Showing posts with label landscape. Show all posts
Showing posts with label landscape. Show all posts

Friday, July 12, 2019

SUNSET DAN SUNRISE BAGI LANDSCAPER MUSLIM

Sunset di suatu masa
Pecinta fotografi landscape (pemandangan) atau istilah yang familiar bagi kalangan fotografer di Indonesia adalah Landscaper merupakan salah satu profesi atau hobby yang banyak di cintai oleh fotografer tanah air. Mengcapture sebuah moment, sebuah pemandangan memiliki keasyikan tersendiri. Seorang landscaper yang sudah terlatih dengan sendirinya akan mengenali karakter alam yang akan terjadi seiring berjalannya waktu, meski itu tidak mutlak terjadi.

Fotografi landscape sendiri memiliki banyak sekali faktor yang harus di perhatikan. Foto landscape bukanlah foto dokumentasi melainkan sebuah foto yang menggambarkan keadaan, mood maupun kejadian yang ditangkap melalui bantuan lensa kamera sehingga gambar yang di hasilkan memiliki makna tersendiri, bisa menjadi datar, luar biasa, moody dan tentu saja takjub akan hasilnya. Hal yang di tonjolkan biasanya adalah sebuah gagasan yang indah, sebuah gambar yang indah. Sebagai contoh bagaimana air yang mengalir di foto sehingga halus seperti kapas, atau cahaya yang dilukis menjadi sebuah kilatan garis halus, dan sebagainya. Hal ini tentu memiliki tekhnik dan membutuhkan peralatan tambahan tersendiri.
Sunset di suatu masa

Namun kesempatan ini saya bukan ingin membahas tekhnik foto namun sharing tentang dilema bagi fotografer muslim ketika harus berburu sunset dan sunrise. Dua momen ini merupakan momen emas yang banyak di buru oleh fotografer landscape. Mengcapture saat Sunset dan Sunrise menjadi pilihan bagi para pecinta fotografi landscape apalagi saat saat itulah saat yang indah untuk mengabadikan sebuah momen. Karena fotografi landscape tidak terlepas dari yang namanya langit. Ya kondisi langit menjadi salah satu daya tarik tersendiri.

Kalau kita berbicara Sunset dan Sunrise maka kita akan berbicara yang namanya waktu. Ya Sunset terjadi pada sore hari dimana matahari terbenam yang akan memancarkan sinarkan yang indah, atau sunrise terjadi pada pagi hari dengan cuaca yang indah misalnya akan menghasilkan langit yang indah, sehingga menjadi daya tarik tersendiri bagi para landscaper.

Setelah lama menggeluti dunia perhobian foto landscape dan biasanya mengambil waktu sunset dan sunrise maka sebagai seorang muslim lama-lama merasa 'hampa' ketika harus hunting foto di dua waktu tersebut. Kenapa demikian? karena kalau kita mengambil foto sunset maka akan terbentur sama yang namanya waktu maghrib. Ketika adzan berkumandang sering sekali kita masih ada di lokasi motret karena disitulah kadang-kadang sedang puncaknya matahari terbenam yang tentu saja sangat sayang kalau harus dilewatkan. Belum lagi lokasi pengambilan foto yang kerap kali jauh dari yang namanya mushola maupun masjid. Dari berkali-kali hunting foto sunset maka sering kali saya harus melewatkan waktu solat magrib. Hal ini terus berulang ketika hunting, lokasi hunting yang jauh dari masjid, belum lagi ada rasa solidaritas tersendiri terhadap teman-teman yang lain membuat kita kadang tidak berani untuk mendahului mereka hanya untuk sekedar menjalankan sholat magrib karena lokasi mushola atau masjid yang rata-rata jauh.

Setelah mengabadikan momen sunset, maka hal yang sering dilakukan kalau tidak ada masjid di sekitarnya adalah melanjutkan dengan kongkow atau sekedar bincang-bincang dengan kawan yang lain, hingga waktu magrib lewat bahkan sering sekali kebablasan sholat isyanya.

Demikian juga dengan waktu Sunrise, tidak jauh berbeda, Sunrise justru akan lebih sulit lagi karena biasanya dari jam 2 pagi kita sudah bangun untuk menuju lokasi tempat motret yang memang rata-rata jauh. Bayangin jam 2 pagi sudah bangun, hanya untuk mengejar matahari terbit yang di abadikan lewat kamera sementara orang-orang masih terlelap atau ada yang terbangun dan menunaikan sholat tahajud. Sementara kita berjibaku menyiapkan tripod dan peralatan lainnya. Untuk Sunrise, warga  Jakarta biasanya ke tanjung kait di Tangerang , atau paling dekat ke Ancol. Bagaimana dengan tanjung kait? meski kelihatannya dekat namun ternyata jauh, karena takut kehilangan momen maka sebelum waktu subuh tiba kita harus siap-siap menuju lokasi sunrise ketika hari masih gelap. Bagaimana dengan waktu sholat subuh? ya ketika waktu sholat tiba biasanya karena jaraknya jauh dari masjid maka terpaksa subuhnya pun lewat.

Memang sih bisa saja sebelum subuh berhenti di sebuah masjid, namun naluri kadang berkata lain, atau rombongan lain udah jalan terlebih dahulu sehingga kalau kita menyusul akan ketinggalan. Akhirnya ya udah ikut arus biar aman. Beda soal kalau yang hunting bareng kita juga sholat, biasanya akan menyempatkan diri untuk subuh kok, namun kadang ya karena mengejar momen dan lokasi itulah maka sering kali lewat. Alhasil sholat subuhpun lewat hanya untuk mengabadikan momen sunrise. Di sisi lain dari lubuk hati yang paling dalam mulai terusik nih karena hanya karena mengejar momen sunset dan sunrise kita melupakan hubungan kita sama Allah, melupakan kewajiban. Memang tidak ada yang susah kalau tetap di lakukan namun ketika di lapangan itu bisa berbalik 180 derajat dari apa yang kita inginkan.


Sunrise di pantai selaki
berangkat dari keresahan-keresahan yang terus terjadi akhirnya saya sendiri mulai mengurangi kegiatan hunting foto Sunset maupun Sunrise karena sering terjadi melewatkan waktu sholat. Ketika kita di beri kenikmatan untuk menikmati matahari terbenam maupun terbit namun disisi lain kita lupa akan pencipta matahari terbit dan terbenam, maka terasa tidak sejalan. Disisi lain kita diberi kemudahan untuk menikmati alam semesta yang indah namun kewajiban akan umat sering terlupakan. Kalau ada pertanyaan kan sholatnya bisa di jamak, atau kan sholatnya bisa nanti, atau pertanyaanya kan disana bisa sholat? Eits tunggu dulu............dimanakah kita mau hunting? di Sawarna? Cukul? Tanjung Kait? Anyer? atau ancol tau bahkan curug parigi? kita harus memastikan bahwa di sekitarnya terdapat masjid sehingga waktu sholatnya dapat, jepretannya dapat. Dua nikmat yang sungguh luar biasa.

Namun kadang teori tidak semudah prakteknya, kadang dilokasi tidak ada tempat ibadah, atau kalaupun ada tempat ibadah tapi itu jauh dari pengambilan foto. tentu ini menjadi dilema tersendiri.

So bagi diri saya sendiri sih sebisa mungkin menghindari untuk memotret dua waktu tersebut saat ini, meski hasrat akan itu sangat tinggi. Meski sekali dua kali masih suka hunting Sunset dan Sunrise namun saya lebih mencari tempat yang ada mushola di sekitarnya sehingga dapat melaksanakan kewajibannya sebagai muslim. Terkadang kita menganggap remeh akan hal ini, melupakan sesuatu yang memang tidak boleh dilupakan. Sebagai contoh kalau di jakarta ada spot 3 gedung (Spot Regatta) yang kalau motret harus melewati perumahan elit terlebih dahulu. Disini biasanya spot sunset, maka boleh dipastikan sholatnya akan terlewat karena jarak pengambilan foto dengan parkiran lumayan jauh. Belum lagi haha hihinya bareng teman-teman landscaper, belum lagi kalau mau lanjut motret malam. hmmm........

Artinya adalah untuk memotret sunset dari jam 5 atau bahkan jam 4 kita sudah berjalan menuju spot motret agar tidak ketinggalan momen saat sunset tiba, dan akan berakhir setelah magrib usai bahkan seringkali lewat hingga jelang isya. Belum lagi membereskan tripod dan lain-lain. Inti tentu menjadi sebuah dilema terutama bagi para fotografer muslim. Oke memang sholatnya bisa dijamak tapi apa akan selalu seperti itu? ini bukan karena udzur/halangan kan tapi karena sengaja, jadi alesan menjamakpun tidak kuat. .

Berikut ini alasan-alasan menghindari motret sunrise dan sunset menurut saya :

1. Jarak antara masjid dan spot sunset maupun sunrise terkadang jauh, kebanyakan malah jauh sehingga seringkali demi mengejar 'moment' maka kita harus mengorbankan sholat magrib/subuh.

2. Untuk magrib memang bisa di jamak dan agama juga memudahkan untuk itu namun hanya untuk mengejar sunset? lantas kita harus menjamaknya? sementara kita tahu bahwa udzur/halangan yang dibuat adalah di sengaja.

3. Daya tarik sunset dan sunrise kadang lebih menarik dibanding harus mengikuti panggilan adzan sehingga ketika adzan berkumandang maka masih asyik untuk menjepret gambar di spot .


Bagi Landscaper, mengabadikan momen saat matahari terbenam atau terbit alias sunset dan sunrise merupakan momen yang paling banyak di jepret oleh pecinta fotografi Landscape. Kita bisa lihat dan cek di instragram tentang fenomena dan trend ini. Namun bagi saya yang sudah mulai menua ini, menjadikan sunset dan sunrise waktu untuk memotret ada semacam di lema sendiri karena berdasar pengalaman kita akan terlewatkan sama yang namanya sholat di waktu yang tepat. Karena akan asyik untuk mengabadikan momen yang kadang takut sekali untuk terlewatkan. 

Maka itulah sekarang saya ingin merubah koleksi foto dari sunset sunrise menjadi motret di luar waktu tersebut. Satu hal terpenting adalah tidak melupakan sholat hanya karena keasyikan motret.

Buat teman-teman landscaper khususnya yang muslim, please yuk mulai rubah waktu motretnya karena dua waktu tersebut emang sulit untuk dapat sholat tepat pada waktunya kalau sedang motret. Memang passion tidak bisa di larang sih, dan akan kembali kepada masing-masing orang, tapi tidak ada salahnya saya mengajak teman-teman untuk mengurangi memotret di waktu tersebut. Kalau bukan dari diri sendiri itu tentu akan sangat sulit terutama teman-teman yang sudah menginjak usia 40th keatas lah ya.

Ternyata foto disiang haripun akan terasa indah. Ini bukan sok idealis tapi lebih ke sebuah hobi yang dapat seiring sejalan, karena sesungguhnya setiap orang berbeda-beda keasyikannya dan perasaan rohaninya. Bagi yang belum bisa semoga suatu saat mulai bisa ya. Allah memang memudahkan ketika kita punya udzur untuk sholatnya di gabung, tapi kalau motret berdasarkan hobi menurut saya sih bukan udzur syar'i yang harus selalu menjamak sholat atau telat sholat gara-gara motret.  Tapi alasan-alasan diatas memang tidak mutlak namun saling mengingatkan tentu tidak salah. Salam Landscaper

Bukan sunrise juga tetep cantik

Thursday, July 11, 2019

Watu Lumbung, Pesona Keindahan tersembunyi di Yogyakarta

Siap Tempur
Pernah berkunjung ke Jogyakarta? Apa yang terlintas dalam pikiran ketika di sebut nama Jogya? Malioboro? Parangtritis? Keraton? Candi Prambanan? atau bahkan Borobudur yang sebenarnya ada di Magelang? Umumnya ketika tersebut nama Jogya yang terlintas memang bisa bermacam-macam, ada yang langsung tertuju sama makanan khasnya yaitu gudeng Jogya, ataupun Malioboronya. Kesemuanya sah-sah aja karena memang itu adalah merupakan ikon dari Jogyakarta.

Namun lebih daripada itu, Jogyakarta sebenarnya memiliki wisata pantai yang indah selain Parangtritisnya, sebut aja gugusan pantai di wilayah Gunung Kidul seperti pantai Krakal, Drini, Wediombo dan masih banyak lagi pantai-pantai yang indah. Namun sayangnya wisata pantai di Jogyakarta masih kalah pamor di bandingkan dengan wisata Keratonnya, atau kalaupun pantai orang lebih mengenal Pantai Parangtritis di bandingkan pantai lain.

Kali ini saya ingin membagi pengalaman mengenai Pantai Watu Lumbung. Watu Lumbung merupakan salah satu pantai yang masih perawan di wilayah Gunung Kidul tepatnya berada di Kecamatan Girisubo, Gunung Kidul Jogyakarta.
Salah Satu Icon Watu Lumbung

Perjalanan dimulai dari kota Jogyakarta. Kali ini dengan penuh optimisme perjalanan di mulai dengan sedikit hambatan arena sepanjang perjalanan ternyata di guyur hujan gerimis, meskit tidak besar namun perjalanannya menjadi tidak bisa kencang, Pergi berempat dengan rekan-rekan hunting dari kota Yogyakarta perjalanan cukup melelahkan karena membutuhkan waktu sekitar 3 Jam untuk menuju lokasi. Tujuan utamanya adalah pantai Watu Lumbung namun sebelum ke Watu Lumbung mampir sejenak ke Pantai Wedi Ombo sembari menunggu datangnya sore. Sedikit mengabadikan foto landscape di Wedi ombo. Dari Wedi Ombo di sebelah barat terlihat gugusan pantai dari kejauhan, dengan ikonnya yang khas. Ya samar-samar Watu Lumbung dapat kelihatan dari Wedi Ombo. Kian penasaran untuk mencapai Watu Lumbung dan mengabadikan waktu sunset. Perjalanan pun di mulai lagi dari pantai Wedi Ombo untuk selanjutnya menuju Watu Lumbung dengan menggunakan mobil citycar. Tanpa persiapan dan hanya mengandalkan plang petunjuk jalan, akhirnya mobil masuk ke dalam hingga radius 300 meter dari tebing pantai karena memang mobil sudah tidak bisa masuk lagi karena halangan bebatuan.

Perjalanan di lanjutkan dengan berjalan kaki. Sebelah kiri terdapat tanah pertanian sedangkan sebelah kanan terdapat tanah pegunungan. Sesampai di bibir tebing, wow pemandangan begitu indah dengan ikon khas seperti pantai papuma di Jawatimur. Segera menuruni jalan yang lumayan susah dan terjal akhirnya sampai pula ke pantai, persiapan memotret dengan mengeluarkan Kamera beserta perlengkapan lainnya, Cekrek dua cekrek, baru saja di mulai namun sayangnya kali hujan pun turun, sehingga cara memotret yang tadinya berniat ingin memotret sunset pun harus gagal dan disudahi. Selanjutnya pulang dalam guyuran hujan gerimis. Sampai di mobil.. alamak.. ini salahnya karena tidak bertanya terlebih dahulu. Ternyata ketika hujan turun, jangankan mobil, motorpun untuk naik keatas kembali akan selip jalanya dan harus di dorong Akhirnya kepalang basah, acara dorong mendorong mobilpun terjadi hingga akhirnya sampai diatas. Keunikan dari Watu Lumbung adalah adanya batu atau tebing yang bolong di tengah tengah yang seringkali di jadikan framing bagi pecinta fotografi sehingga menambah keindahannya.

Perjalanan kali ini pun selesai dan pulang ke Jogya kembali. Saran saya kalau mau ke Watu Lumbung ketika hari hujan jangan coba-coba membawa kendaraan ke dalam tapi cukup parkir di jalan yang di semen saja walau agak jauh . Ini untuk menghindari kejadian selip ban tentunya. Masih mau mengulang lagi ? Ya kali ini esok harinya saya berdua teman masih nekat ke Watu Lumbung. Kali ini sewa motor dari Wedi ombo dan mobil di parkir di Wedi ombo, Kali inipun kejadiannya sama berangkat hingga Watu Lumbug kondisi belum hujan namun sampai di watu lumbung hujan turun. Dan ini parahnya karena meski menggunakan motor ternyata bannya pun memang selip. alhasil selama dua hari tidak berhasil menikmati sunset.
Ini beberapa hasil yang saya peroleh
Sisi Lain Watu Lumbung

Sisi Lain Watu Lumbung

Angle Yang Berbeda

Neduh dulu karena hujan

Salah satu Ikon Watu Lumbung



Tuesday, January 29, 2019

8 TIPS DASAR MEMOTRET FOTO LANDSCAPE


Fotografi memang sangat menarik untuk di kupas tuntas, siapapun sebenarnya bisa memotret karena sekarang dengan handphone pun bisa memotret, hanya saja yang membedakan adalah tekhnik dan cara memotret. Semua orang bisa memotret, tapi tidak semua orang bisa menghasilkan foto dengan baik. Nah kali ini saya akan membagikan tips memotret foto landscape berdasarkan pengalaman yang pernah alami. Sebelum berbagi tips ada baiknya kita perlu tahu apa itu foto landscape. Foto Landscape merupakan foto yang menjadikan sebuah pemandangan sebagai sebuah subjek utama dari sebuah foto. Foto Landscape merupakan hamparan pemandangan alam baik berupa daratan maupun lautan. Foto Landscape biasanya mengabaikan objek orang maupun binatang namun tidak jarang mengambil objek manusia maupun binatang sebagai objek pemanis bagi sebuah foto Landscape. Selain unsur air seperti pantai , air terjun, sungai maupun juga daratan sepertu gunung dan sawah, pemandangan kota juga merupakan sebuah foto landscape. Hamparan gedung-gedung tinggi dapat di jadikan sebagai latar belakang dari sebuah foto.

Jadi kalau kita berbicara foto landscape maka kita akan berbicara tentang sebuah pemandangan seperti itu simpelnya sih. Dengan demikian kita tahu kearah mana foto yang akan kita buat kalau ingin memotret landscape serta subjek dan objek apa saja yang bisa di jadikan sebagai sebuah bahan untuk memotret. Nah kali ini saya akan berbagi tentang tips memotret landscape secara simpel yuk simak sambil ngopi atau ngeteh..... hehe....

8 Tips Dasar Memotret Landscape ala Totoandromeda

1. Persiapkan Kamera, Lensa, Batere cadangan dan Memory Card

Kamera menjadi komponen utama untuk memotret sehingga jangan sampai ketinggalan, kemudian persiapkan lensa yang di butuhkan apakah akan menggunakan lensa standar yang di punyai atau menggunakan lensa wide. Untuk memotret Landscape sih saya sarankan menggunakan lensa wide.  Selain kamera dan lensa hal terpenting lainnya adalah Batere cadangan, namun jika tidak memiliki batere cadangan pastikan kalau saat sebelum memotret batere sudah di charge dengan penuh. Kemudian Cek kembali keberadaan Memory card. Hal ini biasanya terlupakan nih karena memory card habis di pindahkan di laptop sehingga lupa mencabut kembali dan memasangnya di camera. Nah ini juga pernah nih saya alami beberapa kali. Hadeh kalau sudah faktor u/ ya gitu deh hehe. Jadi pastikan Memory card ada dan cukup, kalau perlu bawa cadangan juga.

2. Gunakan Tripod dan Cable Realease

Salah satu unsur penting dalam memotret adalah menggunakan tripod sehingga mudah untuk memakainya. Tripod sangat berguna untuk menjaga kekuatan dan tahan terhadap getaran selama memasangnya benar. Gunakanlah tripod yang pas untuk kamera anda jangan sampai tripodnya kecil sementara kameranya besar tentu tidak imbang dan riskan sekali. Gunakan tripod yang kuat untuk menopang kamera anda. Sementara Cable Realese berguna sekali ketika kita akan menggunakan dalam mode bulb dan lebih dari 30 detik. Rata -rata kamera hanya mampu menahan waktu hingga 30 detik sehingga di perlukan bantuan cable realease.
Memotret menggunakan Filter NiSi dengan GND 1.2 soft

3. Pergunakan Filter

Filter merupakan salah satu komponen penting saat kita memotret landscape meski tidak mutlak namun untuk merekam momen tertentu dan pada jam-jam tertentu agar hasil lebih memuaskan kita tetap harus menggunakan filter. Filter dan holder menjadi satu kesatuan kalau kita menggunakan filter square, sementara kalau filternya masih menggunakan yang bulat maka tidak perlu holder lagi. Terdapat beberapa pilihan filter namun saya paling sering membawa filter ND 6 dan 10 stop, Filter GND, biasanya saya bawa GND soft 1.2 namun saat berada di lautan lepas saya lebih memilih untuk memakai GND hard 0,6 atau 0,9 tergantung kebutuhan. Kemudian selain filter ND dan GND saya biasanya juga membawa filter Reverse 0,9 . Setelah semua siap maka segera ke lokasi dan siap memotret.


Point of Interest dan Titik fokusnya
4. Cari titik Fokus (Focal Point)

Titik Fokus adalah titik dimana mata akan tertuju pada foto yang kita jepret. Titik fokus berbeda dengan Point of Interest (POI) tapi POI juga merupakan focal point. Perbedaannya adalah setelah mendapat titik focus maka baru akan di ketahui PoInya yang mana. Titik focus bisa berupa batu, pohon maupun sebuah bangunan yang akan muncul dalam foto. Setelah menentukan Titik fokus maka carilah Point of Interest sehingga ketika penikmat fot melihat foto kita dapat langsung tertuju pada POInya.

Perhatikan garis horisontalnya

5. Cek Garis Horisontal

Garis horizonal adalah garis lurus sebuah foto, artinya sebuah foto landscape yang bagus bukanlah foto yang miring-miring garisnya dalam hal ini bisa garis pantai maupun garis bumi yang akan terlihat jelas. Jangan sampai garisnya miring. Biasanya di setiap kamera ada menu untuk membantu meluruskan garis horizontal apakah foto kita sudah lurus garis horizontalnya atau belum. Cek garis horisontal juga cek tripodnya karena ini berhubungan.

Forgroundnya batu
6. Cari Forground yang Kuat

Sebuah foto landscape akan lebih menarik ketika ada forgroundnya. Forground bukanlah Focal point, tapi focal point bisa menjadi forground. Dengan menempatkan forground yang kuat menjadikan foto kita akan lebih berdimensi.

Depth of Field
7. Maksimalkan Depth of Field (DOF)

Apa itu Depth of Field? Secara definisi Depth of Field adalah rentang jarak yang dimiliki oleh subjek foto untuk menghasilkan variasi ketajaman/atau fokus sebua foto yang dihasilkan. Memotret landscape biasanya tajam dari ujung ke ujung, biasanya saya menggunakan F/4 sd F/11 untuk menghasilkan foto yang tajam dan tidak blur, kemudian jangan lupakan prinsip hyperfocal distance , gunakan titik fokusnya di 3/4 foto biasanya yang saya lakukan. Kemudian jepret

Sering sering motret ya
8. Sering Memotret

Nah langkah terakhir adalah sering seringlah Memotret karena dengan sering memotret maka secara insting juga akan mengetahui kelemahan dan kelebihannya. Kemudian dengan sering berlatih memotret makan makin terasah kemampuannya dan jangan lupa untuk tidak malu bertanya terhadap yang lebih tahu.

Demikian 8 tips dasar untuk memotret landscape versi gw hehe. Untuk tekhnik lain seperti waktu terbaik memotret, dan lain-lainnya tunggu tulisan saya berikutnya ya...











Wednesday, October 17, 2018

KEINDAHAN TELAWAS DI TENGAH DEGUP JANTUNG DAN HEMPASAN OMBAK

Gili Telawas

Sepanjang jalan menuju Telawas
Anda bernyali besar dan suka pantai? Yang satu ini perlu di coba lho. Ke Pantai Telawas yang terletak di Lombok Tengah.  Pantai Telawas bersebelahan dengan Pantai Semeti seperti dalam tulisan saya sebelumnya. Mereview sejenak pantai semeti dengan batu-batunya bak susunan batu candi yang indah, Pantai Telawas tak kalah Indahnya. Setelah sebelumnya puas ngejepret di Pantai Semeti, kami ber6 yang terdiri dari saya sendiri (siapa hayo saya), Bruri, Tomy, Mbak Yuni, Edwin dan ust Misnan selanjutnya istirahat sejenak dan melanjutkan ke Pantai Telawas yang terletak di balik gugusan bukit pantai Semeti.  Sebenarnya kalau di tarik garis lurus pantai Telawas tak lebih sekitar 150 meter saja namun karena aksesnya yang cukup terjal dan berbatu-batu tentu saja membuat perjalanan memakan waktu lama.

Bebatuan yang indah ,naik turun dan tentu saja harus hati-hati karena batunya cukup tajam sehingga peralatan perang seperti kamera dan perlengkapannya harus benar-benar di jaga. Untuk menuju Telawas di kiri kanan terdapat batu-batu yang harus di lewati, sesekali ombak memecah dengan deburannya yang cukup menggetarkan dada. Sesekali deburan ombak dengan di sertai muncratnya air laut sehingga kamera harus selalu di jaga agar tidak terkena air laut. Karakter dari ombak di telawas yang begitu kencang  menghantam batu-batu karang di sekitarnya menimbulkan bunyi hempasan ombak yang membuat jantung berdegup kencang. Sepanjang jalan tidak ada pantai berpasir namun batu-batu karang dan sedikit batu berukuran sebesar telor ayam atau lebih kecilnya,.
Tetap waspada karena ombaknya yang dahsyat

Keindahan Gili Telawas

Framing

Hantaman ombak yang begitu dahsyat membuat orang yang berada di sekitarnya akan berdegup kencang jantunngnya. Ketika kita sudah berada di tengah perjalanan hanya ada dua pilihan, mau terus menyusuri pulau-pulau (gili) kecil kecil untuk mencapai telawas atau mundur karena takut dengan suara ombak yang begitu dahsyat. Mau lari? tidak mungkin karena selain dibatasi oleh perbukitan dan bebatuan juga langsung ke air laut. Kali ini kepalang basah. Kami berenam sepakat untuk melanjutkan perjalanan menyusuri bebatuan terjal. Sesekali berhenti untuk mengambil nafas. Nun jauh di timur sana terdapat perbukitan yang hijau turut menambah keindahan alam . Namun dibalik itu hanya ada buih putih hasil dari deburan ombak dan gili gili menjulang menambah keindahannya.

Selang perjalanan sekitar setengah jam akhirnya kami sampai. Wow dari tempat kami berpijak yang sebenarnya sudah masuk ke dalam daratan yang menjorok ke laut segera kami menyiapkan peralatan tempur. Filter kami persiapkan meski ombaknya cukup tinggi dan sekali lagi tetap mendebarkan hati. Kalau tidak hati-hati dan kita jatuh maka sama saja mengantar nyawa. Ritual di mulai , menjepret keindahan Telawas, nun jauh di tengah sana mengarah ke pantai semeti terdapat gugusan pulau-pulau berupa batu . Itulah yang di namakan Gili Telawas. Sungguh indah kala itu.
Hamparan daratan yang indah di kejauhan

Saya sendiri secara jujur merasa takjub ditengah rasa takut dan degup jantung yang berdetak kencang karena di sisi lain excited melihat keindahan pantainya dan dapat mengabadikannya namun disisi lain ombak dan deburannya yang cukup menambah kegelisahan. Sesekali ombak memecah daratan yang kami pijakin dengan sangat tinggi dan menyebarkan cipratan air laut kami tetap harus waspada. Satu sama lain saling menjaga.

Akhirnya meski hari masih agak panjang namun kami kuatir terjadi pasang naik air laut sehingga buru-buru menyudahi permainan ini tanpa harus menunggu saat sunset turun. kali ini kami kembali menyusuri jalan berbatu sesekali menoleh kebelakang takut ditinggal pergi sama yang lain hehe. Maunya kami dempet dempetan namun tetap waspada. Karena untuk segi keamanan jelas tidak ada yang aman dengan karakter ombak dan daratan yang berada disana.

Namun akhirnya kami pun lega dapat melewatinya meski hari beranjak gelap, kami menuju mobil dan sedikit menumpang untuk cuci kaki dari sumur yang ada di dekat Semeti. Ada yang ingin uji nyali juga/ yuk kita ulang kembali. Endorse me yaa hehe.

Ingin memiliki foto saya ? segera hubungi saya di email yah....

Wednesday, April 25, 2018

GIGI HIU SURGA EKSOTIS PARA LANDSCAPER

Pantai Gigi Hiu
Halo apa kabar ? Sebelumnya saya pernah nulis tentang Pantai Gigi Hiu juga ya di link ini Gigi Hiu Surga Tersembunyi yang di buru Landscaper
Mejeng dulu ah

Nah kali ini saya akan menulis kembali cerita perjalanan ke Gigi Hiu kembali pada tanggal 13-15 April 2018 bersama teman teman dari @lalamper_basecamp, karena sebelumnya saya pernah menuliskan tentang gigi hiu di blog ini. Perjalanan kali ini bersama 10 orang terdiri 9 dari Bekasi dan Jakarta dan 1 orang dari Jogyakarta.  Lalamper artinya Landscape Lampung Photographer

Tepat tanggal 13 April 2018 dinihari, persiapan menuju pool damri menuju Airport terminal 3 Soekarno Hatta karena sudah janjian akan berangkat bersama rekan-rekan lainnya Alwani dan Sigit Merdian. Setengah 4 berangkat dari rumah lumayan ngebut dan hampir ketinggalan Damri karena saya adalah penumpang kedua terakhir sebelum damri berangkat. Sebenarnya menggunakan Damri berikutnya pun bisa namun otomatis tidak sebus bareng rekan lainnya. Selama dalam perjalanan menuju Bandara, kayaknya ada sesuatu yang kurang, dan betul saja ternyata saya ketinggalan Filter ND yang sebelumnya sudah dipisahkan . Rasanya badan lemas untuk kembali lagi jelas tidak mungkin, untung saja masih membawa filter lainnya seperti GND dan reverse dari sebuah merek ternama. Akhirnya terbersit ide untuk meminjam filter ke teman-teman di Lampung. Beres?  ya begitu kira kira.
Foto Bersama dulu
Sebelum prosesi motret foto bersama dengan kaos lalamper

Sampai bandara, cek in counter, sholat Subuh berjamaah untuk kemudian menuju ruang tunggu. Singkat cerita naik pesawat dan sampailah di lampung. Sekitar jam 09.00 WIB teman-teman dari Lalamper datang menjemput. Bersama Lukman, Novren dan kawan-kawan perjalanan di mulai menuju ke Gigi Hiu. Karena hari Jumat maka rombongan singgah untuk makan siang di sebuah warung Padang di daerah Hanura dan di Lanjutkan sholat Jumat . Setelah Sholat Jumat perjalanan di teruskan menuju Gigi Hiu yang terletak di Kelumbayan kabupaten Tanggamus. Untuk menuju ke lokasi, perjalanan kali ini lumayan mendapati jalan-jalan yang mulus dan beraspal hanya di beberapa bagian saja yang jalanannya masih jelek dan rusak.  Perjalanan kali ini ditempuh sekitar 4 jam perjalanan hingga ke spot yang kami tuju yaitu spot bagi Landscaper untuk memotret keindahan alam di Gigi Hiu.

Sebelum sampai ke spot, sekitar setengah hingga satukilometer dari lokasi, singgahlah dulu kerumah Kardi, salah satu personil dari teman-teman @lalamper_basecamp. Perjalanan dilanjutkan menuju spot. Hari masih sekitar setengah 5 waktu setempat, masih agak terang. Dari Lokasi Parkir mobil rombongan di jemput oleh porter yang sudah di persiapkan oleh teman2 Lalamper untuk mendampingi selama memotret.

Gak afdol rasanya kalau jauh-jauh memotret tanpa ada dokumentasi foto bersama, akhirnya jepret, sebelum memulai ritual memotret foto bersama untuk kemudian dilanjutkan motret dengan angle dan ide masing-masing. Tercatat ada 10 orang selain saya, ada Agus, Radix, Andri, Sigit, Alwani, Yuda, Tedy, Deny, dan Jerry serta dari lampung ada Novren, Lukman dll.

Bagaimana keindahan hari pertama? Lumayan cetar. Oh ya cerita mengenai pinjaman Filter ND akhirnya tidak bisa digunakan karena ternyata sulit untuk masuk di slot holder Filter yang saya miliki. Al hasil motret kali ini hanya mengandalkan filter Reverse saja. Bagaimana hasilnya? tidak mengecewakan kok hehe....liat saja hasilnya.
Inframe Andri

Angle lain dari Gigi Hiu

Menghadap arah Matahari

Dokumentasi diri

Spot Idaman

Bocor tempatnya oleh landscaper tapi tetap asik


Selesai motret perjalanan pulang setelah sebelumnya makan malam di rumah Kardi. Selepas Isya rombongan kembali menuju lampung karena kita nginepnya di hotel di tengah kota. Jauh? betuuul banget jauh namun mengingat dan mempertimbangkan banyak hal akhirnya diputuskan nginep di kota. Rombongan mobil yang saya tumpangi kali ini berada paling belakang, ketika berada pada sebuah tempat yang sepi naas ban depan pecah. Qodarullah, sementara rombongan lain sudah di depan, namun Alhamdulillah pas banget ada sinyal , iseng nelpon rekan yang lain untuk meminta bantuan. Ban terpasang kembali sekitar jam 22.00, sudah larut. Dan sampai di hotel sudah sekitar 00.30. Bersih-bersih, mandi berkemas tidur sesaat untuk kemudian melanjutkan sunrise di tempat lain.

Yang mau trip bareng yuk inbox saya

Bersambung..............

Tuesday, November 22, 2016

Hunting Bareng SFI dan NiSi Filter Indonesia ke Sawarna

Peserta Hunbar

Siap-siap nyanset di Tanjung Layar
Sawarna menjadi begitu istimewa di blog ini karena sudah 3 kali tercatat di tulis dalam blog ini. Sawarna memang istimewa dengan menjadikan ikon Tanjung Layarnya sebagai salah satu tujuan wisata alternatif yang murah di kawasan Bayah Kabupaten Lebak, Banten. Kali ini saya ingin berbagi cerita ketika mengadakan hunting bareng Seascape Sawarna yang diadakan oleh komunitas Serikat Fotografi Indonesia (SFI) yang berbasis di Instagram dengan nama instagramnya @serikat_fotografi_indonesia dengan didukung oleh NiSi Filter Indonesia sebuah Brand Filter yang kini sedang naik daun. Bagi pecinta fotografi Landscape Filter tentu menjadi wajib untuk di gunakan karena kamera yang kita miliki tidak bisa menangkap seperti apa yang ada dalam otak kita sehingga memerlukan bantuan filter, baik itu ND, GND maupun CPL.
NiSi Filter Cleaner

Sejenak bersantai

Back to perjalanan Hunting kali ini yang berlangsung dari 23 - 25 September 2016 dengan jumlah peserta  25 orang, sebenarnya ini diluar ekspektasi karena pada awalnya target peserta hanya 15 orang namun karena banyak yang ingin ikut maka akhirnya perserta pun di tambah. hingga mencapai 25 orang. Perjalanan memerlukan waktu sekitar 6 Jam dengan agenda 2x sunrise dan 1x sunset di spot yang sudah di tentukan dengan waktu keberangkatan Jumat hingga Minggu. Seperti waktu yang sudah ditentukan maka Jumat malam pun berangkat sekitar jam 8 , namun agaknya perjalanan kali ini kurang beruntung karena sepanjang perjalanan hujan turun dengan kondisi jalan yang cukup jelek. Sampai lokasi menuju desa Sawarna dan menuju homestay masih gerimis. Pagi yang gerimis, cukup pesimistis juga mengingat jadwal pagi ini adalah memotret sunrise di Lagoon Pari. Sesampai di homestay dengan diantar ojek yang sudah kami pesan sebelumnya kemudian dilanjutkan sholat subuh beruntungnya saat itu pula hujan reda. Kemudian perjalana tetap dilanjutkan untuk menuju spot Lagoon Pari.
Lagon Pari

Lagon Pari

Lagon Pari

Spot sekitar Lagon Pari

Spot Lain Sawarna

Sampai di spot selanjutnya mempersiapkan segala peralatan dari Tripod yang saya pakai, Kamera dan seperangkat filter NiSi dari mulai Holder V5 Nisi yang sudah termasuk CPL, Filter ND dan Filter GND 0,9 hard Nisi, di setting dan selesai. Siap jepret. Dengan di dampingi oleh tukang ojek sekaligus guide maka jeprat jepret pun akhirnya berlangsung dengan meriah. Masing-masing peserta di dampingi guide yang akan memandu apabila ada ombak untuk memberi aba-aba sekaligus membawakan barang yang kita bawa. Selesai sunrise di Lagoon pari kemudian pulang ke homestay dan selanjutnya istirahat untuk menanti sore untuk selanjutnya hunting sunset di Tanjung Layar.

Sebelum hunting sunset ada sharing fotografi juga yang dapat menambah pengetahuan tentang fotografi Landscape sekaligus cara pemakaian Filter yang berguna bagi para peserta tentunya. Kegiatan ini dibuat secara interaktif artinya selain pemberi materi juga ada tanya jawab sehingga keterlibatan peserta dituntut secara aktif agar dapat mengambil ilmu yang diberikan.
Tanjung Layar

Tanjung Layar

Saatnya hunting sunset pun tiba. Tukang ojek sudah siap menunggu untuk segera mengantar ke Tanjung Layar. Bagaimana cuaca sore itu? ya agaknya kurang beruntung juga nih karena hujan gerimis pun datang, namun menjelang magrib meski masih sedikit gerimis cahaya secara pelan keluar, dan kali ini hunting sunset di Tanjung Layar pun tidak mengecewakan, karena dapat mengabadikan momen indah sore itu meski dengan harap-harap cemas. Indahnya sore itu di tutup dengan steelwhool di area tanjung layar.

Kembali ke homestay, dan sebelum tidur tentu saja ada sharing cara edit foto secara sekilas dan ringan. Esok harinya dilanjutkan untuk sunrise di Karang Bodas. Bagaimana cuaca paginya? lumayan sedikit keluar cahaya meski agak telat ke lokasi sunrise sih. Namun dari semuanya secara umum hunting bareng ke Sawarna ini cukup memuaskan dengan kondisi alam yang juga mendukung.

Ingin join hunting bareng dengan saya berikutnya? jangan lupa pantengin dan follow Instagram saya yah di @totoandromeda

Tuesday, October 4, 2016

MASJID ISTIQLAL DALAM JEPRETAN DENGAN NISI FILTER

Istiqlal , meski cuaca tidak mendukung namun akhirnya inilah salah satu hasilnya. Diambil dengan menggunakan Filter GND 0,9 soft
Masjid Istiqlal merupakan salah satu mesjid terbesar di Asia tenggara yang terletak di jantung kota Jakarta, merupakan masjid nasional Indonesia. Terletak di pusat pemerintahan , Masjid Istiqlal selain sebagai tempat ibadah bagi umat Islam juga merupakan salah satu tujuan wisata bagi wisatawan asing maupun domestik. Wisatawan pun ada yang beragama Islam dan non Islam yang ikut berkunjung ke Istiqlal. Untuk non muslim pengunjung harus di dampingi oleh guide untuk memandu dan menunjukkan letak masjid serta sejarah dan cerita lainnya.
Mencoba Framing yang berbeda

Nah penulis kali ini hanya ingin menjajikan tetang Masjid Istiqlal dari jepretan kamera . Sebagai tujuan wisata, Masjid istiqlal juga kerap kali di datangi oleh para fotografer untuk mengabadikan moment indah baik itu konsep di mesjid maupun mengabadikan sunset di sekitar masjid. Kali ini penulis mencoba menyajikan hasil foto yang di dapatkan meski kondisi cuaca ternyata kurang mendukung dan hampir mengurungkan niat untuk pulang. Namun berkat kesabaran dan sambil menunggu waktu magrib, saya berhasil mengabadikan beberapa moment meski hasilnya tidak 'secetar' yang diharapkan.
Terlalu sibuk dengan memperhatikan satu arah yang terus mendung, tanpa sadar ternyata merahnya senja sempat keluar, meski akhirnya harus lari, namun moment tersebut begitu cepat. Ini saya juga jepret masih menggunakan bantuan filter NiSi GND 0,9 soft.



Saya menggunakan Kamera Fuji XT10 dengan Lensa Samyang 12mm ditambah dengan filter NiSi. Alasan utama menggunakan Filter merk Nisi tentu saja karena hasilnya yang low colorcast, low reflection, dengan menggunakan Holder Nisi V5 yang dapat menampung tiga filter square 100system selain juga kelebihan dari holder V5 ini adalah adanya CPL yang langsung dapat terpasang di holder dengan pemutarnya yang sudah disediakan di holder tentu saja ini sangat memudahkan bagi fotografer. Kalau dari saya sendiri sih recomended ya menggunakan holder dan filter NiSi.

Bagi fotografer Landscape, filter merupakan keharusan karena tanpa bantuan filter hasil fotonya kurang maksimal tentu saja. Sebagai contoh ketika pada siang hari kita melihat awan begitu indahnya di mata kita dan ingin sekali mengabadikan momen tersebut dengan memotretnya tanpa bantuan filter, hasilnya terkadang cukup mengecewakan karena di bagian awan terkadang hanya flat putih belaka. Pernah ngalamin kejadian seperti ini kan? nah itulah kenapa di perlukan filter, untuk kejadian seperti ini Filter GND menjadi solusinya. Kenapa bisa terjadi awan yang flat di hasil foto tidak seperti apa yang terekam di otak kita? Secara natural alam itu memiliki dynamic range yang lebih lebar dibandingkan dengan kemampuan dynamic range camera saat ini. Nah bagian ini nanti akan di bahas di tulisan lain mengenai berbagai macam filter.

Nah peralatan sudah siap, Camera sudah terpasang di tripod, pasang filter selesai. Kali ini karena kondisi cuaca alam yang memang kurang bersahabat, saya mencoba mengabadikan moment dengan menggunakan Filter GND 0,9 soft. enapa harus soft? karena untuk memotret gedung filter yang pas adalah menggunakan filter GND soft, tentu saja dengan memperhatikan kondisi alamnya apakah masih terang atau sudah gelap. Kalau sudah gelap tentu filter tidak digunakan lagi. Meski sempat berpatah arang karena cuaca mendung namun inilah hasilnya.




Saat blue hour pun tiba, tetap cantik kaan.