Showing posts with label Indonesia. Show all posts
Showing posts with label Indonesia. Show all posts

Wednesday, August 30, 2023

Apa Kabar Angie Fans Club (AFC), Flashback sejenak dengan Fans Angelique Widjaja

Angie Fans Club (AFC) dari Tabloid Tenis


 Angelique Widjaja atau biasa di sapa dengan Angie merupakan petenis putri kebanggaan Indonesia di awal tahun 2000an. Perempuan dari Bandung kelahiran 12 Desember 1984 tersebut melejit namanya setelah menjadi juara Wimbledon Junior pada tahun 2001. Dan dunia Tenis putri Indonesia seakan terkesima akan prestasinya.

Di kutip dari Wikipedia.com Angie mulai bermain tenis pada usia empat tahun. Dia pertama kali bermain di turnamen ITF Junior pada tahun 1998 pada usia 13 tahun. Turnamen profesional pertamanya adalah sebuah turnamen di Jakarta pada bulan April 1999, ketika dia berusia 14 tahun.

Pada tahun 2001, dia memenangkan kompetisi tunggal kejuaraan junior di Wimbledon, dia mengalahkan Dinara Safina 6–4, 0–6, 7–5. Dia menjadi orang Indonesia pertama yang memenangkan gelar di Wimbledon. Pada tahun 2002, dia memenangkan kompetisi ganda Kejuaraan Junior Australia Terbuka, berpasangan dengan Gisela Dulko. Selain itu, dia juga memenangkan kompetisi tunggal kejuaraan junior di Prancis Terbuka.

Turnamen WTA pertama yang dia menangkan adalah Wismilak International 2001 di Bali, sebuah turnamen Tingkat III, yang dia ikuti pada usia 16 tahun dengan fasilitas wildcard. Dia adalah orang Indonesia termuda yang pernah memenangkan gelar tunggal WTA. Peringkat tunggal WTA-nya sebelum turnamen adalah No. 579, dan dengan demikian dia menjadi pemain dengan peringkat terendah yang pernah memenangkan gelar tunggal WTA.

Angie mewakili Indonesia pada Pesta Olahraga Asia 2002 di Busan, dia meraih medali perak di ganda putri bersama pasangannya Wynne Prakusya, dan juga medali emas di nomor beregu.

Pada November 2002, dia meraih gelar keduanya di turnamen WTA, pada turnamen Tingkat V di Pattaya.

Dia terus tampil baik dalam turnamen WTA hingga tahun 2003. Dia mencapai peringkat tertinggi dalam kariernya: Peringkat 55.

Dari tahun 2003 hingga 2004, Angie meraih banyak prestasi ketika berpasangan dengan MarĂ­a Vento-Kabchi. Pasangan ini mencapai perempat final di Wimbledon dan AS Terbuka pada tahun 2003, dan Australia Terbuka dan Wimbledon pada tahun 2004. Mereka juga memenangkan Turnamen WTA Tingkat III di Bali pada tahun 2003, dan mencapai final Tur WTA Tingkat I, Kanada Master 2003. Setelah Australia Terbuka 2004, Angie mencapai peringkat 15 dunia ganda WTA. Ini adalah peringkat ganda terbaiknya sebagaimana yang tertulis dalam wikipedia.

Namun sayang sekali karir Angie di dunia tenis tergolong pendek setelah ia mengalami cedera lutut dan harus di operasi di Australia. Sebuah keputusan besar yang akhirnya berani diambil oleh Angie.

Berdiri : Adjie Sudibyo Alm., Depan dari Kiri : Penulis, Erikson, Hanif


Angie Fans Club (AFC)

Angie Fans Club merupakan wadah bagi penggemar Angelique Widjaja. Tempat berkumpulnya fans-fans Angie. Ketika awal berdirinya, Angie Fans Club atau lebih di kenal dengan AFC dapat berinteraksi antar sesama anggota juga dilaman khusus yang di buat diwebsite. Interaksi hangat dengan saling kirim komentar dan akhirnyapun kita saling mengenal meski hanya melalui komentar yang tersaji di laman tersebut. Isu-isu hangat yang di buat semacam thread trus nanti bisa berkomentar di bawahnya. Asyik sih gak cuma sekedar berhaha hihi namun juga upgrade kemampuan juga cari info agar ikut komentarnya juga asik dan bernas. Satu hal yang saya ingat ketika masih ada thread adalah saat itu sering sekali di sebut nama Brenda, tapi hingga sekarang saya gak tau apa yang dimaksud hehe.. padahal waktu itu sudah cari tahu cuma tidak menemukan jawabannya. Malu bertanya sesat dijalan, begitu kira-kira. Namun sayang sekali seiring tidak aktifnya Angie laman tersebut pun akhirnya hilang. 

Acara Buka Bersama di Hotel Sultan, depan berkacamata pegang Tabloid Satya Witoelar


Kalau dari struktur organisasi AFC sendiri yang saya kenal ada Mas Satya Witoelar kalau nggak salah beliulah yang pertama kali menginisiasi bikin Angie Fans Club, kemudian ada Om Wimar Witular juga beberapa kali terlihat. Beliau adalah ayahanda dari Mas Satya yang ikut mendukung kegiatan AFC, kemudian tim penggeraknya ada Mas Adji Sudiby yang membuat suasana AFC lebih hidup dengan dengan gaya pendekatan yang ramah untuk setiap orang yang gabung di AFC. kalau boleh saya bilang, mas Adjie adalah motor penggeraknya AFC. Kemudian ada Mas Aput wartawan Tabloid Tennis yang sering melakukan liputan juga tentang AFC dan sekaligus kantor Tabloid Tennis yang terletak di samping stadion tennis Senayan sebagai basecamp AFC untuk bertemu juga, karena beberapa kali saya ikut hadir disana.


Flashback dikit ya, dulu para anggotanya meski tidak tahu pasti jumlahnya karena menyebar juga nggak cuma di Jakarta namun nama-nama ini sempat saya tahu dan kenal beberapa, ada juga yang saya tahu namanya tapi sebaliknya bisa jadi dia tidak tahu siapa saya. itu wajar dalam sebuah komunitas. Gw absen ya seadanya, yang tidak kesebut tentu bisa jadi lupa. Mulai dari Adjie Sudibyo (Alm), Andre Janis (ini orang asik sih buat diajak ngobrol), Dheva Ibnu (Alm) ini salah satu teman sharing, terakhir ketemuan bareng rame-rame cuma Dheva doang yang ngajak ngobrol karena saat itu topik yang di bicarain gw gak menguasai, asli sih berada di tempat yang salah kala itu, Hanif ini terakhir ketemu gak sengaja di mesjid Kalibata City, sekarang ternyata dia di tugasin di Lombok, Firman ini teman dari temannya gw yang karena dia juga gw masuk AFC, Tris yang sekarang di Bangka, Erikson, Timothy, Christo (Smallvile), Setyo, Daniel, Woyo, Anton Sujarwo, tak lupa Om Diki yang biasanya datang pasti sama anaknya Kevin Andrean. Eh gak sangka ya gedenya , Kevin jadi artis sinetron. ada juga Harsa,  Nah kan jadi blank... hehe . Mungkin kalau ada yang baca tulisan ini bisa absen yah....

Untuk kegiatan AFC selain mendukung pertandingan seperti Fed Cup, atau saat Angie bertanding juga biasanya ada ketemuan di lanju.tkan dengan Main Tenis Bareng alias MTB. juga beberapa kali ikut acara buka bersama

Bagaimana dengan eks anggota AFC sekarang? Meskipun pasca mundurnya Angie dari tenis, namun pecinta tenis tetap bergelora. eks AFC sendiri pastinya masih saling kontak dan ada WAG eks AFC juga sih yang biasanya membahas seputar tenis yang sedang berlangsung. 

Kalau tabloid Tennis kini sudah tutup namun AFC tidak pernah ada kata bubar sih karena sejatinya dari dulu belum pernah mendengar dinyatakan bubar.

Go Angie! ingat kata kata ini? pastinya ya...

Semoga next lahir Angie angie yang baru. 


Salam


Berikut galeri foto-foto

Dari Tribun Penonton


Memegang Majalah Bola Sport, 3 dari Kiri sudah Alm.

Dari Tribun Penonton. Depan : Dheva Ibnu Alm, Belakang : Firman, Tris, Toto




Angelique Widjaya untuk Tabloid Tennis

Wynne Prakusya, Romana Tedjakusuma, Angelique Widjaya

Angelique Widjaya untuk cover Tabloid Tennis

Team Fed Cup Indonesia 2006

Angelique Widjaya

Angelique Widjaya cover Bola Sport


Hendri dan Angie untuk Tabloid Tennis

Thursday, July 11, 2019

Watu Lumbung, Pesona Keindahan tersembunyi di Yogyakarta

Siap Tempur
Pernah berkunjung ke Jogyakarta? Apa yang terlintas dalam pikiran ketika di sebut nama Jogya? Malioboro? Parangtritis? Keraton? Candi Prambanan? atau bahkan Borobudur yang sebenarnya ada di Magelang? Umumnya ketika tersebut nama Jogya yang terlintas memang bisa bermacam-macam, ada yang langsung tertuju sama makanan khasnya yaitu gudeng Jogya, ataupun Malioboronya. Kesemuanya sah-sah aja karena memang itu adalah merupakan ikon dari Jogyakarta.

Namun lebih daripada itu, Jogyakarta sebenarnya memiliki wisata pantai yang indah selain Parangtritisnya, sebut aja gugusan pantai di wilayah Gunung Kidul seperti pantai Krakal, Drini, Wediombo dan masih banyak lagi pantai-pantai yang indah. Namun sayangnya wisata pantai di Jogyakarta masih kalah pamor di bandingkan dengan wisata Keratonnya, atau kalaupun pantai orang lebih mengenal Pantai Parangtritis di bandingkan pantai lain.

Kali ini saya ingin membagi pengalaman mengenai Pantai Watu Lumbung. Watu Lumbung merupakan salah satu pantai yang masih perawan di wilayah Gunung Kidul tepatnya berada di Kecamatan Girisubo, Gunung Kidul Jogyakarta.
Salah Satu Icon Watu Lumbung

Perjalanan dimulai dari kota Jogyakarta. Kali ini dengan penuh optimisme perjalanan di mulai dengan sedikit hambatan arena sepanjang perjalanan ternyata di guyur hujan gerimis, meskit tidak besar namun perjalanannya menjadi tidak bisa kencang, Pergi berempat dengan rekan-rekan hunting dari kota Yogyakarta perjalanan cukup melelahkan karena membutuhkan waktu sekitar 3 Jam untuk menuju lokasi. Tujuan utamanya adalah pantai Watu Lumbung namun sebelum ke Watu Lumbung mampir sejenak ke Pantai Wedi Ombo sembari menunggu datangnya sore. Sedikit mengabadikan foto landscape di Wedi ombo. Dari Wedi Ombo di sebelah barat terlihat gugusan pantai dari kejauhan, dengan ikonnya yang khas. Ya samar-samar Watu Lumbung dapat kelihatan dari Wedi Ombo. Kian penasaran untuk mencapai Watu Lumbung dan mengabadikan waktu sunset. Perjalanan pun di mulai lagi dari pantai Wedi Ombo untuk selanjutnya menuju Watu Lumbung dengan menggunakan mobil citycar. Tanpa persiapan dan hanya mengandalkan plang petunjuk jalan, akhirnya mobil masuk ke dalam hingga radius 300 meter dari tebing pantai karena memang mobil sudah tidak bisa masuk lagi karena halangan bebatuan.

Perjalanan di lanjutkan dengan berjalan kaki. Sebelah kiri terdapat tanah pertanian sedangkan sebelah kanan terdapat tanah pegunungan. Sesampai di bibir tebing, wow pemandangan begitu indah dengan ikon khas seperti pantai papuma di Jawatimur. Segera menuruni jalan yang lumayan susah dan terjal akhirnya sampai pula ke pantai, persiapan memotret dengan mengeluarkan Kamera beserta perlengkapan lainnya, Cekrek dua cekrek, baru saja di mulai namun sayangnya kali hujan pun turun, sehingga cara memotret yang tadinya berniat ingin memotret sunset pun harus gagal dan disudahi. Selanjutnya pulang dalam guyuran hujan gerimis. Sampai di mobil.. alamak.. ini salahnya karena tidak bertanya terlebih dahulu. Ternyata ketika hujan turun, jangankan mobil, motorpun untuk naik keatas kembali akan selip jalanya dan harus di dorong Akhirnya kepalang basah, acara dorong mendorong mobilpun terjadi hingga akhirnya sampai diatas. Keunikan dari Watu Lumbung adalah adanya batu atau tebing yang bolong di tengah tengah yang seringkali di jadikan framing bagi pecinta fotografi sehingga menambah keindahannya.

Perjalanan kali ini pun selesai dan pulang ke Jogya kembali. Saran saya kalau mau ke Watu Lumbung ketika hari hujan jangan coba-coba membawa kendaraan ke dalam tapi cukup parkir di jalan yang di semen saja walau agak jauh . Ini untuk menghindari kejadian selip ban tentunya. Masih mau mengulang lagi ? Ya kali ini esok harinya saya berdua teman masih nekat ke Watu Lumbung. Kali ini sewa motor dari Wedi ombo dan mobil di parkir di Wedi ombo, Kali inipun kejadiannya sama berangkat hingga Watu Lumbug kondisi belum hujan namun sampai di watu lumbung hujan turun. Dan ini parahnya karena meski menggunakan motor ternyata bannya pun memang selip. alhasil selama dua hari tidak berhasil menikmati sunset.
Ini beberapa hasil yang saya peroleh
Sisi Lain Watu Lumbung

Sisi Lain Watu Lumbung

Angle Yang Berbeda

Neduh dulu karena hujan

Salah satu Ikon Watu Lumbung



Friday, April 26, 2019

KOLEKSI PERANGKO BEKAS YANG KIAN PUNAH, PERANGKO IBU TIEN SUHARTO DI SUKAI

Pak Harto, Ibu Tien Suharto, Gusdur dan Moh Hatta
Apa Itu Perangko? Bagi generasi Milenial mungkin ada yang tidak tahu yang namanya perangko apalagi belum pernah berkirim surat melalui kantor pos. Prangko adalah secarik kertas berperekat sebagai bukti telah melakukan pembayaran untuk jasa layanan pos, bisanya bentuknya kecil persegi empat yang di gunakan sebagai biaya untuk mengirim surat melalui kantor Pos. Penggunaannya adalah dengan menempelkan pada sampul sebuah Surat atau Kartu Pos yang akan di kirimkan melalui Pos.

Kantor Pos di Indonesia menjadi satu-satunya sarana pengiriman yang menggunakan perangko. Perangko sendiri dapat di kategorikan sebagai perangko biasa (tarifnya lebih murah) dan perangko kilat. Setiap orang yang akan mengirmkan Surat harus membeli perangko terlebih dahulu untuk ditempelkan di sampul Surat dan siap di kirimkan baik dititipkan langsung ke Kantor Pos maupun di masukkan kedalam Bis Surat yang berwarna oranye dalam bentuk rumah kecil yang biasanya berada di jalan tertentu sehingga memudahkan pengirim Surat untuk memasukkannya tanpa harus ke kantor Pos yang biasanya berkilo kilo meter dari rumah. Selain di kantor Pos, di warung-warung terentu biasanya juga menyediakan perangko yang di jual ke konsumen.
Pak Harto paling legendaris di Perangko

berbicara masalah perangko kita akan berbicara mengenai keindahan maupun tokoh yang ada di gambar perangko. Bagi saya perangko memiliki kendahan tersendiri dan karena tidak mampu membelinya maka al hasil perangko bekaspun jadi untuk di koleksi. Kalau di kalangan filatelis biasanya ada istilah sampul hari pertama di mana mereka akan berburu perangko yang dirilis di kantor pos tertentu, namun tak sedikit masyarakat yang mengkoleksi perangko bekas. Untuk mengkoleksi perangko bekas, ada proses yang harus di lalui yaitu menyobeknya dari amplop dengan hati-hati. Biasanya akan menyisakan sobekan kertas di perangko. Kemudian kumpulkan dulu jika sudah agak banyak maka untuk membuang kertas yang menempel di perangko adalah dengan merendam perangko dalam air panas. Setelah terkelupas lemnya maka menyisakan perangko yang rapi dan di angin-anginkan biar kering. Setelah selesai maka siap untuk dimasukkan kedalam album perangko yang kala itu masih di jual namun saat ini sih sudah sulit sekali di cari ya karena memang perangko sudah terlindas jaman digantikan teknologi lain seperti kilat khusus yang hanya mendapatkan resi tanpa menempel perangko lagi, atau semakin kesini main banyak jasa pengiriman diluar kantor pos maka orang akan memilih kemana akan mengirimkan suratnya.

Perangko sebagai bea atas pengiriman melalui pos sudah berlaku sejak jaman dulu, era Sukarno pernah memilikinya juga kemudian Era Pak Harto jadi presiden maka foto Suharto di perangko menjadi foto terbanyak yang saya miliki. Dari nominal Rp. 25, Rp. 55, Rp. 100, Rp. 350, juga Rp. 700, selain bergambar presiden, perangko juga di cetak berdasar tema seperti Tema Pon, Tema Haji, Tema Wajib Belajar, Tema Cerita Rakyat dan lain-lain. Pokoknya kalau kita mau mencermati maka terdapat keindahan disana. Tema Pelita (Pembangunan Lima Tahun) yang merupakan salah satu program Presiden Suharto, juga Tema Swasembada Pangan juga menarik untuk di koleksi. Tema Tarian Daerah, Thomas dan Uber Cup, Flora, Fauna, Olahraga dan banyak sekali tema-tema yang di cetak sebagai perangko.
Nominal menunjukkan nilai rupiah yang dapat di pakai untuk mengirim surat, banyaknya perangko dengan nominal tertentu itu pula yang akan di tempel.

Peluncuran Pesawat Pertama

Perangko Pemilu 1987

GN OTA
Dari sekian Perangko Bekas yang saya punya paling suka edisi Ibu Tien Suharto, Perangko Ibu Tien termasuk perangko yang unik dan Gus Dur, kemudian Pemilu 1984, GN OTA, Casa Nurtanio CN-235 sebuah pesawat buatan anak bangsa, peluncuran satelit palapa yang kalau di perhatikan memiliki nilai sejarah yang dapat menggali dari gambar perangko tersebut.

Bagaimana dengan Perangko Luar Negeri?  Perangko Luar Negeri menjadi bagian menarik dari apa yang saya kumpulkan namun tetap tidak dapat mengalahkan perangko perangko dalam negeri yang tentu saja lebih unik.

Perkembangan Perangko saat ini sudah menjadi sesuatu yang sudah di tinggalkan seiring dengan teknologi komunikasi dan perkembangan internet yang sangat pesat sehingga Surat menyurat menjadi hal yang sudah jarang di lakukan terutama untuk mengabarkan sebuah kabar berita pada sanak saudara, kemudahan teknologi sudah menggunakan HP tinggal SMS atau nelpon lebih cepat dibanding dengan harus menunggu sepucuk surat yang datang. Memang Surat menyurat masih saja ada tapi lebih ke arah surat menyurat dalam bentuk dokumen dan mungkin kalaupun ada surat menyurat dalam bentuk kabar berita itu sudah langka sekali. Ditambah dengan munculnya agen-agen pengiriman lain selain pos yang menjadi pilihan masyarakat sehingga kebutuhan akan surat menyurat melalui pos pun kian ditinggalkan.

Bagaimana dengan pos sendiri apakah masih menggunakan perangko? Akhir akhir ini kalau kekantor pos setiap pengirim barang atau surat biasanya mengantri hanya untuk menunggu giliran untuk membayar dan menerima resi surat yang dikirim, so pasti tidak ada perangko bukan?
Namun bagi kalangan filatelis tentu masih bisa membeli perangko sampul hari pertama di kantor Pos Pasar Baru Jakarta atau jaringan kantor pos lainnya.

Namun demikian, saat ini jasa pengiriman sudah semakin banyak, tidak hanya melalui kantor pos sebagai sarana pengiriman surat, namun juga jasa-jasa pengiriman swasta yang kian menjamur. Kantor Pos identik sebagai tempat untuk mengirim surat karena pada jaman dahulu komunikasi tidaklah semudah jaman sekarang yang dapat menggunakan hp sebagai sarana mengirim kabar instan. Surat adalah sarana berkirim kabar yang jadul namun otentik. Berkirim surat dan menunggu balasan surat itu adalah alur yang biasanya terjadi. 

Tetapi masa ini, pengiriman surat sebagai sarana berkabar sangat berkurang dan boleh dibilang tidak ada, kecuali mengirim surat lamaran kerja, itupun saat ini dapat digunakan email. Jasa-jasa pengiriman saat ini juga lebih fokus pada jasa kiriman paket seiring kemajuan media sosial sebagai sarana jual beli.

Perangko sudah menjadi barang langka dan kian punah. Anda punya perangko bekas? yuk kita sharing
ALbum Perangko

Bapak Pembangunan

Perangko Perangko Langka

Veteran dalam Pembangunan

Flora dan Fauna

Perangko Selamat dan Sukses

Perangko seri cerita rakyat

Perangko memperingati hari kemerdekaan RI

Perangko Universitas Indonesia

Perangko Jaman Soekarno

Wednesday, November 21, 2018

KAWAH IJEN & API BIRU , SATU DARI DUA YANG ADA DI DUNIA



Api Biru Kawah Ijen


Kawah Ijen. Kalau mendengar kata-kata ini bayangan pertama terlintas adalah sebuah gunung, ya gunung Ijen yang terletak di Bondowoso Jawa Timur. Kawah Ijen merupakan salah satu daya tarik bagi wisatawan karena memiliki keindahan danau dan fenomena api biru yang Cuma ada dua di dunia. Seperti pada kebanyakan, api alam itu biasanya adalah berwarna merah/kuning kemerahan namun di kawah Ijen terdapat sumber api biru (blue fire) yang begitu menarik untuk di kunjungi. Sebagai seorang yang dilahirkan di Indonesia, kita harus bangga karena fenomena api biru Cuma ada 2 di dunia, satu fenomena api biru berada di Islandia dan satu lagi di Indonesia yaitu di kawah Ijen. Fenomena api biru dan keindahan alamnya telah memukau banyak wisatawan baik wisatawan dalam negeri maupun mancanegara. 

Api Biru dan Penambang Belerang

Api Biru Kawah Ijen
Sedikit tentang Gunung Ijen. Gunung Ijen berada di kawasan Wisata Kawah Ijen dan Cagar Alam Taman Wisata Ijen di Kecamatan Licin Kabupaten Banyuwangi dan Kecamatan Klobang Kabupaten Bondowoso. Gunung ini berada 2.368 meter di atas permukaan laut dimana puncaknya merupakan rentetan gunung api di Jawa Timur seperti Bromo, Semeru dan Merapi. 

Kawah Ijen juga dikenal sebagai  tempat penambangan belerang terbesar di Jawa Timur yang masih menggunakan cara tradisional. Ijen memiliki sumber sublimat belerang yang seakan tidak pernah habis  dimanfaatkan untuk berbagai keperluan industri kimia dan penjernih gula.  Kawah Ijen merupakan salah satu kawah paling asam terbesar di dunia dengan dinding kaldera setinggi 300-500 meter dan luas kawahnya mencapai 5.466 hektar. Kawah di tengah kaldera tersebut merupakan yang terluas di Pulau Jawa dengan ukuran 20 km. Ukuran kawahnya sendiri sekitar 960 meter x 600 meter. Kawah tersebut terletak di kedalaman lebih dari 300 meter di bawah dinding kaldera.

Tantangan fotografer ditengah bau belerang
Berwisata ke kawah Ijen merupakan wisata yang membutuhkan fisik yang kuat karena harus melakukan pendakian. Fenomena api biru/blue fire memang menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan. Namun untuk melihat api biru sendiri dibutuhkan fisik yang kuat. Untuk melihat api biru dapat dilakukan dengan menggunakan jalan darat.  Bagi wisatawan luar Bondowoso biasanya menggunakan jalur kereta api/pesawat menuju Surabaya. Dari Surabaya perjalanan dilanjutkan menuju ke Banyuwangi. Dari Banyuwangi perjalana dilanjutkan menuju ke Kawah Ijen dari dua arah yaitu, dari arah utara atau dari selatan. Dari arah utara, bisa di tempuh melalui Situbondo menuju Sempol (Bondowoso) lewat Wonosari dan dilajutkan ke Paltuding. Jarak Situbondo ke Paltuding sekitar 93 Km dan dapat ditempuh sekitar 2,5 jam.

Sedangkan dari arah selatan dapat dilalui dari Banyuwangi menuju Licin yang berjarak 15 Km. Dari Licin menuju Paltuding berjarak 18 Km dan diteruskan menggunakan Jeep atau mobil berat lainnya sekitar 6 Km sebelum ke Paltuding. Ini dikarenakan jalan yang berkelok dan menanjak. Daerah ini bisa dicapai dengan menggunakan kendaraan umum dari Banyuwangi menuju Jambu.Dari Jambu, anda bisa melanjutkan perjalanan menuju Cagar Alam Taman Wisata Kawah Ijen yang terletak di Paltuding dengan menggunakan ojek dan kemudian dilanjutkan dengan jalan kaki. Namun ada baiknya bagi yang awam mencarter kendaraan sendiri untuk langsung menuju lereng kawah ijen di pos Paltuding. Tiba di pos Paltuding diharapkan sudah sampai sekitar magrib atau jam 7 malam. Wisatawan dapat beristirahat sejenak dengan meminum kopi di kedai-kedai yang ada atau dapat memanfaatkan waktu sebelum melanjutkan pendakian untuk tidur agar badan lebih fit. 

Meski jalan untuk menuju kawah cukup bagus untuk dilalui namun bagi yang belum pernah disarankan untuk menggunakan jasa guide dari penduduk local disana dengan harga yang cukup murah, karena guide sekaligus bisa meminta membawakan barang bawaan. 

Penambang Belerang

Penambang Belerang Kawah Ijen
Perjalanan menuju kawah Ijen biasanya dimulai tengah malam atau sekitar pukul 00.00 atau 01.00 dini hari setelah istirahat cukup. Udara yang dingin harus diantisipasi dengan menggunakan jaket yang tebal, menggunakan sepatu gunung akan lebih nyaman, penutup kepala dan jangan lupa bawa masker. Pada musim kemarau debu-debu akan berterbangan sehingga harus diantisipasi juga dinginnya malam. Dengan masker maka dapat membantu untuk dengan leluasa bernafas. Perjalanan panjang dimulai menanjak sedikit demi sedikit, memerlukan waktu 3 jaman atau bisa lebih untuk bisa sampai ke kawah ijen. Sampai di puncak kawah, istirahat sejenak dan melihat ke kawah sebuah fenomena api biru yang menyambar-nyambar. Namun bagi yang ingin mendekat maka harus menuruni kawah dengan di kawal oleh guide yang menunjukkan jalan yang cukup terjal untuk turun hingga dekat sekali dengan api biru. Harus hati-hati karena bisa saja terjatuh ke jurang ketika sedang turun.

Ketika keadaan sudah dekat dengan api biru, kita akan dibuat kagum. Satu hal lagi, di sekitar api biru terdapat belerang yang di gali oleh penduduk setempat untuk dijual. Sebuah keberanian karena bau belarang yang sangat menyengat namun bagi penduduk setempat bukan halangan untuk menambangnya. Angin yang bertiup juga selalu kencang membawa asap belerang sehingga kadang menutupi sekitar kita. Bagi yang punya sesak nafas tidak di sarankan untuk mendekat karena bau belerang yang sangat kuat, membuat kita sesak nafas. Disinilah gunanya masker, karena dapat mengurangai bau belerang yang tertiup angin.

Api biru menyala-nyala kesana kemari dengan tiupan angin membuat pemandangan kian takjub. Sesekali terlihat para penambang belerang yang membawa barang bawaannya dengan dipikul ditengah kegelapan malam naik turun gunung dengan jarak tempuh yang jauh menjadi daya tarik tersendiri. Mereka adalah orang-orang kuat dan hebat. Sekali menambang mereka memikulnya dengan berat sekitar 100kg sekali jalan, dengan upah yang tidak seberapa karena di hargain murah.  Puas dengan melihat fenomena api biru, segera naik ke atas kawah lagi untuk menunggu sunrise. Meski sunrise di kawah ijen tidak dapat terlihat namun matahari yang datang perlahan-lahan membuat dunia terang disitulah kita dapat melihat danau kawah Ijen yang bagus sekali dilihat dari atas.

Pemandangan Kawah Ijen begitu menakjubkan ketika disinari Matahari pagi dengan memancarkan kemilau hijau toska.  Ketika sudah puas , maka perjalanan dilanjutkan untuk turun kebawah menuju pos paltuding. 
Kawah Ijen

Danau Kawah Ijen

Sejenak berpose

Danau Kawah Ijen

Pemandangan sekitar Kawah Ijen

Pengunjung di puncak kawah Ijen

just intermezo

Pemandangan nan cantik


Sunday, October 7, 2018

DANAU TAMBLINGAN SPOT INDAH UNTUK PARA LANDSCAPER

Memulai hari di Danau tamblingan
Bagi pecinta fotografi yang beraliran landscape nama Tamblingan di Bali sudah tidak asing lagi. Bali memang menjadi salah satu tujuan wisata bagi masyarakat bagi dalam dan luar negeri. Keindahan alamnya, budayanya dan keramahan penduduknya menjadi daya tarik tersendiri. Sebenarnya Pulau Bali memiliki banyak sekali spot-spot yang menjadi buruan para Landscaper untuk mengabadikan momen yang tidak selalu bisa di dapatkan. Sebagai seorang Landscaper , saya pribadi sadar betul momen tidak bisa di beli namun keberuntungan sajalah yang akan memihak apabila kita mendapatkan momen yang bagus.
Menikmati Pagi

Sisa Semalam

Landscaper itu akan merasa beruntung ketika ia mendapatkan langit yang bagus, langit bagus itu tidak gelap, langit bagus itu ada awannya namun cerah dan kalau pagi atau sore akan kelihatan merahnya, apabila beruntuk maka akan mendapatkan ROL (Ray of light) yang menarik. Nah kembali ke jeprat jepret kali ini saya akan membawa ke Danau Tamblingan yang terletak di sebelah utara lereng gunung Lesung Desa Munduk Kecamatan Banjar kabupaten Buleleng. Danau Tamblingan di kelilingi oleh hutan sehingga menambah kesejukannya. Terletak di ketinggian lebih dari 1000 m diatas permukaan laut, udara danau Tamblingan akan terasa lebih sejuk dan dingin serta danaunya yang di selimuti kabut.

Dengan ketinggian seperti itu di pingiran Danau Tamblingan sering di jadikan tempat camping, di sekitar Danau juga terdapat Pura yang sebenarnya di sekitar danau terdapat 11 Pura, dua diantaranya Pura Embang dan Pura Tukang Timbang adalah merupakan peninggalan jaman Pra Hindu pada abad 10 Masehi.

Well, saya tidak akan membicarakan sejarah Danau Tamblingan yang sebenarnya menarik untuk di kaji,namun keindahan danau yang menarik wisatawan dan para Landscaper. Untuk mencapai danau Tamblingan penulis hanya mengikuti jejak aplikasi saja dengan dipandu google map berangkat dari Sunset road di pusat kota menuju Buleleng pada jam 3 dini hari sudah berangkat menuju lokasi. Sesampai di sana memang langit tidak se'cetar' yang di inginkan namun tetap menarik dan tidaklah Zonk karena meski tidak berawan yang banyak namun udaranya cerah sehingga apapun yang terjadi tetap jepret.

Di area tamblingan juga sering di jadikan sebagai tempat Foto Prewedding dan tidak hanya masyarakat sekitar Bali saja yang melakukan prewedding di sini namun seluruh Indonesia, saat saya kesana sedang ada sepasang calon pengantin dari China yang sedang melakukan prosesi foto prewedding.
Seorang Nelayan bergegas untuk mencari Ikan

Perahu yang ada di Tamblingan cukup ikonik karena itulah bentuk perahunya yang sering di foto oleh para landscaper. Perahu tersebut biasanya di gunakan oleh penduduk sekitar untuk mencari ikan, dan uniknya mereka tidak mau berganti perahu apalagi bermesin karena mereka ingin menjaga kealamian lingkungan sehingga tetap terjaga dan ramah lingkungan.

Selain motret Sunrise hal lain yang di lakukan oleh para fotografer disini adalah ngonsep, apapun itu konsepnya tergantung dari kreatifitas fotografer.
So bagi anda para fotografer Landscape dan sedang berada di Bali, jangan  lupa mampir danau Tamblingan yaa dan nikmati keindahannya dalam jepretan .

Ada yang tertarik dengan foto saya dan ingin membelinya? hubungi saya via email atau kontak instagram yang terletak di halaman utama.

Ngonsep bersama penduduk sekitar

Pergi Sembahnyang