Showing posts with label PT. Kanta Indah Film. Show all posts
Showing posts with label PT. Kanta Indah Film. Show all posts

Saturday, April 27, 2024

RINI TOMBOY, DARI RADIO KE LAGU DAN FILM


 Masih ingat sandiwara radio Rini Tomboy di awal 90an? kalau di tempat saya di Banyumas, Sandiwara Radio Rini Tomboy di perdengarkan di radio kala itu radio Sumasli pada jam 12.30. sebagai seorang anak sekolah, sulit sekali untuk mendengarkan sandiwara ini karena masih belum pulang sekolah, Hanya bisa sesekali mendengarkan sandiwara ini dimana ada tokoh Rini, Samil, dan juga ada tokoh nenek yang di isi suaranya oleh Asriati yang lekat sekali dengan suara Mak Lampir. Hanya saja di sandiwara ini, Asriati sebagai nenek tidak bersuara semenyeramkan suara Mak Lampir tapi bayangannya tetap nenek yang menyebalkan. Ini adalah sandiwara radio yang mengetengahkan cerita drama, beda sekali dengan sandiwara radio yang sering di dengarkan seperti Saur Sepuh maupun Babad Tanah leluhur yang saat itu juga sudah mulai mengudara. 

Rini Tomboy juga di buatkan lagu oleh Ahmad Albar dengan lirik sebagai berikut : 

RINI TOMBOY - AHMAD ALBAR
Ada gadis di sini acuh dan tak perduliNamanya top Rini TomboyAda banyak lelaki semua mengakuiNaksir berat Rini Tomboy
Rini, Rini TomboyBila sehari kamu tak adaRini, Rini TomboyMereka tanya engkau di manaRini engkau di mana?
Ada yang sok beraniDatang dan pasang aksiRini cabut, gigit jari
Aku punya cerita tetapi rahasiaDan mungkin kau tak percaya
Rini, Rini TomboyBergaul bebas di mana-manaRini, Rini TomboyBebas tapi ada batasnyaRini gadis idola
Semalam di sini aku dan Si RiniDi Taman Ismail MarzukiNonton drama dan seni tari
Tanpa kusengaja kupegang tangannyaDan ternyata dia diam sajaAku bingung entah kenapa
Rini Tomboy
Rini, Rini TomboyBergaul bebas di mana-manaRini, Rini TomboyBebas tapi ada batasnyaRini gadis idola
Semalam di sini aku dan Si RiniDi Taman Ismail MarzukiNonton drama dan seni tari
Tanpa kusengaja kupegang tangannyaDan ternyata dia diam sajaAku bingung entah kenapa
Rini TomboyRini Tomboy

Lagu Rini Tomboy sendiri di buat ahmad Albar berdasarkan Sandiwara Radio dengan judul yang sama dan tata musiknya di kelola oleh Areng Widodo seorang Penata Musik terbaik dalam Festival Film Indonesia tahun 1990.

Ternyata lagu dan Sandiwara Radionya menarik perhatian produser Film Handi Mulyono dari PT. Kanta Indah Film, untuk memfilmkannya dengan Sutradara Noto Bagaskara sebagai film pertama yang ia sutradarai. 

Dan pemain-pemain Rini Tomboy di perankan oleh Cornelia Agatha seorang pendatang baru yang berhasil terpilih dari penyaringan casting. Film Rini Tomboy juga di perankan oleh Tio Pakusadewo, Hendri Hendarto, Rini Tomboy, Inneke Koesherawati dan juga ada penampilan khusus Titi Dwijayati sebagai penyanyi. 


Wednesday, March 6, 2024

OONG MARYONO , SALAH SATU PEMERAN "PEMERKOSA" LASMINI DALAM SAUR SEPUH 3


Masih tentang saur sepuh ya, kali ini adalah tentang sosok pemerkosa Lasmini dalam film Saur Sepuh 3. Dalam film Saur Sepuh 3 Kembang Gunung Lawu yang di perankan oleh Murtisaridewi sebagai Lasmini sebagai tokoh sentral dari film ini. Di ceritakan Lasmini adalah istri dari Saudagar ternama bernama Juragan Basra. Namun karena Lasmini justru juga mencintai laki-laki lain yang lebih gagah seperti Ranggawuni, terlebih Juragan Basra juga gagal menahan kepergian Lasmini karena bosan mengikuti juragan Basra sebagai pedagang, maka timbul niat jahat juragan Basra untuk membunuh Lasmini. 

Di tengah jalan , Lasmini di cegat oleh begundal Juragan Basra, kemudian ramai-ramai memperkosa Lasmini dan kemudian Lasmini di buang ke jurang dengan harapan Lasmini akan mati. Namun siapa sangka Lasmini di tolong oleh nenek Lawu yang kelak setelah menerima ilmu yang di ajarkan nenek Lawu di perguruan Anggrek Jingga, Lasmini akan menuntut balas dan membunuh satu persatu pemerkosanya. 

Salah satu dari sosok pemerkosa Lasmini di perankan oleh Oong Maryono. Siapakah Oong Maryono? di kutip dari Majalah Film edisi 089/57 tahun VI , 25 Nov - 8 Des 1989, dia adalah seorang atlet yang pernah dua kali juara dunia silat untuk kelas bebas dan empat kali juara nasional Tae Kwon Do untuk kelas yang sama. Lelaki kelahiran Bondowoso 28 Juli 1957 ini terjun ke dunia film setelah Robert Santoso menariknya  dan memperkenalkan pada Imam Tantowi, sang Sutradara film Saur Sepuh 3. 

Oong Maryono berperan sebagai Ande, anak buah juragan Basra yang ikut memperkosa Lasmini . Ande akhirnya mati ditangan lasmini setelah di tusuk pedang.  Bermain film hanya menjadi ajang percobaan saja bagi Oong karena jika prospeknya cerah maka ia edan terus bermain film namun jika tidak maka ia akan kembali ke pekerjaanya selama ini. 

Pendekar di perguruan silat Nusantara dan Penyandang DAN III Tae Kwon Do serta pemegang sabuk Coklat Jui Jit Su, selain punya prestasi gemilang di seni bela diri yang ditekuninya, juga punya ribuan murid di Brunei Darussalam. 

Oong Maryono juga tercatat pernah bermain di Tutur Tinular dan Jaka Swara. 

Saturday, March 2, 2024

SAUR SEPUH IV, TERAKHIR BUAT IMAM TANTOWI


 Serial sandiwara radio Saur Sepuh, yang sampai kini masih di gandrungi masyarakat. Barangkali memang masih akan setia hadir di tengah-tengah penggemarnya. Tapi Saur Sepuh yang juga sukses di layar putih, nampaknya akan berakhir setelah seri keempat di selesaikan Imam Tantowi. 

Lho kenapa? Tantowi sendiri sadar, memang lewat Saur Sepuh imaginasinya bisa tertuang tuntas. Lewat film itu pula namanya menjadi tenar, yang tentu saja diikuti rezeki. "Tapi, rasanya saya akan segera meninggalkan dunia film. Lalu, mengalihkan profesi", tukas sutradara asal kota Tegal, Jawa Tengah, yang kini sedang mempersiapkan Saur Sepuh IV, kepada Majalah Film. 

Yang di jadikan alasan untuk meninggalkan dunia film, di samping sedikit protes terhadap keadaan, juga rasa lelah setelah 8 tahun menjadi sutradara. Tentang protesnya, Towi panggilan akrabnya memang tak mau membeberkan. "Sekarang ini saya masih kerja di film. Kurang baik kalau protes itu di besar-besarkan!" kilah Towi memberi alasan. 

Tentang Saur Sepuh IV, yang katanya film terakhir, setidaknya keterlibatannya dengan PT, Kanta Indah Film, perusahaan yang selama ini memproduksi Saur Sepuh, kabarnya juga tidak melibatkan bebrapa bintang pendukung Saur Sepuh terdahulu, Elly Ermawati, Murtisaridewi, Fendy Pradana. "Dalam seri ini, ceritanya memang Mantili tak ada. Juga Lasmini, yang di mainkan Murti. Sedangkan Fendi Pradana memang mengundurkan diri karena kontraknya sudah habis!", jelas Towi. 

Ia juga jelaskan, rencana suting film "terakhirnya itu," katanya, akan mulai sekitar pertengahan Januari 1991. Lokasinya masih tetap di daerah Pangandaran, Jawa Barat. "Mudah mudahan, walaupun dengan pemain baru, yang selama ini belum banyak di kenal, tapi masih mendapat sambutan Masyarakat. Dulu, pemain-pemain yang kemudian tenar itupun, tak pula di kenal orang kecuali Elly lewat radio!" katanya. 


Demikian kutipan singkat tentang film Saur Sepuh terakhir yang di sutradarai oleh Imam Tantowi yang di ambil dari Majalah film No. 118/86 Tahun VII , 5 - 18 Januari 1991. 

Monday, January 22, 2024

DIBALIK TERPILIHNYA PT KANTA INDAH FILM YANG MEMPRODUKSI "SAUR SEPUH" SATRIA MADANGKARA

 


Ada apa di balik terpilihnya PT. Kanta Indah Film sebagai rumah produksi yang memproduksi film Saur Sepuh? ternyata sebelum PT. Kanta Indah film ada tiga rumah produksi yang sedianya akan membuat film Saur sepuh. 

Mari Simak petikan artikel Bonus Majalah Film No. 056/24 Tahun IV, 20 Agustus - 2 September 1988 dengan judul "Akhirnya, Inilah Saur Sepuh Itu".

Kesempatan memang menjadi milik orang yang gesit. 

Drama radio "Saur Sepuh" yang di udarakan lewat 250 stasiun radio di berbagai wilayah di Indonesia tiba-tiba seperti melahirkan fenomena tersendiri. 

Para Pendukung sandiwara ini, yang cuma suaranya saja yang di kenal, lalu lebi di dekatkan dengan penggemarnya yang selalu membludag lewat hiburan panggung. Lalu muncul nama-nama populer macam Elly Ermawatie, Ferry Fadly atau Novia Kolopaking, 'dinasti' Saur Sepuh perdana. 

Kepopuleran drama "Saur Sepuh" yang di udarakan ulai Februari 1984 ini, tercium juga bau komersilnya oleh orang film. Syahdan beberapa produser tanpa kencanpun, mulai mengontak Kalbe Farma, perusahaan farmasi yang punya hak milik "Saur Sepuh". Ada Tobali Film, Garuda Film serta Inem Film. 

Dari penjajagan dengan mereka, pihak Kalbe nampaknya lebih condong memilih Garuda Film . Tapi menghubungi produser Garuda tak mudah. Apalagi waktu itu Hendrick Gozali pergi ke Hongkong. Sejak itu putus kontak Kalbe dan Garuda. 

Produser Lain, Kanta Indah Film adu nasib hubungi Kalbe atas desakan Sutradara Imam Tantowi yagn tergiur memfilmkan "Saur Sepuh" yang bisa kolosal. Kanta mulai membujuk Kalbe dengan memutarkan film-film silat yang pernah di produksi macam "Kelabang Seribu", "Mandala", "Pendekar Ksatria", dan lainnya. Kalbe berubah pikiran melihat kesungguhan Kanta dan Imam. "Baik, Kalbe setuju asal yang menyutradarai Imam Tantowi", ujar pihak Kalbe. 

Tobali Film tak mau kalah, Ia tawarkan uang "beli" Saur Sepuh sebanyak Rp. 50 Juta. Tapi mana Kalbe, yang telah di keluarkan duit Rp. 5 Milyard untuk radio Saur Sepuh itu, menganggap uang segitu berharga. 

Bahkan kepada Kanta Film, Kalbe menjanjikan kalau film Saur Sepuh nanti jadi dibuat dan Kanta Kekurangan duit, Kalbe akan bantu. "Dari kami syaratnya cuma satu, bikin film Saur Sepuh sebagus mungkin." ujar A.O Hndriyono, Asisten Manajer Marketing Kalbe Farma di mobil pribadinya saat suting di Lampung kepada Majalah Film. 

Semula Kanta menganggarkan film ini kelak cuma menghabiskan Rp. 70," tut0 juta. Tapi sampai suting terakhir di Pusat Latihan Gajah Way Kambas, Lampung, telah menghabiskan  Rp. 800 juta.

Dan ini tak jadi masalah, sebab menurut orang terpercayadi Kalbe ini, pihaknya juga membantu finansial pada Kanta Indah Film. "Soal besarnya itu rahasia perusahaan," ucapnya. Bagi kami keuntungan dari film ini tak jadi masalah besar. Kalau Masyarakat puas,kami pun cukup puas," tuturnya dalam gaya dipropmasi seorang bisnis. 

Maka Kantapun lalu menghubungi para pemain Saur Sepuh diantaranya Ferry Fadly dan Elly Ermawati. Namun Ferry Fadly yang sudah di kontrak Kanta, Menurut Fadly, sengaja di permainkan pihak Kanta, lantaran Saur Sepuh belum mulai juga saat Ferry di kontrak 4 bulan lalu. 

Dan Tobali Film masuk mencoba membujuk Ferry agar menyeberang ke pihaknya untuk bikin film Saur Sepuh. Maka muncul Saur Sepuh lain kalau mau di sebut "palsu". Gembor-gemborpun mulai. Orang bingun Saur Sepuh model apa ini. Pihak Kalbe perlu turun tangan. Lewat Iklan di koran mereka memberitahu, bahwa hak pemfilman Saur Sepuh hanya di berikan pada Kanta Indah Film. Sejak itu Tobali nyerah lalu merombak skenario Saur Sepuh menjadi Brahmana Manggala. 

Tobali ngebut produksi, bahkan sebelum Saur Sepuh selesai suting pada 25 Juli ini, film Brahmana Manggala sudah beredar. Celakanya beberapa distributor dan pihak gedung bioskop mulai nakal dengan menyebut inilah film Saur Sepuh. 

Tentu Saja Kanta atau sutradara Imam Tantowi yang namanya di bawa-bawa jadi kheki, meski tak mau berbuat banyak. "Akhirnya toh orang tahu bahwa film itu bukan Saur Sepuh," ujar Tantowi. Hal ini juga di akui oleh Kalbe sendiri yang melihat iklan menyesatkan tentang film Brahmana Manggala di beberapa daerah. 

Sebuah kesempatan telah terlewati sudah. Dan Kanta film plus Imam Tantowi telah menyergapnya. Tinggal kini menguji sejauh mana kesempatan kolosal ini dimanfaatkan dan di olah untuk di uji oleh masyarakat yang kadung demen sama Saur Sepuh. Dan ini benar-benar tantangan seharga Rp. 1,2 milyard. Sebab pihak Kalbe juga memberi syarat bahwa film ini harus di promosikan secara besar-besaran dengan pesan sponsor perusahaan obat ini, tentu saja.

Dan kesempatan ini terjadi setelah nanti film Saur sepuh dengan Elly Ermawati diedarkan serentak dengan 80 kopi pada 1 September 1988 dan di lanjutkan Saur Sepuh jilid II (yang belum di buat) dan direncanakan beredar 25 Desember. Itupun kalau jadi lho!.

Thursday, January 11, 2024

SAUR SEPUH : DARI RADIO KE LAYAR PERAK


Saur Sepuh sebuah serial sandiwara radio yang fenomenal pada era 80an yang diangkat ke layar lebar. Kali ini saya akan menuliskan tentang Saur Sepuh yang diangkat ke layar perak dari Majalah Sarinah Nomor 156/29 Agustus sd 11 September 1988. Meski beritanya sudah basi namun agar para pembaca dapat kembali mengingatnya dan membaca kisahnya. 

Berikut petikannya.

 Cerita Saur Sepuh yang meminjam latar sejarah Majapahit di gemari jutaan pendengar sekitar 250 pemancar radio. Lalu diangkat ke layar perak. Dapatkah gambar yang tampil di film Saur Sepuh sesuai dengan imajinasi pendengar drama tersohor itu?

Gerbang benteng Majapahit terbuka. Pasukan gajah yang di pimpin Raden Gajah berderap di iringi pasukan berkuda dan prajurit yang meluap seperti bah dan perang tandingpun berkobar. Pekik kesakitan baur dengan denting beradunya bermacam senjata. Pedang dan tombak bercuatan diantara kibaran umbul-umbul. Pasukan gajah terus merangsek maju, menggilas prajurit kerajaan Pamotan yang memberontak. 

Sementara kedua prajurit kerajaan itu berperang, Imam Tantowi terus menyimak jalannya pertempuran. Imam Tantowi, kita tahu adalah salah seorang sutradara film action yang selama ini mampu menyuguhkan adegan-adegan menegangkan namun juga artistik. Di tangan Imam Tantowi, film action bukan sekedar gambar hidup yang menyuguhkan orang berkelahi atau baku bacok, "Carok" umpamanya. Film "Carok" yang berlatar tradisi Madura, di tangan Imam Tantowi, hadir sebagai film berbobot. Setidaknya El Manik menyabet PIala Citra melalui film "Carok" itu. Dan kini Imam Tantowi kembali menggarap film action Saur Sepuh seri pertama berjudul "Satria Madangkara".

Film yang konon menghabiskan biaya sekitar satu milyar rupiah ini, "Ceritanya, sebagai drama radio, sudah demikian populer. Bagi saya, hal itu justru menyulitkan. Sebab,saya di batasi oleh Imaginasi mereka yang selama ini menggemari drama radio Saur Sepuh. Maka, dalam pengadegan dan visualisasi, yang dapat saya lakukan hanyalah mencoba mendekatkannya dengan bayangan yang selama ini ada di dalam imajinasi penggemar Saur Sepuh," kata Imam Tantowi dalam nada rendah. 


Perahu Raden Gajah

Brama, Mantili, 

Latar Sejarah

Saur sepuh seri "Satria Madangkara" ini meminjam latar sejarah kerajaan Majapahit yang sedang dilanda kemelut. Alkisah, Bre Wirabhumi putra Prabu Hayam Wuruk dari istri selir, berniat menuntut hak sebagai raja Majapahit yang ketika itu di perintah oleh Prabu Wikramawardana, menantu Prabu Hayam Wuruk. 

Bre Wirabhumi berusaha menandingi kekuasaan Majapahit dengan mendirikan kerajaan Pamotan. Dan ia meminta pengesahan pada Kaisar Yung Lo di Negeri Cina. Selain itu, ia juga mencari dukungan dari negeri tetangga antara lain Pajajaran, Tanjung Singguruh, Sumedang Larang dan kerajaan kecil Madangkara. 

Hingga disini, latar sejarah yang di pinjam pembuat cerita Saur Sepuh, yakni Niki Kosasih, mulai bergeser pada fiksi. Syahdan Brama Kumbara, raja Madangkara, enggan membantu Pamotan, Sebab Brama Kumbara menganggap pertikaian Bre Wirabhumi dengan raja Majapahit itu sebagai perselisihan keluarga. Ia tak hendak memihak, dan bahkan mengirim surat berisi imbauan agar kedua belah pihak menghentikan pertikaian dengan musyawarah. 

Akan tetapi, utusam Brama Kumbara terbunuh oleh Tumenggung Bayan, punggawa kerajaan Pamotan. Hal itu tentu saja membuat Prabu Brama Kumbara kurang berkenan. Ia meminta kepada Bre Wirabhumi agar Tumenggung Bayan di serahkan untuk di hukum. Tatkala meminta penyerahan itu, Brama Kumbara menyamar sebagai Satria Madangkara, dan mengaku sebagai utusan raja Madangkara. 

Jalinan cerita perebutan tahta Majapahit itu , lantar bergeser lagi ke dalam alur pengembaraan Satria Madangkara serta tokoh-tokoh Saur Sepuh yang selama ini di kagumi penggemar drama radio. Yakni Mantili, Gutawa, dan tokoh wanita antagonis Lasmini.  Selain perang kolosal, Satria Madangkara juga menyuguhkan duel dan sekaligus memvisualisasikan kehebatan tokoh-tokoh Saur Sepuh.

"Jika di dalam drama radio, imaginasi pendengar di bangkitkan dengan narasi, maka saya mencoba menggambarkan secara visual, " kata Imam Tanowi. 

Namun itu bukan hal mudah, Jika dalam drama radi kesaktian Mantili diutarakan dengan kata-kata umpamanya saat berperang, narator dengan leluasa mengisahkan kesaktiannya. Dan Mantili dalam imaginasi pendengar radio, mampu meloncat-loncat dari pucuk pohon ke pucuk pohon tanpa pernah terjatuh. 

"Hal semacam itu tentu sulit di capai dalam film," kata Imam tersenyum. Akan tetapi  dalam usahanya mendekati imaginasi yang sudah terlanjur terbentuk itu, Imam Tantowi tampak bersungguh-sungguh. Ia misalnya, bersusah payah menggambarkan kesaktian Mantili mampu berdiri diatas tombak yang dilemparkan kepadanya. Dan sambil tetap beridri di batang tombak itu. Mantili pun berputar arah mengejar dan kemudian menikam musuhnya. 

Atau juga visualisasi Brma kumbara yang menungang garuda mampu di ambarkan Imam Tantowi secara cerdik. Meskipun, "Dengan teknologi sederhana, saya berusaha untuk tidak mewujudkan gambaranyang terlalu jauh dari apa yang selama ini dibayangkan penggemar Saur Sepuh," kata Imam lagi. 

Adegan lain yang juga merupakan upaya berdamai dengan bayangan Saur sepuh yang terlanjur terbentuk lewat drama radio, adalah visualisasi kolosal pertempuran prajurit Pamotan dan Majapahit. Untuk itu Imam Tantowi memboyong peralatan dan crew film  ke pulau Sumba. Selama lima belas hari, Imam Tantowi menyewa sekitar dua ribu penduduk setempat yang mahir berkuda. 

Sutradara Saur Sepuh

Artikel dari Majalah Sarinah


Di Buka dengan Iklan

Saur Sepuh yang meminjam latar sejarah sesungguhnya dapat menjanjikanbanyak hal. Untuk menyelami kedalaman hati manusia, misalnya, seperti yang pernah di lakukan Rendra dengan dramanya "Panembahan Reso", yang juga meminjam latar sejarah kerajaan. Namun membaca skenario yang juga di tulis Imam Tantowi, sulit menemukan usaha pendalaman ke arah itu. 

Memang ada, umpamanya, usaha untuk mrelevansikan Saur Sepuh dengan situasi mas akini. Namun itu cuma terbatas pada dialog verbal seperti "Perang hanya akan menyengsarakan, mematikan perdagangan dan memiskinkan rakyat, baik yang menang maupun yang kalah."

Akan tetapi kita tahu, Imam Tantowi adalah seorang sutradara muda berbakat. Darinya lahir film-film yang enak ditonton. Dan Imam Tantowi pula yang mampu membuat film action layak di perhitungkan dalam Festival Film Indonesia. Padahal selama ini film-film action cuma di pandang sebelah mata oleh para kritisi. 

Sutradara yang mengawali karirnya di film sebagai penata artistik itu, sungguh dapat di harapkan. Dan ia telah membuktikannya lewat film "Carok" yang menyabet piala Citra. "Carok" yang sebagai film nyari sempurna, skenarionya di tulis Arifin Sempurna, Skenario di tulis Arifin C Noor. Bagi saya sebetulnya, lebih enak membuat film yang skenarionya di tulis oleh orang lain. Sebab dengan begitu saya masih punya kesempata mengembangkannya. Itu tentu berbeda dengan jika saya membuat film yang skenarionya saya tulis sendiri. Imaginasi saya sudah tercurap pada skenario, sehingga ketika suting, tak banyak lagi yang berkembang," kata Imam Tantowi yang dalam soal teknis tampak sudah melampaui. 

Selain itu, Imam Tantowi sesungguhnya juga "Ingin memnggarap film yang  bukan action, lama-lama tentu jenuh dan kering Tetapi cerita yang di sodorkan produser pada saya, sampai sekarang saya yang action melulu'" kata Imam Tantowi ayah enam anak-anak yang kabarnyajuga akan menyutradarai "Senopati Pamungkas diangkat dari novel laris Arswendo Atmowiloto.

Adegan Perang Tanding

Pasukan Gajah


Film Saur Sepuh di dukung oleh muka-muka baru," Mengingat ceritana sendiri sudah begitu populer, saya kira pemeran baru itu tidak akan berpengaruh. Malah menurut saya ini merupakan kesempatan untuk melakukan regerenrasi , menghadirkan sosok baru di pentas film nasional", kilah Imam Tantowi. 

Sebagai tontonan, Saur sepuh boleh jadi akan di banjiri pengunjung. Terutama dari kalangan menengah ke bawah," kata Imam. Yang agak aneh mungkin adanya iklan sponsor di awal film. Produk Kalbe Farma yang empunya hak cipta cerita, akan mengawali kiprah Brama kumbara dan Mantili. Agak lucu, tentunya, melihat kedua tokoh dari kerajaan masalampau itumempromosikan produk jaman modern. 

Demikian di tuliskan di Majalah Sarinah. Salam buat penggemar Saur Sepuh. 

Saturday, January 6, 2024

LOKASI SYUTING SAUR SEPUH 1 SATRIA MADANGKARA DAN CERITA DI BALIKNYA - BAGIAN 2 (SELESAI)

 

Syuting di Pangandaran

Dalam tulisan sebelumnya Klik Disini, lokasi suting Saur sepuh berada di Sumba, selanjutnya adalah liputan syuting di tempat lain. 

2. Lokasi Syuting Saur Sepuh di Pangandaran, Dari Peperangan di Laut Sampai Pembakaran Mayat

Syuting di Pangandaran tak kalah serunya dengan di Sumba. Sebab di kawasan Hutan Lindung dan Areal Pariwisata ini, seluruh pemeran utama dan pembantu tampil. Adegan-adegan penuh trik (tipuan) pun merupakan tontonan tersendiri. 

Adegan yang paling menarik adalah perang tanding antara dua putri cantik, Mantili dan Lasmini (diperankan oleh Murtisaridewi). Uniknya, Elly Ermawati pemeran Mantili sama sekali tak mau digantikan oleh stand in (pemeran pengganti) walaupun dia harus melakukan adegan-adegan berbahaya. Untuk adegan terbang ke atas pohon misalnya, tubuh Elly di ikat dengan kawat baja sedemikian rupa, lantas dikerek keatas pohon. Bahkan dia juga diayun-ayunkan keberbagai jurusan sesuai dengan arah gerak silatnya. Adegan berbahaya itu perlu di ulangi beberapa kali untuk mendapatkan hasil terbaik. 

"Elly memang berani dan cepat menguasai keadaan," bisik Tantowi. "Padahal saya sendiri mungkin takut melakukan adegan itu", lanjutnya tertawa.

Peristiwa lucu terjadi ketika Mantili dan Lasmini bertempur menggunakan pedang. Baru saja pedang diambil Lasmini, langsung patah. Dua pemain yang sudah pasang aksi serius itu jadi terpana, lantas tawa pun meledak. Syuting terpaksa break sebentar menunggu diambilnya pedang pengganti yang lebih canggih. 

Adegan perang tanding antara Brama Kumbara melawan si Mata Setan pun tak kalah serunya. Ada kilatan cahaya ledakan mercon, asap berwarna warni, pohon-pohon tumbang dan sebagainya. Semua itu dikerjakan dengan trik-trik yang dirancang oleh ahlinya yakni El Badrun dan kawan-kawan. 

Ada kecelakaan kecil ketika berlangsung adegan perang tanding antara Brama dan Jagatnata. Brama mengeluarkan ajian andalannya "Serat Jiwa", lantas meremas tubuh Jagatnata sampai hancur jadi debu. Untuk itu telah di persiapkan boneka yang dibuat persis dengan tubuh Jagatnata. Bahannya fiberglass. Ketika Brama meremas tubuh buatan itu, Fendy (Pemeran Brama) meringis kesakitan. Tangannya berdarah terkena goresan fiberglass. Awak filmpun panik sebentar merawat tangan yang terluka. Ketika akhirnya Fendy tersenyum sambil bilang "Nggak apa-apa kok, Kita teruskan,", semuanya pun lega. 

Yang lucu mungkin adegan Lasmini berpacaran dengan Tumenggung Bayan. Akting Baron Hermanto yang memerankan Bayan tak ada masalah. Yang repot justru mengatur Murti pemeran Lasmini. Dia tampak kaku, kikuk dan berkesan dingin. Tokoh Lasmini harusnya agresif, sensual. Padahal ketika melakukan adegan perang tanding, Lasmini tampak gagah perkasa. Usut punya usut, Murti akhirnya mengaku.

"Habis saya kan nggak pernah pacaran. Jadi, belum tahu bagaimana caranya," katanya lirih. Tentu saja jawaban itu membuat sutradara dan awak film lainnya tertawa geli. Setelah latihan berulang kali Murti akhirnya dianggap bisa melakukan adegan mesra. Uniknya selama latihan sampai pengambilan gambar, kedua sejoli itu tetap berpelukan. Bukan karena bandel, alasan mereka "Kalau kami melepaskan diri, buyarlah konsentrasi." Yang terang sejak itu, Murti dan Baron sering di goda oleh rekan-rekan mereka. Lebih-lebih ketika adegan Lasmini mencium Brama di batalkan. Fendy tentu saja menyesal.

"Mas Towi, Adegan ciuman di jadiin dong. Kalau nggak, ya latihan saja cukup deh, " ujar Fendy dengan maksud menggoda Murti. Memang diantara ketegangan seringkali canda ria mewarnai suasana Syuting.

Di Pangandaran penduduk setempat pun mendapat bagian menjadi figuran. Terutama untuk adegan peperangan di laut. Untuk itu, di kerahkan puluhan perahu yang di hias menjadi kapal perang. Itu artinya, para nelayan setempatlah yang mendapat prioritas menjadi prajurit-prajurit pengemudi kapal tersebut. 

Adegan lain yang membutuhkan banyak figuran adalah saat pembakaran mayat Tumenggung Bayan. Enam puluh orang penduduk setempat di kerahkan menjadi prajurit dan penduduk kerajaan Pamotan. Mayat Tumenggung Bayan yang di buat dari boneka di bakar diatas api unggun yang besar. Istri Tumenggung Bayan ikut "mati labuh geni" terjun dari panggung setinggi 7 meter, ke dalam kobaran api. Tentu saja yang masuk ke dalam api cuma boneka buatan. Adegan yang mencekam ini menjadi perhatian besar masyarakat setempat. Mereka berduyun-duyun datang. Suasana pun seperti Pasar Malam. Banyak pedagang berjualan makanan di sekitar lokasi syuting. Apalagi malam itu udara cerah di terangi sinar bulan. 

Memang selama syuting di Pangandaran penonton tak pernah sepi. Mereka berteriak kaget bila terdengar ledakan mercon atau melihat kepulan asap yang mewarnai udara. Merekapun bertepuk tangan riuh bila adegan-adegan berbahaya terselesaikan dengan selamat. Para pedagang makanan dan jurufoto amatirpun laris. Sebab penduduk beramai-ramai minta foto bersama artis-artis pendukung film, lewat kamera polaroid sekali jepret langsung jadi. Kalau nasib lagi baik, para pedagang atau tukang foto itu juga kebagian peran figuran. Honor Rp. 5.000,00 sehari dianggap cukup lumayan. Turis-turis asing yang berkeliaran di arena wisata pun terheran-heran melihat keriuhan syuting. Mungkin baru kali itu mereka menonton orang Indonesia bikin film. 

Syuting film selama 10 hari di Pangandara, diakhiri dengan "pesta perpisahan" antara pemain utama dan kru film dengan para figuran. Pestanya ramai-ramai makan kambing guling diteruskan dengan ajojing sampai pagi. 



3. Lokasi Syuting di Lampung : Lima Ekor Gajah tapi berkesan Ratusan

Syuting selama 3hari dilakukan di Sekolah Gajah Way Kambas, Lampung Tengah. Maksud di pilihnya lokasi itu jelas, agar bis amenggunakan gajah-gajah yang sudah terlatih. Di Sini ingin di gambarkan kebesaran kerajaan Majapahit denga pasukan gajah dan kudanya. Karena pasukan berkuda sudah diambil gambarnya di Sumba, di Lampung hanya belasan ekor kuda yang di gunakan. Padahal mencari kuda di Lampung termasuk sulit. Maka, apa boleh buat diangkutlah kuda-kuda yang pernah di gunakan di Pangandaran, termasuk para penunggang kuda sekaligus pemilik kuda itu. 

Sebenarnya sekolah Gajah Way Kambas memberi keluasan menggunakan gajah-gajah yang sudah jinak sebanyak 48 ekor. Tapi, Tantowi cuma meminjam 5 ekor. Alasanya jumlah kuda yang ada tak memadai bila disandingkan dengan pasukan gajah. Kalau jumlah gajah terlalu banyak, akan kelihatan timpang. Namun dengan trik tertentu pasukan gajah dan pasukan kuda tampak ratusan jumlahnya. Caranya, kuda dan gajah yang sudah di tembak kamera, berputar lagi lewat di depan kamera secara berkseinambungan . Kesannya jumlah kuda dan gajah itu banyak sekali. 

Dalam show of force tentara Majapahit itu tentu harus di sertau set atau latar belakang bangunan kerajaan. Untuk itu bagian artistik film membangun dinding yang merupakan pintu gerbang kerajaan. Dinding buatan setinggi 8 meter denga panjang30 meter itu berhasil memberi kesan kemegahan Majapahit. Padahal bahan untuk dinding itu sederhana. Terbuat dari styro foam (bahan yang biasa untuk mengepak alat-alat elektronik). Bahan-bahan itu di potong-potong seukuran bata merah, lalu di lekatkan pada papan penyangga kemudian di cat sewarna dengan bata merah. Dari balik dinding itulah pasukan Majapahit keluar di saksikan oleh Brama Kumbara, Mantili, Patih Gutawa dan Harnum.

Mencoba naik gajah menjadi kesibukan tersendiri diluar syuting. Para artis ramai-ramai minta diajari naik gajah. Elly Ermawati termasuk yang paling nafsu. Pelatih gajah asal Thailand dengan sabar meladeninya. "Naik gajah kecil rasanya seperti naik mobil Honda, Paling enak naik gajah besar serasa naik Baby Benz," ujar Elly yang centil itu. 

Namun di hari lain, awak film dan pemain pun sempat panik ketika mendengar kabar bahwa sekawanan gajah liar mendatangi lokasi syuting. Memang di sekitar Way Kambas masih berkeliaran gajah-gajah liar. Suasana semakin mencekam ketika malam harnya lampu harus di padamkan karena terjadi kebakaran kecil pada generator listrik. Suasana tetap mencekam meskipun polisi khusus telah di datangkan dan paa pawang gajah membesarkan hati semua orang. Ketika rombongan meninggalkan tempat keesokan harinya, tetap dalam pengawalan ketat para polsus. Siapa Tahu gajah-gajah liar mencegat di tengah jalan. Untungnya tak terjadi apapun. "Pasukan" Saur sepuh sampai di Jakarta lagi dengan Selamat. 

4. Lokasi Syuting di Studio Cengkareng : Naik Rajawali Raksasa

Sebenarnya, awal syuting telah di mulai di studio milik PT. Kanta Indah Film yang berlokasi di daerah Cengkareng Jakarta Barat. Di studio tersebut di buat set-set yang menggambarkan kerajaan Pamotan, Madangkara dan Majapahit. Jelasnya semua adegan interior di lakukan di studio ini. Misalnya adegan Prabu Bre Wirabumi sedang pesta pora bersama para punggawa kerajaan. Atau adegan Prabu Brama Kumbara bersama istrinya Dewi Harnum dan adiknya Mantili, menerima tamu di Istana Madangkara. 

Namun demikian, ada pula adegan eksterior yagn di lakukan di studio. Yakni adegan rajawali terbang. Rajawali raksasa itu adalah kendaraan milik Brama Kumbara. 

Seekor Rajawali raksasadi tenggerkan di ruang studio. Badan Rajawali yang di buat dari kerangka besi baja itu, di balut dengan bulu burung sungguhan. Kepala burung itu pun bis adi gerakkan, menoleh ke kiri dan kekanan. Dengan teknis tertentu, sayap burung raksasa itu juga bisa di gerakkan ke atas dan ke bawah menyerupai burung yang mengepakkan sayapnya. 

Ketika syuting di mulai, setelah Brama naik keatasnya, burungpun di gerakkan. Sementara latar belakang yagn berwarna putih disorotkan gambar-gambar yang di geserkan ke samping, Gambar-gambar ituantara lain pemandangan sawah gunung, hutan juga kerajaan-kerajaan. Gambar yang ditangkap kamera secara keseluruhan adalah Brama naik burung rajawali terbang, melintasi sawah, gunung, sungai dan sebagainya.

Tekhnik yang di sebut Front Projection ini termasuk teknologo tinggi  yang memerlukan ketrampilan khusus bagi pelaksananya. Dalam hal ini tim artistik dan ahli efek khusus bekerja keras berbulan-bulan sebelumnya. 

Tak terasa syuting yang keseluruhannya berlangsung 5bulan itupun usai.Syuting yang hiruk pikuk dan gegap gempita, merupakan tontonantersendiri . Sekarang tinggal bagimana filmnya setelah di Mampukan film Saur Sepuh, Satria Madangkara menandingi popularitas sandiwara radionya?

Demikian Liputan tentang syuting saur sepuh Satria Madangkara.


Monday, September 11, 2023

SAUR SEPUH : SATRIA MADANGKARA BAGIAN 11

 Sambungan dari Bagian 10.


Brama terbangun dari tidurnya ketika kupingnya menangkap suara atasp rumah. Patih Gotawa juga mendengar suara itu. Mereka berdua segera mengejar. Ternyata si Mata Setan datang menyambangi mereka untuk membalas dendam. Begitu melihat Brama, Si Mata Setan langsung menyerangnya. Patih Gotawa siap membantu kakaknya. Namun saat itu sebuah senjata rahasia melayang ke arahnya. Namun saat itu sebuah senjata rahasia melayang kearahnya. Untung dengan cepat dia berkelit. Senjata rahasia itu berupa anak panah kecil menancap di dekat pintu. 

Gotawa melompat ke halaman dan Lasmini muncul dari persembunyiannya. Ia langsung menyerang Gotawa. Si Mata Setan mulai terdesak dalam ilmu silatnya. Dia segera mundur beberapa langkah lalu membaca mantera. Matanya tiba-tiba menjadi memerah. Kemudian dengan gerak-gerak mata yang sangat tajam keluarlah dua berkas api menyerang Brama. Tapi api itu sama sekali tak mampu membakar tubuh Brama. 

Mantili dan Harnum terbangun mendengar suara ribut-ribut. Perkelahian antara Gotawa dan lasmini berlangsung semakin seru. Permainan pedang Lasmini benar-benar tangguh. 

"Kakang Gotawa, biar aku yang menghajar perempuan binal ini!", seru Mantili. 

Gotawa melirik Mantili dan saat itu tubuh Mantili sudah melompat masuk arena. Ia menyerang Lasmini dengan pedangnya. 

"Apa mau kamu sebenarnya?" Seru Mantili sambil mendesak Lasmini.

"Membunuh semua musuh tunanganku!" Sahut Lasmini.

"Kamu tidak akan mampu!"'.

Dan Lasmini makin terdesak. Segera dia melompat keatas genteng. Mantili menyusul naik tapi Lasmini lebih dulu menyerang dengan senjata rahasianya. Mantili terpaksa bergulingan menghindari senjata rahasia itu. 

Si Mata Setan tidak mampu menundukkan Brama Kumbara. Ia terus terdesak. 

"Siapa Kamu?" apa hubunganmu dengan perempuan tunangan Tumenggung Bayan?" tanya Brama.

"Lasmini adalah sahabatku! kamu memusuhi Lasmini berarti memusuhiku, Si Mata Setan!".

Selesai berkata dia menyerang kembali dengan mempergunakan jurus-jurus yang berbahaya. Brama menyambutnya dengan ajian Serat Jiwa dalam tingkat yang tidak terlalu tinggi. Pukulan si Mata Setan menjadi susah di tarik. Dari tubuh Brama mengalir daya magnit yang luar biasa sehingga si mata Setan Sulit mencabutnya. Brama tetap tenang sementara si Mata Setan bagai disengat listrik, berteriak kesakitan.

Patih Gotawa terpukau menyaksikan keampuhan ajian itu. 

"Aji Serat Jiwa"' seru Patih Gotawa.

"Tapi bukan tingkat akhir, kakang Brama tidak mau membunuh musuhnya!".

Si Mata Setan kehabisan tenaganya.

"Pulang! Kali ini kau ku ampuni"' seru Brama

Si Mata setan berusaha bangkt tapi terjatuh kembali. Matanya masih menyimpan dendam tapi dia tak berdaya apa apa lagi. Harnum merasa lega menyaksikan kebijaksanaan suaminya. 

Tak lama kemudian terdengar kabar pecahnya perang antara Pamotan dan Majapahit. Suasana hiruk pikuk di perbatasan. Para penduduk mulai mengungsi sementara darah mulai berceceran. Dari luar tembok benteng kerajaan Majapahit, Brama Kumbara, Mantili, Patih Gotawa dan Harnum menyaksikan betapa perkasanya kekuatan tentara Majapahit. Mantili kagum ketika tiga ekor gajah muncul dari gerbang dikendarai oleh Narapati Raden Gajah.

"Majapahit benar-benar perkasa!" seru Mantili.

"Ya! angkatan lautnya juga besar, suatu saat kalian akan kuajak ke Tuban!",sahut Brama Kumbara.

Diantara kesibukan para prajurit dan kepanikan rakyat, Lasmini mengantar guru Tumenggung Bayan yang sudah tua bernama Jagadnata, Mereka diiringi dua orang lagi yaitu saudara seperguruan Tumenggung Bayan yaitu Wangsa dan jasta. 

Mereka tengah mencari Brama Kumbara. Dan akhirnya rombongan keempat orang itu bertemu dengan Brama Kumbara di pinggir hutan di dekat sungai.  Ketika itu Brama sedang mendinginkan mukanya dengan air sungai. Tiba-tiba ia melompat diserang oleh puluhan senjata rahasia. 

"Siapa lagi yang kamu bawa Lasmini", tanyanya begitu mengetahui siapa penyerangnya.

Jagadnata menjawab pertanyaan itu dengan suaranya yang keras karena didukung tenaga dalam.

"Aku mau menuntut balas kematian muridku!".

Orangtua itu langsung menyerang dengan ilmu gelombang pusar bumi ke arah Brama. Lasmini dan kedua murid Jagadnata menyerang Harnum, Gotawa dan Mantili.

Pertempuran berlangsung dengan serunya. Brama agak kewalahan menghadapi ilmu dari Jagadnata. Hantaman dan siku dari jagadnata mengandung tenaga dalam yang kuat. Beberapa kali Brama terjungkal dan untah darah. Tapi jagadnata juga tidak luput dari serangan Brama.

Wangsa dan Jasta, murid jagadnata menyerang Mantili dan Gotawa. Lasmini dengan dibantu muridnya menyerang Harnum. Suatu ketika Mantili dan Gotawa terpental ketika Wangsa dan Jasta menyerang dari balik pohon. Kelihatan mantili tidak di beri kesempatan untuk mengarahkan pedang inti peraknya yang menyilaukan.

Lasmini tertawa terbahak-bahak menyaksikan adegan itu. Mantili marah sekali. Dia mencabut pedangnya yang satu lagi dan ditempelkannya pedang yang berwarna hitam dan menjijikan bentuknya itu. Tiba-tiba dari tempelan kedua pedang itu keluar asap hitam yang makin lama makin tebal hingga memenuhi hutan itu.

Wangsa dan Jasta terbatuk-batuk dan hampir sesak nafas. Pada saat itu Lasmini berlari ke balik pohon dan membaca semacam mantera. Tiba-tiba tubuhnya keluar asap hijau yang merupakan ajian sirep Megananda. Gumpalan asap hijau itu mengenai harnum, Mantili dan Gotawa. Mereka menguap lalu tertidur pulas..n. Brama mencengkeram tubuh Jagadnata dan aliran ajian Serat Jiwa sedang  menjalar ke tubuh Jagadnata. Muka Brama bergetar, darah segar keluar dari mulutnya. Sementara itu Jagadnata pucat pasi, tubuhnya seperti tersengat aliran listrik dan tidak bisa bergerak lagi. Lama kelamaan tubuh itu merubah menjadi putih sama sekali.

Brama berteriak dan memukul tabuh yang putih dengan kedua tangannya  hancur bagaikan onggokan tepung. Ia lalu terduduk dengan napas megap-megap. Kemudian perlahan-lahan dia bangkit dan melihat hasil ajian yang telah di keluarkan. Tubuh yang sudah menjadi tepung itu tinggal separuh. Brama menutupkank kain yang ada di badannya sambil berkata; : 

"Maaf terpaksa kugunakan ajian serat jiwa karena bapak benar-benar hampir membunuhku".

Tiba-tiba Brama teringat keadaan isteri dan adiknya. Dia kembali ketempat perkelahian tapi tidak ada apa-apa. Suasananya sepi mencekam.

Baru saja dia ingin meninggalkan tempat itu salah seorang murid Lasmini yang telah  siuman

menggerakan tubuhnyaa.

"Dimana orang-orang itu?", tanya BramaD

Dengan lemah oran gitu menjawab :

"Guru Lasmni...membawa lari teman...teman tuan".

"Kemana? tanya Brama dengan muka memerah

"Bukit.....kalam...".

Murid Lasmini itu terkulai lemas. Brama nampak cemas.


BERSAMBUNG KE BAGIAN 12

Friday, September 1, 2023

35 TAHUN FILM SAUR SEPUH "SATRIA MADANGKARA"

Murtisaridewi sebagai Lasmini



B
agi generasi 80an Sandiwara radio saur sepuh menjadi sebuah menu utama bagi sebagian besar kalangan masyarakat Indonesia. betapa tidak, sajian sandiwara radio yang di siarkan di radio-radio hingga pelosok nusantara menjadi hiburan murah dan meriah. Pada saat itu mendengarkan radio tidak semudah seperti sekarang di jaman serba digital. Era 80an radio masih menjadi barang mewah yang tidak bisa dimiliki oleh semua orang. Radio juga di kenakan pajak daerah bagi yang memilikinya. Karena merupakan barang mewah maka saat saur sepuh disiarkan, cara masyarakat untuk mendengarkannya pun secara beramai-ramai. 

Ini terjadi di sebagaian masyarakat kala itu. Mendengarkan Saur Sepuh dari sebuah radio di lingkungan tempat tinggal yang memiliki radio adalah sebuah hal yang sangat biasa. Boleh jadi dalam satu RT hanya beberapa saja yang beruntung memiliki radio. Sebagai salah satu hiburan, Saur sepuh menjadi kian terkenal dengan imajinasi masing-masing orang yang berbeda-beda. Telinga untuk mendengar sementara pikiran kita berimajinasi menggambarkan tokoh yang ada dalam sandiwara radio. 

Kesuksesan Sandiwara radio Saur sepuh tentu saja menjadi sebuah fenomena di kala itu. Meski kalau berbicara sandiwara radio, penulis sendiri kurang begitu paham karena masih kecil dan tidak setiap hari mendengarkan sandiwara radio karena keterbatasan pemilik radio saat itu. Tapi tentu saja saya tahu tokoh-tokoh yang ada di sandiwara radio seperti Brama, Mantili, Lasmini, Gotawa, Biksu kampala, Garnis, Permadi, Bentar , dan lain-lain. Hingga akhirnya Saur sepuh yang sukses di radio merambah ke layar Lebar. 
Brama dan Lasmini yang terpilih dari Audisi Saur Sepuh



Penampakan VCD Saur Sepuh


Layar Lebar

Film pertama yang diangkat ke layar lebar adalah Satria Madangkara. Di produksi oleh PT Kanta Indah Film dengan sponsor PT Kalbe Farma. Meski sebelumnya terjadi kekisruhan sebelum proses produksi. Mengutip dari Majalah Film No. 056/24 edisi 20 Agustus - 2 September 1988 awalnya Saur Sepuh akan di berikan kepada Garuda Film, tapi tidak jadi karena pemiliknya sedang ke Hongkong dan sulit di hubungi, setelah sebelumnya dari beberapa Produser seperti dari Tobali Film, Garuda Film dan Inem Film  menghubungi Kalbe Farma selaku pemilik siar Saur Sepuh. Setelah melakukan penjajagan PT Kalbe Farma cenderung untuk memilih Garuda Film namun tidak jadi karena pemilik Garuda pergi ke Hongkong. Sejak itu putus kontak antara Kalbe dengan Garuda. 

Lantas bagaimana bisa jatuh ke Kanta? Pada awalnya produser Kanta Indah Film menghubungi PT Kalbe Farma untuk untuk memfilmkan saur sepuh atas desakan Imam Tantowi. Meski awalnya alot namun singkat cerita akhirnya Kanta Indah Filmlah yang akhirnya memproduksi Saur sepuh meski pada saat itu juga Tobali Film membuat Brahmana Manggala dengan pemeran Ferry Fadly dengan mengusung itulah Brahma yang asli dalam promosinya. (Mungkin di lain kesempatan akan saya kutip berita tersebut.)
Fendy Pradana sebagai Brama Kumbara


Dan inilah Saur sepuh itu yang di Produksi pada tahun 1988 dan tayang di awal September 1988.
Audisi pemain Saur sepuh pun di mulai sejak tahun 1987. Fendy Pradana terpilih sebagai tokoh Brama Kumbara setelah menyisihkan 11.719 peserta audisi pada akhir Maret 1988 seorang pendatang baru dari Surabaya. 
Mantili si Pedang Setan


Kemudian Elly Ermawati di dapuk sebagai Mantili seperti dalam sandiwara radio. karena dari beberapa pemain sandiwara radio, hanya Elly Ermawatie lah yang di anggap mewakili sesuai karakter di sandiwara radio. 

Murtisaridewi sebagai Lasmini



Sementara itu Lasmini jatuh pada seorang gadis SMA asal solo Murtisaridewi. Mencari tokoh Lasmini , bagi Imam Tantowi, Murtisaridewilah yang paling cocok memerankan Lasmini setelah 6 bulan pencarian. Siapakah Murtisaridewi? Dia gadis kelas 1 SMA yang banyak prestasi terutama di bidang seni tari. Dari hobbinya menari Jawa ia sudah menggondol banyak prestasi Karena ketika terpilih sebagai bintang saur sepuh, Murtisaridewi pun sedang sibuk mengikuti grup tarinya tour ke sejumlah negara seperti Brasilia, Australia dan Amerika. 

Setelah proses suting di lakukan di beberapa wilayah seperti studio Cengkareng, Jakarta Barat, Pangandaran, Padalarang - Jawa Barat, Waika Bubak, Sumba, Nusa Tenggara Timur dan Way Kambas Lampung dengan di dukung kuda kurang lebih 1500 ekor dan pasukan gajah serta melibatkan banyak pemain , saur sepuh  Satria Madangkara menjadi  film Kolosal pada tahun 1988. 

Tepat di awal bulan September 1988 Saur Sepuh tayang di bioskop-bioskop tanah air dan mendapatkan sambutan yang luar biasa. Banyak yang penasaran akan kesuksesan Saur sepuh di sandiwara radio dan berbondong-bondong ke bioskop untuk menyaksikannya. Dari data yang penulis peroleh baik dari Majalah maupun buku FFI , perolehan penonton Saur Sepuh mencapai 2. 275.887 angka yang fantastis di jaman itu. Sementara untuk Jakarta sendiri film Saur Sepuh menduduki peringkat pertama sebagai film terbanyak penontonnya dengan perolehan penonton 575.480 , tentu saja ini adalah hitungan yang bisa jadi akan lebih banyak lagi mengingat pada saat itu bioskop sangat menjamur hingga pasar-pasar dari kelas 1 hingga kelas 3. 

Tepat hari ini, 1 September 1988 , Saur Sepuh tayang di Bioskop dan Kini usia Saur Sepuh "Satria Madangkara" sudah menginjak 35 tahun yaitu dari 1988 - 2023 dan bagi penulis sendiri tidak pernah bosan untuk menontonnya kembali meski sudah di tonton berulang kali. 

Kalau dari penulis pribadi sih tidak berharap akan ada remake atau lanjutan dari kisah saur sepuh yang di buat filmnya lagi, tapi biarlah apa yang pernah di produksi menjadi kenangan indah bagi para penggemarnya dan Harapannya adalah semoga film Saur Sepuh dapat menjadi pembuka sebagai film Klasik di ajang bergengsi seperti Festival-festival film . Kalau harapan pembaca bagaimana?? adakah harapan khusus akan film ini?




Galeri foto : 

Sebagai Fans Saur Sepuh kadang saya suka bawa koleksi ini 


Satria Madangkara




Wednesday, September 14, 2022

Saur Sepuh , Satria Madangkara Film Terlaris Tahun 1988 !

Brama Kumbara dan Lasmini dalam Saur Sepuh 1

Berbicara tentang Saur Sepuh, agaknya memang belum bisa move on dari film yang diangkat dari serial Sandiwara Radio yang populer di tahun 80an. Apalagi setelah menemukan data baru kalau jumlah penonton film Saur Sepuh 1, Satria Madangkara menjadi film terlaris pada tahun 1988. Di kutip dari buku Festival Film Indonesia 1989 di halaman 122 , Film Saur Sepuh 1 meraih penonton 2.275.887. Jumlah ini termasuk jumlah yang fantastis pada jaman itu dan berhasil mengalahkan film Pengkhianatan G 30 S /PKI (1984) yang meraih penonton 1.724.704.  Hal ini tentu saja menjadi sebuah kebanggaan mengingat film bersetting kerajaan Madangkara tersebut mampu mendapatkan dukungan dari penonton tanah air. Apalagi dengan sederetan cast yang baru di dunia perfilman seperti Fendy Pradana, Murtisaridewi dan juga Elly Ermawatie.

Tiga tokoh sentral dalam cerita Saur Sepuh di perankan dengan bagus oleh Fendy Pradana sebagai Brama Kumbara.  kayaknya hampir semua orang yang hidup di era pertengahan 80an hingga awal 90an tahu siapa Brama Kumbara, seorang raja dari Madangkara. Kemudian ada Elly Ermawatie yang berperan sebagai Mantili si pedang setan dan pedang perak, dan juga ada Murtisaridewi sebagai tokoh Lasmini, perempuan penggoda pemilik perguruan Anggrek Jingga di lereng gunung lawu. Ketiga tokoh sentral ini menjadi nyawa film Saur sepuh.

Penampakan VCD Saur Sepuh 1 dan Kaset OST saur Sepuh


Saur Sepuh di buat sebanyak 5 judul , sebuah karya Niki Kosasih yang berhasil secara bagus di visualisasikan kedalam film oleh Sutradara Imam Tantowi  dalam Saur Sepuh 1 sd 4 dan Torro Margens di Saur Sepuh 5. Film Saur sepuh sendiri merupakan film dengan hasil yang cukup membanggakan , hal ini terbukti dengan perolehan penonton Saur Sepuh yang cukup fantasitis, sekaligus menjadi film laris di DKI Jakarta. Perolehan penonton Saur Sepuh menjadi perolehan yang cukup di perhitungkan. Di DKI Jakarta sendiri film saur sepuh 1 juga menjadi film terlaris tahun 1988 dengan perolehan penonton 575.480, sementara di tahun 1989 film saur sepuh II masih menjadi film terlaris dengan perolehan penonton 555.187 dan di Tahun 1990 Film Saur Sepuh III Kembang Gunung Lawu menjadi film terlaris pertama dengan perolehan penonton 447.504. Selanjutnya Film saur Sepuh IV dan V tidak saya temukan data jumlah penontonnya. Namun demikian era 90an awal menjadi era yang mulai sepinya film-film Indonesia dan di pertengahan 90an hingga akhir 90an film-film bertema seks menjadi suguhan yang memenuhi bioskop kala itu. 

Kalau era sekarang, film -film laris dengan jumlah penonton yang banyak makin sering bermunculan, sebut saja di tahun 2022 film KKN di desa Penari menjadi film terlaris hingga sekarang belum ada yang bisa menghadangnya dengan jumlah penonton 9 juta lebih. Juga ada film Pengabdi setan versi Joko anwar yang berhasil menggetarkan jagat perfilman Nasional yang kian berkembang. 

Poster Saur Sepuh 1

Poster Saur Sepuh 1

Kalau kita flashback ke era 80an keatas, yang saat itu saya juga masih kecil sandiwara radio menjadi sebuah hiburan 'murah' bagi kalangan bawah, karena tidak semua orang memiliki radio di rumah, dan seninya mendengarkan radio adalah di dengarkan secara bersama-sama. Imaginasi dari pendengar radio saat mendengarkan sebuah cerita tentu saja dapat berbeda-beda. Tak jarang anak-anak suka bermain peran seperti apa yang ada dalam sandiwara radio sesuai dengan imaginasi masing-masing anak. kata-kata Ciaaaat menjadi biasa terdengar di lingkungan sekitar yang di lakukan oleh anak-anak. Hiburan TV menjadi hiburan yang mahal, jangankan TV , radio saja satu RT (di kampung) bisa di hitung dengan jari siapa yang memiliki radio . Dari radiolah kita dapat mendengarkan cerita Saur sepuh meski kadang di dengarkan di rumah tetangga secara beramai-ramai. 

Ketika Saur Sepuh diangkat ke layar lebar tentu saja di sambut secara antusias baik bagi kalangan yang tinggal di kota maupun di pelosok desa. Meski tidak bisa nonton ke bioskop karena masih kecil dan jauh karena ada di kota, namun saya sendiri berhasil menontonnya di hajatan sunatan yang  'nanggap' video dengan memutar film Saur Sepuh. 

Sebagai pecinta saur sepuh bagi saya visualisasi yang ditampilkan dalam film Saur sepuh terwakilkan dan sesau ekspektasi. Sehingga film saur sepuh menjadi film terlaris dan tersering dalam diri saya yang paling sering di putar. Bagaimana dengan kalian? ada yang sama?

Lantas akankah film-film bertema seperti ini ada yang tertarik untuk membuat ulang di masa sekarang? Wallahu a'lam semoga saja ada Sutradara yang melihat dan menggarap serius agar penonton juga tidak kecewa tentu dengan mengikuti masa kekinian yang bisa di terima oleh penonton milenial.

Artikel Pendukung