Showing posts with label Niki Kosasih. Show all posts
Showing posts with label Niki Kosasih. Show all posts

Saturday, February 10, 2024

SAUR SEPUH 1 SATRIA MADANGKARA

 


JUDUL FILM                        : SAUR SEPUH SATRIA MADANGKARA

SUTRADARA                       : IMAM TANTOWI

SKENARIO                           : IMAM TANTOWI

CERITA                                  : NIKI KOSASIH

PRODUSER                          : HANDI MULYONO

PRODUKSI                           : PT. KANTA INDAH FILM

TAHUN                                 : 1988

JENIS                                     : SILAT

PEMAIN                               : FENDY PRADANA, ELLY ERMAWATIE, MURTISARIDEWI, ANNEKE PUTRI, BARON HERMANTO,  HENGKY TORNANDO, CHITRA DEWI, LAMTING, ATIN MARTINO, YOSEPH HUNGAN, RUDI WAHAB, SIRJON DE GOUT, ATUT AGUSTINANTO

SINOPSIS :

Kerajaan Majapahit di landa kemelut. Sang Prabu Wikramawardana bermuram durja. Berembuk dengan Patih Gajah lembana, Narapati Raden Gajah dan senopati-senopati lainnya.

“Bre Wirabhumi mau melepaskan diri dari kekuasaan Majapahit karena dia sebagai putera Ramanda Hayam Wuruk merasa lebih berhak dari aku yang  hanya seorang menantu,” Keluh sang Prabu. “Seharusnya dia memahami, isteriku adalah puteri Permaisuri, sedang dia terlahir dari seorang selir!”.

Raden Gajah melaporkan bahwa utusan Kiasar Yung Lo dari Cina, sudah memberikan pengakuan kepada Bre Wirabhumi yang mendirikan kerajaan Pamotan.  Maka Bre Wirabhumi dengan tekebur meminta dukungan dari negeri-negeri tetangga seperti kerajaan Pajajaran, Tanjung Singguruh, Sumedang Larang dan  juga sebuah kerajaan kecil nan makmur, Madangkara.

Hulubalang Rowi dan Pamotan, berpapasan dengan Hulubalang Ludaka dari Majapahit, di perbatasan Madngkara. Nyaris kedua utusan itu bentrok kalau tak di cegah oleh Senopati  Ringkin yang membawa kedua pihak ke keratin Madangkara.

Prabu Brama Kumbara sedang bersama permaisurinya, Harnum dan adiknya Dewi Mantili, disertai suami sang  adik , Patih Gutawa.

Menerima surat dari kedua utusan itu, sang Prabu tak bisa segera memberikan keputusan. Dengan bijaksan.

Prabu Brama kumbara menugaskan Tumenggung Adiguna membawa surat ke Pamotan, menghimbau Adiguna di cegat Tumenggung Bayan. Perselisihan berlanjut dengan adu kedigdayaan. Dengan Aji Cadas Ngamparnya, Tumenggung Bayan menghancurkan tubuh Adiguna.

Perbuatan Tumenggung Bayan membuat  Prabu Brama Kumbara sangat tersinggung. Ia Menugaskan Patih Gutawa dan Mantili membawa suratnya ke Majapahit. Lalu ia sendiri menyamar menjadi Satria Madangkara untuk menuntut balas kepada Bayan. Harnum juga menyamar sebagai pendekar kelana untuk mengikuti perjalanan Satria Madangkara. Mereka berangkat menunggang rajawali raksasa.

Patih Gutawa dan Mantili di sambut baik oleh Prabu Wikramawardana. “Aku mengerti sikap rajamu, sangat bijaksana kalau Prabu Brama Kumbara  memilih kerajaan Majapahit, bukan memihak aku atau siapa. Raja bisa berganti siapa saja, tapi Majapahit tetap Majapahit,”.

Satria Madangkara menantang Tumenggung Bayan bertarung satu lawan satu. Tolak Balik Aji Cakar Geni membuat sekujur tubuh Bayan terbakar hangus. Ternyata perkara tak berakhir sampai di sini, tunangan Bayan, pendekar wanita Lasmini yang menjadi guru silat di padepokan Bukit Kalam, bersumpah menuntut balas.

Tapi saat bertemu muka, dendam Lasmini berubah menjadi kekaguman seorang wanita terhadap seorang lelaki jantan. Apalagi setelah bergebrak, Satria Madangkara bisa merobohkannya dengan mudah.

“Kamu terlalu mempesona untuk menjadi musuhku, “ rayu Lasmini yang mulai kasmaran.

“Jangan!” Kamu harus tetap membenciku karena aku telah membunuh tunanganmu!” cegah Satria Madangkara.

Harnum dan Mantili menjadi sangat murka, dan mencari maki Lasmini.


Merasa tak mampu menandingi, Lasmini meminta bantuan gurunya, Si Mata Setan. Namun Satria Madangkara yang menguasai Ajian Serat Jiwa mampu mengusir si Mata Setan.

Peperangan Majapahit dengan Pamotan tak terelakkan lagi. Angkatan perang Majapahit di pimpin Patih Gajah Lembana yang menunggangi Gajah menyerbu Pamotan.

Lasmini bergabung dengan dua saudara seperguruan Bayan, Yakni Jasta dan Wangwa, serta guru mereka Jagadnata, mencegat rombongan Satria Madangkara. Dalam  pertarungan seru, Lasmini merapal ajian Sirep Megananda untuk menawan Patih Gutawa, Mantili dan Harnum. Sedangkan Satria Madangkara terpaksa menggunakan Ajian Serat Jiwa tingkat tinggi untuk menghancurkan Jagadnata yang kelewat berbahaya.

Serbuan Angkatan Perang Majapahit menghancurkan keraton Pamotan. Bre Wirabhumi melarikan diri naik perahu. Tapi Patih Gajah Lembana tak sudi melepaskannya. Dalam pertempuran, Patih Gajah Lembana berhasil memenggal kepala Bre Wirabhumi.

Prabu Wikramawardana tertunduk haru menerima persembahan kepala Bre Wirabhumi. “Kuburkan di desa Lung, dan dirikan diatasnya sebuah Candi, sebagai peringatan pada anak cucuku, betapa menyakitkan sebuah perang”.

Peperangan Majapahit  Pamotan telah berakhir, tapi justru Brama Kumbara menghadapi persoalan baru. Ia harus mencari Harnum, Mantili dan Gutawa yang di tawan dan di sembunyikan oleh Lasmini entah dimana.  Satria Madangkara bersuit memanggil burung rajawali raksasanya. Dengan menunggang burung rajawali itu, Brama Kumbara memulai perjalanan untuk mencari orang-orang kesayangannya hingga akhirnya dapat kembali bersama.

 

 

 

Thursday, November 9, 2023

KASET SOUNDTRACK FILM SAUR SEPUH 2 "PESANGGRAHAN KERAMAT"

 


Pada Postingan sebelumna mengenai Kaset Soundtrack Film Saur Sepuh 1 Satria Madangkara yang dapat di Klik Di Sini, Film saur Sepuh 1 juga telah membuat Kaset Soundtracknya dengan sponsor Kalbe Farma yang berisi tentang audio film Saur Sepuh 1 dengan ilustrator ternama Ibu Maria Oentoe , maka di film Saur Sepuh 2 Pesanggrahan Keramat, kembali dibuat Kaset Soundtracknya masih dengan Virgo Ramayana Record. 

Saur Sepuh 2 Pesanggrahan keramat menceritakan tentang hancurnya makam dari Guru Brama Kumbara yang sedianya akan di bangun pesanggrahan oleh sekelompok manusia yang di dalangi oleh Bu Karti, pemberontak Madangkara yang berasal dari Kuntala, negeri taklukan dari Madangkara.

Buto Agni menjadi puncak kemarahan Brama Kumbara setelah mengetahui makam gurunya hancur. Ia menjadi raksasa yang marah sekali dan mencabut apa saja yang ada di sekitarnya. Namun akhirnya Buto agni pun reda kemarahannya setelah Mantili membujuk dan menyadarkannya. 

Akhirnya satu persatu musuh-musuh Madangkara di kejar oleh Brama dan Mantili untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.

Saur Sepuh merupakan Karya Niki Kosasih, pada film Pesanggrahan keramat ini tetap di dukung oleh Fendy Pradana sebagai Brama Kumbara, Elly Ermawatie sebagai Mantili dan Murtisaridewi sebagai Lasmini. Bu Karti diperankan oleh Rita Zahara, Harnum masih di perankan oleh Anneke Putri, serta sederet cast lainnya seperti Hengky Tornando, Yoseph Hungan, Lamting, Piet Pagau, Ida Kusumah, Mariata Grace, RR Dian Sitoresmi, Candy Satrio, Anto Chaniago, Bahar Hardin, Arum De Mitra, Udin Labu, Raymond Leonard, Oche Doriest, Tony Yusuf dan Bilkiez Rachman. 

Musik Embie C Noer, Art Director/Special Effect : El Badrun, Editor Janis Badar,  Penata Kelahi : Robert Santoso, Kameramen : Thomas Susanto dan Sutradara Imam Tantowi. 

dan Pembawa Cerita dalam Kaset ini adalah Ibu Maria Oentoe. Dengan pembawaannya yang khas membuat kita yang mendengarkan turut di bawa ke cerita yang sebenarnya. 


Ada yang punya kasetnya juga? Mari kita dengarkan

Tuesday, September 12, 2023

SAUR SEPUH : SATRIA MADANGKARA BAGIAN 13 (TAMAT)

 Sambungan dari Bagian 12

pasukan Pamotan

B
re Wirabhumi sangat sedih mendengar laporan dari medan perang. Sementara Ibu Rajasaduhita Tunggadewi ikut merasakan kesedihan itu. 

"Tidak sangka Bre Tumapel menjalahi janji. Pasukannya justru membantu Majapahit", kata Bre Wirabhumi kecewa.

"Kau melupakan bahwa Bre Tumapel adalah menantu Wikramawardhana?", tanya ibu angkatnya.

"Tapi dia juga keponakanku. Dia seorang raja yang seharusnya menepati setiap janjinya".

Ibu angkat Bre Wirabhumi adalah seorang wanita berhati tabah. Dengan tenang dia mendekati anak angkatnya lalu di peluknya dengan penuh sayang.

"Kamu telah melakukan apa yang kamu yakini sebagai yang paling baik anakku. Selebihnya adalah wewenang para Dwa!", katanya menghibur.

Bre Wirabhumi hanya bisa mengangguk. Dan ibu tua itu menitikkan air matanya. 

Pertempuran masih terus berlangsung. Pasukan Pamotan berhasil di pukul mundur oleh pasukan Majapahit. Panglima Lodaya gugur di medan gperang ketika berhadapan dengan Narapati raden Gajah.

Kematian itu menurunkan semangat tempur pasukan Pamotan. Mereka semakin terdesak. Korban yang berjatuhan semakin banyak. Para penduduk terus mengungsi menyelamatkan harta benda mereka dari amukan perang. 

Diantara para pengungsi nampak Brama Kumbara yang masih terus mencari isteri dan adiknya. suatu saat dia melihat Wangsa dan Jasta diantara para pengungsi itu. 

Brama segera berusaha menangkapnya. Kedua oran gitu menghilang di balik dinding benteng. Tapi Brama terus mengejar hingga berhasil menangkap mereka. 

"Dimana kalian sembunyikan adik dan istriku?"' tanyanya dengan marah.

"Saya tidak tahu! Lasmini yang bawa", sahut Wangsa.

"Dimana Lasmini sekarang?"

"Lari, mungkin ke Tuban

Brama menjadi cemas. Di Tendangnya kedua orang itu sehingga mental. Ternyata Patis Gotawa berhasil membuka ikatan tali yang membelit tubuhnya. Kemudian ia menolong Mantili dan Harnum.

"Kenapa tiba-tiba kita tertawan di sini?", tanya Mantili.

"Kita kena sirep beserta asap pedang setanmu", sahut Harnum.

"Ya ilmu sirep yang cukup tinggi. Saya yakin perempuan itu bukan orang sembarangan", seru Gotawa.

Mereka keluar dari rumah itu. Tentu saja mereka merasa heran karena tidak ada seorangpun yang menjaga. Rembulan bersin? menerangi halaman yang luas.

"Jebakan apalagi ini?Tidak ada seorangpun yang menjaga kita?"tanya Mantili.

"kita harus mencari kakang Brama, mudah-mudahan sang Prab", kata Harnum.

"Kita ke Majapahit saya yakin sang Prabu kesana karena di Pamotan akan selalu di curigai", sahut Patih Gotawa.

Perang kelihatannya sudah mencapai klimaknya. Suatau malam pasukan Pamotan berebutan kembali memasuki gerbang negeri mereka.

Prabu Wirabhumi dengan gugup menaiki kudanya di halaman istana Pamotan. Sebelumnya dia mengajak Ibu angkatnya untuk segera pergi meninggalkan istana. 

"Sebaiknya ibu mengungsi bersama saya, sebentar lagi pasukan Majapahit mengobrak abrik keraton ini", kata Bre Wirabhumi dengan cemas.

Ibu Rajasaduhitatunggadewi menggelengkan kepala sambil terbenyum. Namun demikian airmata menitik membasahi pipinya. 

"Saya takut mereka menyakiti ibu!".

Biarkan aku disini anak anakku, aku ingin menyaksikan bagaimana kehancuran sebuah perang, sahut ibu angkatnya dengan Pasti.

Bre Wirabhumi menyerah. Ibu setengah tua itu mengelus kepala putra angkatnya. Kemudian Bre Wirabhumi menaiki kudanya bersama dengan para tentara yang mengawalnya. Banyak sekali utusan dari Kaisar Yung Lo yang Panik. Mereka bahkan berjaga-jaga kalau pasukan Majapahit bertindak yang tidak mereka inginkan. Sementara itu beberapa pembesar Majapahit menyuruh mereka meninggalkan istana.

"Lebih baik tuan-tuan meninggalkan tempat ini. Tentara Majapahit sudah memasuki perbatasan Pamotan!".

"Kami akan mengurus diri kami sendiri. Terima kasih atas perhatian tuan!" sahut utusan kaisar Yung Lo. 

Lalu salah seroang dari mereka memberitahu bawahannya agar memberitahukan pada wakil Laksamana Cheng Ho di Tet sun dan Tuban.

"Kasih tahu wakil Laksamana, kami terkurung di kedaton timur, Kedaton Barat telah menyerbu!.

"Baik!".

Dua orang prajurit yang merupakan kurir dari utusan Kaisar Yung Lo segera berangkat. Pasukan Majapahit akhirnya memasuki daerah Pamotan. Ibu Rajasaduhitunggadewi menatap tajam dengan penuh kepedihan. Dia menyaksikan bagaimana tentara Pamotan berlari-lari ketakutan di kejar oleh tentara Majapahit. Sementara itu Narapati Raden Gajah memimpin pasukan di atas kudanya dengan gagah berani. 

Pasukan Majapahit membobol pintu gerbang istana. utusan kaisar Yung Lo berusaha menahan serbuan itu. Dengan gagah berani mereka melakukan perlawanan. Tapi karena jumlahnya sangat sedikit mereka berhasil dihancurkan. 

Ibu Rajasaduhitunggadewi menangis pedih tapi ia berusaha berdiri tegar. Tentara-tentara Majapahit mau menghancurkan istana, tapi ibu Tunggadewi berteriak lantang. 

"Jangan hancurkan kedaton ini! Ini rumahku! Aku isteri Bre Matahun Puteri Tunggal Dyah Wiyat Rajadewi, penguasa Daha!"

Aneh, suara ibu tua itu menghentikan pasukan Majapahit yang riuh rendah hendak menghancurkan keraton. Kembali suara Ibu Tunggadewi menggema.

"Yang berperang adalah Bre Wirabumi dengan Wikramawardana!".

Sementara itu Bre Wirabumi bersama enam orang tentara pengawalnya naik sebuah perahu yang di dayung oleh dua orang. Terasa betapa pedih di hati sang Raja untuk meninggalkan kerajaannya yang sedang diamuk oleh musuhnya.

Kepergian Bre Wirabhumi di ketahui oleh pihak Majapahit. Karena itu ketika perahu yang mereka tumpangi melaju ke utara kelihatan ada sebuah perahu lain mendatangi dengan cepat dari belakang.

"Gusti Prabu, ada yang mengejar kita!", seru pengawal.

Bre Wirabhumi kaget tapi dia berusaha menenangkan diri. 

"Kita lawan mereka! Belok! Terjang perahu itu!", perintahnya. 

Ternyata perahu yang mengejarnya adalah perahu Narapati Raden Gajah, Begitu perahu Bre Wirabhumi berbalik Raden Gajah memerintahkan untuk menabrak perahu lawannya. 

Perkelahian terjada diantara mereka. Perahu yang oleng segera terbalik dan penumpangnya tercebur ke sungai. Bre Wirabhumi menghunus keris pusakanya tapi Narapati Raden Gajah lebih tinggi ilmu tempurnya daripada Raja Pamotan itu, Dalam waktu yang tidak terlalu lama dia berhasil memenggal kepala Bre Wirabhumi.

Narapati Raden Gajah segera kembali ke istana dengan membawa kepala Bre Wirabhumi. Para pejabat istana tertegun ketika tangan Narapati Raden Gajah membuka bungkusan kain diatas talam yang sangat indah. Terlihat kepala Bre Wirabhumi. 

Sang Prabu Wikramawardhana tertunduk haru. 

"Kuburkan di desa Lung dan dirikan diatasnya sebuah candi. Sebagai peringatan pada anak cucuku, betapa menyakitkan sebuah perang", Prabu Wikramawardhana memberi perintah. 

Sementara itu Brama Kumbara masih terus berusaha mencari istri dan adiknya. Ia terus mengembara menjelajah pelosok Majapahit dengan mengendarai kudanya. 

Di kejauhan terlihat sayup-sayup keraton Majapahit yang agung dan megah. Brama turun dari kudanya lalu bersuit memanggil sesuatu. 

Tak lama kemudian seekor Rajawali raksasa menukik turun dari udara. Brama menaiki burung kesayangannya. 

"Kita cari Mantili, Gotawa dan Isteriku Harnum ", serunya.

Burung itu berkeok dengan gagah. Kemudian mengepakkan sayapnya yang perkasa dan terbang ke angkasa.


TAMAT


Produksi : PT KANTA INDAH FILM

Produser : Handi Mulyono

Cerita : Niki Kosasih

Skenario/Sutradara : Imam Tantowi

Juru Kamera : Herman Susilo

Penata Artistik : El Badrun

Penyunting Gambar : Yanis Badar

Instruktur Fighting : Robert Santoso


Thursday, February 13, 2020

SANDIWARA RADIO SAUR SEPUH YANG MELEGENDA HINGGA DIANGKAT KE LAYAR LEBAR

Penampakan Saur sepuh yang pernah rilis dalam bentuk VCD




Penampakan laserdisc Saur Sepuh 5 dan Sesepuh Majapahit

Wah kalau mau ngomongin Serial Sandiwara Radio Saur Sepuh ini memang selalu seru , betapa tidak sandiwara radio yang cukup mengguncang jagat Indonesia di era 80an ini memang sukses membawa pendengarnya untuk berimajinasi sesuai dengan alam pikiran mereka, tak ada yang bisa memaksa seberapa besar angan-angan tentang tokoh dalam saur Sepuh. 

Saur sepuh sebuah sandiwara radio dengan latar belakang Kerajaan Majapahit dan kemudian Kerajaan Madangkara dengan Rajanya Brama Kumbara. Serial ini mampu menghipnotis jutaan pendengarnya di seluruh pelosok nusantara. Hampir di tiap-tiap jam tertentu masyarakat dengan seksama mendengarkan serial ini. Maklum waktu itu radio adalah satu-satunya media hiburan rakyat yang masih langka dan tidak semua rumah memilikinya. Sehingga untuk mendengarkannyapun dapat di lakukan secara beramai-ramai kerumah tetangga yang memiliki radio. Sepanjang jalan cerita mereka akan terdiam dan dengan seksama mendengarkan cerita yang ada di dalamnya. 
 
VHS FILM SAUR SEPUH
 
Sang Peramu - Niki Kosasih

 SANDIWARA RADIO
Serial sandiwara Saur Sepuh merupakan karya  Niki Kosasih dengan menggandeng. PT. Kalbe Farma sebagai produsen obat-obatan ternama menjadi mitra utama dari serial ini. Dengan durasi 30 menit dipotong iklan obat-obatan serial ini mampu menghipnotis para pendengarnya untuk sekedar berhenti beraktivitas. Dalam satu kota biasanya stasiun stasiun radio yang menyiarkan akan berbagi waktu untuk menyiarkan sandiwara ini. Misalnya di RRI Jam 14.30 nanti di stasiun radio lain jam 15.30  atau ada yang jam 16.00 berbagi waktu agar tidak bentrok dengan stasiun radio lain. Masih ingat dengan tokoh-tokoh yang ada di Sandiwara Radio tersebut? Yuk mari kita mengingat tokoh sentral Saur sepuh :
Ferry Fadly dan elly Ermawati
  • Brama Kumbara (Raja Madangkara) : Pewaris kerajaan Madangkara, seorang kesatria dalam arti sebenarnya Satria Madangkara. Jujur, welas Asih, tampan, Karismatik, gagah dan berani dengan tunggangannya seekor burung Rajawali. Brahma juga memiliki kesaktian yang luar biasa di antara ke sekian ilmunya yang paling terkenal adalah Ilmu Ajian Serat Jiwa dengan sub bagian jurus ampuh  lainnya yaitu ajian Tapak sakti, Ajian Gelang-gelang dan Ajian Bayu Bajra.
  • Dewi Harnum: Adalah seorang yang telah memikat hati Brama Kumbara tipekal wanita lincah, centil dan supel tetapi ia mencintai suaminya. Dia juga selalu menjadi pendamping dalam setiap perjalanan Brahma. Dia pulalah yanag menjadi saksi pertarungan maha dasyat antara Brahma dan musuh bebuyutannya Gandika dengan Ajian Serat Jiwa Tingkat 10.
  • Pramitha : Seorang janda beranak dua yaitu Raden Bentar dan Garnis. Sosok Wanita yang ke Ibuan ia menaruh hati kepada Brama Kumbara. Paramita juga berteman baik denga Harnum, yang atas kondisi Pramita yang Janda maka ia meminta Pramita juga di jadikan istri Brama ketika Brahma meminang dirinya sebagai syarat.
  • Raden Bentar : Putra Bungsu dari Pramita, pewaris semua sifat luhur ayah tirinya Brahma kumbara. Seorang pembasmi kejahatan dengan menegakkan keadilan dan seorang yang berjiwa petualangan. Bahkan ia telah mengembara ke Tibet untuk mencari Bikshu Kampala.
  • Garnis : Putri Sulung Pramita seorang gadis cantik serta jujur adanya persis separti ibunya.
  • Dewi Mantili : Adik Brama Kumbara, Satu Ibu lain ayah. Bersifat agak urakan dan sangat keras kepala, namun ia wanita yang periang, welas asih, suka petualangan juga memiliki ilmu kanuragan yang cukup tinggi dengan senjata ampuhnya pedang perak dan pedang setan. Karena sifatnya yang keras ia berpisah karena sering bertengkar dengan cinta sejatinya Raden Samba, akhirnya Mantili menikah dengan Patih Gotawa. Pernah Nyaris tewas di Tangan Lasmini, maka untuk membalasnya Brahma mengajarkan Ajian Srigunting
  • Kakek Astagina : Kakek sekaligus Maha Guru dari Brama Kumbara, pemilik kitab asli ajian Serat Jiwa
  • Bikhsu Kampala : Seorang Bikshu yang berasal dari Tibet merupakan Guru dari Bentar. Ia pernah bertarung melawan Brama. Pernah ia mengarungi lautan hanya untuk dapat menjajal ke saktian Brama, namun pertarungan akhir mereka menjadi sebuah awal persahabatan.
  • Lasmini :  Sosok Antagonis sahabat baik dari kemurkaan. Ia berasal dari Padepokan Gunung Lawu. Berambisi untuk meluluh-lantakkan Madangkara termasuk Brama Kumbara  walaupun diam-diam ia mencintai Brama namun bertepuk sebelah tangan. Lasmini sering di kalahkan oleh Mantili, akan tetapi pada Mantili pernah nyaris tewas di tangan Lasmini dengan bantuan dari CiptaDewa sebagai tandingannya maka Brama mengajarkan Mantili Ajian Srigunting kepada Mantili.
  • Aki Kolot : Mengangkat Lasmini sebagai muridnya setelah Lasmini kalah bertarung melawan Mantili.
  • Raden Samba : Mantan Tunangan dari Mantili, hubungan cinta antara mereka tidak berhasil karena sifat keras dari keduanya. Samba menikah dengan wanita lain namun tidak harmonis yang di kemudian hari putranya mencari Mantili ke Madangkara untuk menuntut balas, karena Mantili di anggap sebagai penyebab ketidak harmonisan itu.
  • Patih Gotawa : Patih Gotawa sekaligus Wakil Brama Kumbara dalam pemerintahan Madangkara sekaligus suami dari Mantili, seorang kesartia Madangkara.
  • Bongkeng : Abdi dari Mantili yang selalu membantunya saat kesulitan, sebelumnya Bongkeng adalah seorang perampok yang di kalahkan oleh Mantili, atas belas kasihan Mantili akhirnya ia menjadi Abdi yang baik bagi Mantili.
  • Paksi Jaladara : Putra “semata wayang” dari pasangan Gotawa-Mantili. Mewarisi sifat jagoan Ibunya.
  • Kijara : Pendekar yang gigih memerangi Madangkara, tapi seteleh di kalahkan oleh Brama mereka bersahabat. Merupakan murid Panembahan Pasopati.
  • Lugina : Adik seperguruan dari Kijara, ke-duanya bahu-membahu melawan Brama. Ke-duanya pula tewas di tangan Bikshu Kampala yang pada waktu itu menyebrangi lautan untuk menjajal kesaktian dari Brama..
  • Panembahan Pasopati : Seorang pertapa Guru dari Kijara dan Lugina yang mengajarkan ilmu ajian Waingin Sungsang. Ilmu ini pernah mengalahkan Brama sebelum ia membalasnya dengan ajian Serat Jiwa.
  • Dewi Anjani : Putri tunggal dari Lasmini, tokoh ini sendiri sebenarnya tidak begitu jahat namun sifat kebencian dan angkara murka dari ibunya selalu di tanamkan di gadis ini. Keadanan yang membingungkan sebenarnya dalam diri Anjani di satu sisi ia menaruh simpati kepada Bentar tapi di sisi yang lain pengaruh ibunya amat besar kepada Anjani.
  • Raden Wanapati : merupakan Putra Mahkota Madangkara yang kelak akan mewarisi tahta Madangkara dengan di bantu saudara saudaranya.


Poster Sinetron Brama Kumbara di ANTV

FILM SAUR SEPUH 3 yang kereen





Beberapa kasetnya
Pada jamannya serial sandiwara radio ini sangat dikenal. Siapa sih yang tidak kenal Brama Kumbara, Mantili ato juga lasmini. Kehadiran sandiwara radio yang hanya bisa didengarkan tanpa dilihat menyebabkan daya khayal yang luar biasa bagi pendengarnya. Brama kumbara menurut penilaian penulis sendiri terbayang sebagai sosok yang arif bijaksana, tinggi besar dengan kumis yang tipis namun berotot, mempunyai jiwa penolong. Kemudian Mantili, wanita tangguh yang tegas dan membela kebenaran memiliki pedang perak yang berkelebat menyilaukan mata lawan dan pedang setan yang mampu mengeluarkan asap beracun. Sementara Lasmini sosok perempuan berbaju merah seperti yang ada di gambar umbul kala itu yang mempunyai bibir seksi, tubuh montok , ganjen dan centil dengan hobinya merayu laki-laki. Nah tiga tokoh ini yang memiliki gambaran luas di hati pendengar..

Boleh jujur daya khayal yang tinggi setelah mendengarkan sandiwara radio serta dengan meniru suara-suara atau gerakan dalam sandiwara radio mejadi hal lazim yang di lakukan oleh anak-anak kala itu. 

Pasti dong gaya dengan suara “ciaaaaaaaaaaatnya,….atau juga suara “hya……hya….. hya” (sambil lari memperagakan naik kuda…. Atau juga dengan pedang-pedangan memperagakan Mantili berperang dengan Lasmini, pedangnya bisa menggunakan pelepah daun pisang hehe. Ada juga “terimalah….. ajian serat jiwaaaaaaaa” ……
Peragaan kata-kata seperti ini sudah biasa dilakukan oleh anak-anak seusia SD, ya emang inilah yang terjadi , ternyata bahagia itu sederhana bukan? . Kalau untuk saat ini banyak sekali yang ingin mengenangnya, nah disitu biasanya pada mau download sandiwara radio saur sepuh, hehe aduh kalau saya pernah beli sandiwara radio sekitar 1 jutaan lebih hehe itu file bentuk mp3 lho bukan kasetnya. mahal yaa...

Saur sepuh bisa dibilang sebagai serial sandiwara tersukses setelah munculnya serial-serial lain seperti Tutur Tinular, Misteri Gunung Merapi, Api Dibukit Menoreh, Badai Laut Selatan, Putri Cadar Biru, Srigala Mataram,  dan masih banyak lagi.
Era kejayaan Sandiwara radio mampu melambungkan para bintang-bintang dari Sanggar Prativi seperti Ferry Fadli pemeran Brama Kumbara, yang setelah liat aslinya sangat jauh dari bayangan kalau itu adalah Brama kumbara yang kekar. Sempet kecewa sih karena tokoh yang dikhayalkan tidak sesuai dengan apa yang ada.

Elly Ermawati pemeran Mantili, kemudian juga ada Ivonne Rose, Petrus Urspon, Iwan Dahlan, Maria Oentoe, Anna Sambayon, dan masih banyak lagi. Jaman dulu gambar-gambar mereka dapat di peroleh dari makanan anak-anak seperti Jipang (ada yang tahu jipang?) ya makanan terbuat dari beras yang di kembangin dan di manisin dan ada selember gambar pemeran Saur sepuh yang di jual di warung-warung. Sehingga kita pun tahu mereka, ada juga sampul buku. Sampai saat ini serial sandiwara radio saur sepuh masih banyak dicari oleh penggemarnya. 

JUMPA FANS BINTANG SANDIWARA RADIO

Rasanya aneh ya kalau kita membayangkan jaman sekarang ada orang di kenal hanya lewat suaranya di radio, kemudian ramai-ramai membuat jumpa fans. Tapi tidak pada jaman sandiwara radio saur sepuh disiarkan oleh radio. Jumpa fans para tokoh saur sepuh banyak di lakukan dimana-mana dan pengunjungnyapun sangat membludak. Siapa sih yang tidak penasaran dengan Ferry Fadly sang Brama Kumbara yang di gambarkan memiliki jiwa arif dan bijaksana juga si pedang setan Mantili yang di perankan oleh Elly Ermawati.

Ajang jumpa fans menjadi salah satu daya tarik tersendiri karena pendengar hanya mengenal mereka melalui sandiwara radio saja.

Elly Ermawati

Suasana Jumpa Fans


FILM
Setelah sukses merajai cerita di Radio, Saur sepuh pun akhirnya merambah ke dunia layar lebar. Saur sepuh pun Sukses hingga di filmkan sebanyak 5 Film .
1.      Saur Sepuh 1 – Satria Madangkara
2.      Saur Sepuh 2 – Pesanggrahan Keramat
3.      Saur Sepuh 3 – Kembang Gunung Lawu
4.      Saur Sepuh 4 – Titisan Darah Biru
5.      Saur Sepuh 5 – Istana Atap Langit

Kemudian dari film tersebut, muncul Film Sesepuh Majapahit yang merupakan rangkuman dari Saur Sepuh 1,2 dan 3. Saur Sepuh 1sampai 4 di sutradarai Imam Tantowi sedangkan saur Sepuh 5 berganti sutradara Torro Margens. Dari kelima film tersebut manakah yang di sukai? Hehe

Kalau saya pribadi sih suka semua tapi yang tersuka saur sepuh 3 dan 5. Jujur secara pribadi saya lebih suka filmnya karena memang saat sandiwara radio tayang di radio-radio tanah air, saya masih kecil dan tidak bisa tiap hari mendengarkan karena harus ke rumah tetangga yang punya radio dulu untuk ikut mendengarkan, itupun biasanya sama kakak. tapi meski di radio, yang dengerin banyak dengan imajinasi masing-masing karena era 80an radio merupakan salah satu barang mewah. buktinya pemilik radio di kenakan pajak daerah lho hehe. Selain Film Serial Sandiwara Radio ini juga sempat di sinetronkan di Antv dan TPI .

Berbeda dari Sandiwara Radio, Tokoh Brama dalam film di perankan oleh Fendy Pradana, Mantili oleh Elly Ermawati dan Lasmini oleh Murtisaridewi.
Bagaimana dengan Sinetron? Sinetron ANTV tokoh Bramanya di perankan Oleh Anto Wijaya, Mantili oleh Viona Rosalina dan Lasmini tetap melekat dalam diri Murtisaridewi.
Sandiwara Radio sudah, film sudah, sinetron sudah nah semua sudah cukupkah untuk bernostalgia? Rasanya bagi yang hidup di jaman itu Saur sepuh memiliki peringkat tertinggi sebagai sandiwara radio yang melegenda hingga saat ini. 

Sehingga tidak berlebihan kalau Sandiwara Radio yang paling sukses di era 80an adalah Saur sepuh karena sangat melegenda . Ada yang punya koleksinya? Saya siap menerima hibahannya ya…
Hub Saja di email saya. Hehe

@totoandromeda