Tuesday, August 19, 2014

PANJAT PINANG, TRADISI 17 AGUSTUSAN DARI JAMAN BELANDA

Peringatan 17 Agustus di Kalimalang

kalau gw bilang ini sih meniti pohon pinang bukan panjat pinang
Peringatan hari kemerdekaan Indonesia selalu di peringati dengan meriah baik dilingkungan kecil seperti RT, RW maupun lingkungan lebih besar yaitu desa/kota hingga negara, bahkan peringatan tersebut juga di lakukan oleh kantor-kantor yang melibatkan karyawannya untuk turut berpartisipasi dalam peringatan 17an melalui perlombaan-perlombaan yang di adakan.
Panjat PInang di Daerah Manggarai

Kerja Keras sebuah tim

Panjat Pinang yang seru

Kerja keras

Namun ada satu hal menarik yang saat ini masih di lakukan untuk memperingati hari kemerdekaan Republik Indonesia. Yaitu perlombaan panjat pinang dengan hadiah-hadiah yang biasanya menggiurkan. Namun jarang yang kita tahu cikal bakal dari panjat pinang itu seperti apa. Melalui situs wikipedia, sejarah Panjat pinang berasal dari zaman penjajahan Belanda dulu. lomba panjat pinang diadakan oleh orang Belanda jika sedang mengadakan acara besar seperti hajatan, pernikahan, dan lain-lain.yang mengikuti lomba ini adalah orang-orang pribumi. Hadiah yang diperebutkan biasanya bahan makanan seperti keju, gula, serta pakaian seperti kemeja, maklum karena dikalangan pribumi barang-barang seperti ini termasuk mewah. sementara orang pribumi bersusah payah untuk memperebutkan hadiah, para orang-orang Belanda menonton sambil tertawa. tata cara permainan ini belum berubah sejak dulu.

Bisa dibayangkan kondisi pada masa penjajahan, sementara warga negara Indonesia bersusah payah dengan berlumuran keringat, para Penjajah Belanda dan keluarganya tertawa terbahak bahak melihat penderitaan Bangsa Indonesia. Dan mungkin saat ini, ketika perayaan 17 Agustus, mereka masih tertawa terbahak bahak, menyaksikan bahwa budaya yang mereka buat dengan tujuan melecehkan Bangsa Indonesia, ternyata justru di lestarikan. (mungkin)
Menjaga keseimbangan sebelum akhirnya jatuh ke aliran sungai kalimalang

Kerjasama yang baik

Perlu strategi dan kerjasama yang kompak

Akhirnya sampailah di puncak hadiah

Sebuah tantangan meski berlumpur

Saat ini bentuk permainan ini masih bertahan hingga sekarang, ada pihak yang tidak mempermasalahkan sejarah permainan ini, tapi ada juga yang tidak setuju dengan budaya ini. Jika sejarah panjat pinang begitu menyakitkan mengapa harus di lestarikan. Ada beberapa kontroversi seputar Panjat Pinang. Sementara sebagian besar Indonesia percaya itu adalah tantangan pendidikan yang mengajarkan orang untuk bekerja sama dan bekerja keras dalam mencapai tujuan mereka, ada orang-orang yang mengatakan Panjat Pinang adalah tampilan merendahkan yang mengirimkan salah jenis pesan untuk pemuda Indonesia. Ada juga isu lingkungan mengurangi sejumlah besar batang-pohon untuk suatu perayaan hedonistik.Apapun kontroversi yang ada Panjat Pinang selalu menjadi tradisi yang unik di negara Indonesia (sumber wikipedia)

Namun demikian terlepas dari sejarahnya,  Panjat pinang yang hingga kini masih terus bertahan patut diacungi jempol, karena semangat gotongroyong dan bantu membantu untuk meraih sebuah ujian di perlihatkan disini. Dalam sebuah tim yang terdiri dari beberapa orang, biasanya 4 sd 6 orang, peserta panjat pinang akan menggunakan strategi pertahanan dan gotongroyong untuk dapat menaiki puncak pohon pinang yang terdapat banyak hadiah.

Semangat untuk berjuang, semangat untuk bersatu secara sportif ini yang patut di pertahankan, dan tentu saja perlombaan panjat pinang merupakan hiburan murah yang di sajikan, karena kejadian-kejadian yang lucu yang sering di perlihatkan. Bahkan tahun inipun di Ancol tersedia 170 pohon pinang yang berisi hadiah-hadiah yang di perlombakan untuk dapat di perebutkan. Ini merupakan sebuah tontonan yang menarik. Sementara itu kalau di Jakarta sendiri, warga kalimalang biasanya juga menggelar panjat pinang yang dibuat miring, sehingga untuk menaiki hingga puncak para peserta yang tidak dapat sampai akan jatuh ke aliran sungai kalimalang karena licin akibat oli yang di oleskan di pohon pinang.

Semoga di tahun-tahun mendatang perlombaan panjat pinang akan tetap ada dan menjadi tradisi yang dipertahankan.

Monday, August 18, 2014

KEKERASAN DAN ANAK ; AKROBATIK KUNO YANG MENGEKSPLOITASI ANAK

Akrobat kuno/tradisional di kota tua
Bagi penduduk ibukota Jakarta pada khususnya pasti pernah melihat sebuah tontonan dengan kerumunan orang-orang diiringi gamelan dan letusan cambuk yang di pecutkan ke udara sebagai penarik bagi siapa saja yang melintas jalan agar mendekat. Sebuah tontonan akrobatik yang boleh di bilang (maaf) kuno atau tradisional sebagai sarana untuk mengamen atau mengais rejeki dari tontonan yang mereka sajikan.
Orang sakti makan api
Ternyata memang sakti, tidak apa-apa makan api, terus aja situ makan api hehe

Biasanya pertunjukan yang dipertontonkan adalah dengan iringan-iringan gamelan akan di pertontonkan adegan memukul dengan cambuk apabila pemeran melakukan kesalahan yang dibuat-buat, pertunjukan pocong-pocongan yang diikat tali namun bisa lepas ketika di tutup, atau juga seorang yang dapat melewati sebuah keranjang sempit. Iringan gamelan dan cambuk adalah menu utama dalam pertunjukan akrobatik seperti ini. Dan seperti itulah pertunjukan di pertontonkan dan di tonton oleh kerumunan orang yang biasanya berjubel karena iringan gamelan yang turut menarik massa. Adakah ini ada hubungannya dengan magic? well bukan itu yang ingin saya bahas.

Namun sayangnya, pertunjukkan ini selalu melibatkan anak-anak dibawah umur, bahkan terkadang anak-anak balita atau masih dibawah 7 tahun yang ikut meramaikan akrobatik seperti ini. Dan yang lebih parah lagi, selain mengekploitasi anak-anak, baik itu anak-anak di cambuk dan dibuat lelucon-lelucon yang sebenarnya tidak lucu, dengan menanyai anak tersebut, kalau salah jawab akan di cambuk, keadaan dibuat seolah-olah lucu dengan melibatkan pula orang dewasa sebagai pemain akrobatik, dan anak-anak sebagai pemanis, sehingga dengan demikian diharapkan penonton akan dengan suka rela memberikan sejumlah uang. Ada petugas tersendiri yang bertugas berputar untuk meminta uang ke penonton.
salah satu bentuk ekslpoitasi anak, sang anak di suruh memukul alat kelamin orang dewasa

eksploitasi seperti ini sebenarnya tidak boleh dibiarkan saja, karena anak-anak ikut sebagai objek untuk mencari uang. Tentu saja yang tidak bisa ditolerir di pertunjukan seperti ini adalah adanya kekerasan, baik fisik maupun melalui perkataan. Seperti kata-kata 'goblok' dan lain sebagainya bahkan tak jarang mereka menyebutkan sebuah alat kelamin pria secara kasar, yang ikut ditimpali oleh si anak. Wah-wah ini sebenarnya tidak boleh dibiarkan, kekerasan, organ seks yang di jadikan bahan lelucon yang benar-benar tidak lucu.

Beberapa kali penulis menyaksikan pertunjukan seperti ini, biasanya ada di kota tua, atau arena-arena lari pagi, dan terakhir saya melihatnya di kawasan monas dengan kerumunan orang yang luar biasa penuh. saya setuju sebuah pertunjukan tradisional turut di lestarikan tapi dengan melibatkan anak-anak dengan kekerasan-kekerasan yang di buat dan perkataan-perkataan tak senonoh yang seharusnya tidak di umbar di pertunjukan umum, saya merasa ini harus di hentikan. Namun apa bisa? itu merupakan ladang untuk mencari uang, dengan alasan orang kecil misalnya? Jawabannya adalah bisa. Disini peran pemerintah diperlukan agar kekerasan terhadap anak tidak terus berlanjut melalui tontonan seperti ini.

Bagaimana pendapat anda?


Tuesday, August 12, 2014

PERINGATI 17 AGUSTUS DENGAN BERBAGAI LOMBA KREATIF


Lomba Makan Kerupuk
17 Agustus tinggal hitungan hari lagi. Bagi Bangsa Indonesia, 17 Agustus merupakan hari yang istimewa karena pada tanggal tersebut tepatnya 17 Agustus 1945 Presiden Soekarno dan Wakilnya Hatta memproklamasikan Kemerdekaan Indonesia setelah di jajah oleh Belanda dan Jepang. Sebagai hari Kemerdekaan, maka pada tanggal 17 Agustus selalu diadakan upacara Bendera untuk memperingati hari Kemerdekaan Indonesia.
Ibu Ibu pun ikut berpartisipasi lomba makan kerupuk

Lomba Memasukkan benang ke lubang jarum

Lomba Kelop yang kompak

Uniknya peringatan hari kemerdekaan selalu diwarnai dengan kemeriahan oleh warga yang ikut memperingatinya, baik pada saat hari H maupun sebelum hari H. Biasanya diakhiri dengan resepsi 17 agustus dan diakhiri juga dengan pembagian hadiah. Peringatan 17 Agustus dilingkungan RT maupun RW selalu diwarnai dengan kemeriahan melalui lomba-lomba yang sederhana, baik itu balap karung, makan kerupuk, memecahkan air di plastik dengan mata ditutup, memasukan pensil ke botol, lomba joged, lomba memasukan benang ke jarum , panjat pinang dan masih banyak lagi. Intinya masyarakat ikut berpartisipasi untuk kemeriahan kemerdekaan ini. Darimana biayanya? biasanya biaya diambil secara swadaya masyarakat. Berapa hadiahnya? jangan dilihat jumlah hadiahnya karena apapun hadiahnya dengan biaya yang minim, masyarakat pun ikut bangga menerimanya. Sebuah kompetisi yang kadang-kadang hanya bisa di nikmati ketika 17 agustus tiba.

Peringatan 17 Agustus sekaligus dapat di gunakan sebagai alat untuk mempererat hubungan antar tetangga, karena dengan adanya peringatan ini, tetangga yang jarang keluar rumah, mau meluangkan waktunya untuk sekedar menonton perlombaan, kecuali tetangga yang anti sosial. tapi bagaimanapun kalau itu bersifat positif maka itu akan lebih baik untuk hubungan masyarakat.
Tak ada rotan akarpun jadi, tak ada pohon pinang, bambu pun jadi

Gotong Royong

Lomba Balap Karung

Lomba Memukul air

Nah kembali ke perlombaan yang boleh dibilang kreatif yang dibuat oleh masyarakat , biasanya oleh anak-anak remaja ini merupakan ajang kreatifitas yang patut di lestarikan. Jangan sampai ini akan hilang seiring dengan teknologi yang kian maju. Panjat pinang merupakan suatu lomba dengan kemeriahan tersendiri. Biasanya panjat pinang menawarkan hadiah yang menggiurkan untuk dapat diambil, namun untuk meraihnya peserta harus dibuat susah payah karena harus menaiki pohon pinang yang sudah dilumuri oli maupun minyak yang licin . Sebuah perjuangan dan gotong royong sebuah team yang patut di contoh. Seiring dengan makin langkanya pohon pinang di dapat, di beberapa daerah sekarang menggunakan bambu sebagai ganti pohon pinang. Namun apapun itu, yang penting adalah semangatnya. semangat untuk selalu menjaga tradisi yang sudah ada.

Bagaimana dengan anda? sudah siapkah untuk berpartisipasi dalam 17 agustus nanti? Jangan lewatkan dan berpartisipasilah demi sebuah kemeriahan yang murah.

Friday, August 8, 2014

CANDI CANGKUANG, SATU-SATUNYA CANDI HINDU DI JAWA BARAT


Pintu masuk Candi Cangkuang


Rakit untuk menyeberang
Candi pada umumnya terletak di Jawa Tengah dan Jawa Timur dengan wisata Candinya, seperti deretan Candi Borobudur di Magelang, Candi Prambanan di Jogyakarta dan juga candi-candi di Singosari Malang – Jawa Timur, dan masih banyak lagi candi-candi di Jawa. Tak aneh apabila disebut kata Candi bayangan utama kita akan tertuju pada mahakarya Candi Borobudur di Jawa Tengah maupun Candi Prambanan. Namun tahukan anda? Ditanah Pasundan – Jawa Barat terdapat satu Candi Hindu?.

Mungkin diantara pembaca belum tahu kalau di Jawa Barat terdapat satu Candi Hindu yang merupakan satu-satunya Candi di Jawa Barat. Ya Tersebutlah Candi Cangkuang. Candi Cangkuang terletak di desa Cangkuang, kecamatan Leles kabupaten Garut propinsi Jawa Barat.  Letak Candi ini cukup unik karena untuk mencapainya harus melewati danau atau lebih dikenal dengan situ.  Pengunjung yang berkeinginan melihat langsung Candi Cangkuang harus melalui situ Cangkuang dengan menaiki rakit yang sudah di sediakan dengan membayar sejumlah uang tertentu. Jika Banyak dalam satu rakit, perorang dikenakan biaya 3 ribu rupiah, namun pengunjung juga dapat mencarter dengan membayar 25ribu rupiah. 
 
Pemandangan di situ cangkuang

Perjalanan Menuju Candi Cangkuang

Candi Cangkuang cukup mudah untuk dijangkau dengan menggunakan kendaraan baik roda dua maupun mobil pribadi karena terdapat papan petunjuk yang mudah untuk di lihat. Kalau dari arah Bandung kendaraan menuju garut kota, setelah di daerah Leles, di sebelah kiri jalan terdapat papan penunjuk arah Situ  Cangkuang. Sedangkan dari arah sebaliknya, di daerah Leles akan terlihat papan penunjuk arah menuju Situ Cangkuang.

Di luar area Candi, terdapat parkiran yang cukup memadai sehingga pengunjung tanpa rasa was-was dapat memarkirkan kendaraan dengan tenang. Kemudian pengunjung membeli karcis masuk, dan menyewa rakit untuk menyeberang.


Masjid Adat Kampung Pulo

Rumah Adat Kampung Pulo

Cagar Budaya

Desa Adat Kampung Pulo

Sesampai di seberang kita akan diajak masuk melalui sebuah Desa Adat Kampung Pulo. Uniknya kampung Pulo hanya di huni oleh 6 rumah dengan satu mesjid adat yang unik. Pemukiman adat kampung pulo ini cukup unik karena di huni oleh 6 kepala keluarga dengan 6 rumah , 3 disisi barat dan 3 disisi timur.

Keberadaan kampung Pulo dengan satu mesjid adatnya merupakan bukti nyata bahwa pada masa silam telah terjadi toleransi beragama yang baik, mengingat disamping kampung tersebut terdapat sebuah Candi Hindu.



Candi Cangkuang

Makam Embah Dalem Arief Muhammad

Pintu Gerbang Makam Arief Muhammad

Candi Cangkuang dan Makam Embah Dalem Arief Muhammad

Candi Cangkuang merupakan Candi Hindu yang diyakini berasal dari abad ke 8.  Asal muasal nama Candi Cangkuang Garut diambil dari nama desa tempat di mana situs ini berada. Cangkuang sendiri sebenarnya adalah sebuah nama pohon yaitu Pohon Cangkuang. Pohon Cangkuang memang banyak ditemukan di daerah ini, dan ini yang membuat desa ini disebut dengan nama Desa Cangkuang.

Sejarah Candi Cangkuang Garut diawali dari sebuah penemuan oleh seorang Belanda bernama Vorderman, yang kemudian mencatatnya dalam sebuah buku yaitu Notulen Bataviach Genoot Schap. Buku notulen ini ditulisnya pada tahun 1893. Dan dalam catatannya di buku ini Vorderman menyebutkan bahwa di bukit Kampung Pulo di Desa Cangkuang telah ditemukan sebuah makam kuno dan sebuah arca Siwa yang telah rusak.


Sebuah tim penelitian yang dipimpin oleh seorang ahli purbakala bernama Drs.Uka Tjandrasasmita dan Prof.Harsoyo, pada tanggal 9 Desember 1966 telah menemukan kembali Candi Cangkuang yang telah lama hilang terpendam.
 
Pemandangan Situ Cangkuang

Penarik Rakit

Mulai dari penemuan awal itulah lalu dilakukan penelitian yang lebih besar pada tahun 1967-1968. Penemuan pertama ini hanya menemukan sebuah makam kuno yang diyakini sebagai makam Arief Muhammad seorang pendiri desa itu. Disamping makam kuno ini juga ditemukan sebuah pondasi berukuran 4,5 x 4.5 meter dengan batu-batu yang berserakan di sekitarnya. Oleh masyarakat sekitar, batu-batu yang berserakan ini kerap kali diambil dan dipakai sebagai batu nisan di makam mereka.

Pada tahun 1974 -1976 dimulailah penggalian, pemugaran, dan proses rekonstruksi secara total. Proses ini dimulai dengan penggalian besar-besaran di areal itu. Dilanjutkan dengan mengumpulkan semua reruntuhan dan mendatanya. Lalu terakhir dilakukan penataan dan pemasangan kembali semua reruntuhan.

Dalam proses rekonstruksi ini telah berhasil merekonstruksi kaki candi, badan candi, atap candi, dan sebuah patung Dewa Siwa. Sayangnya dalam proses ini batu yang asli dari reruntuhan candi hanya ditemukan sekitar 40% saja. Maka untuk merekonstruksi ulang bangunan candi, digunakanlah batuan buatan. Dan akhirnya proses pemugaranpun selesai dan Candi Cangkuang Garut akhirnya diresmikan pada tanggal 8 Desember 1976.

Uniknya di samping candi Cangkuang juta terdapat makam Embah Dalem Arief Muhammad. Siapa beliau?
Arief Muhammad sendiri sebenarnya adalah seorang Senopati dari kerajaan Mataram Islam di Yogyakarta. Beliau ini bersama dengan pasukannya mendapat tugas untuk menyerang tentara VOC di Batavia, namun ternyata beliau gagal mengalahkan VOC. Karena kalah, alih-alih pulang ke Yogyakarta beliau lalu malah menyingkir ke pedalaman tanah Priangan tepatnya di daerah Leles Garut.

Di tempat ini beliau lalu menyebarkan agama Islam kepada masyarakat sekitar yang sebelumnya telah memeluk agama Hindu. Di tempat ini pula beliau bersama dengan masyarakat sekitar membendung dan membuat sebuah danau yang diberi nama Situ Cangkuang. Daratan-daratan yang terbendung kemudian terbentuk menjadi gundukan bikit atau pulau-pulau kecil. Pulau-pulau kecil itu diberi nama Pulau Panjang (tempat dimana Kampung Pulo berada), Pulau Masigit, Pulau Wedus, Pulau Gede, Pulau Katanda, dan Pulau Leutik.
 
Souvenir

Souvenir

Souvenir
Seperti pada umumnya tempat pariwisata, di kampung pulo juga tersedia warung-warung souvenir yang dapat di beli sebagai oleh-oleh, juga tak lupa orang-orang yang menawarkan jaket kulit khas garut sebagai sentra kerajinan Jaket kulit.
Tertarik untuk mengunjungi Candi Cangkuang?