Showing posts with label sunrise. Show all posts
Showing posts with label sunrise. Show all posts

Friday, July 12, 2019

SUNSET DAN SUNRISE BAGI LANDSCAPER MUSLIM

Sunset di suatu masa
Pecinta fotografi landscape (pemandangan) atau istilah yang familiar bagi kalangan fotografer di Indonesia adalah Landscaper merupakan salah satu profesi atau hobby yang banyak di cintai oleh fotografer tanah air. Mengcapture sebuah moment, sebuah pemandangan memiliki keasyikan tersendiri. Seorang landscaper yang sudah terlatih dengan sendirinya akan mengenali karakter alam yang akan terjadi seiring berjalannya waktu, meski itu tidak mutlak terjadi.

Fotografi landscape sendiri memiliki banyak sekali faktor yang harus di perhatikan. Foto landscape bukanlah foto dokumentasi melainkan sebuah foto yang menggambarkan keadaan, mood maupun kejadian yang ditangkap melalui bantuan lensa kamera sehingga gambar yang di hasilkan memiliki makna tersendiri, bisa menjadi datar, luar biasa, moody dan tentu saja takjub akan hasilnya. Hal yang di tonjolkan biasanya adalah sebuah gagasan yang indah, sebuah gambar yang indah. Sebagai contoh bagaimana air yang mengalir di foto sehingga halus seperti kapas, atau cahaya yang dilukis menjadi sebuah kilatan garis halus, dan sebagainya. Hal ini tentu memiliki tekhnik dan membutuhkan peralatan tambahan tersendiri.
Sunset di suatu masa

Namun kesempatan ini saya bukan ingin membahas tekhnik foto namun sharing tentang dilema bagi fotografer muslim ketika harus berburu sunset dan sunrise. Dua momen ini merupakan momen emas yang banyak di buru oleh fotografer landscape. Mengcapture saat Sunset dan Sunrise menjadi pilihan bagi para pecinta fotografi landscape apalagi saat saat itulah saat yang indah untuk mengabadikan sebuah momen. Karena fotografi landscape tidak terlepas dari yang namanya langit. Ya kondisi langit menjadi salah satu daya tarik tersendiri.

Kalau kita berbicara Sunset dan Sunrise maka kita akan berbicara yang namanya waktu. Ya Sunset terjadi pada sore hari dimana matahari terbenam yang akan memancarkan sinarkan yang indah, atau sunrise terjadi pada pagi hari dengan cuaca yang indah misalnya akan menghasilkan langit yang indah, sehingga menjadi daya tarik tersendiri bagi para landscaper.

Setelah lama menggeluti dunia perhobian foto landscape dan biasanya mengambil waktu sunset dan sunrise maka sebagai seorang muslim lama-lama merasa 'hampa' ketika harus hunting foto di dua waktu tersebut. Kenapa demikian? karena kalau kita mengambil foto sunset maka akan terbentur sama yang namanya waktu maghrib. Ketika adzan berkumandang sering sekali kita masih ada di lokasi motret karena disitulah kadang-kadang sedang puncaknya matahari terbenam yang tentu saja sangat sayang kalau harus dilewatkan. Belum lagi lokasi pengambilan foto yang kerap kali jauh dari yang namanya mushola maupun masjid. Dari berkali-kali hunting foto sunset maka sering kali saya harus melewatkan waktu solat magrib. Hal ini terus berulang ketika hunting, lokasi hunting yang jauh dari masjid, belum lagi ada rasa solidaritas tersendiri terhadap teman-teman yang lain membuat kita kadang tidak berani untuk mendahului mereka hanya untuk sekedar menjalankan sholat magrib karena lokasi mushola atau masjid yang rata-rata jauh.

Setelah mengabadikan momen sunset, maka hal yang sering dilakukan kalau tidak ada masjid di sekitarnya adalah melanjutkan dengan kongkow atau sekedar bincang-bincang dengan kawan yang lain, hingga waktu magrib lewat bahkan sering sekali kebablasan sholat isyanya.

Demikian juga dengan waktu Sunrise, tidak jauh berbeda, Sunrise justru akan lebih sulit lagi karena biasanya dari jam 2 pagi kita sudah bangun untuk menuju lokasi tempat motret yang memang rata-rata jauh. Bayangin jam 2 pagi sudah bangun, hanya untuk mengejar matahari terbit yang di abadikan lewat kamera sementara orang-orang masih terlelap atau ada yang terbangun dan menunaikan sholat tahajud. Sementara kita berjibaku menyiapkan tripod dan peralatan lainnya. Untuk Sunrise, warga  Jakarta biasanya ke tanjung kait di Tangerang , atau paling dekat ke Ancol. Bagaimana dengan tanjung kait? meski kelihatannya dekat namun ternyata jauh, karena takut kehilangan momen maka sebelum waktu subuh tiba kita harus siap-siap menuju lokasi sunrise ketika hari masih gelap. Bagaimana dengan waktu sholat subuh? ya ketika waktu sholat tiba biasanya karena jaraknya jauh dari masjid maka terpaksa subuhnya pun lewat.

Memang sih bisa saja sebelum subuh berhenti di sebuah masjid, namun naluri kadang berkata lain, atau rombongan lain udah jalan terlebih dahulu sehingga kalau kita menyusul akan ketinggalan. Akhirnya ya udah ikut arus biar aman. Beda soal kalau yang hunting bareng kita juga sholat, biasanya akan menyempatkan diri untuk subuh kok, namun kadang ya karena mengejar momen dan lokasi itulah maka sering kali lewat. Alhasil sholat subuhpun lewat hanya untuk mengabadikan momen sunrise. Di sisi lain dari lubuk hati yang paling dalam mulai terusik nih karena hanya karena mengejar momen sunset dan sunrise kita melupakan hubungan kita sama Allah, melupakan kewajiban. Memang tidak ada yang susah kalau tetap di lakukan namun ketika di lapangan itu bisa berbalik 180 derajat dari apa yang kita inginkan.


Sunrise di pantai selaki
berangkat dari keresahan-keresahan yang terus terjadi akhirnya saya sendiri mulai mengurangi kegiatan hunting foto Sunset maupun Sunrise karena sering terjadi melewatkan waktu sholat. Ketika kita di beri kenikmatan untuk menikmati matahari terbenam maupun terbit namun disisi lain kita lupa akan pencipta matahari terbit dan terbenam, maka terasa tidak sejalan. Disisi lain kita diberi kemudahan untuk menikmati alam semesta yang indah namun kewajiban akan umat sering terlupakan. Kalau ada pertanyaan kan sholatnya bisa di jamak, atau kan sholatnya bisa nanti, atau pertanyaanya kan disana bisa sholat? Eits tunggu dulu............dimanakah kita mau hunting? di Sawarna? Cukul? Tanjung Kait? Anyer? atau ancol tau bahkan curug parigi? kita harus memastikan bahwa di sekitarnya terdapat masjid sehingga waktu sholatnya dapat, jepretannya dapat. Dua nikmat yang sungguh luar biasa.

Namun kadang teori tidak semudah prakteknya, kadang dilokasi tidak ada tempat ibadah, atau kalaupun ada tempat ibadah tapi itu jauh dari pengambilan foto. tentu ini menjadi dilema tersendiri.

So bagi diri saya sendiri sih sebisa mungkin menghindari untuk memotret dua waktu tersebut saat ini, meski hasrat akan itu sangat tinggi. Meski sekali dua kali masih suka hunting Sunset dan Sunrise namun saya lebih mencari tempat yang ada mushola di sekitarnya sehingga dapat melaksanakan kewajibannya sebagai muslim. Terkadang kita menganggap remeh akan hal ini, melupakan sesuatu yang memang tidak boleh dilupakan. Sebagai contoh kalau di jakarta ada spot 3 gedung (Spot Regatta) yang kalau motret harus melewati perumahan elit terlebih dahulu. Disini biasanya spot sunset, maka boleh dipastikan sholatnya akan terlewat karena jarak pengambilan foto dengan parkiran lumayan jauh. Belum lagi haha hihinya bareng teman-teman landscaper, belum lagi kalau mau lanjut motret malam. hmmm........

Artinya adalah untuk memotret sunset dari jam 5 atau bahkan jam 4 kita sudah berjalan menuju spot motret agar tidak ketinggalan momen saat sunset tiba, dan akan berakhir setelah magrib usai bahkan seringkali lewat hingga jelang isya. Belum lagi membereskan tripod dan lain-lain. Inti tentu menjadi sebuah dilema terutama bagi para fotografer muslim. Oke memang sholatnya bisa dijamak tapi apa akan selalu seperti itu? ini bukan karena udzur/halangan kan tapi karena sengaja, jadi alesan menjamakpun tidak kuat. .

Berikut ini alasan-alasan menghindari motret sunrise dan sunset menurut saya :

1. Jarak antara masjid dan spot sunset maupun sunrise terkadang jauh, kebanyakan malah jauh sehingga seringkali demi mengejar 'moment' maka kita harus mengorbankan sholat magrib/subuh.

2. Untuk magrib memang bisa di jamak dan agama juga memudahkan untuk itu namun hanya untuk mengejar sunset? lantas kita harus menjamaknya? sementara kita tahu bahwa udzur/halangan yang dibuat adalah di sengaja.

3. Daya tarik sunset dan sunrise kadang lebih menarik dibanding harus mengikuti panggilan adzan sehingga ketika adzan berkumandang maka masih asyik untuk menjepret gambar di spot .


Bagi Landscaper, mengabadikan momen saat matahari terbenam atau terbit alias sunset dan sunrise merupakan momen yang paling banyak di jepret oleh pecinta fotografi Landscape. Kita bisa lihat dan cek di instragram tentang fenomena dan trend ini. Namun bagi saya yang sudah mulai menua ini, menjadikan sunset dan sunrise waktu untuk memotret ada semacam di lema sendiri karena berdasar pengalaman kita akan terlewatkan sama yang namanya sholat di waktu yang tepat. Karena akan asyik untuk mengabadikan momen yang kadang takut sekali untuk terlewatkan. 

Maka itulah sekarang saya ingin merubah koleksi foto dari sunset sunrise menjadi motret di luar waktu tersebut. Satu hal terpenting adalah tidak melupakan sholat hanya karena keasyikan motret.

Buat teman-teman landscaper khususnya yang muslim, please yuk mulai rubah waktu motretnya karena dua waktu tersebut emang sulit untuk dapat sholat tepat pada waktunya kalau sedang motret. Memang passion tidak bisa di larang sih, dan akan kembali kepada masing-masing orang, tapi tidak ada salahnya saya mengajak teman-teman untuk mengurangi memotret di waktu tersebut. Kalau bukan dari diri sendiri itu tentu akan sangat sulit terutama teman-teman yang sudah menginjak usia 40th keatas lah ya.

Ternyata foto disiang haripun akan terasa indah. Ini bukan sok idealis tapi lebih ke sebuah hobi yang dapat seiring sejalan, karena sesungguhnya setiap orang berbeda-beda keasyikannya dan perasaan rohaninya. Bagi yang belum bisa semoga suatu saat mulai bisa ya. Allah memang memudahkan ketika kita punya udzur untuk sholatnya di gabung, tapi kalau motret berdasarkan hobi menurut saya sih bukan udzur syar'i yang harus selalu menjamak sholat atau telat sholat gara-gara motret.  Tapi alasan-alasan diatas memang tidak mutlak namun saling mengingatkan tentu tidak salah. Salam Landscaper

Bukan sunrise juga tetep cantik

Thursday, December 13, 2018

CIBOBOS HIDDEN PARADISE YANG INSTAGRAMMABLE

Sunrise di Cibobos

Selfi dulu di Cibobos
Pernah berkunjung ke Desa Sawarna? Gugusan pantainya yang indah dan menjadi desa wisata yang pesat dan menggeliat? Nah pertanyaannya adalah lewat jalur mana? Sukabumi atau Serang? bagi Wisatawan terutama yang ada di Jakarta lebih enak melalui jalur serang karena jalannya yang tinggal lurus setelah keluar serang. Sebelum sampai tujuan ada suatu pantai berbatu karang yang cantik dan instagrammable, tepatnya di daerah Cibobos. Letaknya sekitar 100 meter dari Jalan aspal. Tidak sulit namun harus memasuki jalanan setapak milik warga sekitar. Untuk memasuki lokasi ini harus menghubungi warga lokal sebagai guidenya karena memang letaknya masih belum terekspose sehingga bagi yang baru pertama kali ke daerah Cibobos tentu akan kesulitan untuk menemukan tempat ini.

DI pantai ini kita dapat memotret baik sunrise maupun sunset sehingga dua waktu ini dapat di manfaatkan untuk memotret waktu tersebut. Kalau yang mau menunggu dari pagi ke sore juga bisa nih sambil neduh di bawah pohon hehe tapi jangan lupa bawa makanan karena di tempat ini tidak ada warung.
Keindahan Sunset

Keindahan Sunset di Cibobos

Memanfaatkan guide lokal adalah penting mengingat tempatnya yang sepi dan spot-spotnya yang tidak familiar sehingga harus membawa orang yang sudah tahu kondisi di lapangan. Karakter dari pantai Cibobos ini adalah seperti karakter karakter pantai selatan yaitu berombak besar, selain itu terdapat gugusan bebatuan yang tentu saja instagramable , sangat indah untuk di jadikan objek foto dan menarik. Selain ombaknya yang besar pada waktu waktu tertentu lumut pun menghijau menambah keindahannya. Sepanjang mata memandang maka akan terlihat bebatuan dan hempasan ombak yang membuih.

Namun demikian pantai ini tidak cocok untuk mandi karena memiliki ombak yang tinggi dan tidak terdapat area mandi yang aman, namun apabila hanya sekedar mencelupkan kaki tentu saja hal ini sangat boleh namun tetap waspada karena sewaktu waktu ombak dapat menyeretnya.

Untuk mengambil foto sunrise atau terbitnya matahari maka yang harus dilakukan adalah harus standby di lokasi ketika pagi tiba sekitar jam 5 pagi, untuk itulah diperlukan guide lokal sekaligus berguna sebagai keamanan kita juga. Bagi yang muslim jangan lupa bawa sajadah dan alasnya untuk sholat subuh di pinggir pantai. Tarif guide lokal merangkap ojek biasanya sekitar 150rb sampai 200rb untuk dua hari dengan rincian 2 sunrise dan satu sunset.

Sedangkan apabila ingin mengambil foto sunset maka jam 16.30 harus di lokasi sehingga dapat leluasa mempersiapkan diri untuk mengambil spot yang tepat. Setelah hari gelap maka sebelum pulang kita bermain steelwool alias kembang api yang di putar.  Bagaimana keindahannya? berikut adalah beberapa hasil jepretannya. Saya menggunakan Filter Nisi supported by Nisi Filters Indonesia

Berikut tips fotografi di Cibobos :

1. Selalu persiapkan Camera, tripod, memory card, filter (kalau saya pakai Nisi ya
2. Memakai Sandal yang tepat dan nyaman
3. Membawa Guide Lokal
4. Membawa baterai karena disini tempatnya gelap sekali kalau malm
5. Selalu waspada
6. Jangan lupa berdoa

Gugusan Bebatuan di cibobos

Pantai Cibobos yang asyik

Selfi lagi di Cibobos

Beruntung mendapati Lumut

Matahari sudah tenggelam

Matahari terbenam di Cibobos

Bermain steelwool

Keindahan bermain steelwool

Steelwoolnya keren kan

Sunday, October 7, 2018

DANAU TAMBLINGAN SPOT INDAH UNTUK PARA LANDSCAPER

Memulai hari di Danau tamblingan
Bagi pecinta fotografi yang beraliran landscape nama Tamblingan di Bali sudah tidak asing lagi. Bali memang menjadi salah satu tujuan wisata bagi masyarakat bagi dalam dan luar negeri. Keindahan alamnya, budayanya dan keramahan penduduknya menjadi daya tarik tersendiri. Sebenarnya Pulau Bali memiliki banyak sekali spot-spot yang menjadi buruan para Landscaper untuk mengabadikan momen yang tidak selalu bisa di dapatkan. Sebagai seorang Landscaper , saya pribadi sadar betul momen tidak bisa di beli namun keberuntungan sajalah yang akan memihak apabila kita mendapatkan momen yang bagus.
Menikmati Pagi

Sisa Semalam

Landscaper itu akan merasa beruntung ketika ia mendapatkan langit yang bagus, langit bagus itu tidak gelap, langit bagus itu ada awannya namun cerah dan kalau pagi atau sore akan kelihatan merahnya, apabila beruntuk maka akan mendapatkan ROL (Ray of light) yang menarik. Nah kembali ke jeprat jepret kali ini saya akan membawa ke Danau Tamblingan yang terletak di sebelah utara lereng gunung Lesung Desa Munduk Kecamatan Banjar kabupaten Buleleng. Danau Tamblingan di kelilingi oleh hutan sehingga menambah kesejukannya. Terletak di ketinggian lebih dari 1000 m diatas permukaan laut, udara danau Tamblingan akan terasa lebih sejuk dan dingin serta danaunya yang di selimuti kabut.

Dengan ketinggian seperti itu di pingiran Danau Tamblingan sering di jadikan tempat camping, di sekitar Danau juga terdapat Pura yang sebenarnya di sekitar danau terdapat 11 Pura, dua diantaranya Pura Embang dan Pura Tukang Timbang adalah merupakan peninggalan jaman Pra Hindu pada abad 10 Masehi.

Well, saya tidak akan membicarakan sejarah Danau Tamblingan yang sebenarnya menarik untuk di kaji,namun keindahan danau yang menarik wisatawan dan para Landscaper. Untuk mencapai danau Tamblingan penulis hanya mengikuti jejak aplikasi saja dengan dipandu google map berangkat dari Sunset road di pusat kota menuju Buleleng pada jam 3 dini hari sudah berangkat menuju lokasi. Sesampai di sana memang langit tidak se'cetar' yang di inginkan namun tetap menarik dan tidaklah Zonk karena meski tidak berawan yang banyak namun udaranya cerah sehingga apapun yang terjadi tetap jepret.

Di area tamblingan juga sering di jadikan sebagai tempat Foto Prewedding dan tidak hanya masyarakat sekitar Bali saja yang melakukan prewedding di sini namun seluruh Indonesia, saat saya kesana sedang ada sepasang calon pengantin dari China yang sedang melakukan prosesi foto prewedding.
Seorang Nelayan bergegas untuk mencari Ikan

Perahu yang ada di Tamblingan cukup ikonik karena itulah bentuk perahunya yang sering di foto oleh para landscaper. Perahu tersebut biasanya di gunakan oleh penduduk sekitar untuk mencari ikan, dan uniknya mereka tidak mau berganti perahu apalagi bermesin karena mereka ingin menjaga kealamian lingkungan sehingga tetap terjaga dan ramah lingkungan.

Selain motret Sunrise hal lain yang di lakukan oleh para fotografer disini adalah ngonsep, apapun itu konsepnya tergantung dari kreatifitas fotografer.
So bagi anda para fotografer Landscape dan sedang berada di Bali, jangan  lupa mampir danau Tamblingan yaa dan nikmati keindahannya dalam jepretan .

Ada yang tertarik dengan foto saya dan ingin membelinya? hubungi saya via email atau kontak instagram yang terletak di halaman utama.

Ngonsep bersama penduduk sekitar

Pergi Sembahnyang

Thursday, October 4, 2018

BERBURU SUNRISE DI PANTAI SELAKI LAMPUNG

Mengambil Sisi Curve Pantai Selaki

Pohon Galau idaman para landscaper
Nah ini masih dalam rangkaian perjalanan hunting ke Gigi Hiu nih. Setelah sebelumnya hunting foto sunset di pantai Gigi Hiu, untuk kemudian hari kedua sunrise di Dewi Mandapa, hari terakhir kami akhirnya memutuskan untuk berburu sunrise di Pantai Selaki. Kondisi badan masih capek setelah menempuh perjalanan dari Gigi Hiu dan hanya beristirahat sejenak. Paginya sebelum subuh harus berangkat lagi untuk mengejar matahari terbit. Bersama kawan-kawan Lalamper kami meluncur ke lokasi.

Pantai Selaki terletak di Lampung Selatan sekitar 45menit dari Bandar Lampung tempat di mana kami menginap. Sebenarnya pagi itu saya sendiri berasa capek dan tidak ada semangat untuk menjepret pagi itu, terlebih ini adalah pertama kali ke Selaki dan belum tahu point of interest atau pemandangan apa yang akan di potret. Dan sedikit pesimistis karena cuaca juga tidak sedang 'cetar'. Sesampai di lokasi ternyata langit menyemburatkan keindahannya dengan memerah di ufuk timur.

Agak buru-buru untuk mempersiapkan 'senjata' motret, tapi sebelum turun saya terlebih dahulu untuk menunaikan Sholat Subuh di mobil mengingat di sekitar kami berhenti tidak menemukan spot untuk dapat melaksanakan sholat. berbeda dengan di Dewi Mandapa yang terdapat mushola. Selepas subuh bergegas saya mempersiapkan tripod, kamera, filter holder Nisi, dan tentu saja siap siap dengan filter Nisinya jika di perlukan. Seperti sebelumnya saya ceritakan, saya merupakan salah satu pengguna filter Nisi dukungan dari @nisifiltersIndonesia dan @matrixcamera yang masih setia hingga saat ini. So yang pengin tahu lebih lanjut boleh lho nanya nanya tentang filter.
Inilah perahu perahu nelayan yang pagi itu gak bisa diam karena angin

The Landscaper

Pantai selaki ini terdapat dua bagian pantai yang di batasi oleh jalan. Pagi itu pertama kali saya mengambil sisi kiri menghadap sunrise. Namun sayangnya moment itu harus terlewat karena di sisi kiri terdapat banyak sekali perahu kecil nelayan yang tak bisa diam karena angin bertiup kencang sehinga kalau di foto objeknya akan berbayang sementara langit tidak dapat di kompromi semakin beranjak siang. Dengan latar belakang pegunungan yang indah akhirnya saya bergeser ke sisi kanan jalan. Terdapat spot pohon galau yang jadi rebutan.

Penulis menjepret dari sisi agak pinggir mengambil curve sehingga terlihat lebih indah. Dan akhirnya setelah proses jeprat jepret selesai sebelum pulang foto bersama dong bareng rombongan .

Pantai selaki cukup indah untuk di jadikan tempat memburu sunrise di lampung . Ada yang mau kesana?

Sisi lain dari Landscaper adalah selfi ala ala landscaper. Inframe Merdian Sigit yang tercyduk sedang selfi

Skuad Motret pagi itu dari teman2 Lalamper dan dari Jakarta