Showing posts with label Film Indonesia Jadul. Show all posts
Showing posts with label Film Indonesia Jadul. Show all posts

Monday, October 9, 2023

KASET SOUNDTRACK FILM JOHNY INDO - KISAH NYATA SEORANG NARAPIDANA


 

Kaset Soundtrack Johny Indo

Johny Indo, kisah nyata seorang narapidana. Film tahun 1987 ini di bintangi oleh Johny Indo yang merupakan seorang mantan narapidana. Film ini di buat berdasarkan kisah nyata Johny Indo yang melarikan diri ketika berada dipenjara di Lapas Nusakambangan Jawa Tengah. Johny Indo adalah penjahat kelas kakap yang sering melakukan tindak pidana perampokan. Hingga kemudian tertangkap dan di penjara di Nusakambangan. Kisah Pelarian Johny Indo dari Lapas Nusakambangan ini kemudian diangkat ke layar lebar. 

Kisah Johny Indo seorang perampok yang sering keluar masuk penjara yang kemudian melarikan diri namun ditengah persembunyianya dan setelah rekan-rekannya tertangkap iapun akhirnya menyerahkan diri.  Film di buat dengan beberapa adegan flashback sebagai pelengkap cerita. 

Film ini di bintangi Oleh Johny Indo sebagai Johny Indo, juga ada Minati Atmanagara, Dian Nitami, Dicky Zulkarnaen, Mathias Mutchus 

Belakang Kaset Soundtrack Johny Indo

Johny Indo adalah Narapidana Nusakambangan yang di vonis 14 tahun Pada April 1979 kemudian melarikan diri tanggal 20 Mei 1982 berasama 34 Narapidana. Dan Kembali tertangkap tanggal 1Juni 1982. Kisah ini menarik untuk di filmkan. 

Film ini di Produksi PT. Tobali Indah Film dengan Sutradara Jimmy Atmaja. Namun kali ini saya akan berbagi cerita tentang Kaset Soundtrack dari Johny Indo  . Seperti biasa Soundtrack film menjadi sebuah sarana promosi dari film yang sedang tayang. Dan Film Johny indo juga rilis dalam bentuk kaset pita . Berbeda dengan soundtrack film pada umumnya yang berasal dari sebuah lagu namun di film ini berisi tentang audio dari film Johny Indo. Kaset ini enak di dengan dengan narator Nenny Sumardy.

Dan uniknya lagi dalam cover soundtrack ini terdapat potongan adegan film yang banyak sehingga memuaskan untuk di lihat. Untuk harga Kaset Soundtrack Johny Indo sendiri saya termasuk mendapatkan cukup mahal pada saat itu sekitar tahun 2013 dengan harga Rp. 100rb. dan kalau di konversi sekarang sebagai kolektor mungkin harganya akan jauh lebih tinggi lagi. 

Cuplikan-cuplikan dari isi kaset yang ada potongan adegan filmnya pun dapat di lihat sebagai berikut. 






















Friday, February 3, 2023

SAUR SEPUH, SATRIA MADANGKARA BAGIAN 6

 Lanjutan dari bagian 5...........


Prabu Brama Kumbara sedang bercengkerama dengan isterinya Harnum

Brama Kumbara sedang duduk di sebuah bangunan berangin-angin di sekitar padepokan di desa Jamparing yang sejuk. Suasana begitu nyaman di alam pegunungan dengan air sungai berbatu serta jeram dan air terjun yang sangat indah. Tapi bertentangan dengan suasana yang tenteram itu malah Brama nampak murka sekali. Dengan suara yang keras dia bertanya : 

"Siapa yang melakukan?" 

Anak buah tumenggung Adiguna yang menyelamatkan surat Brama untuk Raja Majapahit dan Pamotan terlihat masih segar meskipun luka-luka di tubuhnya cukup parah. Senopati Ringkin yang mengantarkan utusan itu ke Jamparing tetap diam. Patih Gootawa menahan geram, terlebih Mantili.

"Ini tidak bisa di biarkan! Orang Pamotan sudah melakukan tindakan sesenang-wenang. Gotawa dan Kamu mantili, Kuberi tugas untuk menggantikan Tumenggung Adiguna. Berikan surat ini pada Prabu Wikramawardana dan Brewirabumi. Ini tugas resmi Madangkara. Sementara pertanggungjawaban Tumenggung Bayan adalah urusanku!".

"Baik kanda Prabu!" sahut Gotawa dan mantili berbarengan. 

"Ringkin! Bawa Bentar dan isteriku Paramitha ke Madangkara, siagakan pasukan kalau sewaktu-waktu di perlukan!".

"Daulat Gusti Prabu!"

Para punggawa Pamotan

Sementara itu di padepokan, Bentar sedang menulis semacam tembang yang di salin dari kitab-kitab daun lontar. Harnum dan Paramita mengagumi kepandaian anak berusia sekitar sembilan tahun dalam ilmu alam. Bentar adalah seorang anak kutu buku. Kulitnya lembut seperti wanita tapi matanya tajam dan jernih yang memancarkan kecerdasan yang luar biasa. 

Suasana semakin lama semakin panas. Desa Lung yang cukup ramai di huni penduduk merupakan sebuah daerah kekuasaan Majapahit yang sangat berdekatan dengan perbatasan. Kelihatan kesibukan berjaga-jaga dari tentara Majapahit mulai meningkat, baik infantri maupun kavaleri mondari mandir. Jika ada yang mencurigakan mereka segera melakukan penggeledahan. 

Suatu siang di pinggir sebuah sungai Patih Gotawa menyimpan pakaian kebesaran di sela-sela batu cadas. Dia bersalin pakaian dengan pakaian pendekar biasa sementara Mantili juga telah mengganti pakaian yang serupa.

"Kita akan lebih leluasa dengan pakaian begini!" seru Patih Gotawa. 

"Tapi jangan menyesal alau tidak seorangpun akan hormat kepada kita!" sahut Mantili. 

"Artinya orang-orang itu sebenarnya cuma menghormati pakaian kita bukan kita. Mereka takut pada pakaian kita, bukan pada Mantili dan Gotawa".

Keduanya lalu kembali menaiki kuda. 

"Masih jauh Majapahit dari sini?" tanya Mantili. 

"Sebelum tengah malam mudah-mudahan kita sudah sampai ke desa Lung. Kita ke Trawulan dulu, menghadap Raja Majapahit, kemudian baru ke Pamotan", sahut Gotawa. 

Kembali kuda mereka berpacu dengan pesatnya. 

Brama Kumbara menanggalkan mahkotanya dan memasukkannya ke dalam peti kayu berukir indah. Demikian juga gelang dan kalung yang merupakan perhiasan kebesaran seorang raja. 

Harnum telah berganti pakaian dengan pakaian seorang pendekar wnaita. Dia masih tetap jelita dengan sebilah pedang yang terselempang melintang di punggungnya. 

"Ini mengingatkan masa-masa pengembaraan kita beberapa tahun lalu!" seru Harnum. 

"Terpaksa harus kita lakukan. Saya tidak melibatkan Madangkara dalam pertikaian Majapahit dengan Pamotan,".

"Kalau kakang Prabu pribadi sebenarnya lebih memihak siapa?". tanya Harnum. 

"Aku terlahir untuk membela yang benar. Tapi untuk mencari yang benar dalam masalah ini sulit sekali,"

"Masing masing pihak akan merasa dirinya benar. Sedang kebenaran harus cuma satu!" Harnum menyambung. 

Brama sudah selesai memakai pakian pendekar, bersenjatakan keris yang tidak terlalu panjang. Sebenarnya ilmu kedigdayaan Brama lebih handal daripada semua ilmu silat yang dia miliki. Mereka segera bergegas meuju ke luar rumah. 

"Itu kenapa Madangkara tidak memihak.!," kata Brama Kumbara sambil bersiap hendak berangkat. 

"Bukan kita tidak punya pendirian. Dalam sebuah pertikaian, lebih baik kita menjadi juru damai. Itu perbuatan paling mulia aku kira!".

Sampai di halaman Brama Kumbara memandang langit. Kemudian dia bersuit memanggil burung Rajawali sahabatnya. Di Langit lepas Rajawali Raksasa itu berkeak-keak menukik. 

Tak lama kemudian rajawali tu turun dengan angin besar menerbangkan daun-daun kering karena kibasan sayapnya. Brama dan Harnum segera menaiki punggung burung raksasa itu. Tak lama kemudian Rajawali mulai terbang dengan sayap berkepak-kepak. 

Seperti Raja Airlangga yang dengan gagah menaiki burung Garuda, maka Brama dan Istrinya Harnum kelihatan perkasa diatas punggung rajawali itu. 

"Dinda Gotawa dan Mantili pasti sudah sampai di Majapahit. Mudah-mudahan mereka tidak mendapatkan kesulitan", kata Brama memikirkan kedua adiknya. 

Dan saat itu kuda Mantili dan Patih Gotawa melintas diantara penduduk serta tentara Pamotan yang sedang menuju ke tempat mereka masing-masing. 

Desa ini cukup maju karena merupakan desa transit. Hal ini disebabkan banyak pedagang rempah-rempah dan hasil bumi menginap di desa itu. Selain itu banyak sekali penduduk yang membuka rumah makan. Desa Lung adalah perbatasan antara Majapahit dan Pamotan. 

Seorang Prajurit kelihatan berbisik-bisik pada temannya setelah melihat Gotawa dan Mantili. Dari agak kejauhan kelihatan Mantili dan Gotawa menanyakan sesuatu kepada salah seorang penduduk. 

Ternyata mereka ingin bermalam di sebuah rumah seseorang bernama Wanoh, kenalan Patih Gotawa beberapa tahun yang lalu. Wanoh gembiera sekali menyambut tamu yang tak  di duga kedatangannya itu. Dengan ramah dia menjamu Gotawa dan Mantili . Mereka duduk diatas tikar anyam dengan pandangan lepas ke halaman belakang yang teduh. 

"Keadaan makin gawat den, kemungkinan perang saudara tidak bisa di elakkan lagi. Tadinya desa ini tidak pernah ada tentara, sekarang ada kira-kira seratu orang tentara Pamotan ditempatkan di sini!", Wanoh Bercerita. 

"Bagaimana sikap bapak?siapa sebenarnya yang salah? Pihak Pamotankah? atau Majapahit?" tanya Mantili.

"Wah......saya tidak mengerti den, rakyat kan hanya menurut apa kata Raja. Sebab apa saja yang dilakukan raja pasti benar. Raja adalah wakil dewa di dunia, maka sudah seharusnya apa yang dilakukan adalah hanya kebenaran" sahut Wanoh. 

"Seharusnya memang begitu, tapi jaman sekarang banyak raja mengkhianati amanat Dewa Jagad Batara, Bahkan mereka merasa menjadi dewa yang berhak melakukan apa saja yang mereka suka!". Gotawa menyatakan pendapatnya. 

"Saya tidak mengerti itu den, saya rakyat, tugas saya cuma patuh pada gusti prabu. Apapun yang di lakukan berliau, pasti punya tanggungjawabnya sendir ipada Sang Pencipta Alam semesta!".

Mantili cuma tersenyum melihat kepolosan Pak Wanoh. Sementara itu Patih Gotawa hanya mengangguk-angguk . Dia merasa bahwa yang tersirat dari ucapan Wanoh adalah sebuah tuntutan maha halus kepada raja untuk berbuat paling benar. 


BERSAMBUNG KE BAGIAN 7

Wednesday, December 28, 2022

SAUR SEPUH, SATRIA MADANGKARA BAGIAN 5





Sambungan dari Bagian ke 4

Tumenggung Adiguna yang muda dan gagah memimpin rombongan sembilan orang berkuda yang memacu kuda mereka dengan pesatnya. Tak lama kemudian mereka telah tiba di perbatasan antara negeri Pamotan dan Majapahit. Di perbatasan itu nampak tanda berupa tapal batas yang terbuat dari batu bata. Di sampingnya terletak batu besar dengan ukiran bertulis yang menyatakan daerah itu merupakan tapal batas antara kedua negeri. 

Cuma ada jalan setapak yang menuju ke daerah Pamotan sebab jalur ini bukan merupakan jalan utama. Tapi pinggiran hutan yang masih cukup lebat dan angker itu terlihat beberapa ekor kuda di tambat sedang makan rumput. Di Tempat itu terlihat Tumenggng Bayan sedang istirahat di bawah pohon. Tiba-tiba seorang anak buahnya berlari-lari menghampirinya. 

Tumenggung Bayan duduk sambil menguap. Dia memasang kembali pedang yang di apakai sebagai pengganjal leher tadi ke pinggangnya. Dengan sigap dia mendengarkan laporan bawahannya. 

"Orang mana?" tanyanya dengan tegas.
"Kurang jelas den, Tapi jelas mereka bukan orang Majapahit!"

Tumenggung Bayan segera bangkit. 
Rombongan tumenggung Adiguna memasuki daerah perbatasan. Tubuh mereka berkeringat dan penuh debu. Rombongan itu di paksa berhenti karena tiba tiba dari semak-semak dan balik poohon besar muncul kira-kira lima puluh orang Pamotan dengan sorot mata yang tidak bersahabat. 

"Kami utusan dari Madangkara, mau ke Pamotan membawa surat Baginda Prabu Brama buat paduka Bre Wirabumi!" seru Tumenggung Adiguna dengan Lantang. 


Tumenggung Bayan menyeruak diantara anak buahnya. Sikapnya lebih tidak bersahabat lagi. Bentakannya membuat Tumenggung Adiguna tersinggung. 

"Turun!" Siapapun yang memasuki wilayah Kedaton Timur harus di geledah!"

Tumenggung Adiguna terpaksa turun dari kudanya. Demikian juga dengan anak buahnya. Tumenggung Bayan mendekati Tumenggung Adiguna. 

"Kamu Pemimpinnya?" Mana surat itu!

"Surat ini untuk rajamu! Kamu tidak berhak memeriksa", sahut Tumenggung Adiguna. 

"Tidak usah macam macam, surat itu aku yang mengantar! sebab sementara kalian harus di periksa dulu, siapa tahu kalian mata-mata Majapahit, atau sekutu Majapahit!" Tumenggung Bayan berkeras 

Tumenggung Adiguna tidak bersedia di perlakukan seperti itu. 

"Tumenggung Adiguna pantang di hina! Rajaku menyuruh aku mengantar surat ini dengan tanganku sendiri!"

Dengan gerak kepalanya Tumenggung Bayan memberi isyarat kepada anak buahnya untuk menyerang.

"Paksa!", serunya dengan suara keras.



Perkelahianpun terjadi keadaanya sangat tidak seimbang, nyaris satu melawan lima. Tapi Tumenggung Adiguna adalah orang yang sangat ahli menggunakan pedangnya. Berpuluh kali dia terjun ke medan perang mendampingi rajanya. Maka dalam waktu singkat dia berhasil menewaskan prajurit penjaga dari Pamotan. 

Tapi Tumenggung Bayan juga buan orang sembarangan. Dia benar-benar orang kepercayaan Pamotandan pernah mengikuti pendidikan militer singkat dari perwira perwira utusan Kaisar Yang La. 

Perkelahian terjadi dengan serunya sampai akirnya kedua Tumenggung itu berhadap-hadapan satu sama lain. Keduanya sama-sama sakti dan sama-sama memiliki ilmu berkelahi yang sangat tinggi. Bedanya Tumenggung Bayan memiliki ilmu kedigdayaan. 

Setelah bertarung dengan ilmu keprajuritan, ternyata Tumenggung Adiguna cukup mahir maka Tumenggung Bayan yang jumawa mulai mengelurakan ajian Cadas Ngampar. Sebuah ajian dengan akibat yang sangat fatal kalau sampai mengenai sasaran karena hasil pukulan itu bisa menghancurkan bukit karang sekalipun. 

Tumenggung Bayang melompat mundur beberapa tindak kemudian menempelkan tangan kanannya dengan telapak kiri dalam gerakan yang sangat bertenaga di lontarkannya pukulan ke arah Tumenggung Adiguna yang secara naluriah mengerti akan bahaya pukulan tersebut. Dia segera melompat dan pukulan Cadas Ngampar itu menghancurkan tonggak tapal batas yang berdiri kokoh dari batu bata. 


Tumenggung Adiguna makin hati-hati sementara Tumenggung Bayan makin gencar dengan serangannya. Beberapa pohon tumbang ole pukulan itu karena batangnya hancur. Tumenggung Bayan seperti orang kesurupan. Gerakan-gerakan Tumenggung Adiguna yang lincah berlompatan seperti tupai segera menjadi pemikiran Tumenggung Bayan untuk memberikan pancingan. Sementara itu perkelahian antara anak buah makin tidak seimbang. Orang-orang Madangkara di babat habis, tinggal dua orang lagi yang masih bertahan. 

Ketika itu Tumenggung Bayan memancing seolah-olah dia menyerang lagi dengan ilmunya. Tumenggung Adiguna melompat seperti tupai dan baru ketika itulah Bayan melepas Cadas Ngamparnya sehingga tubuh yang melayang itu meledak, hancur berkeping-keping. Salah seorang anak buah Adiguna yang seungguhnya sudah terluka parah melihat kejadian itu. Dia segera bergulingan menyambar tas terbuat dari kulit yang ikut melayang kemudian dengan gesit melompat ke atas kudanya yang segera di pacu dengan cepat.

Beberapa orang anak buah Tumenggung Bayan hendak mengejar tapi di cegah oleh Tumenggung yang sakti tapi sombong itu.

"Tidak usah! Dia akan mati kehabisan darah! Kuburkan para korban dengan baik, bagaimanapun mereka pahlawan dari negerinya!", perintahnya segera. 

Malam hari di Kaputren Pamotan nampak seorang wanita setengah baya sedang duduk merenung di dekat lampu minyak yang menerangi ruangan itu. Dia adalah ibu angkat Bre Wirabumi yang bernama Rajasaduhitunggadewi. Bre Wirabumi duduk menunggu di dampingi isterinya yang bertubuh gemuk. 

"Tekadmu sudah bulat nak?", tanya Tunggadewi
"Kenapa ibu tanya lagi?".

"Karena tekad itu akan menentukan sebuah perang saudara yang pasti akan menghancurkan trah Narraya Sanggramawijaya. Dendam akan mengalir pada detak-detak jantung para keturunan gugur", Tunggadewi memberi nasehat kepada Bre Wirabumi. 

"Terpaksa hamba lakukan kanjeng ibu, sebab ini masalah hak. Hak yang di berikan secara keliru oleh ayahanda gusti Prabu Hayam Wuruk kepada Wikramawardana", Bre Wirabumi menyahut. 

Ibu angkat Wirabumi hanya menggelengkan kepalanya. Separuh wajahnya yang  sendu tertimpa sinar cahaya lampu. Air matanya menitik perlahan. 

"Ini cuma masalah hawa nafsu. Kamu terpengaruh oleh cita-cita kakekmu Sriwijaya Rajasa sang Apanji Waning Hyun, yang ingin melepaskan diri dari bayangan kekuasaan menantunya sendiri, ayahmu. Itulah sebabnya sang Apanji ayahku mengangkat kamu sebagai anakku untuk meneruskan keinginannya melepaskan diri dari Majapahit,"

Bre Wirabumi terdiam. Rajasaduhitunggadewi bangkit menuju ke jendela dimana di kejauhan terlihat rumah-rumah bangunan istana Pamotan yang telah gelap. 

"Sialnya kemarin aku mimpi buruk sekali",

"Tentang Apa?" tanya Bre Wirabumi

Wajah setengah tua itu berusaha untuk bisa menahan perasaan yang sebenarnya sedang menghancurkan kalbunya. 

"Singgasana Pamotan berlumur darah...."

Bre Wirabumi kaget tapi dia berusaha menenangkan sikapnya. 

"Ibu.... mimpi itu bukan untuk hamba. Banyak negeri yang mendukung Pamotan. Bre Tumapel pun berada di belakang hamba. Dan seperti ibu ketahui Kaisar Yung La dari negeri Cina telah memberikan stempel emas pada hamba. Mereka semua akan berdiri di belakang Pamotan. Percayalah mimpi itu bukan untuk hamba!"

Wajah ibu setengah baya itu kian mendung. Di elusnya rambut Bre Wirabumi. 

"Ibu tidak menghalang-halangi iatmu. Cuma cemas, sebab dalam mata hati ibu perang itu sudah terjadi. Perang yang akan mengguncangkan seluruh bumi Nusantara. Perang Paregreg!.

BERSAMBUNG KE BAGIAN 6...............................


Wednesday, November 30, 2022

SAUR SEPUH, SATRIA MADANGKARA BAGIAN 2



 ..........Sambungan dari Bagian 1


Sebuah tugu yang terbuat dari batu bata dengan bentuk seperti lingga dengan gaya pasundan terlihat menjulang pada dataran di areal pegunungan. Di kejauhan terlihat lima orang penunggang kuda dengan sigap mengendarai kuda tunggangan tercepat pada jaman itu. Mereka berhenti tepat dimana terdapat pertigaan jalan. 

Salah seorang diantara mereka adalah Hulubalang Robi, pemimpin dari lima orang itu. Menilik dari pakaiannya mereka adalah prajurit Pamotan (Kedaton Timur).

"Kita sudah sampai di Madangkara, ini tugu perbatasannya!," seru hulubalang Rowi kepada bawahannya. 

Hulubalang yang berbadan tegap dengan kumis melintang itu menyipitkan matanya melihat ke kejauhan. Dan sayup-sayup terlihat sekelompok bangunan yang merupakan sebuah kota yang tidak terlalu besar namun juga tidak kecil. Bangunan-bangunan rumah dan tembok keliling kerajaan serta gerbangnya terlihat cukup megah. Sementara kelima orang Pamotan itu masih belum beranjak, terdengar suara derap kuda dari arah lain. Mereka lalu menoleh. 

Tiga orang penunggang kuda kelihatan terburu-buru kenuju ke arah mereka. Para penunggang kuda itu sedikit terkejut melihat  adanya lima orang di atas kuda berdiri di hadapan mereka. Dan yang lebih membuat mereka terkejut adalah orang-orang itu mereka kenal sebagai orang Pamotan. Dan ketiga penunggang kuda itu adalah utusan dari Majapahit. Mereka segera menghentikan kudanya. 

Penunggang-penunggang kuda dari Majapahit itu mengerutkan dahi. Salah seoangdari mereka yang bernama hulubang Ludika menjadi geram. 

"Oang-orang Pamotan, mereka pasti utusan Bre Wirabumi untuk mencari dukungan dari kerajaan-krajaan did aerah Kulon!," Seru hulubalng Ludika kepada bawahannya. Lalu dengan kepala yang pasti hulubalang yang tidak kalah gagahnya dengan hluubalang Rowi menyuruh kedua kawannya untuk mengikutinya.  Ketiga ekor kuda itu segera melaju menghampiri ke lima orang Pamotan.

Hulubalang Rowi maklum apa yang akan terjadi. Perlahan-lahan tangannya bergerak membetulkan letak kerisnya. Dengan gaya yang meyakinkan ketiga Penunggang kuda dari Majapahit itu menghentikan kuda mereka. Kaki kuda yang mereka tunggangi melunjak dengan ganas. Dengan tenang Hulubalang Rowi memandangi orang Majapahit itu.

"Mau apa kalian?," tanyanya

"Menghantikan tugas kalian. Serahkan surat-surat itu padaku!," sahut Hulubalang Ludika.

Hulubalang Rowi menatap tajam ke arah Hulubalang Ludika dan kawan-kawannya lalu berkata : 

"Kamu tidak ada hak untuk menghalangi tugas kami, Minggir!,"

Hulubalang Rowi segera menjalankan kudanya. Dengan terpaksa ia menghindar dari halangan ketiga orang Majapahit itu. Tapi tiba-tiba Hulubalang Ludika menyerang dengan tendangan kaki. Tapi denan sigap Rowi menangkis dengan lengannya. Perkelahian terjadi. Mereka slaing melompat dari atas kuda. Dari cara mereka berkelahi nampak jelas bahwa utusan ini adalah orang-orang pilihan di negeri mereka masing-masing. 

Ditengah perkelahian yang terjadi dengan seru, muncul pasukan tentara Madangkara yang di pimpin oleh Senopati Ringkin yang dengan gagah di atas kudanya di dampingi olehbeberapa orang berkuda lainnya. Dibelakang mereka nampak puluhan prajurit berlari-laridengan tombak di tangan. 

Mereka yang sedang berkelahi sedikit terpecahperhatiannya. Senopati Ringkin berteriak keras dari atas kudanya. 

"Hentikan!,".

Tapi perkelahian itu masih saja terjadi. Mereka yang berkelahi nampak tidak mengacuhkan perintah itu. Senopati Ringkin berseru lagi.\:

"Kalian akan kami serang kalau tidak mau berhenti. Ini daerah Madangkara!".

Orang-orang Majapahit dan Pamotan menghentikan perkelahian mereka ketika pasukan bertombak berkeliling mengepung. 

"Kalian kami tahan!", perintah Senopati Ringkin dengan Tegas.


BERSAMBUNG KE BAGIAN 3.................................................


Wednesday, September 14, 2022

Saur Sepuh , Satria Madangkara Film Terlaris Tahun 1988 !

Brama Kumbara dan Lasmini dalam Saur Sepuh 1

Berbicara tentang Saur Sepuh, agaknya memang belum bisa move on dari film yang diangkat dari serial Sandiwara Radio yang populer di tahun 80an. Apalagi setelah menemukan data baru kalau jumlah penonton film Saur Sepuh 1, Satria Madangkara menjadi film terlaris pada tahun 1988. Di kutip dari buku Festival Film Indonesia 1989 di halaman 122 , Film Saur Sepuh 1 meraih penonton 2.275.887. Jumlah ini termasuk jumlah yang fantastis pada jaman itu dan berhasil mengalahkan film Pengkhianatan G 30 S /PKI (1984) yang meraih penonton 1.724.704.  Hal ini tentu saja menjadi sebuah kebanggaan mengingat film bersetting kerajaan Madangkara tersebut mampu mendapatkan dukungan dari penonton tanah air. Apalagi dengan sederetan cast yang baru di dunia perfilman seperti Fendy Pradana, Murtisaridewi dan juga Elly Ermawatie.

Tiga tokoh sentral dalam cerita Saur Sepuh di perankan dengan bagus oleh Fendy Pradana sebagai Brama Kumbara.  kayaknya hampir semua orang yang hidup di era pertengahan 80an hingga awal 90an tahu siapa Brama Kumbara, seorang raja dari Madangkara. Kemudian ada Elly Ermawatie yang berperan sebagai Mantili si pedang setan dan pedang perak, dan juga ada Murtisaridewi sebagai tokoh Lasmini, perempuan penggoda pemilik perguruan Anggrek Jingga di lereng gunung lawu. Ketiga tokoh sentral ini menjadi nyawa film Saur sepuh.

Penampakan VCD Saur Sepuh 1 dan Kaset OST saur Sepuh


Saur Sepuh di buat sebanyak 5 judul , sebuah karya Niki Kosasih yang berhasil secara bagus di visualisasikan kedalam film oleh Sutradara Imam Tantowi  dalam Saur Sepuh 1 sd 4 dan Torro Margens di Saur Sepuh 5. Film Saur sepuh sendiri merupakan film dengan hasil yang cukup membanggakan , hal ini terbukti dengan perolehan penonton Saur Sepuh yang cukup fantasitis, sekaligus menjadi film laris di DKI Jakarta. Perolehan penonton Saur Sepuh menjadi perolehan yang cukup di perhitungkan. Di DKI Jakarta sendiri film saur sepuh 1 juga menjadi film terlaris tahun 1988 dengan perolehan penonton 575.480, sementara di tahun 1989 film saur sepuh II masih menjadi film terlaris dengan perolehan penonton 555.187 dan di Tahun 1990 Film Saur Sepuh III Kembang Gunung Lawu menjadi film terlaris pertama dengan perolehan penonton 447.504. Selanjutnya Film saur Sepuh IV dan V tidak saya temukan data jumlah penontonnya. Namun demikian era 90an awal menjadi era yang mulai sepinya film-film Indonesia dan di pertengahan 90an hingga akhir 90an film-film bertema seks menjadi suguhan yang memenuhi bioskop kala itu. 

Kalau era sekarang, film -film laris dengan jumlah penonton yang banyak makin sering bermunculan, sebut saja di tahun 2022 film KKN di desa Penari menjadi film terlaris hingga sekarang belum ada yang bisa menghadangnya dengan jumlah penonton 9 juta lebih. Juga ada film Pengabdi setan versi Joko anwar yang berhasil menggetarkan jagat perfilman Nasional yang kian berkembang. 

Poster Saur Sepuh 1

Poster Saur Sepuh 1

Kalau kita flashback ke era 80an keatas, yang saat itu saya juga masih kecil sandiwara radio menjadi sebuah hiburan 'murah' bagi kalangan bawah, karena tidak semua orang memiliki radio di rumah, dan seninya mendengarkan radio adalah di dengarkan secara bersama-sama. Imaginasi dari pendengar radio saat mendengarkan sebuah cerita tentu saja dapat berbeda-beda. Tak jarang anak-anak suka bermain peran seperti apa yang ada dalam sandiwara radio sesuai dengan imaginasi masing-masing anak. kata-kata Ciaaaat menjadi biasa terdengar di lingkungan sekitar yang di lakukan oleh anak-anak. Hiburan TV menjadi hiburan yang mahal, jangankan TV , radio saja satu RT (di kampung) bisa di hitung dengan jari siapa yang memiliki radio . Dari radiolah kita dapat mendengarkan cerita Saur sepuh meski kadang di dengarkan di rumah tetangga secara beramai-ramai. 

Ketika Saur Sepuh diangkat ke layar lebar tentu saja di sambut secara antusias baik bagi kalangan yang tinggal di kota maupun di pelosok desa. Meski tidak bisa nonton ke bioskop karena masih kecil dan jauh karena ada di kota, namun saya sendiri berhasil menontonnya di hajatan sunatan yang  'nanggap' video dengan memutar film Saur Sepuh. 

Sebagai pecinta saur sepuh bagi saya visualisasi yang ditampilkan dalam film Saur sepuh terwakilkan dan sesau ekspektasi. Sehingga film saur sepuh menjadi film terlaris dan tersering dalam diri saya yang paling sering di putar. Bagaimana dengan kalian? ada yang sama?

Lantas akankah film-film bertema seperti ini ada yang tertarik untuk membuat ulang di masa sekarang? Wallahu a'lam semoga saja ada Sutradara yang melihat dan menggarap serius agar penonton juga tidak kecewa tentu dengan mengikuti masa kekinian yang bisa di terima oleh penonton milenial.

Artikel Pendukung



Thursday, January 23, 2020

Film Indonesia Jadul : 7 Manusia Harimau

7 Manusia harimau

JUDUL FILM        : 7 MANUSIA HARIMAU
SUTRADARA       : IMAM TANTOWI
CERITA                  : MOTINGGO BUSYE
PRODUKSI           : PT KANTA INDAH FILM
PRODUSER          : HERMAN DIAL
TAHUN PROD    : 1987
JENIS                     : FILM HOROR
PEMAIN               :  EL MANIK, RAY SAHETAPY, ANNEKE PUTRI, SHINTA KARTIKA DEWI

SINOPSIS : 

Gumara (Ray Sahetapy) tiba di sebuah desa bernama Kumayan dengan mengendarai kereta api. Sesampai di desa Kumayan, Gumara di jemput oleh seorang utusan untuk menjemput Kumara yang ditugaskan ke desa Kumayan untuk menjadi guru SMP, untuk menggantikan guru yang mau pensiun  yang bernama Pak Tarih. Sesampai di Kumayan, Kumara di kejutkan oleh suasana yang mencekam sekali, karena hanya orang-orang luar sajalah ternyata yang berani keluar rumah kalau malam. Isu manusia harimau di desa Kumayan agaknya menjadi isu utama sehingga masyarakat menjadi takut keluar.  Kumara di antar hingga kerumah yang akan di tempatinya. Namun sebelum beristirahat, Kumara terlebih dahulu akan meminta ijin kepada Lebai Karat (El Manik) sebagai seorang yang dihormati di desa tersebut, walaupun Kumara sendiri di wanti-wanti tentang siapa sebenarnya Lebai karat. Seorang dukun yang dapat melakukan apa saja, dan ia juga di sinyalir sebagai salah satu manusia Harimau. 

Di tengah perjalanan Gumara di ganggu oleh hadirnya manusia harimau yang meminta tolong, namun Gumara berhasil meloloskan diri dan sampai ke rumah Ki Lebai Karat. Di rumah ki Lebai Karat, Kumara hampir saja berkelahi dengan Ki Lebai karena Kumara menyinggung perasaannya, namun sebelum Ki Lebai menerkam Gumara, Harwati (Shinta Kartika Dewi) anak dari Ki Lebai, berhasil menggagalkan usaha bapaknya untuk membunuh Kumara. Akhirnya Kumara pun pulang ke rumah yang akan ditempatinya. Sesampai di rumah ia di kejutkan oleh suara mendengik nafas seseorang yang membelakanginya. Gumara kaget karena muka orang tersebut sangat menakutkan. Gumara akhirnya tahu siapa orang tersebut. Ia adalah Toheng sang pemilik rumah sesungguhnya yang kini ditempati kumara, namun ia di singkirkan oleh orang-orang lebai Karat. TOheng meminta tolong pada Gumara agar Ki Lebai Karat mau melepaskan santet terhada dirinya. Berhubung hari sudah malam, maka Gumara meminta Toheng untuk pergi karena ia mau beristirahat. 

Paginya Gumara di kejutkan suara ramai-ramai warga di depan rumahnya karena kematian Toheng. Gumara di tuduh sebagai pembunuh dan ditangkap oleh Polisi untuk dipenjara. Gumara di fitnah. Harwati anak Lebai Karat turut berusaha mengeluarkan Gumara dari kantor polisi, namun Gumara menolaknya. Malamnya Gumara di datangi oleh Toheng di penjara, namun Gumara menjadi ketakutan karena ternyata Toheng yang telah meninggal pergi dengan membawa kepalanya sendiri ditangan, Gumara menjadi ketakutan. 

Akhirnya Gumara berhasil keluar dari penjara setelah di tolong oleh Ki Lading Ganda, dan memberitahukan pada Gumara kalau sebenarnya ia di fitnah sehingga masuk penjara. Ki lading ganda adalah seteru dari Ki Lebai Karat. Ki lading ganda mengingingkan Kumara menjadi muridnya, namun Gumara menolaknya. 

****
Setelah keluar dari penjara, Gumara akhirnya berhasil mengajar di SMP Kumayan. Di tempatnya mengajar dan untuk sehari-hari Kumara mendapatkan makanan yang dimasak oleh Bu Tarih. Namun ketika bersama Ki Lading Ganda, Gumara di wanti-wanti kalau ia harus berhati-hati atau ia diracun oleh KI Tarih karena sakit hati terhadapnya, karena Gumara menggantikannya di sekolah. Malam itu Gumara memakan makanan yang di masak oleh Ki Tarih, tiba-tiba ia menjadi muntah darah. Gumara pun lari ke dokter, namun dokter sudah menduga kalau Gumara pasti menyangka ia telah diracun.
Namun demikian Gumara akhirnya dapat mengajar. Di sekolah ada seorang muridnya yang mencuri perhatian Gumara. Ia adalah Pitaloka (Anneke Putri) anak dari salah seorang manusia Harimau bernama putih kelabu. Bahkan orang tua PItaloka pun menginginkan Gumara untuk menjadi suami Pitaloka, namun sayang Gumara menolaknya karena ia belum berniat menikah. Ayah Pitaloka marah dan menyerang Gumara dengan wajah Harimaunya. Akhirnya Gumara pun melayaninya, namun tanpa sadar Gumara juga berubah menjadi manusia Harimau. Maka keduanya akhirnya pun berkelahi. Gumara berhasil mengatasinya. Namun Gumara menyesalkan dengan ilmu yang tidak ingin dimilikinya. Ia pun menyimpannya diam-diam. Gumara dan putih kelabu akhirnya berbaikan.

****
Sementara itu ketika dalam perjalanan pulang sekolah, Gumara dan Pitaloka serta teman-temannya berjalan beriringan, menyebabkan seorang pemuda yang tidak suka pada Gumara menuduhnya sebagai guru cabul. Ketika Pitaloka memisahkan diri dari rombongan, maka pemuda tersebut mendekatinya dan mencoba untuk menemaninya pulang. Namun Pitaloka menolak. Karena ia tidak suka pada pemuda tersebut. Pitaloka bahkan meludah, sehingga ludahnya diambil oleh pemuda tersebut dan membawanya pada Ki Lading Ganda untuk meneluhnya hingga Pitaloka memiliki bibir yang jelek. 

Ki Putih Kelabu mengetahui siapa yang telah meneluh anaknya, namun sayang Pitaloka lebih percaya kepada dokter.  Sementara itu Gumara akhirnya diketahui kalau ia adalah Harimau Ketujuh . Gumara datang ke desa Kumayan sebenarnya adalah untuk menemukan siapa ayah kandungnya. 

*****

Harwati mengajak Gumara untuk melamarnya dan menghadapkannya pada Ki Lebai Karat. Namun tanpa di sangka, ki Lebai Karat mencoba mencari asal usul dari Gumara. Setelah menceritakan siapa ibu kandungnya, maka akhirnya Ki Lebai Karat pun mengaku kalau ia adalah ayah kandungnya. Mendengar cerita ini, Harwati kecewa karena dengan demikian ia tidak bisa menjadi istri dri Gumara orang yang dicintainya. Harwati pun pergi meninggalkan rumah dan menitipkan secarik surat untuk Pitaloka agar ia mau mendampingi Gumara.
Akhirnya Gumara menjadi manusia harimau ke tujuh untuk melengkapi 6 manusia harimau yang sudah ada.