..........Sambungan dari Bagian 1
Sebuah tugu yang terbuat dari batu bata dengan bentuk seperti lingga dengan gaya pasundan terlihat menjulang pada dataran di areal pegunungan. Di kejauhan terlihat lima orang penunggang kuda dengan sigap mengendarai kuda tunggangan tercepat pada jaman itu. Mereka berhenti tepat dimana terdapat pertigaan jalan.
Salah seorang diantara mereka adalah Hulubalang Robi, pemimpin dari lima orang itu. Menilik dari pakaiannya mereka adalah prajurit Pamotan (Kedaton Timur).
"Kita sudah sampai di Madangkara, ini tugu perbatasannya!," seru hulubalang Rowi kepada bawahannya.
Hulubalang yang berbadan tegap dengan kumis melintang itu menyipitkan matanya melihat ke kejauhan. Dan sayup-sayup terlihat sekelompok bangunan yang merupakan sebuah kota yang tidak terlalu besar namun juga tidak kecil. Bangunan-bangunan rumah dan tembok keliling kerajaan serta gerbangnya terlihat cukup megah. Sementara kelima orang Pamotan itu masih belum beranjak, terdengar suara derap kuda dari arah lain. Mereka lalu menoleh.
Tiga orang penunggang kuda kelihatan terburu-buru kenuju ke arah mereka. Para penunggang kuda itu sedikit terkejut melihat adanya lima orang di atas kuda berdiri di hadapan mereka. Dan yang lebih membuat mereka terkejut adalah orang-orang itu mereka kenal sebagai orang Pamotan. Dan ketiga penunggang kuda itu adalah utusan dari Majapahit. Mereka segera menghentikan kudanya.
Penunggang-penunggang kuda dari Majapahit itu mengerutkan dahi. Salah seoangdari mereka yang bernama hulubang Ludika menjadi geram.
"Oang-orang Pamotan, mereka pasti utusan Bre Wirabumi untuk mencari dukungan dari kerajaan-krajaan did aerah Kulon!," Seru hulubalng Ludika kepada bawahannya. Lalu dengan kepala yang pasti hulubalang yang tidak kalah gagahnya dengan hluubalang Rowi menyuruh kedua kawannya untuk mengikutinya. Ketiga ekor kuda itu segera melaju menghampiri ke lima orang Pamotan.
Hulubalang Rowi maklum apa yang akan terjadi. Perlahan-lahan tangannya bergerak membetulkan letak kerisnya. Dengan gaya yang meyakinkan ketiga Penunggang kuda dari Majapahit itu menghentikan kuda mereka. Kaki kuda yang mereka tunggangi melunjak dengan ganas. Dengan tenang Hulubalang Rowi memandangi orang Majapahit itu.
"Mau apa kalian?," tanyanya
"Menghantikan tugas kalian. Serahkan surat-surat itu padaku!," sahut Hulubalang Ludika.
Hulubalang Rowi menatap tajam ke arah Hulubalang Ludika dan kawan-kawannya lalu berkata :
"Kamu tidak ada hak untuk menghalangi tugas kami, Minggir!,"
Hulubalang Rowi segera menjalankan kudanya. Dengan terpaksa ia menghindar dari halangan ketiga orang Majapahit itu. Tapi tiba-tiba Hulubalang Ludika menyerang dengan tendangan kaki. Tapi denan sigap Rowi menangkis dengan lengannya. Perkelahian terjadi. Mereka slaing melompat dari atas kuda. Dari cara mereka berkelahi nampak jelas bahwa utusan ini adalah orang-orang pilihan di negeri mereka masing-masing.
Ditengah perkelahian yang terjadi dengan seru, muncul pasukan tentara Madangkara yang di pimpin oleh Senopati Ringkin yang dengan gagah di atas kudanya di dampingi olehbeberapa orang berkuda lainnya. Dibelakang mereka nampak puluhan prajurit berlari-laridengan tombak di tangan.
Mereka yang sedang berkelahi sedikit terpecahperhatiannya. Senopati Ringkin berteriak keras dari atas kudanya.
"Hentikan!,".
Tapi perkelahian itu masih saja terjadi. Mereka yang berkelahi nampak tidak mengacuhkan perintah itu. Senopati Ringkin berseru lagi.\:
"Kalian akan kami serang kalau tidak mau berhenti. Ini daerah Madangkara!".
Orang-orang Majapahit dan Pamotan menghentikan perkelahian mereka ketika pasukan bertombak berkeliling mengepung.
"Kalian kami tahan!", perintah Senopati Ringkin dengan Tegas.
BERSAMBUNG KE BAGIAN 3.................................................
No comments:
Post a Comment