cinta Nyi Blorong", "Ratu Sakti Calon Arang", "Bangunnya Nyi Roro Kidul", "Telaga Angker", "Samson dan Delilah", "Malam Satu Suro", "Malam Jumat Kliwon", "Pusaka Penyebar Maut", dan "Perjanjian di Malam Keramat".

Karena terikat sistem kontrak dan pembuatan film yang berkesinambungan, rata-rata dua judul pertahun inilah , Suzzy tak mungkin bermain dalam produksi perusahaan selain Soraya. Kini apakah ia merasa bebas dan bersedia menerima  tawaran main untuk perusahaan lain? 

"Ndak ah, Mbak Suzzy pikir kepingin istirahat dulu," elak Suzzy seperti ditirukan karyawanuntuk mengundurkan diri dari dunia film nan glamour. Diam-diam merancang kehidupan baru sebagai petani di kawasan adem ayem di Malang. Seperti diketahui, Suzzy memang berasal dari Magelang, di pedalaman jateng. Namun rupanya ia memilih kota dingin yang terkenal dengan apelnya di Jatim itu untuk masa mendatang. 

Bertani tentu saja bukan berarti harus terjun ke sawah berlumpur. Mungkin lebih tepat di sebut berkebun, karena kabarnya Suzzy dan Clift Sangra telah membeli sekian hektar lahan untuk di jadikan proyek perkebunan dan sayur mayur.


Demikian di kutip dari MF No. 155/122 tanggal 13 Juni - 26 Juni 1992


Thursday, September 12, 2024

DIBALIK GEMPITA, AKHIRNYA INILAH SAUR SEPUH ITU


 Kesempatan memang menjadi milik orang yang gesit. Drama radio "Saur Sepuh" yang diudarakan lewat 250 stasiun radi di berbagai wilayah di Indonesia tiba-tiba seperti melahirkan fenomena tersendiri. 

Para pendukung sandiwara ini, yang cuma suaranya saja yang dikenal, lalu lebih didekatkan dengan penggemar yang selalu membludag lewat hiburan panggung. Lalu muncul nama-nama populer macam Elly Ermawati, Ferry Fadly, atau Novia Kolopaking, "dinasti" saur sepuh perdana. Kepopuleran drama "Saur Sepuh" yang diudarakan mulai Februari 1984 ini, tercium juga bau komersialnya oleh orang film. 

Syahdan beberapa produser, tanpa kencanpun mulai mengontak Kalbe Farma, perusahaan farmasi yang punya hak milik "Saur Sepuh". Ada Tobali Film, Garuda Film serta Inem Film. Dari penjajagan dengan mereka, pihak Kalbe nampaknya lebih condong memilih Garuda Film. Tapi menghubungi produser Garuda tak mudah. Apalagi waktu itu Hendrick Gozali (Pemilik garuda film) pergi ke Hongkong. Sejak itu putus kontak Kalbe dan Garuda.

Produser lain, Kanta Indah Film adu nasib, menghubungi Kalbe dengan memutarkan film-film silat yang pernah di produksi macam "Kelabang Seribu", "Mandala", "Pendekar Ksatria" dan lainnya. Kalbe berubah pikiran melihat kesungguhan Kanta dan Imam. "Baik, Kalbe setuju asal yang menyutradarai Imam Tantowi", ujar pihak Kalbe. 

Tobali Film tak mau kalah. Ia tawarkan uang "beli" Saur Sepuh sebanyak Rp . 50 juga. Tapi mana Kalbe, yang telah keluarkan duit Rp. 5 Milyar untuk radio Saur Sepuh, menganggap uang segitu berharga. 

Bahkan kepada Kanta Film, Kalbe menjanjikan kalau film Saur Sepuh nanti jadi dibuat dan Kanta kekurangan duit, Kalbe akan bantu. "Dari kami  syaratnya cuma satu, bikin film Saur Sepuh sebagus mungkin, " ujar A.O Handriyono, Asisten Manager Marketing Kalbe Farma di mobil pribadinya saat suting di Lampung kepada Majalah Film. 

Semula Kanta menganggarkan film ini kelak cuma menghabiskan Rp. 700juta. Tapi sampai suting terakhir di Pusat Latihan Gajah Way Kambas Lampung, telah menghabiskan Rp. 800 juta.Dan ini tak jadi masalah. Sebab menurut orang terpercaya Kalbe, pihaknya juga membantu finansial pada Kanta Film. 

"Soal besarnya itu rahasia perusahaan," ucapnya. Bagi kami keuntungan dari film ini tak jadi masalah benar. Kalau masyarakat puas, kamu pun cukup puas," tuturnya dalam gaya di promasi seorang bisnis.

Maka Kantapun lalu menghubungi para pemain Saur Sepuh diantaranya Ferry Fadly, dan Elly Ermawati. Namun Ferry Fadly yang sudah dikontrak Kanta , menurut Fadly, sengaja dipermainkan pihak Kanta, Lantaran Saur Sepuh belum mulai juga saat Ferry dikontrak 4 bulan lalu. 

Dan Tobali Film masuk mencoba membujuk Ferry agar menyeberang ke pihaknya untuk bikin film Saur Sepuh. Maka muncul Saur Sepuh lain kalau tak mau di sebut "palsu". Gembar gemborpun mulai. Orang bingung Saur Sepuh model apa ini. Pihak Kalbe perlu turun tangan. Lewat iklan di koran, mereka memberitahu bahwa hak perfilman Saur Sepuh hanya diberikan pada Kanta Indah Film. Sejak itu Tobali nyerah lalu merombak skenario Saur Sepuh menjadi Brahmana Manggala.

Tobali ngebut produksi. Bahkan sebelum Saur Sepuh selesai suting pada 25 Juli ini, Film Brahmana Manggala sudah beredar. Celakanya beberapa distributor dan pihak gedung bioskop mulai nakal dengan menyebut inilah film Saur Sepuh. 

Tentu saja Kanta atau Sutradara Imam Tantowi yang namanya dibawa-bawa jadi keki, meski tak mau berbuat banyak.  "Akhirnya toh orang tahu bahwa film itu bukan Saur Sepuh," Ujar Tantowi. Hal ini juga diakui oleh Kalbe sendiri yang melihat iklan menyesatkan tentang film Brahmana Manggala di beberapa daerah. 

Sebuah kesempatan telah terlewati sudah. Dan Kanta Film plus Imam Tantowi telah menyergapnya. Tinggal kini menguji sejauh mana kesempatan kolosal ini dimanfaatkan dan diolah untuk diuji oleh masyarakat yang kadung demen sama Saur Sepuh. 

Dan ini benar-benar tantangan seharga Rp. 1,2 Milyar. Sebab pihak Kalbe juga memberi syarat bahwa film ini harus dipromosikan secara besar-besaran dengan pesan sponsor perusahaan obat ini, tentu saja. 

Dan kesempatan ini terjadi setelah nanti, Film Saur Sepuh dengan Elly Ermawati diedarkan serentak dengan 80 kopi pada 1 September 1988 untuk saru sepuh jilid I dan dilanjutkan Saur Sepuh jilid II (yang belum dibuat) dan direncanakan beredar 25 Desember, itupun kalau jadi lho ya!.


Demikian di tulis ulang dari artikel Sisipan Majalah Film No. 056/24 tanggal 20 Agustus sd 2 September 1988.



 


Tuesday, September 10, 2024

ALAM RENGGA SURAWIDJAYA, AKTOR DAN SUTRADARA FILM


 ALAM RENGGA SURAWIDJAYA atau lebih di kenal dengan Alam Surawidjaya memiliki nama lengkap Alam Rengga Rasiwan Kobar Surawidjaya, lahir di Sindang Laut Cirebon, 24 Desember 1924. Lepas dari sekolah Menengah Teknik Tinggi, ia belajar akting di "Cine Drama Institut" di Yogya pada masa revolusi. Sebelum ke film, Alam aktif main drama panggung dan menjadi sutradara grup "Reaksi Seni" Yogya disamping menyelenggarakan acara Sastra di RRI setempat. Sosoknya yang sederhana, namun siapa sangka karyanya banyak sekali baik sebagai pemain maupun sutradara film.


Terjun ke film sebagai Asisten Sutradara "Taufan" (1952) dan menjadi sutradara penuh untuk film "Manusia Suci" (1956). Ia di kenal sebagai sutradara spesialis pembuat film perang, walaupun ia menolak gelar itu dan mampu membuat film jenis lain seperti ia buktikan dengan "Nyi Ronggeng" (1970).

Alam di kenal sebagai sineas yang punya dedikasi tinggi dan gigih dalam berkarya. Ia sempat menjadi Anggota Dewan Film Nasional, Ketua Kine Klub DKJ, dan dengan istrinya Deliana Surawidjaya, ia pun membina anak-anak lewat perkumpulan sandiwara "Kak Yana".
Alam Surawidjaya tidak saja terkenal sebagai Sineas, tetapi ia pun sering tampil sebagai pemain seperti dalam film "Menyusuri Jejak berdarah" (1967), "Si Bongkok" (1972), "Cinta Pertama" (1973), Dimana Kau Ibu (1973), "Perkawinan Dalam Semusim" (1977), "Matinya Seorang Bidadari", "Perawan Buta" dan permainannya yang sangat menonjol dan mendapat sambutan dalam film "Si Buta Dari Goa Hantu".

Dalam menangani setiap filmnya, Alam selalu sungguh-sungguh dan sangat hati-hati, karena itulah ia tidak terlalu produktif. Hasil karyanya yang menarikyaitu "Daerah Tak Bertuan" (1963), "Perawan di Sektor Selatan" (1972), "Bandung Lautan Api " (1975) dan "Janur Kuning" (1979).

Anak Lurah yang punya saudara 13 orang ini, juga membuat film-film Dokumenter, antara lain : "Keluarga Berencana", "Wayang Golek", "Bursa Efek Efek", dll. Oleh karena Serangan penyakit jantung, Sutradara yang tak ada duanya dalam soal film perang ini menghembuskan nafas yang terakhir hari Senin dinihari tanggal 12 Mei 1980 di ruang ICCU RS Ciptomangunkusumo.

Sumber : Buku FFI 1985

Dikutip dari wikipedia, berikut film-film yang pernah di bintangi maupun yang di sutradarai oleh Alam Surawidjaya

SEBAGAI AKTOR
Taufan (1952)
Si Djimat (1960)
Suzie (1966)
Mendjusuri Djejak Berdarah (1967)
Si Buta dari Gua Hantu (1970)
awan Djingga (1970)
Perawan Buta (1971)
Banteng Betawai (1971)
Kabut Kintamani (1972)
Si Bongkok (1972)
Flamboyan (1972)
Pemburu Mayat (1972)
Anjing-Anjing Geladak (1972)
Tabah Sampai Akhir (1973)
Pencopet (1973)
Dimana Kau Ibu (1973)
Si Rano (1973)
Rio anaku (1973)
Si Mamad (1974)
Cinta Remaja (1974)
Lupa Daratan (1975)
Jinak Jinak Merpati (1975)
Wulan Di Sarang Penculik (1975)
Anak Emas (1976)
Perkawinan Dalam Semusim (1976)
Christina (1977)
Pembalasan Si Pitung (1977)
Istriku Sayang Istriku Malang (1977)
Ridho Allah (1977)
Pahitnya Cinta Manisnya Dosa (1978)

SEBAGAI SUTRADARA
Manusia Sutji (1955)
Detik detik Revolusi (1959)
Kenangan Revolusi (1960)
Sehelai Merah Putih (1960)
Sipendek dan Sri Panggung (1960)
Daerah Tak Bertuan (1963)
Ekspedisi Terakhir (1964)
Luka Tiga Kali (1965)
Cheque AA (1966)
Nyi Ronggeng (1969)
Perawan di Sektor Selatan (1971)
Bandung Lautan Api (1974)
Janur Kuning (1979)