Showing posts with label Jawa Barat. Show all posts
Showing posts with label Jawa Barat. Show all posts

Saturday, February 16, 2019

Curug Muara Jaya Argapura - Majalengka

Curug Muarajaya Majalengka

jalananya cukup baik hingga ke curug
Kalau berbicara Majalengka hal terbersit apa yang ada dalam pikiran? Bandara barunya? Terasiring Argapuranyakah atau Lempeng Tanah yang bergeser? . Nah Bagi pecinta Fotografi buruan utama dari para pecinta fotografi adalah Terasiring Argapura yang kini informasinya memang sudah mendunia dengan keindahannya. Terasiring Argapura merupakan daerah  tempat para petani menanam bawang merah. Pada musim tanam dan ketika daun bawang sedang menghijau biasanya itu yang akan di buru oleh para pecinta fotografi terutama fotografi Landscape. Namun selain  Landscape indah argapura juga saat panen menjadi salah satu daya tarik untuk pecinta foto Human Interest. 

Berbicara lebih jauh tentang fotografi landscape maka selain spot Terasiring, Majalengka juga memiliki banyak spot yang layak untuk di kunjungi seperti goa Lalay dan juga Curug. Nah sebelumnya saya pernah menulis tentang Terasiring Argapura , cekidot : Pesona Argapura
dan juga pernah ke Goa Lalay yang Indah , jangan lupa cek link berikut yaa : Goa Lalay majalengka
maka kali ini saya akan membawa ke sebuah curug bernama Curug Muara Jaya atau di kenal juga dengan curug Apuy. Curug ini terletak di desa Argamukti kecamatan Argapura Kabupaten Majalengka. Untuk menuju curug ini biasanya rute yang di tempuh adalah setelah mengunjungi Terasiring Argapura maka turun ke bawah menuju Goa lalay dan Curug ini. Lokasinya tidak berjauhan .

Curug Muara Jaya terletak di aliran Sungai Muarajaya di lereng Gunung Ciremai. Curug ini berada di tengah rerimbunan pohon dan untuk mencapainya harus menuruni anak tangga yang dibuat hingga ke Curug. Fasilitas Curug Muara Jaya juga cukup baik, tersedia parkiran untuk pengunjung, toilet dan warung-warung. Namun demikian yang sangat di sayangkan adalah ketika saya kesana masih ada aja pengunjung yang membuang sampah minuman kemasan sembarangan sehingga membuat pemandangan sedikit terganggu.

Air di Curug Muarajaya cukup dingin, debit airnya menyesuaikan kondisi yang ada ketika hujan maka debit airnya akan besar, Di Lokasi curug terdapat bebatuan yang menambah cantiknya Curug Muarajaya. Jika ingin mandi di curug maka pengunjung dapat mempersiapkan ganti pakaian dari rumah sehingga tidak basah. Curug ini merupakan curug berundak sebanyak 3 tumpuk. Namun saya hanya mendatangi curug yang paling bawah, namun dari kejauhan ketinggian curug yang sekitar 95 meter terlihat jelas.

Untuk menuruni tangga harus mempersiapkan tenaga yang cukup, meski tidak terlalu curam namun cukup memakan tenaga,namun demikian akan terbayar ketika sampai ke air dan mencelupkan kakinya sehingga terasa dingin dan menyegarkan. Anda datang ke Majalengka? cobain deh curug yang satu ini....

Jangan lupa add ig saya yaa @totoandromeda dan @totoandromeda.id

mau endorse jalan jalan? hubungi email saya.
Pesona Curug Muarajaya

Air Mengalir sampai jauh

Curug Muarajaya

Tuesday, September 20, 2016

HIDDEN PARADISE ; GOA LALAY KEINDAHAN TERSEMBUNYI DI MAJALENGKA

Goa Lalay - Majalengka
Majalengka kini sedang berbenah dengan pariwisatanya yang mulai di kenal hingga pelosok negeri bahkan dunia. Adalah Panyawean - Argapura yang sudah mencuri hati para traveler untuk datang melihat dan mengunjungi Majalengka untuk memotret keindahannya. Namun sebelum penulis menyajikan potret Panyawean - Argapura, terlebih dahulu penulis akan memberikan sedikit oleh-oleh yang berhasil di dapatkan ketika berkunjung ke Majalengka.

Adalah Goa lalay atau ada juga yang menyebutnya green canyon. Goa Lalay terletak di desa Sukadana Kecamatan Argapura Kabupaten Majalengka. Letaknya sekitar 16km dari kota Majalengka. Untuk mencapai Goa Lalay dapat di tempuh dengan menggunakan roda 4 maupun roda 2, namun akses menuju kesana bagi yang tidak memiliki kendaraan harus pandai-pandai dan seringlah bertanya tentang tujuan tersebut agar tidak nyasar. Lebih mudahnya dapat menaiki ojek dari terminal Maja. Selain itu ada baiknya agar membawa guide dari penduduk setempat untuk menunjukkan letak Goa Lalay. Parkiran yang tersedia masih di halaman atau kebun penduduk sekitar. Dari Parkiran perjalanan dilanjutkan dengan melewati jalan setapak yang kalau pada musim hujan biasanya akan ditemani dengan sekerumunan nyamuk-nyamuk liar hitam putih yang akan setia mengikuti langkah kita hingga goa lalay, dan sebaliknya.

Melewati Jalan setapak sekitar 500 meter untuk kemudian sampai pada loket yang di buka oleh penduduk setempat, keadaan masih perawan karena belum banyak di kunjungi orang. Dengan memberikan uang tanda masuk sekedarnya dan mengisi buku tamu, kemudian dilanjutkan ke Goa lalay yang harus melewati jalan berbatu yang untuk menuruninya harus menggunakan bantuan tangga darurat dari bambu karena kontur batunya yang tidak mungkin di gali untuk dijadikan jalan. Turunnya cukup terjal jadi harus berhati-hati.

Seperti namanya, Goa Lalay , Goa ini tempat persembunyian kelelawar sehingga agar dapat lebih leluasa alangkah baiknya memakai masker sehingga bau kelelawar yang menyengat dapat terkurangi. Sesampai di goa lalay, biasanya yang di cari adalah ROL (Ray of Light) oleh para fotografer maupun landscaper, namun bagi pengunjung biasa dapat berfoto dan menikmati keindahannya. Begitu pentingnya arti seorang guide disini, karena mereka lebih tahu seluk beluk dari goa tersebut yang juga merupakan sebuah aliran sungai yang sewaktu-waktu dapat terjadi banjir bandang. untuk itu tetap waspada dan selalu mengikuti arahan dari guide.
Konon tempat tersebut sudah memakan banyak korban akibat air bah yang terjadi dan sangat sulit untuk menyelamatkan diri dari tempat tersebut karena letaknya yang diapit oleh dua tebing batu, sehingga meski indah namun janganlah terlalu berlama-lama apalagi kalau kondisi musim penghujan.

Selain goa lalay masih banyak sekali daerah Majalengka yang belum di eksplor. Mau eksplor lebih jauh? yuk kita jelajah negeri ini

Akses Turun yang cukup terjal

Aliran sungai yang diapit dua tebing

Kanan kiri di apit dua tebing batu

Goa lalay yang memerah di bagian bawah

Saat ngeROL seperti inilah yang ditunggu tunggu

Aliran sungai dari Goa Lalay

Naik dan turun menggunakan tangga bambu

Wednesday, October 15, 2014

SEBUAH CATATAN DI CURUG LUHUR - BOGOR



Curug Luhur
Suatu Sabtu siang, dalam perjalanan tol dengan tujuan awal menuju puncak hanya sekedar ke masjid At Taawun, namun memantau perkembangan lalulintas akhir pekan melalui Radio Elshinta agaknya tidak menguntungkan apabila harus memaksakan diri ke puncak karena macet sekali. Akhirnya tujuan semula ke Puncak berubah haluan ingin menuju ke Curug Nangka. Perjalanan menuju curug nangka cukup melelahkan dan panjang, tak sedikit macet di jalan menuju Ciapus karena sedang ada pengecoran jalan.
Curug Luhur sehabis Hujan

Sampai di simpang pertigaan menuju Curug nangka, hati ini berubah pikiran, terbersit keinginan untuk ke Curug Luhur, karena curug Nangka pernah kesana. Rasa penasaran menuju Curug Luhur pun bangkit dan perjalanan dimulai lagi dengan mengikuti petunjuk jalan. Agak sangsi karena minim petunjuk jalan, namun dengan mengikuti jalan dan menjalankan feeling akhirnya sampai juga ke Curug Luhur.

Sedikit tentang curug Luhur. Curug Luhur terletak di lereng gunung Salak dengan ketinggian 630 mdpl merupakan Curug dengan 2 air terjun dengan airnya yang mengalir dari lereng gunung salak. Sesampai di parkiran mobil, saya yang kebetulan berdua teman ke Curug Luhur disamperin oleh petugas tiket, keadaan saat itu sepi. Satu tiket masuk untuk satu orang tergolong mahal untuk ukuran saya, Rp. 40.000, dan tiket parkir mobil Rp. 25rb. total untuk berdua menghabiskan uang 105rb untuk masuk ke objek wisata curug luhur. Namun karena saat itu kehabisan uang dan tidak ada ATM sama sekali di sekitar curug luhur, akhirnya dengan uang yang ada sekitar 90rb, kita di bolehkan masuk, tapi tidak diberi karcis, hanya di beri karcis parkir berwarna kuning dengan banderol 25rb. Uang masuk sebesar 40rb adalah uang masuk bebas, artinya kalau kita di curug sampai pagipun akan dikenakan sebesar itu. Sebenarnya hati ini masgul karena tidak diberikan tiket masuk, karena ini adalah awal kebocoran uang tiket. Tapi ya sudahlah toh kita tidak membayar penuh. Atau mungkin kepengunjung lain juga berlaku sama? entahlah.
View Curug Luhur dari atas

Kolam renang untuk Anak

 Seluncur

Begitu menyerahkan uang tiket, kita disambut hujan turun yang deras setelah kita sejenak masuk dan berhenti di warung kopi untuk berteduh. Curug luhur kalau boleh saya bilang lebih cocok untuk di jadikan sebagai wisata keluarga karena tersedia banyak arena bermain air untuk berenang dengan air yang berasal dari alam langsung, namun bagi saya pribadi ini diluar dugaan, karena saya pikir curug luhur adalah curug dengan pesona alam yang sangat alami sehingga kita bisa puas menikmati alam dengan deburan air terjun. Namun suasana itu tidak terjawab, terlebih lagi hadirnya hujan membuat suasana curug menjadi remang dan debit air hujan yang cukup deras membuat air Curug menjadi keruh. Alhasil sambil menunggu turun hujan kita memesan kopi.

tak lupa sebelum memesan kopi kita menanyakan harga dulu, karena kejadian 'ketok harga' seringkali terjadi di objek-objek wisata. Curug luhur lebih menawarkan suasana bermain air dibandingkan dengan suasana alami, walau suasana alam tetap ada, namun akan terasa sedikit sumpek ketika kita sudah masuk kedalam kawasan curug karena tertutup warung-warung sehingga menghalangi pemandangan di sekitar, terlebih Curug ini terletak di dalam sebuah lembah dari jalan masuk utama. Tak lupa setelah hujan reda, akhirnya saya mencoba mengabadikan Curug Luhur meskipun feelnya tidak dapat. Namun dalam sebuah perjalanan, tujuan saya adalah harus memperoleh sesuatu, apapun itu.
Berpose Sejenak


Daya tarik dari Curug luhur sendiri sebenarnya terletak pada kolam-kolam renang yang ada dengan air alami yang dingin menyegarkan, dengan berbagai kolam, buat anak-anakpun juga ada, sehingga bagi keluarga ini merupakan salah satu tempat yang tepat untuk berakhir pekan, namun karena diluar bayangan saya tentang curug ini, sehingga apapun keindahan itu akhirnya menjadi kurang memuaskan perjalanan ini.
Sayonara, selamat tinggal Curug Luhur. Perjalanan kali ini diluar dugaan, Curug luhur tak seindah yang saya bayangkan.

Akhirnya setelah hujan reda dan mengambil gambar seperlunya, perjalanan dilanjutkan pulang ke Jakarta. Sayonara ! Balik kesini lagi? kayaknya sih enggak ya untuk ukuran 2014 lumayan mahal lah tiket 40rb.

Friday, August 8, 2014

CANDI CANGKUANG, SATU-SATUNYA CANDI HINDU DI JAWA BARAT


Pintu masuk Candi Cangkuang


Rakit untuk menyeberang
Candi pada umumnya terletak di Jawa Tengah dan Jawa Timur dengan wisata Candinya, seperti deretan Candi Borobudur di Magelang, Candi Prambanan di Jogyakarta dan juga candi-candi di Singosari Malang – Jawa Timur, dan masih banyak lagi candi-candi di Jawa. Tak aneh apabila disebut kata Candi bayangan utama kita akan tertuju pada mahakarya Candi Borobudur di Jawa Tengah maupun Candi Prambanan. Namun tahukan anda? Ditanah Pasundan – Jawa Barat terdapat satu Candi Hindu?.

Mungkin diantara pembaca belum tahu kalau di Jawa Barat terdapat satu Candi Hindu yang merupakan satu-satunya Candi di Jawa Barat. Ya Tersebutlah Candi Cangkuang. Candi Cangkuang terletak di desa Cangkuang, kecamatan Leles kabupaten Garut propinsi Jawa Barat.  Letak Candi ini cukup unik karena untuk mencapainya harus melewati danau atau lebih dikenal dengan situ.  Pengunjung yang berkeinginan melihat langsung Candi Cangkuang harus melalui situ Cangkuang dengan menaiki rakit yang sudah di sediakan dengan membayar sejumlah uang tertentu. Jika Banyak dalam satu rakit, perorang dikenakan biaya 3 ribu rupiah, namun pengunjung juga dapat mencarter dengan membayar 25ribu rupiah. 
 
Pemandangan di situ cangkuang

Perjalanan Menuju Candi Cangkuang

Candi Cangkuang cukup mudah untuk dijangkau dengan menggunakan kendaraan baik roda dua maupun mobil pribadi karena terdapat papan petunjuk yang mudah untuk di lihat. Kalau dari arah Bandung kendaraan menuju garut kota, setelah di daerah Leles, di sebelah kiri jalan terdapat papan penunjuk arah Situ  Cangkuang. Sedangkan dari arah sebaliknya, di daerah Leles akan terlihat papan penunjuk arah menuju Situ Cangkuang.

Di luar area Candi, terdapat parkiran yang cukup memadai sehingga pengunjung tanpa rasa was-was dapat memarkirkan kendaraan dengan tenang. Kemudian pengunjung membeli karcis masuk, dan menyewa rakit untuk menyeberang.


Masjid Adat Kampung Pulo

Rumah Adat Kampung Pulo

Cagar Budaya

Desa Adat Kampung Pulo

Sesampai di seberang kita akan diajak masuk melalui sebuah Desa Adat Kampung Pulo. Uniknya kampung Pulo hanya di huni oleh 6 rumah dengan satu mesjid adat yang unik. Pemukiman adat kampung pulo ini cukup unik karena di huni oleh 6 kepala keluarga dengan 6 rumah , 3 disisi barat dan 3 disisi timur.

Keberadaan kampung Pulo dengan satu mesjid adatnya merupakan bukti nyata bahwa pada masa silam telah terjadi toleransi beragama yang baik, mengingat disamping kampung tersebut terdapat sebuah Candi Hindu.



Candi Cangkuang

Makam Embah Dalem Arief Muhammad

Pintu Gerbang Makam Arief Muhammad

Candi Cangkuang dan Makam Embah Dalem Arief Muhammad

Candi Cangkuang merupakan Candi Hindu yang diyakini berasal dari abad ke 8.  Asal muasal nama Candi Cangkuang Garut diambil dari nama desa tempat di mana situs ini berada. Cangkuang sendiri sebenarnya adalah sebuah nama pohon yaitu Pohon Cangkuang. Pohon Cangkuang memang banyak ditemukan di daerah ini, dan ini yang membuat desa ini disebut dengan nama Desa Cangkuang.

Sejarah Candi Cangkuang Garut diawali dari sebuah penemuan oleh seorang Belanda bernama Vorderman, yang kemudian mencatatnya dalam sebuah buku yaitu Notulen Bataviach Genoot Schap. Buku notulen ini ditulisnya pada tahun 1893. Dan dalam catatannya di buku ini Vorderman menyebutkan bahwa di bukit Kampung Pulo di Desa Cangkuang telah ditemukan sebuah makam kuno dan sebuah arca Siwa yang telah rusak.


Sebuah tim penelitian yang dipimpin oleh seorang ahli purbakala bernama Drs.Uka Tjandrasasmita dan Prof.Harsoyo, pada tanggal 9 Desember 1966 telah menemukan kembali Candi Cangkuang yang telah lama hilang terpendam.
 
Pemandangan Situ Cangkuang

Penarik Rakit

Mulai dari penemuan awal itulah lalu dilakukan penelitian yang lebih besar pada tahun 1967-1968. Penemuan pertama ini hanya menemukan sebuah makam kuno yang diyakini sebagai makam Arief Muhammad seorang pendiri desa itu. Disamping makam kuno ini juga ditemukan sebuah pondasi berukuran 4,5 x 4.5 meter dengan batu-batu yang berserakan di sekitarnya. Oleh masyarakat sekitar, batu-batu yang berserakan ini kerap kali diambil dan dipakai sebagai batu nisan di makam mereka.

Pada tahun 1974 -1976 dimulailah penggalian, pemugaran, dan proses rekonstruksi secara total. Proses ini dimulai dengan penggalian besar-besaran di areal itu. Dilanjutkan dengan mengumpulkan semua reruntuhan dan mendatanya. Lalu terakhir dilakukan penataan dan pemasangan kembali semua reruntuhan.

Dalam proses rekonstruksi ini telah berhasil merekonstruksi kaki candi, badan candi, atap candi, dan sebuah patung Dewa Siwa. Sayangnya dalam proses ini batu yang asli dari reruntuhan candi hanya ditemukan sekitar 40% saja. Maka untuk merekonstruksi ulang bangunan candi, digunakanlah batuan buatan. Dan akhirnya proses pemugaranpun selesai dan Candi Cangkuang Garut akhirnya diresmikan pada tanggal 8 Desember 1976.

Uniknya di samping candi Cangkuang juta terdapat makam Embah Dalem Arief Muhammad. Siapa beliau?
Arief Muhammad sendiri sebenarnya adalah seorang Senopati dari kerajaan Mataram Islam di Yogyakarta. Beliau ini bersama dengan pasukannya mendapat tugas untuk menyerang tentara VOC di Batavia, namun ternyata beliau gagal mengalahkan VOC. Karena kalah, alih-alih pulang ke Yogyakarta beliau lalu malah menyingkir ke pedalaman tanah Priangan tepatnya di daerah Leles Garut.

Di tempat ini beliau lalu menyebarkan agama Islam kepada masyarakat sekitar yang sebelumnya telah memeluk agama Hindu. Di tempat ini pula beliau bersama dengan masyarakat sekitar membendung dan membuat sebuah danau yang diberi nama Situ Cangkuang. Daratan-daratan yang terbendung kemudian terbentuk menjadi gundukan bikit atau pulau-pulau kecil. Pulau-pulau kecil itu diberi nama Pulau Panjang (tempat dimana Kampung Pulo berada), Pulau Masigit, Pulau Wedus, Pulau Gede, Pulau Katanda, dan Pulau Leutik.
 
Souvenir

Souvenir

Souvenir
Seperti pada umumnya tempat pariwisata, di kampung pulo juga tersedia warung-warung souvenir yang dapat di beli sebagai oleh-oleh, juga tak lupa orang-orang yang menawarkan jaket kulit khas garut sebagai sentra kerajinan Jaket kulit.
Tertarik untuk mengunjungi Candi Cangkuang?

Monday, June 9, 2014

KAWAH PUTIH, PESONA DANAU HIJAU DI JAWA BARAT


Kawah Putih

Kawah Putih merupakan salah satu objek wisata di Jawa Barat tepatnya di Ciwidey . Merupakan sebuah danau hasil dari letusan Gunung Patuha, kawah Putih dengan pasirnya yang terlihat putih dari jauh dan airnya yang kehijauan merupakan salah satu tujuan wisata yang layak untuk dijadikan alternative. Wisata alam dengan pemandangan yang luar biasa indah. Terletak di ketinggian, kawah putih menawarkan kesejukan udara, namun demikian untuk menjangkau dan mendekat wisatawan disarankan untuk memakai masker karena bau belerang yang cukup menyengat. Dan disarankan untuk tidak berlama-lama di lokasi kawah, apalagi bagi penderita asma karena dapat menyebabkan sesak nafas.
 
Menuruni tangga menuju kawah putih
Pagi itu berangkat dari Jakarta dengan udara yang cerah , keluar gerbang tol  Kopo perjalanan dilanjutkan menuju arah ciwidey yang cukup memakan waktu. Namun sayang dalam perjalanan udara mendung turun, tak ayal sebelum sampai lokasi hujan turun dalam perjalanan. Sungguh ini perjalanan yang diluar scenario karena alam. Sesampai di lokasi kita masuk gerbang tiket dengan tariff
Rp. 15.000,- tiap orang, harga tiket ini hanya berlaku untuk wisatawan domestik / lokal. Sedangkan harga tiket untuk wisatawan mancanegara adalah Rp 30.000,-
Namun ternyata disini tidak lalu keburu senang karena setelah melewati tiket, ternyata perjalanan belumlah sampai.
Levitasi - sekedar iseng ketika hujan

Perjalanan dari pintu gerbang Kawah Putih menuju lokasi puncak berjarak sekitar 5 Km, dengan jalan yang menanjak naik ke atas. Untuk mencapai ke atas di sini disediakan alat transportasi bagi yang tidak membawa kendaraan yang dinamakan ontang anting  dengan tarif Rp 10.000,- tiap orang Pulang Pergi sebagai salah satu sarana pendukung untuk sampai ke lokasi. Namun demikian bagi yang membawa kendaraan pribadi, ternyata harus berpikir ulang jika harus membawa mobil hingga keatas, ternyata tariff parkirnya mahaaaal.

Di areal kawah putih disediakan area parkir selain di pintu masuk kawah putih, juga diatas di dekat kawah putih pun tersedia areal parkir. Namun sayangnya perbedaan tariff parkirnya begitu mencolok. Jika kita parkir di bawah (pintu masuk) maka tariff mobil dikenakan sebesar Rp. 6.000, namun jika kita membawa mobil keatas maka kendaraan roda empat dikenakan tariff parkir yang mahal. Satu mobil Rp. 150.000,- . mungkin ini dimaksudkan agar parkir mobil diatas tidak membludak karena terbatasnya lahan parkir, sehingga untuk membatasi dikenakan tariff parkir yang mahal.

Untuk itulah disediakan sarana penunjang berupa kendaraan Ontang anting untuk mengantar wisatawan ke area tempat wisata.  Jangan kuatir bagi pengunjung karena diarea Kawah putih sudah tersedia toilet, masjid dan juga kantin. Serta ketika hujan turun terdapat ojek payung.

 
Kawah Putih dari sisi lain
Memasuki area tempat wisata, meski ketika saya datang dalam kondisi hujan begitu turun disambut dengan ojek payung yang menawarkan jasanya dengan tariff Rp. 10.000,-. Per payung. Dalam kondisi gerimis setelah hujan, segera perjalanan di lanjutkan menuju area kawah putih dengan sambutan bau belerang yang sedikit berkurang karena udara hujang yang baru saja turun. Dari jauh terlihat pemandangan danau hijau, namun sayang sekali kondisi hujan menjadikan kenyamanan berwisata berkurang.  Meski terbayar dengan keindahan alam sekitarnya. Pesona Danau dengan air yang kehijauan.

Meski tujuan utama adalah ingin memotret alam sekitar kawah putih, namun saya hanya menjepret beberapa bagian untuk melindungi kamera dari cipratan air hujan yang ikut membasahi.

Puas berlama-lama di kawah putih, kemudian istirahat sebentar di area parkir untuk selanjutnya istirahat sholat . Diatas langit matahari mulai menampakan cahayanya setelah turuh hujan, namun ini tidak berlangsung lama karena cuaca kembali meredup. Akhirnya kondisi ini memaksa kami untuk pulang lebih awal, dan Sayonara…………!

Oh iya untuk mencapai kawah putih selain menggunakan kendaraan pribadi, ternyata kita dapat menggunakan jasa angkutan umum juga lho. Dari informasi yang saya dapatkan perjalanan dapat dimulai dari Bandung di terminal Leuwi Panjang.

Kita dapat menggunakan bus atau mobil Colt L300. Kendaraan ini akan mengantarkan penumpang dari Leuwi Panjang sampai ke Terminal Ciwidey dengan tarif Rp7000,-. Mobil ini biasanya mangkal di sebelah kanan ketika Anda memasuki terminal Lewi Panjang, atau jika Anda masih ragu dapat bertanya pada orang lain yang ada di sekitar terminal untuk lebih jelasnya. Anda dapat naik Bus atau Mobil Colt / L 300, namun untuk bus sangat terbatas, kebnyakan adalah L300. Namun untuk mobil colt kayaknya perlu di pertimbangin deh dengan keselamatannya.



Dari terminal Ciwidey naik Angkot kuning jurusan Ciwidey - Situ Patengang dan minta berhenti di pintu Gerbang kawah Putih letaknya sebelah kiri Jalan. Tarif / ongkos  Rp. 5000 - 6000.