Showing posts with label Nostalgia Film jadul. Show all posts
Showing posts with label Nostalgia Film jadul. Show all posts

Wednesday, November 30, 2022

SAUR SEPUH, SATRIA MADANGKARA BAGIAN 2



 ..........Sambungan dari Bagian 1


Sebuah tugu yang terbuat dari batu bata dengan bentuk seperti lingga dengan gaya pasundan terlihat menjulang pada dataran di areal pegunungan. Di kejauhan terlihat lima orang penunggang kuda dengan sigap mengendarai kuda tunggangan tercepat pada jaman itu. Mereka berhenti tepat dimana terdapat pertigaan jalan. 

Salah seorang diantara mereka adalah Hulubalang Robi, pemimpin dari lima orang itu. Menilik dari pakaiannya mereka adalah prajurit Pamotan (Kedaton Timur).

"Kita sudah sampai di Madangkara, ini tugu perbatasannya!," seru hulubalang Rowi kepada bawahannya. 

Hulubalang yang berbadan tegap dengan kumis melintang itu menyipitkan matanya melihat ke kejauhan. Dan sayup-sayup terlihat sekelompok bangunan yang merupakan sebuah kota yang tidak terlalu besar namun juga tidak kecil. Bangunan-bangunan rumah dan tembok keliling kerajaan serta gerbangnya terlihat cukup megah. Sementara kelima orang Pamotan itu masih belum beranjak, terdengar suara derap kuda dari arah lain. Mereka lalu menoleh. 

Tiga orang penunggang kuda kelihatan terburu-buru kenuju ke arah mereka. Para penunggang kuda itu sedikit terkejut melihat  adanya lima orang di atas kuda berdiri di hadapan mereka. Dan yang lebih membuat mereka terkejut adalah orang-orang itu mereka kenal sebagai orang Pamotan. Dan ketiga penunggang kuda itu adalah utusan dari Majapahit. Mereka segera menghentikan kudanya. 

Penunggang-penunggang kuda dari Majapahit itu mengerutkan dahi. Salah seoangdari mereka yang bernama hulubang Ludika menjadi geram. 

"Oang-orang Pamotan, mereka pasti utusan Bre Wirabumi untuk mencari dukungan dari kerajaan-krajaan did aerah Kulon!," Seru hulubalng Ludika kepada bawahannya. Lalu dengan kepala yang pasti hulubalang yang tidak kalah gagahnya dengan hluubalang Rowi menyuruh kedua kawannya untuk mengikutinya.  Ketiga ekor kuda itu segera melaju menghampiri ke lima orang Pamotan.

Hulubalang Rowi maklum apa yang akan terjadi. Perlahan-lahan tangannya bergerak membetulkan letak kerisnya. Dengan gaya yang meyakinkan ketiga Penunggang kuda dari Majapahit itu menghentikan kuda mereka. Kaki kuda yang mereka tunggangi melunjak dengan ganas. Dengan tenang Hulubalang Rowi memandangi orang Majapahit itu.

"Mau apa kalian?," tanyanya

"Menghantikan tugas kalian. Serahkan surat-surat itu padaku!," sahut Hulubalang Ludika.

Hulubalang Rowi menatap tajam ke arah Hulubalang Ludika dan kawan-kawannya lalu berkata : 

"Kamu tidak ada hak untuk menghalangi tugas kami, Minggir!,"

Hulubalang Rowi segera menjalankan kudanya. Dengan terpaksa ia menghindar dari halangan ketiga orang Majapahit itu. Tapi tiba-tiba Hulubalang Ludika menyerang dengan tendangan kaki. Tapi denan sigap Rowi menangkis dengan lengannya. Perkelahian terjadi. Mereka slaing melompat dari atas kuda. Dari cara mereka berkelahi nampak jelas bahwa utusan ini adalah orang-orang pilihan di negeri mereka masing-masing. 

Ditengah perkelahian yang terjadi dengan seru, muncul pasukan tentara Madangkara yang di pimpin oleh Senopati Ringkin yang dengan gagah di atas kudanya di dampingi olehbeberapa orang berkuda lainnya. Dibelakang mereka nampak puluhan prajurit berlari-laridengan tombak di tangan. 

Mereka yang sedang berkelahi sedikit terpecahperhatiannya. Senopati Ringkin berteriak keras dari atas kudanya. 

"Hentikan!,".

Tapi perkelahian itu masih saja terjadi. Mereka yang berkelahi nampak tidak mengacuhkan perintah itu. Senopati Ringkin berseru lagi.\:

"Kalian akan kami serang kalau tidak mau berhenti. Ini daerah Madangkara!".

Orang-orang Majapahit dan Pamotan menghentikan perkelahian mereka ketika pasukan bertombak berkeliling mengepung. 

"Kalian kami tahan!", perintah Senopati Ringkin dengan Tegas.


BERSAMBUNG KE BAGIAN 3.................................................


Wednesday, February 6, 2019

Film Indonesia : Penasaran

Penasaran

JUDUL FILM        : PENASARAN
SUTRADARA       : MAMAN FIRMANSYAH
PENGARAH         : A HARRIS
PRODUKSI           : PANCA IRAMA SEJATI
TAHUN PROD    : 1976
PEMAIN               : RHOMA IRAMA, YATI OCTAVIA, AMINAH CENDRAKASIH, HARRIS, MEFY, SUSI YOPANG, SOFIAH, SONETA GROUP

SINOPSIS :

Ani (Yati Octavia) adalah anak petinggi dari sebuah perkebunan yang tidak disetujui oleh ayahnya karena ia memiliki seorang kekasih Oma (Rhoma Irama) yang tidak memiliki pekerjaan tetap. Sementara Ibunya Ani (Aminah Cendrakasih) lebih membela Ani, karena memang Ayah Ani bisa diangkat menjadi kepala Perkebunan juga berkat bantuan almarhum ayah Oma. Oma yang seorang penyanyi Orkes mengundang Ani untuk datang ke pertunjukan Orkes Oma.  Meski pada akhirnya Ani datang bersama ayah dan ibunya, akan tetapi ditengah pertunjukkan Ani meninggalkan Orkes Oma. Mengetahui hubungan Ani dan Oma yang kian dekat, ayah Ani menentang keras. Ia melarang Ani dan Oma berhubungan. Oma tidak diijinkan untuk kerumah Ani. 

Setelah diperlakukan tidak baik oleh ayah Ani, sikap Oma  menjadi berubah. Ia banyak berpikir. Perubahan sikap Oma diketahui oleh guru silatnya dan ia menanyakan pada Oma mengenai perubahannya. Setelah memberitahukan pada guru, akhirnya Oma pun cukup tenang. Sementar Ani yang sudah dilarang berhubungan dengan Oma, secara diam-diam masih sering menemui Oma  ketika ayahnya sedang pergi. 

Untuk menutupi kebutuhan hidup ibunya yang hanya mengandalkan gaji pensiunan almarhum ayah Oma, akhirnya Oma  berniat untuk meninggalkan kampung untuk berkelana ke Jakarta. Maksud ini disampaikan pada Ani dan Ibu Oma.  Akhirnya Ani dan Ibu Oma melepas kepergian Oma  demi masa depan yang lebih baik. Ani memberikan kalung pada Oma agar dapat digunakan bila diperlukan. 

Sesampai di Jakarta, tanpa tujuan yang jelas akhirnya untuk memenuhi hidupnya. Oma menjual apa yang bisa dijadikan uang. Kemudian tujuan selanjutnya adalah mencari studio rekaman yang ada di simpang Depok. Dengan dandanan kampung, Oma menjadi bahan tertawaan. Oma akhirnya menawarkan lagu-lagunya, akan tetapi dianggap kampungan dan langsung ditolak oleh pihak studio.  Oma meninggalkan studio dengan sedih. Ketika sedang melepas lelah dibawah pohon sehabis dari studio, Oma disamperin oleh penjahat yang ingin mengambil harta Oma. Akan tetapi Oma melawan. Karena tidak imbang, akhirnya Oma pun dipukul kepalanya dan pingsan, sedangkan kalung yang dipakai Oma pun akhirnya diambil oleh penjahat-penjahat tadi.  Oma akhirnya ditolong oleh Susi seorang bencong bersama tiga rekannya. Meski awalnya Oma menjadi rebutan bagi empat bencong tersebut, akan tetapi bencong-bencong tersebut mengajak Oma untuk menyanyi. 

Sementara itu di kampung, Ani yang merasa belum ada kabar dari Oma, akhirnya menanyakan tentang kabarnya melalui ibunya Oma. Akan tetapi Ibu Oma pun belum mendapatkan kabar keberadaan Oma, akhirnya Ani pun pamit pulang. Ketika mau pulang, Ani kedapatan sedang sakit, akan tetapi ketika akan diantarkan oleh Ibu Oma, Ani lari pulang terlebih dahulu ketika Ibu sedang mengambil kerudung. 

Di Jakarta, Oma berhasil menyanyi atas ajakan dari kenalannya, Susi. Lagu pertama yang dinyanyikan adalah berjudul “Ani”, sesuai dengan kerinduan yang dirasakan oleh Oma saat itu. Setelah penampilan pertamanya, akhirnya Oma ditawari sebuah kontrak rekaman oleh sebuah perusahaan rekaman. Oma pun akhirnya terkenal, ia pun sering ditampilkan di televisi. Kaset Oma Irama laku keras. Meski Oma telah terkenal, akan tetapi ayah Ani tidak percaya dan tetap menentang hubungan mereka. Akhirnya Anipun kabur dari rumah untuk menyusul Oma di Jakarta. Melihat kepergian Ani, ayahnya menuduh Omalah yang telah melarikan Ani, sehingga ia menyalahkan Ibu Oma. 

Sesampai di Jakarta, Ani tidak menemukan Oma, karena Oma sebenarnya sedang ke kampung menyusul Ani. Demikian juga Oma, sesampai di kampung, ia tidak mendapati Ani di rumah. Akhirnya Oma tahu dari Ibunya kalau Ani menyusul ke Jakarta. Akhirya Oma pun segera kembali ke Jakarta untuk menyusul Ani. Ayah dan Ibu Ani pun akhirnya menyusul ke Jakarta untuk mencari Ani. Akhirnya Ani dan Oma pun dipertemukan dalam pertunjukan orkes yang menampilkan Oma Irama.  Ayah dan Ibu Ani yang menyaksikan pertemuan tersebut, akhirnya merestui hubungan Oma dan Ani.
*****
Film Drama Musikal Rhoma Irama memang bejibun, satu diantaranya adalah Penasaran. Yang kalau ditonton saat ini tentu kita akan tahu model baju jaman dahulu yang cutbrai …tp saat ini sudah tidak jaman lagi.

Saturday, February 2, 2019

Keris Kalamujeng

Keris Kalamujeng

Judul Film            : Keris Kalamujeng
Produser             : NY Leonita Sutopo
Produksi              : Inem Film
Tahun Produksi                 : 1984
Sutradara            : L Sudjio
Pemain                 : Johan Saimima, Avent Christie, Tuti Wasiat, Lina Budiarti, Zaitun, Tanaka, Benny Gaok, Adang Mansyur, Djuhari Effendi, Zulmainy

Sinopsis Film : 

Raden Said (Johan Saimima) adalah putra Bupati Tuban, karena tidak tahan melihat kebatilan yang terjadi di muka bumi, akhirnya Raden Said mencari sebuah padepokan untuk berguru. Ditengah perjalanan mencari padepokan, Raden said bertemu dengan seorang kakek yang sedang diejek oleh anak-anak kecil yang segera di tolongnya. Raden said menceritakan keadaanya, hingga kakek yang telah ditolongnya akhirnya mengajaknya kesebuah padepokannya di lereng gunung. Raden Said diperkenalkan dengan Citra cucunya yang langsung mengujinya dengan beradu ilmu olah kanuragan. Akan tetapi menghadapi seoang wanita saja, Raden said tidak mampu dan kalah. Sehingga akhirnya Raden said diterima sebagai muridnya dan sering berlatih dengan Citra. 

Ilmu Raden Said meningkat tajam, hingga pada suatu hari ketika sehabis berburu Raden Said dan Citra di hadang oleh gerombolan yang akan memperkosa Citra, namun berkat ilmu yang sudah di galinya, Raden Said berhasil menumpas para pemerkosa tersebut. Raden Said dan Citra yang diam-diam saling mencintai akhirnya berhasil melewatinya. Setelah ilmu sudah di dapatkan dari padepokan dimana Citra dan Kakeknya tinggal, akhirnya Raden Said dipersilahkan oleh Kakek gurunya untuk meninggalkan padepokan dan meneruskan perantauan untuk menumpas kejahatan. Raden Said berubah namanya menjadi Ibro, nama yang diberikan oleh kakek gurunya.

Dalam perjalanan mengembaranya, ditengah perjalanan Ibro mendapati seorang bangsawan sedang dirampok, dan akhirnya Ibro berhasil menumpas para perampok. Melihat kehebatan Ibro bangsawan tersebut yang ternyata seorang Bupati akhirnya mengambil Ibro sebagai pengawal pribadinya. Istri bupati tersebut mempunyai seorang selingkuhan seorang perawat kuda bernama Gambang Sangkan, akan tetapi terhadap Ibro ternyata juga menaruh hati. Hingga suatu hari ketika Ibro sedang diajak oleh Bupati untuk untuk berburu badak, akan tetapi keris pusaka yang biasa menyertai kanjeng bupati tertinggal di kabupaten. Akhirnya Ibrolah yang disuruh mengambil. Sesampai di kamar istri Bupati, Ibro mendapati suara-suara mendesah antara istri kanjeng bupati dengan selingkuhannya Gambang Sangkan. Akan tetapi Ibro akhirnya memberanikan diri untuk mengetuk pintu. Melihat Ibro yang datang, Istri sang bupati yang memang sedang bernafsu akhirnya meminta Ibro untuk melayaninya, akan tetapi Ibro menolaknya. Penolakan Ibro membuat Istrinya marah besar, dan kalung yang dipake Ibro di rebutnya. Akhirnya Ibro dipersilahkan mengambil keris dan menyerahkannnya pada kanjeng Bupati. 

*****
Selepas berburu, kanjeng Bupati pulang dan menemui istrinya. Akan tetapi mendapati istrinya uring-uringan akhirnya kanjeng bupati menanyakan perihal yang sedang melanda istrinya. Akhirnya istrinya memfitnah Ibro, kalau ia telah mengganggunya. Hukuman pun diberikan kepada Ibro dengan hukuman penggal yang akan dilakukan oleh Algojo. Dan Ibrolah orang yang mengantarkan langsung surat yang ditujukan kepada algojo untuk memenggal orang yang membawa surat tersebut.
Ditengah perjalanan Ibro dihadang oleh Gambang Sangkan dan surat tersebut berhasil di rebut olehnya dan di serahkan pada algojo yang juga ayahnya. Apadaya, maksud hati membunuh Ibro tapi ternyata Gambang Sangkan yang terbunuh duluan. Mengetahui Gambang Sangkan mati dipenggal, akhirnya perselingkuhan istri bupati terbongkar setelah ia mengakui sendiri, dan kanjeng bupati marah besar karena telah dibohongi dan ia tidak lagi mengetahui keadaan Ibro. Ibro melanjutkan perjalanan.

Dalam pengembaraan kali ini Ibro bertemu dengan seorang Kyai yang resah dengan sepak terjang warga sekitar yang telah melupakan ajaran Tuhan, sehingga bencana kerap melanda desa tersebut yang berdekatan dengan pantai. Beberapa kali warganya jatuh dan mati di pantai. Seorang janda kembang bernama Harni menjadi rebutan warga sekitar, dan berhasil memikat laki-laki yang melihatnya. Melihat sepak terjang Harni yang mempunyai pesona luar biasa, akhirnya membuat marah Ratu Pantai Selatan (Tuti Wasiat) karena merasa Harni telah menjadi saingannya. Akhirnya Ratu pantai selatan merasuk ketubuh Harni dan membunuh setiap laki-laki yang telah menidurinya di pantai selatan. Sehingga beberapa kali terlihat mayat terdampar di pantai selatan. Orang-orang desa mengira Harnilah pembunuhnya karena setiap laki-laki yang bersama Harni pasti akan menemui nasib yang sama, sehingga warga desa bermaksud member hukuman dengan membakar Harni.
Harni diselamatkan oleh pak Kyai dan meluruskan kalau pembunuhnya bukanlah Harni.  Hal ini menyebabkan marah Ratus Pantai Selatan dan mengutus anak buahnya untuk membawa Ibro ke Ratu Pantai Selatan dengan menyamar sebagai Harni. Penduduk yang melihat Harni membawa Ibro ke dasar laut, akhirnya melaporkannya pada pak Kyai, akan tetapi mereka kaget karena Harni sedang berada di rumah pak Kyai. Sementara Ibro sesampai di istana Ratu Pantai Selatan ia diterima oleh Ratu Pantai Selatan dan mengajak Ibro untuk membangun kerajaan Samudra dengan menjadi suaminya. Ratu Pantai Selatan pun tahu asal usul Ibro yang bernama Raden Said tersebut. Ajakan untuk membangun kerajaan Samudra disetujui Ibro dengan syarat tidak melakukan hubungan suami istri selama 40 hari. 

Sementara itu di daratan sang Kyai memberikan bisikan ke Ibro melalui tenaga dalamnya untuk mengambil pusaka milik ratu pantai selatan yang berwujud ular. Akhirnya diambillah ular tersebut yang kemudian berubah menjadi sebuah keris bernama kalamujeng. Pusaka  itulah yang digunakan oleh Ibro untuk menghabisi Ratu Pantai Selatan.

******
Film produksi 1984 ini cukup membawa kita bernostalgia, setidaknya karena jika disbanding dengan jaman sekarang, film-film silat klasik sudah tidak ada lagi. Bagus untuk ditonton dan berusaha mencintai negeri sendiri karena ciri khas Indonesia salah satunya adalah ilmu silat.