Showing posts with label Fotografi. Show all posts
Showing posts with label Fotografi. Show all posts

Sunday, October 30, 2022

Menikmati Pemandangan Bandung Timur dari Ketinggian Bukit Candi Cicalengka


Bukit Candi



Bukit Candi yang berada di area Bukit Keroncong bagi sebagian warga Bandung terutama Bandung Timur seperti Rancaekek dan sekitarnya masih asing. Namun bagi sebagian besar masyarakat wilayah Cicalengka dan sekitarnya bukit Candi atau pasir Candi cukup populer. Salah satu daya tariknya adalah adanya pasar kaget yang biasanya ada di hari Minggu pagi. Sepanjang jalan di area Candi menjadi sarana tempat orang menggelar lapak untuk menjual barang dagangannya.

Bukit Candi terletak di wilayah kecamatan Cicalengka kabupaten Bandung. Area ini adalah sebuah bukit kecil dengan tanah lapang di bawahnya. Untuk mencapai tempat ini cukup mudah. Kalau dari arah Cileunyi perjalanan akan di arahkan menelusuri jalan bypass hingga menemukan plang Aki Enin atau Curug Cinulang. Cukup mengikuti petunjuk jalan hingga radius 2 km dari by pass maka akan sampai di bukit Candi yang terletak di pinggir jalan. Patokanya di tikungan ada tanah lapang dan bukit. Kalau dari arah sebaliknya juga perjalanan cukup mengikuti petunjuk jalan yang menuju curug Cinulang.
View Sekitar Bukit 

View ke Selatan

View ke Utara

View Ke Selatan Pemandangan pabrik


Setelah sampai di tanah lapang kita akan di suguhi pemandangan yang sangat sangat menakjubkan. di sisi utara Area pegunungan dengan perumahan penduduk menawarkan keindahan tersendiri. Kita akan terbawa suasana alamnya yang indah. Sebenarnya untuk melihat pemandangan Bandung Timur secara 360 derajat kita harus menaiki bukit Candi terlebih dahulu. Sehingga kalau sudah sampai di atas kita akan terpuaskan dengan pemandangannya yang Indah. Dari sisi selatan kita akan melihat pemandangan jalan by pass dengan lalu lalang kendaraan yang lewat. Juga hamparan perumahan penduduk dan pabrik yang terbentang luas, seluas mata memandang. Selain itu juga sawah sawah penduduk akan terlihat menghijau atau menguning tergantung musim yang sedang berjalan. Sementara di sisi sebalah utara setelah melihat gunung yang menjulang dan perumahan penduduk juga hamparan sawah dengan terasiringnya yang Indah. Juga di sertai dengan sungai yang melintasi tengah sawah. 

Pemandangan dari bukit Candi

Rumput mengering ketika Kemarau

Sebuah pemandangan yang Indah yang membuat kita akan bersyukur akan keindahan yang di Ciptakan
Sejauh mata memandang kita akan dimanjakan oleh pemandangan yang hijau dengan rumah-rumah penduduk yang berderet. Nun jauh di atas sana juga kita dapat melihat perumahan yang sedang di bangun. Selain itu pemandangan juga akan terasa lebih Indah ketika musim kemarau tiba. Rumput rumput mengering dan padi yang menguning menjadi salah satu daya tarik tersendiri. 

Bukit Candi menjadi tempat wisata alternatif yang murah dan tanpa perlu membayar tiket masuk. Di area ini selain menikmati keindahan alam juga dapat di gunakan sebagai tempat untuk joging, sesekali juga terlihat anak-anak yang bermain bola di lapangan yang tidak berumput. Tak jarang ketika cuaca bagus dan tidak hujan menjadi sarana muda mudi untuk 'pacaran' sambil menikmati keindahan alam. sejauh yang saya tahu pacarannya masih wajar hanya sekedar nongkrong sambil motornya berada di sampingnya. Selain sebagai Sarana olahraga juga kadang-kadang lapangan di Candi ini digunakan bagi masyarakat yang belajar mobil maupun motor. 
Menghirup udara segar setelah berolahraga

Area yang asik buat berolahraga


Di samping lapangan Candi juga terdapat sebuah mushola . Namun di balik keindahan alamnya yang ditawarkan, kelemahannya adalah ketika musim kemarau lapseangannya berdebu sekali, dan disaat hujan lapangannya meski tidak terlihat becek namun cukup licin terutama bagi yang membawa motor kearea lapangan karena tanah akan langsung nempel ke ban motor dan sangat licin. Yang bawa mobil juga jangan coba-coba dulu masuk lapangan ketika sehabis hujan karena kuatir selip dan tanah sudah pasti menempel. 

Harapannya sih bagi penulis pribadi semoga kawasan Candi Cicalengka ini akan di pertahankan terus seperti ini dan tidak di jadikan objek wisata khusus yang justru akan menarik uang masuk, meskipun secara ekonomi mungkin akan membuka peluang ekonomi yang baru. 

Penasaran? kalau ke Bandung Timur, Jatinangor dan sekitarnya jangan lupa mampir ke Bukit Candi Cicalengka. Dijamin akan terbayar rasa lelahnya kalau sudah melihat pemandangan alamnya. 




Friday, July 12, 2019

SUNSET DAN SUNRISE BAGI LANDSCAPER MUSLIM

Sunset di suatu masa
Pecinta fotografi landscape (pemandangan) atau istilah yang familiar bagi kalangan fotografer di Indonesia adalah Landscaper merupakan salah satu profesi atau hobby yang banyak di cintai oleh fotografer tanah air. Mengcapture sebuah moment, sebuah pemandangan memiliki keasyikan tersendiri. Seorang landscaper yang sudah terlatih dengan sendirinya akan mengenali karakter alam yang akan terjadi seiring berjalannya waktu, meski itu tidak mutlak terjadi.

Fotografi landscape sendiri memiliki banyak sekali faktor yang harus di perhatikan. Foto landscape bukanlah foto dokumentasi melainkan sebuah foto yang menggambarkan keadaan, mood maupun kejadian yang ditangkap melalui bantuan lensa kamera sehingga gambar yang di hasilkan memiliki makna tersendiri, bisa menjadi datar, luar biasa, moody dan tentu saja takjub akan hasilnya. Hal yang di tonjolkan biasanya adalah sebuah gagasan yang indah, sebuah gambar yang indah. Sebagai contoh bagaimana air yang mengalir di foto sehingga halus seperti kapas, atau cahaya yang dilukis menjadi sebuah kilatan garis halus, dan sebagainya. Hal ini tentu memiliki tekhnik dan membutuhkan peralatan tambahan tersendiri.
Sunset di suatu masa

Namun kesempatan ini saya bukan ingin membahas tekhnik foto namun sharing tentang dilema bagi fotografer muslim ketika harus berburu sunset dan sunrise. Dua momen ini merupakan momen emas yang banyak di buru oleh fotografer landscape. Mengcapture saat Sunset dan Sunrise menjadi pilihan bagi para pecinta fotografi landscape apalagi saat saat itulah saat yang indah untuk mengabadikan sebuah momen. Karena fotografi landscape tidak terlepas dari yang namanya langit. Ya kondisi langit menjadi salah satu daya tarik tersendiri.

Kalau kita berbicara Sunset dan Sunrise maka kita akan berbicara yang namanya waktu. Ya Sunset terjadi pada sore hari dimana matahari terbenam yang akan memancarkan sinarkan yang indah, atau sunrise terjadi pada pagi hari dengan cuaca yang indah misalnya akan menghasilkan langit yang indah, sehingga menjadi daya tarik tersendiri bagi para landscaper.

Setelah lama menggeluti dunia perhobian foto landscape dan biasanya mengambil waktu sunset dan sunrise maka sebagai seorang muslim lama-lama merasa 'hampa' ketika harus hunting foto di dua waktu tersebut. Kenapa demikian? karena kalau kita mengambil foto sunset maka akan terbentur sama yang namanya waktu maghrib. Ketika adzan berkumandang sering sekali kita masih ada di lokasi motret karena disitulah kadang-kadang sedang puncaknya matahari terbenam yang tentu saja sangat sayang kalau harus dilewatkan. Belum lagi lokasi pengambilan foto yang kerap kali jauh dari yang namanya mushola maupun masjid. Dari berkali-kali hunting foto sunset maka sering kali saya harus melewatkan waktu solat magrib. Hal ini terus berulang ketika hunting, lokasi hunting yang jauh dari masjid, belum lagi ada rasa solidaritas tersendiri terhadap teman-teman yang lain membuat kita kadang tidak berani untuk mendahului mereka hanya untuk sekedar menjalankan sholat magrib karena lokasi mushola atau masjid yang rata-rata jauh.

Setelah mengabadikan momen sunset, maka hal yang sering dilakukan kalau tidak ada masjid di sekitarnya adalah melanjutkan dengan kongkow atau sekedar bincang-bincang dengan kawan yang lain, hingga waktu magrib lewat bahkan sering sekali kebablasan sholat isyanya.

Demikian juga dengan waktu Sunrise, tidak jauh berbeda, Sunrise justru akan lebih sulit lagi karena biasanya dari jam 2 pagi kita sudah bangun untuk menuju lokasi tempat motret yang memang rata-rata jauh. Bayangin jam 2 pagi sudah bangun, hanya untuk mengejar matahari terbit yang di abadikan lewat kamera sementara orang-orang masih terlelap atau ada yang terbangun dan menunaikan sholat tahajud. Sementara kita berjibaku menyiapkan tripod dan peralatan lainnya. Untuk Sunrise, warga  Jakarta biasanya ke tanjung kait di Tangerang , atau paling dekat ke Ancol. Bagaimana dengan tanjung kait? meski kelihatannya dekat namun ternyata jauh, karena takut kehilangan momen maka sebelum waktu subuh tiba kita harus siap-siap menuju lokasi sunrise ketika hari masih gelap. Bagaimana dengan waktu sholat subuh? ya ketika waktu sholat tiba biasanya karena jaraknya jauh dari masjid maka terpaksa subuhnya pun lewat.

Memang sih bisa saja sebelum subuh berhenti di sebuah masjid, namun naluri kadang berkata lain, atau rombongan lain udah jalan terlebih dahulu sehingga kalau kita menyusul akan ketinggalan. Akhirnya ya udah ikut arus biar aman. Beda soal kalau yang hunting bareng kita juga sholat, biasanya akan menyempatkan diri untuk subuh kok, namun kadang ya karena mengejar momen dan lokasi itulah maka sering kali lewat. Alhasil sholat subuhpun lewat hanya untuk mengabadikan momen sunrise. Di sisi lain dari lubuk hati yang paling dalam mulai terusik nih karena hanya karena mengejar momen sunset dan sunrise kita melupakan hubungan kita sama Allah, melupakan kewajiban. Memang tidak ada yang susah kalau tetap di lakukan namun ketika di lapangan itu bisa berbalik 180 derajat dari apa yang kita inginkan.


Sunrise di pantai selaki
berangkat dari keresahan-keresahan yang terus terjadi akhirnya saya sendiri mulai mengurangi kegiatan hunting foto Sunset maupun Sunrise karena sering terjadi melewatkan waktu sholat. Ketika kita di beri kenikmatan untuk menikmati matahari terbenam maupun terbit namun disisi lain kita lupa akan pencipta matahari terbit dan terbenam, maka terasa tidak sejalan. Disisi lain kita diberi kemudahan untuk menikmati alam semesta yang indah namun kewajiban akan umat sering terlupakan. Kalau ada pertanyaan kan sholatnya bisa di jamak, atau kan sholatnya bisa nanti, atau pertanyaanya kan disana bisa sholat? Eits tunggu dulu............dimanakah kita mau hunting? di Sawarna? Cukul? Tanjung Kait? Anyer? atau ancol tau bahkan curug parigi? kita harus memastikan bahwa di sekitarnya terdapat masjid sehingga waktu sholatnya dapat, jepretannya dapat. Dua nikmat yang sungguh luar biasa.

Namun kadang teori tidak semudah prakteknya, kadang dilokasi tidak ada tempat ibadah, atau kalaupun ada tempat ibadah tapi itu jauh dari pengambilan foto. tentu ini menjadi dilema tersendiri.

So bagi diri saya sendiri sih sebisa mungkin menghindari untuk memotret dua waktu tersebut saat ini, meski hasrat akan itu sangat tinggi. Meski sekali dua kali masih suka hunting Sunset dan Sunrise namun saya lebih mencari tempat yang ada mushola di sekitarnya sehingga dapat melaksanakan kewajibannya sebagai muslim. Terkadang kita menganggap remeh akan hal ini, melupakan sesuatu yang memang tidak boleh dilupakan. Sebagai contoh kalau di jakarta ada spot 3 gedung (Spot Regatta) yang kalau motret harus melewati perumahan elit terlebih dahulu. Disini biasanya spot sunset, maka boleh dipastikan sholatnya akan terlewat karena jarak pengambilan foto dengan parkiran lumayan jauh. Belum lagi haha hihinya bareng teman-teman landscaper, belum lagi kalau mau lanjut motret malam. hmmm........

Artinya adalah untuk memotret sunset dari jam 5 atau bahkan jam 4 kita sudah berjalan menuju spot motret agar tidak ketinggalan momen saat sunset tiba, dan akan berakhir setelah magrib usai bahkan seringkali lewat hingga jelang isya. Belum lagi membereskan tripod dan lain-lain. Inti tentu menjadi sebuah dilema terutama bagi para fotografer muslim. Oke memang sholatnya bisa dijamak tapi apa akan selalu seperti itu? ini bukan karena udzur/halangan kan tapi karena sengaja, jadi alesan menjamakpun tidak kuat. .

Berikut ini alasan-alasan menghindari motret sunrise dan sunset menurut saya :

1. Jarak antara masjid dan spot sunset maupun sunrise terkadang jauh, kebanyakan malah jauh sehingga seringkali demi mengejar 'moment' maka kita harus mengorbankan sholat magrib/subuh.

2. Untuk magrib memang bisa di jamak dan agama juga memudahkan untuk itu namun hanya untuk mengejar sunset? lantas kita harus menjamaknya? sementara kita tahu bahwa udzur/halangan yang dibuat adalah di sengaja.

3. Daya tarik sunset dan sunrise kadang lebih menarik dibanding harus mengikuti panggilan adzan sehingga ketika adzan berkumandang maka masih asyik untuk menjepret gambar di spot .


Bagi Landscaper, mengabadikan momen saat matahari terbenam atau terbit alias sunset dan sunrise merupakan momen yang paling banyak di jepret oleh pecinta fotografi Landscape. Kita bisa lihat dan cek di instragram tentang fenomena dan trend ini. Namun bagi saya yang sudah mulai menua ini, menjadikan sunset dan sunrise waktu untuk memotret ada semacam di lema sendiri karena berdasar pengalaman kita akan terlewatkan sama yang namanya sholat di waktu yang tepat. Karena akan asyik untuk mengabadikan momen yang kadang takut sekali untuk terlewatkan. 

Maka itulah sekarang saya ingin merubah koleksi foto dari sunset sunrise menjadi motret di luar waktu tersebut. Satu hal terpenting adalah tidak melupakan sholat hanya karena keasyikan motret.

Buat teman-teman landscaper khususnya yang muslim, please yuk mulai rubah waktu motretnya karena dua waktu tersebut emang sulit untuk dapat sholat tepat pada waktunya kalau sedang motret. Memang passion tidak bisa di larang sih, dan akan kembali kepada masing-masing orang, tapi tidak ada salahnya saya mengajak teman-teman untuk mengurangi memotret di waktu tersebut. Kalau bukan dari diri sendiri itu tentu akan sangat sulit terutama teman-teman yang sudah menginjak usia 40th keatas lah ya.

Ternyata foto disiang haripun akan terasa indah. Ini bukan sok idealis tapi lebih ke sebuah hobi yang dapat seiring sejalan, karena sesungguhnya setiap orang berbeda-beda keasyikannya dan perasaan rohaninya. Bagi yang belum bisa semoga suatu saat mulai bisa ya. Allah memang memudahkan ketika kita punya udzur untuk sholatnya di gabung, tapi kalau motret berdasarkan hobi menurut saya sih bukan udzur syar'i yang harus selalu menjamak sholat atau telat sholat gara-gara motret.  Tapi alasan-alasan diatas memang tidak mutlak namun saling mengingatkan tentu tidak salah. Salam Landscaper

Bukan sunrise juga tetep cantik

SELONG BELANAK, PANTAI EKSOTIS DI LOMBOK



Spot Sunset


Bergotong royong mendorong perahu
Lombok memiliki wilayah yang asri dan menjadi salah satu tujuan wisata bagian tengah Indonesia. Selain memiliki kekayaan dan keindahan alamnya, Lombok juga di kenal hingga mancanegara sehingga para turispun banyak berdatangan ke Lombok. Kali ini saya akan mengajak menuju ke sebuah pantai Indah di Lombok Tengah, yaitu pantai Selong Belanak. 

Berangkat dari kota Mataram dengan mengendarai kendaraan roda 4, sepanjang perjalanan dapat terlihat pemandangan yang indah dan asri, hanya beberapa spot saja yang terjadi kepadatan kendaraan selepasnya lancar sampai ke tujuan. 

Selong Belanak merupakan salah satu pantai yang cukup terkenal, terutama keindahan dan keasriannya serta kebersihan area pantai. Pantai ini memiliki garis pantai yang melengkung seperti bulan sabit. Dengan beberapa bukit di bagian ujung sabit. Sebagai bagian dari Teluk Selong Belanak, pantai ini memiliki tepi dengan panjang sekitar 1 Kilometer dan berhadapan langsung dengan Samudra Hindia. Keindahan pantai dengan hamparan pasir yang luas menciptakan refleksi yang indah. Daya Tarik dari pantai ini adalah selain keindahan pantai dengan di apit oleh bukit-bukit cantik turut menambah keindahan pantai, 
Ninggalin jejak dulu deh

Di pantai selong belanak kita dapat melihat aktivitas nelayan yang mau berangkat melaut dengan bergotong royong mendorong perahunya hingga ke air untuk kemudian secara bergantian begitu seterusnya hingga masing-masing pun pergi melaut. Nuansa gotong royong masyarakatnya begitu kental. Hamparan pasir yang luas pun menambah keindahan tersendiri karena refleksi atau bayangan yang ditimbulkan begitu menambah keindahan. Keindahan lain dari Selong Belanak adalah salah satu tempat berburu Sunset. Kali ini saya pun ingin berburu sunset di sini.

Sapi-sapi pulang ke kandang
Kala sore hari sekumpulan sapi kerap lewat di pinggir pantai setelah habis merumput dan pulang ke kandang, hal ini menambah keindahan. Pemandangan dengan latar belakang pantai dan lewatnya sekumpulan sapi atau kerbau menjadi peristiwa langka bagi saya sendiri karena berada di pinggir pantai dengan sekumpulan sapi berbaris yang cukup banyak. Biasanya sapi-sapi hanya bisa dilihat satu atau dua saja, namun barisan ini menambah cerita tersendiri.. Biasanya fotografer landscape mengabadikan moment ini sekaligus mengambil momen sunset di pantai selong belanak. Sunset dengan latar belakang perbukitan menjadi daya Tarik tersendiri. Selain Landscape, Selong belanak juga dapat menjadi tempat untuk berburu Human Interest tentunya.

Selepas bermain dipantai jika ingin membersikah diri atau juga jika ingin buang air kecil, tersedia toilet umum namun dengan tariff yang sedikit wow bagi ukuran orang Indonesia. Untuk sekali kencing di kenakan tariff Rp. 5.000, lumayan mahal sih hehe….. 

Kemudian jika perasaan lapar datang, gak perlu kuatir karena sepanjang pinggir pantai dapat di lihat warung-warung berjajar untuk sekedar makan atau ikut numpang beristirahat, harga makananpun cukup bersahabat. Puas memotret-motret perjalanan di lanjutkan pulang ke kota Mataram kembali. 

Pantai Selong Belanak lumayan sepi pengunjung dengan jarak sekitar 49 kilometer dari kota Mataram atau sekitar 1,5 hingga 2 jam perjalanan dengna kendaraan Pribadi , pantai ini memiliki akses yang mudah dan jalanan beraspal. Berikut foto-foto yang pernah saya dapatkan dengan senjata andalan saya saat ini Fuji XT 10 dan Filter NiSi. Yuk Ke Lombok Lagi. 

Punya instagram? jangan lupa add saya ya di @totoandromeda

Menikmati segarnya kelapa muda


Serombongan sapi

Nelayan mau berangkat melaut

Sisi Lain Selong Belanak

Gotong Royong mendorong Perahu


Bersama teman-teman Landscaper

Thursday, July 11, 2019

NOSTALGIA DENGAN TELEPON UMUM KOIN DAN KARTU

Koleksi Kartu Telepon yang unik

Keindahan Borobudur dalam kartu telepon
Bagi generasi milenial sekarang ini, kalau di sebutkan telepon umum mungkin akan merasa asing. Kenapa? karena generasi jaman sekarang adalah generasi Handphone yang semua informasi ada dalam genggamannya. Sehingga kata-kata telepon umum tentu menjadi asing di telinga. Namun tidak demikian jika di bandingkan dengan generasi 80-90an, dan generasi sebelumnya. Telepon umum merupakan salah satu sarana telekomunikasi yang biasanya terdapat di suatu sudut atau tempat tertentu yang akan di gunakan untuk menelpon ke tujuan telepon rumah atau kantor.

Sesuai dengan namanya, telepon umum adalah seperangkat alat telepon yang dapat di gunakan oleh siapa saja, telepon umum yang umum di pasang adalah telepon umum yang terpasang di jalan-jalan umum tanpa penutup, namun demikian ada juga yang menggunakan ruangan kaca sebagai tempat untuk meneleponnya. Telepon umum merupakan sarana publik yang murah dan dapat di gunakan oleh siapa saja karena tidak semua rumah memiliki telepon sehingga harus rela antri hanya sekedar berhaha hihi di telepon umum.  Telepon umum pada saatnya di bagi dalam dua kategori yaitu telepon umum koin dan telepon umum kartu.

Telepon Umum Koin

Sesuai dengan namanya telepon umum koin merupakan telepon yang menggunakan koin sebagai bentuk pembayaran dengan jumlah unit tertentu. Satu koin biasanya memiliki waktu yang sudah ditetapkan, untuk memperpanjang waktu nelepon sebelum terputus maka harus memasukkan kembali koin ke dalam telepon umum. Koin yang di gunakan adalah koin Rp . 50, Rp. 100 pada saat itu belum muncul pecahan 200 rupiah. Namun dengan seratus rupiah kita dapat menelpon terhadap nomor yang dituju. Biasanya Telepon umum koin hanya dapat di gunakan untuk sambungan lokal saja.

Meski dengan uang 100 rupiah masih dapat kok say hello terhadap yang di seberang sana, kalau saya dulu suka request ke radio untuk meminta diputerin lagu. Jaman dulu istilahnya kirim atensi hehe........sepulang sekolah mermodal seratus rupiah nelepon radio, sampai rumah pas acaranya terus di bacain penyiar salam salamnya itu berasa seneeeeng banget. 
Flora Fauna menjadi salah satu tema dalam kartu telepon

Ucapan Selamat Idul Fitri dengan latar belakang masjid

Bendera Asean

Telepon umum Kartu

Secara umum fungsi telepon umum kartu dengan telepon umum koin sama saja hanya untuk jenis pembayarannya adalah dengan memasukkan kartu telepon. Kartu telepon berisi jumlah unit tertentu yang dapat di beli di toko tertentu maupun juga di kantor telkom. Jumlah unit kartu berbeda beda sesuai dengan kebutuhan dan yang akan di beli. ada yang 125 unit, 60 unit, juga ada yang 140 unit. Ketika kita akan menelepon maka harus memasukkan kartu dan jumlah pembicaraan akan di kurangi dalam kartu sesuai dengan unit yang sudah di beli. berkurangnya unit telepon ditandai dengan bolongnya kartu telepon secara otomatis sesuai dengan jumlah unit yang sudah di pakai.

Menariknya dari Telepon umum kartu ini adalah jenis kartu magnet yang digunakan memiliki gambar-gambar yang sangat menarik baik itu keindahan alam, kekayaan alam, maupun olahraga dan juga pembangunan dan sebagainya. Dari kartu telepon ini selain dapat di gunakan untuk menelpon sekaligus menambah pengetahuan meski sedikit.

Namun seiring perkembangan jaman dan teknologi telekomunikasi, kedua sarana ini sudah ditinggalkan, meski sering kita lihat di sudut-sudut tertentu masih ada telepon umum yang sudah tidak terpakai lagi, sebagai bukti kalau dulu pernah menjadi tempat bersejarah utamanya bagi yang pernah menggunakan untuk menelpon pacarnya hehe....

Ada yang punya kenangan dengan telepon umum???


Watu Lumbung, Pesona Keindahan tersembunyi di Yogyakarta

Siap Tempur
Pernah berkunjung ke Jogyakarta? Apa yang terlintas dalam pikiran ketika di sebut nama Jogya? Malioboro? Parangtritis? Keraton? Candi Prambanan? atau bahkan Borobudur yang sebenarnya ada di Magelang? Umumnya ketika tersebut nama Jogya yang terlintas memang bisa bermacam-macam, ada yang langsung tertuju sama makanan khasnya yaitu gudeng Jogya, ataupun Malioboronya. Kesemuanya sah-sah aja karena memang itu adalah merupakan ikon dari Jogyakarta.

Namun lebih daripada itu, Jogyakarta sebenarnya memiliki wisata pantai yang indah selain Parangtritisnya, sebut aja gugusan pantai di wilayah Gunung Kidul seperti pantai Krakal, Drini, Wediombo dan masih banyak lagi pantai-pantai yang indah. Namun sayangnya wisata pantai di Jogyakarta masih kalah pamor di bandingkan dengan wisata Keratonnya, atau kalaupun pantai orang lebih mengenal Pantai Parangtritis di bandingkan pantai lain.

Kali ini saya ingin membagi pengalaman mengenai Pantai Watu Lumbung. Watu Lumbung merupakan salah satu pantai yang masih perawan di wilayah Gunung Kidul tepatnya berada di Kecamatan Girisubo, Gunung Kidul Jogyakarta.
Salah Satu Icon Watu Lumbung

Perjalanan dimulai dari kota Jogyakarta. Kali ini dengan penuh optimisme perjalanan di mulai dengan sedikit hambatan arena sepanjang perjalanan ternyata di guyur hujan gerimis, meskit tidak besar namun perjalanannya menjadi tidak bisa kencang, Pergi berempat dengan rekan-rekan hunting dari kota Yogyakarta perjalanan cukup melelahkan karena membutuhkan waktu sekitar 3 Jam untuk menuju lokasi. Tujuan utamanya adalah pantai Watu Lumbung namun sebelum ke Watu Lumbung mampir sejenak ke Pantai Wedi Ombo sembari menunggu datangnya sore. Sedikit mengabadikan foto landscape di Wedi ombo. Dari Wedi Ombo di sebelah barat terlihat gugusan pantai dari kejauhan, dengan ikonnya yang khas. Ya samar-samar Watu Lumbung dapat kelihatan dari Wedi Ombo. Kian penasaran untuk mencapai Watu Lumbung dan mengabadikan waktu sunset. Perjalanan pun di mulai lagi dari pantai Wedi Ombo untuk selanjutnya menuju Watu Lumbung dengan menggunakan mobil citycar. Tanpa persiapan dan hanya mengandalkan plang petunjuk jalan, akhirnya mobil masuk ke dalam hingga radius 300 meter dari tebing pantai karena memang mobil sudah tidak bisa masuk lagi karena halangan bebatuan.

Perjalanan di lanjutkan dengan berjalan kaki. Sebelah kiri terdapat tanah pertanian sedangkan sebelah kanan terdapat tanah pegunungan. Sesampai di bibir tebing, wow pemandangan begitu indah dengan ikon khas seperti pantai papuma di Jawatimur. Segera menuruni jalan yang lumayan susah dan terjal akhirnya sampai pula ke pantai, persiapan memotret dengan mengeluarkan Kamera beserta perlengkapan lainnya, Cekrek dua cekrek, baru saja di mulai namun sayangnya kali hujan pun turun, sehingga cara memotret yang tadinya berniat ingin memotret sunset pun harus gagal dan disudahi. Selanjutnya pulang dalam guyuran hujan gerimis. Sampai di mobil.. alamak.. ini salahnya karena tidak bertanya terlebih dahulu. Ternyata ketika hujan turun, jangankan mobil, motorpun untuk naik keatas kembali akan selip jalanya dan harus di dorong Akhirnya kepalang basah, acara dorong mendorong mobilpun terjadi hingga akhirnya sampai diatas. Keunikan dari Watu Lumbung adalah adanya batu atau tebing yang bolong di tengah tengah yang seringkali di jadikan framing bagi pecinta fotografi sehingga menambah keindahannya.

Perjalanan kali ini pun selesai dan pulang ke Jogya kembali. Saran saya kalau mau ke Watu Lumbung ketika hari hujan jangan coba-coba membawa kendaraan ke dalam tapi cukup parkir di jalan yang di semen saja walau agak jauh . Ini untuk menghindari kejadian selip ban tentunya. Masih mau mengulang lagi ? Ya kali ini esok harinya saya berdua teman masih nekat ke Watu Lumbung. Kali ini sewa motor dari Wedi ombo dan mobil di parkir di Wedi ombo, Kali inipun kejadiannya sama berangkat hingga Watu Lumbug kondisi belum hujan namun sampai di watu lumbung hujan turun. Dan ini parahnya karena meski menggunakan motor ternyata bannya pun memang selip. alhasil selama dua hari tidak berhasil menikmati sunset.
Ini beberapa hasil yang saya peroleh
Sisi Lain Watu Lumbung

Sisi Lain Watu Lumbung

Angle Yang Berbeda

Neduh dulu karena hujan

Salah satu Ikon Watu Lumbung



Monday, June 24, 2019

PANTAI ATUH NUSA PENIDA YANG EKSOTIS

Keindahan pantai atuh
Bali memang memiliki daya tarik pariwisata yang tidak habis-habisnya. Selain wisata budaya, deretan pantai-pantai indah di Bali menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan. Selain Pulau Bali, bagi para wisatawan yang selalu ingin eksplore keindahan, berkunjung ke pantai Atuh merupakan salah satu tujuan yang patut di coba. Untuk mengunjungi Bali , para wisatawan baik backpaker maupun yagn menggunakan tour tidak terlalu kesulitan, karena infrastruktur yang baik dan orangnya yang ramah-ramah. Ketika keBali ada dua pilihan yang bisa dilakukan yaitu jalan sendiri atau dengan menggunakan jasa tour. Jika ingin jalan sendiri dan mengandalkan google map atau waze untuk menuju ke sebuah lokasi, itu akan dengan mudah di temukan. Penyewaan motor dan mobil juga banyak dengan tarif sewa yang nyaris sama satu dengan yang lain.

Pantai Atuh terletak di Nusa Penida, tepatnya di Pejukutan, Nusa Penida Kabupaten Klungkung. Untuk mencapai tempat ini wisatawan harus menggunakan speed boat untuk menuju ke Nusa Penida. Saya biasanya menyeberang ke Nusa Penida dari Pelabuhan Sanur dengan speed boat yang diinginkan sesuai jam yang terjadwal. Setelah menyeberang maka sesampai de Pelabuhan di Nusa Penida sudah menunggu motor yang kami sewa. Sebelum ke Nusa Penida biasanya saya telah menghubungi penyewaan motor yang ada di sana sehingga ketika sampai sudah menunggu motor di parkiran dan siap di gunakan. Namun kali ini karena berangkatnya banyakan kita memilih menyewa mobil sekaligus drivernya biar gak repot.

Pantai Atuh adalah pantai yang menghadap ke matahari terbit sehingga kami memutuskan untuk menuju Atuh pada pagi dini hari, namun sebelum ini sorenya kita ke kelingking beach dan Broken Beach. Malam ini menginap di penginapan dulu, dan sekitar jam 4 waktu setempat kita siap siap menuju Atuh. Perjalanan cukup jauh namun karena drivernya dari orang lokal kita tinggal duduk manis saja hingga lokasi parkir. Sesampai dilokasi kita turun, hari masih gelap namun kita berjalan kaki menuju ke lokasi. Perjalanannya cukup jauh. Untuk mencapai lokasi ini kita harus menuruni tebing  dengan tangga yang sudah di beton. Tangganya cukup curam sehingga sesekali kita berhenti dan menarik nafas dalam-dalam. Namun akhirnya sampai juga ke bawah.

Mulailah kita mengeluarkan senjata masing-masing, kamera, tripod, dan filter dan berbegas mengambil spot untuk mengabadikan sunrise atau matahari terbit di Pantai Atuh. Wow pantai ini indah banget meski pada pagi hari seperti ini tidak ada pengunjung selain kita. Seperti dalam foto-foto yang beredar di internet, beginilah keindahan pantai Atuh. Selain view dari bawah, para wisatawan juga dapat menikmatinya dari atas. Untuk mengambil spot foto, kita juga harus waspada karena sewaktu-waktu melihat ular pantai. ngeri hehe...... tapi aman kok yang penting waspada.

Pantai Atuh cukup hits bagi kalangan fotografer landscape .

Keindahan atuh ini memang tiada duanya dengan karakter pantai berbatunya.

Sunday, June 23, 2019

LENGGER, SENI TRADISIONAL BANYUMASAN YANG KIAN TERPINGGIRKAN

Lengger
Lengger merupakan kesenian tradisional asli Banyumas  yang dimainkan oleh dua orang penari atau 3 orang dengan iringan musik Calung. Calung adalah gamelan yang terbuat dari bambu biasanya bambu wulung atau bambu petung yang di jadikan sebagai bahan baku calung yang memiliki suara khas. Sedangkan Lengger sendiri merupakan penari dengan dandanan sanggul dan memakai kemben, dengan sarana menarinya adalah selendang yang di selempangkan menutupi bahunya. Mereka akan menari mengikuti irama Calung dan gendang dengan disertai tandak (menyanyi) sambil menari. Seorang lengger pada umumnya adalah seorang yang piawi menari sambil menyanyi. Dua hal yang harus di punyai oleh seorang pelengger.

Pada awal pertunjukkan biasanya lengger menyanyi lagu-lagu jawa , setelah beberapa lama menyanyi sambil duduk bersimpuh kemudian kedua lengger akan berdiri dan memulai menari sambil mengibaskan selendangnya. Lengger bagi masyarakat Banyumas tentu berbeda bagi tayub, karena kalau tayub akan menari sama penonton namun lengger lebih ke pertunjukkan dengan mempertontonkan kepiawaian menyanyinya sambil menari.  Pertunjukkan lengger dapat di temui ketika ada orang hajatan seperti pernikahan atau sunatan, dan di rumah tersebut "nanggap" (membayar) lengger untuk pertunjukkannya. Tak jarang lengger itu memulai pertunjukkan pada sore hari dan dilanjutkan malam hari sesuai dengan permintaan pemilik hajatan. Namun ada juga yang hanya malam hari saja.

Pada setiap pertunjukkan lengger, ketika malam hari jelang tengah malam biasanya akan diramaikan oleh aksi penari laki-lagi, dalam bahasa Banyumas di sebut Badut yang akan menemani kedua lengger untuk menari. Tugas badut adalah menari sambil melucu sehingga membuat suasana kian ramai. Ketika Badut muncul maka sepanjang pertunjukkan hingga akhir pertunjukkan akan di selingi banyolan-banyolan baik tingkah badut maupun joke-joke badut saat sebelum menari. Puncak pertunjukkan lengger adalah saat berakhir pertunjukkan , salah seorang lengger yang senior biasanya akan menari dengan dandanan ala ala gatot kaca , masyarakat Banyumas mengenalnya dengan Renggong.

Bagi masyarakat Banyumas saat lengger masih berjaya, Lengger yang berasal dari Banjarwaru merupakan salah satu lengger yang terkenal, terbukti kesenian lengger Banjarwaru sampai di buat dalam bentuk kaset Pita. Sebut saja Lengger Kampi, Lengger Adminah, Lengger Sopiah ketiganya berasal dari Banjarwaru. Banjarwaru merupakan sebuah desa yang terletak di Kabupaten Cilacap. Banjarwaru merupakan daerah pencetak lengger yang cukup terkenal bagi Masyarakat Banyumas.

Namun sayangnya seiring perkembangan teknologi, kesenian dan pertunjukkan lengger kian terpinggirkan bahkan penerusnya pun kian sulit di cari. Masyarakat pun kini sudah hampir tidak ada yang nanggap Lengger ketika memiliki hajatan, namun mereka lebih memilih hiburan yang di putar dari VCD atau yang sedang hits adalah campur sari. Nanggap lengger tentu tidak semurah dulu karena memang transportasi dan tetek bengeknya sekarang lumayan mahal, sehingga pilihan hiburan dengan pertunjukan VCD yang di putar di layar TV merupakan hiburan yang murah meriah.

Meski lengger kian terpinggirkan namun saya berhasil melihat lengger di daerah Pantai widara payung meski dengan penari yang masih bocah. Mereka menari diiringi calung di tengah terik matahari dengan mengharapkan uluran rupiah dari para pengunjung pantai. Sebuah pertunjukkan yang kian langka dan salut apabila masih ada generasi penerus yang akan meneruskan atau paling tidak tetap mempertahankan budaya lengger.

Meski Lengger kian punah, namun harapannya masih ada orang-orang yang peduli terhadap kesenian ini.