Showing posts with label Imam Tantowi. Show all posts
Showing posts with label Imam Tantowi. Show all posts

Saturday, September 7, 2024

SUTING FILM SAUR SEPUH DI WAY KAMBAS, LAMPUNG TENGAH, MALAM TERAKHIR KABEL DI PUTUS GAJAH LIAR

 



Pertengahan Juli lalu, Majalah film bersama 20 wartawan film ibukota, selama tiga hari mengikuti Imam Tantowi ke Pusat Latihan Gajah (PLG), Karangsari, Way Kambas, Lampung Tengah, Tantowi, Sutradara film aksi itu memang sedang merampungkan pembuatan film kolosalnya: "Saur Sepuh, Satria Madangkara" di daerah yang penduduknya mayoritas suku Jawa itu. 

Disertai puluhan kru dan para pemainnya seperti Elly Ermawaty, Anneke Putri, Fendy Pradana, Lamting, Hengky Tornando, Atut Agustinanto, Atin Martino dan lain-lain, Tantowi berbaur dengan puluhan figuran yang diambilnyadari penduduk setempat plus gajah-gajah yagn mulai jinak di PLG itu. "Ini suting terakhir Saur Sepuh yang mengambil adegan peperangan antara pasukan Majapahit yang menunggang Gajah dengan pasukan kerajaan Pamotan, "Ujar Tantowi.

Dan Adegan itulah yang selama tigah hari, dari pagi hingga malam, di sut kameramen Herman Soesilo di Way Kambas. Ada temboktinggi kerajaan Majapahit yang panjangnya 26 meter dan tingginya 8 meter, terbuat dari lukisan triplek, Lalu ada belasan ekor kuda dan lima ekor gajah serta puluhan figuran. 

Mengambil adegan yang serba kolosal itu, tak urung Tantowi naik pitam, Betapa tidak, puluhan orang di harapkannya menuruti komandonya. Tapi dasar para figuran itu awam terhadap dunia film, begitu tantowi teriak "CUT" mereka masih saja berkelahi dengan pasangannya. Atau belum lagi Tantowi teriak "ACTION!", mereka sudah mendahului berakting. Tak heran kalau Tantowi sambil melap keningnya yang penuh keringat, karena cuaca memang sangat panas, harus berkali-kali mengulang adegan. 

Belum lagi kuda-kuda yang ketakutan ketika bertemu dengan gajah-gajah pasukan Majapahit. Begitu Tantowi berteriak action dan kamera mulai bekerja, eh kuda-kuda tunggangan para Ksatria Madangkara itu lari ketakutan saat di depannya melintas gajah-gajah itu. Terpaksa Tantowi pakai cara lain, kuda-kuda itu di pegangi oleh para pemiliknya. 

Suting film yang sampai selesainya memakan waktu hingga 5 bulan itu, di Lampung agaknya merupakan suting puncaknya setelah di Sumba, Pangandaran dan Jakarta. Malam terakhir suting, seluruh kru dan Tantowi sendiri jadi kalang kabut karena muncul seekor gajah liar yang sempat memutus kabel diesel. 

Rupanya baik Tantowi maupun pawang-pawang gajah yang ada di Way Kambas, tidak lebih dulu kompromi dengan 3.000 ekor gajah liar yang masih berkeliaran di lokasi suting itu. 

Syukur, Sanga Noppharwan, seorang pawang Gajah asal Thailand, berhasil menghalau gajah liar itu, jika tidak?" Bisa-bisa suting di Way Kambas di tambah waktunya," tutur seorang kru Tantowi. 

Selain Tantowi, selama tiga hari itu ada juga yang cukup repot, Elly dan Anneke karena terpaksa memenuhi permintaan foto bersama dari para penduduk setempat. Kerja tambahan yang menyenangkan, Tentu! - Susdha

Di kutip dari bonus Majalah Film No. 056/24 tanggal 20 Agustus - 2 September 1988

artikel ini juga sudah tayang di fanspage facebook Komunitas Pecinta Film Indonesia Jadul

Saturday, March 2, 2024

SAUR SEPUH IV, TERAKHIR BUAT IMAM TANTOWI


 Serial sandiwara radio Saur Sepuh, yang sampai kini masih di gandrungi masyarakat. Barangkali memang masih akan setia hadir di tengah-tengah penggemarnya. Tapi Saur Sepuh yang juga sukses di layar putih, nampaknya akan berakhir setelah seri keempat di selesaikan Imam Tantowi. 

Lho kenapa? Tantowi sendiri sadar, memang lewat Saur Sepuh imaginasinya bisa tertuang tuntas. Lewat film itu pula namanya menjadi tenar, yang tentu saja diikuti rezeki. "Tapi, rasanya saya akan segera meninggalkan dunia film. Lalu, mengalihkan profesi", tukas sutradara asal kota Tegal, Jawa Tengah, yang kini sedang mempersiapkan Saur Sepuh IV, kepada Majalah Film. 

Yang di jadikan alasan untuk meninggalkan dunia film, di samping sedikit protes terhadap keadaan, juga rasa lelah setelah 8 tahun menjadi sutradara. Tentang protesnya, Towi panggilan akrabnya memang tak mau membeberkan. "Sekarang ini saya masih kerja di film. Kurang baik kalau protes itu di besar-besarkan!" kilah Towi memberi alasan. 

Tentang Saur Sepuh IV, yang katanya film terakhir, setidaknya keterlibatannya dengan PT, Kanta Indah Film, perusahaan yang selama ini memproduksi Saur Sepuh, kabarnya juga tidak melibatkan bebrapa bintang pendukung Saur Sepuh terdahulu, Elly Ermawati, Murtisaridewi, Fendy Pradana. "Dalam seri ini, ceritanya memang Mantili tak ada. Juga Lasmini, yang di mainkan Murti. Sedangkan Fendi Pradana memang mengundurkan diri karena kontraknya sudah habis!", jelas Towi. 

Ia juga jelaskan, rencana suting film "terakhirnya itu," katanya, akan mulai sekitar pertengahan Januari 1991. Lokasinya masih tetap di daerah Pangandaran, Jawa Barat. "Mudah mudahan, walaupun dengan pemain baru, yang selama ini belum banyak di kenal, tapi masih mendapat sambutan Masyarakat. Dulu, pemain-pemain yang kemudian tenar itupun, tak pula di kenal orang kecuali Elly lewat radio!" katanya. 


Demikian kutipan singkat tentang film Saur Sepuh terakhir yang di sutradarai oleh Imam Tantowi yang di ambil dari Majalah film No. 118/86 Tahun VII , 5 - 18 Januari 1991. 

Saturday, February 10, 2024

SAUR SEPUH 1 SATRIA MADANGKARA

 


JUDUL FILM                        : SAUR SEPUH SATRIA MADANGKARA

SUTRADARA                       : IMAM TANTOWI

SKENARIO                           : IMAM TANTOWI

CERITA                                  : NIKI KOSASIH

PRODUSER                          : HANDI MULYONO

PRODUKSI                           : PT. KANTA INDAH FILM

TAHUN                                 : 1988

JENIS                                     : SILAT

PEMAIN                               : FENDY PRADANA, ELLY ERMAWATIE, MURTISARIDEWI, ANNEKE PUTRI, BARON HERMANTO,  HENGKY TORNANDO, CHITRA DEWI, LAMTING, ATIN MARTINO, YOSEPH HUNGAN, RUDI WAHAB, SIRJON DE GOUT, ATUT AGUSTINANTO

SINOPSIS :

Kerajaan Majapahit di landa kemelut. Sang Prabu Wikramawardana bermuram durja. Berembuk dengan Patih Gajah lembana, Narapati Raden Gajah dan senopati-senopati lainnya.

“Bre Wirabhumi mau melepaskan diri dari kekuasaan Majapahit karena dia sebagai putera Ramanda Hayam Wuruk merasa lebih berhak dari aku yang  hanya seorang menantu,” Keluh sang Prabu. “Seharusnya dia memahami, isteriku adalah puteri Permaisuri, sedang dia terlahir dari seorang selir!”.

Raden Gajah melaporkan bahwa utusan Kiasar Yung Lo dari Cina, sudah memberikan pengakuan kepada Bre Wirabhumi yang mendirikan kerajaan Pamotan.  Maka Bre Wirabhumi dengan tekebur meminta dukungan dari negeri-negeri tetangga seperti kerajaan Pajajaran, Tanjung Singguruh, Sumedang Larang dan  juga sebuah kerajaan kecil nan makmur, Madangkara.

Hulubalang Rowi dan Pamotan, berpapasan dengan Hulubalang Ludaka dari Majapahit, di perbatasan Madngkara. Nyaris kedua utusan itu bentrok kalau tak di cegah oleh Senopati  Ringkin yang membawa kedua pihak ke keratin Madangkara.

Prabu Brama Kumbara sedang bersama permaisurinya, Harnum dan adiknya Dewi Mantili, disertai suami sang  adik , Patih Gutawa.

Menerima surat dari kedua utusan itu, sang Prabu tak bisa segera memberikan keputusan. Dengan bijaksan.

Prabu Brama kumbara menugaskan Tumenggung Adiguna membawa surat ke Pamotan, menghimbau Adiguna di cegat Tumenggung Bayan. Perselisihan berlanjut dengan adu kedigdayaan. Dengan Aji Cadas Ngamparnya, Tumenggung Bayan menghancurkan tubuh Adiguna.

Perbuatan Tumenggung Bayan membuat  Prabu Brama Kumbara sangat tersinggung. Ia Menugaskan Patih Gutawa dan Mantili membawa suratnya ke Majapahit. Lalu ia sendiri menyamar menjadi Satria Madangkara untuk menuntut balas kepada Bayan. Harnum juga menyamar sebagai pendekar kelana untuk mengikuti perjalanan Satria Madangkara. Mereka berangkat menunggang rajawali raksasa.

Patih Gutawa dan Mantili di sambut baik oleh Prabu Wikramawardana. “Aku mengerti sikap rajamu, sangat bijaksana kalau Prabu Brama Kumbara  memilih kerajaan Majapahit, bukan memihak aku atau siapa. Raja bisa berganti siapa saja, tapi Majapahit tetap Majapahit,”.

Satria Madangkara menantang Tumenggung Bayan bertarung satu lawan satu. Tolak Balik Aji Cakar Geni membuat sekujur tubuh Bayan terbakar hangus. Ternyata perkara tak berakhir sampai di sini, tunangan Bayan, pendekar wanita Lasmini yang menjadi guru silat di padepokan Bukit Kalam, bersumpah menuntut balas.

Tapi saat bertemu muka, dendam Lasmini berubah menjadi kekaguman seorang wanita terhadap seorang lelaki jantan. Apalagi setelah bergebrak, Satria Madangkara bisa merobohkannya dengan mudah.

“Kamu terlalu mempesona untuk menjadi musuhku, “ rayu Lasmini yang mulai kasmaran.

“Jangan!” Kamu harus tetap membenciku karena aku telah membunuh tunanganmu!” cegah Satria Madangkara.

Harnum dan Mantili menjadi sangat murka, dan mencari maki Lasmini.


Merasa tak mampu menandingi, Lasmini meminta bantuan gurunya, Si Mata Setan. Namun Satria Madangkara yang menguasai Ajian Serat Jiwa mampu mengusir si Mata Setan.

Peperangan Majapahit dengan Pamotan tak terelakkan lagi. Angkatan perang Majapahit di pimpin Patih Gajah Lembana yang menunggangi Gajah menyerbu Pamotan.

Lasmini bergabung dengan dua saudara seperguruan Bayan, Yakni Jasta dan Wangwa, serta guru mereka Jagadnata, mencegat rombongan Satria Madangkara. Dalam  pertarungan seru, Lasmini merapal ajian Sirep Megananda untuk menawan Patih Gutawa, Mantili dan Harnum. Sedangkan Satria Madangkara terpaksa menggunakan Ajian Serat Jiwa tingkat tinggi untuk menghancurkan Jagadnata yang kelewat berbahaya.

Serbuan Angkatan Perang Majapahit menghancurkan keraton Pamotan. Bre Wirabhumi melarikan diri naik perahu. Tapi Patih Gajah Lembana tak sudi melepaskannya. Dalam pertempuran, Patih Gajah Lembana berhasil memenggal kepala Bre Wirabhumi.

Prabu Wikramawardana tertunduk haru menerima persembahan kepala Bre Wirabhumi. “Kuburkan di desa Lung, dan dirikan diatasnya sebuah Candi, sebagai peringatan pada anak cucuku, betapa menyakitkan sebuah perang”.

Peperangan Majapahit  Pamotan telah berakhir, tapi justru Brama Kumbara menghadapi persoalan baru. Ia harus mencari Harnum, Mantili dan Gutawa yang di tawan dan di sembunyikan oleh Lasmini entah dimana.  Satria Madangkara bersuit memanggil burung rajawali raksasanya. Dengan menunggang burung rajawali itu, Brama Kumbara memulai perjalanan untuk mencari orang-orang kesayangannya hingga akhirnya dapat kembali bersama.

 

 

 

Monday, February 5, 2024

SUTING "SAUR SEPUH III" DAN KERBAU LASMINI PUN MENGAMUK


Kali ini saya akan menyadur ulang artikel dari majalah film No. 089/57 Th VI 25 Nov - 8 Des 1989 tentang Saur Sepuh 3 semoga bermanfaat buat yang belum pernah membacanya atau tidak tahu informasinya. 

Berikut kutipan lengkapnya. 

Kalau Murtisaridewi mengamuk di saat suting, itu biasa karena perannya sebagai Lasmini menuntut begitu. Tapi kalau kerbau yang mengamuk? Tak urung Imam Tantowi sendiri ikut repot. Dan itulah yang terjadi ketika suting "Saur Sepuh III" Kembang Gunung Lawu " berlangsung di Pangandaran - Jawa Barat. 

Pasalnya ketika gerobak yang di tarik kerbau sebagai kendaraan Lasmini di hadang anak buah juragan Basra, terjadilah perkelahian satu lawan lima. Perkelahian itu rupanya tak cuma membuat pengiring Lasmini Kabur karena takut tapi juga membuat sang kerbau kalang kabut. Akibatnya kerbau tersebut ingin  ngacir juga. Ia berontak dari tali yang melingkari lehernya. Dan itu sudah cukup membuat kayu kemudi grobak patah dan Tantowi teriak , Cut!.


Suting berhenti, sang kerbau di tenangkan. Tapi, nah ini begitu kerbau di keluarkan, Tantowi tiba-tiba berteriak. Rupanya ada yang salah, "Mana orang-orang art?, teriaknya. Buru-buru semua orang datang da mencoba memperbaiki kayu gerobak yang patah.  "Sial, lama-lama bisa mati saya, lambat sekali kerjanya. Bawa paku, kawat dan martil tidak?" tanya sutradara ini pada salah seorang kru art yang terpaksa diam membisu. Dan Tantowi pun segera mengambil alih martil lalu bekerja sendiri. 

Kemarahan-kemarahan seperti itu agaknya memang bukan mutlak milik Tantowi saban suting berlangsung. Beberapa sutradara lain juga pernah mengalami dan melakukannya. "Kesal sih, " Kilah Tantowi. Dan ketika gerobak sudah di perbaiki, suting di lanjutkan lagi. Tapi kali ini bukan sang kerbau yang bikin ulah, justru Lasmini yang tak konsentrasi. Adeganpun terpaksa di ulang-ulang hingga 12 take. 

Kenapa sampai begitu banyak di ulang?" Soalnya kita ingin menyajikan yang terbaik," jawab Tantowi. Dan yang terbaik itu, menurutnya tak cuma dalam soal penyajian adegan, tapi juga perlengkapan suting. "Untuk saur sepuh II ini kami pakai lighting H.M.I sebanyak 5 buah. Di Indonesia belum ada yang punya lighting seperti ini. Kalaupun ada baru Soraya Film. Itupun cuma dua boah. Soalnya harganya mahal. Rp. 10 Juta satu buah, "turut Tantowi. Menurutnya kegunaan lighting H.M.I ini cukup besar. "Lampu ini bisa mengatasi ketiadaan cahaya matahari. Jadi suting tidak terganggu kalau matahari tidak ada. Lagi pula bisa menembus tirai hingga menimbulkan bayang-bayang yang asli. "Jelasnya. 

Menurut Tantowi, lampu seperti itu pulalah yang digunakan ketika Soraya membuat  film "Pembalasan Ratu pantai selatan," Dan hasilnya k kata Tantowi, cukup menakjubkan. "Itu baru mereka pakai dua buah. Kami pakai lima sekaligus, katanya lagi . Soalnya lampu begini bisa menambah suasana gambar menjadi sesuai seperti yang kita ingini." tuturnya. 

Dengan peralatan yang seperti itu, Tantowi mengharapkan "Saur Sepuh III" bisa menjadi film dengan ilai lebi. Tapi sayang, ketika kemudian suting harus berlanjut sore hari, dimana Lasmini harus di gantung sungsang, Tantowi menghentikannya dn kita tak tahu sampai dimana kehandalan spotlight barunya. "Sudah sore. Saya harus kembali ke jakarta karena besok harus ke Surabaya," kilahnya. Dan di Surabaya Tantowi memang melakukan bargaining untuk film "10 November".

Saturday, January 6, 2024

LOKASI SYUTING SAUR SEPUH 1 SATRIA MADANGKARA DAN CERITA DI BALIKNYA - BAGIAN 2 (SELESAI)

 

Syuting di Pangandaran

Dalam tulisan sebelumnya Klik Disini, lokasi suting Saur sepuh berada di Sumba, selanjutnya adalah liputan syuting di tempat lain. 

2. Lokasi Syuting Saur Sepuh di Pangandaran, Dari Peperangan di Laut Sampai Pembakaran Mayat

Syuting di Pangandaran tak kalah serunya dengan di Sumba. Sebab di kawasan Hutan Lindung dan Areal Pariwisata ini, seluruh pemeran utama dan pembantu tampil. Adegan-adegan penuh trik (tipuan) pun merupakan tontonan tersendiri. 

Adegan yang paling menarik adalah perang tanding antara dua putri cantik, Mantili dan Lasmini (diperankan oleh Murtisaridewi). Uniknya, Elly Ermawati pemeran Mantili sama sekali tak mau digantikan oleh stand in (pemeran pengganti) walaupun dia harus melakukan adegan-adegan berbahaya. Untuk adegan terbang ke atas pohon misalnya, tubuh Elly di ikat dengan kawat baja sedemikian rupa, lantas dikerek keatas pohon. Bahkan dia juga diayun-ayunkan keberbagai jurusan sesuai dengan arah gerak silatnya. Adegan berbahaya itu perlu di ulangi beberapa kali untuk mendapatkan hasil terbaik. 

"Elly memang berani dan cepat menguasai keadaan," bisik Tantowi. "Padahal saya sendiri mungkin takut melakukan adegan itu", lanjutnya tertawa.

Peristiwa lucu terjadi ketika Mantili dan Lasmini bertempur menggunakan pedang. Baru saja pedang diambil Lasmini, langsung patah. Dua pemain yang sudah pasang aksi serius itu jadi terpana, lantas tawa pun meledak. Syuting terpaksa break sebentar menunggu diambilnya pedang pengganti yang lebih canggih. 

Adegan perang tanding antara Brama Kumbara melawan si Mata Setan pun tak kalah serunya. Ada kilatan cahaya ledakan mercon, asap berwarna warni, pohon-pohon tumbang dan sebagainya. Semua itu dikerjakan dengan trik-trik yang dirancang oleh ahlinya yakni El Badrun dan kawan-kawan. 

Ada kecelakaan kecil ketika berlangsung adegan perang tanding antara Brama dan Jagatnata. Brama mengeluarkan ajian andalannya "Serat Jiwa", lantas meremas tubuh Jagatnata sampai hancur jadi debu. Untuk itu telah di persiapkan boneka yang dibuat persis dengan tubuh Jagatnata. Bahannya fiberglass. Ketika Brama meremas tubuh buatan itu, Fendy (Pemeran Brama) meringis kesakitan. Tangannya berdarah terkena goresan fiberglass. Awak filmpun panik sebentar merawat tangan yang terluka. Ketika akhirnya Fendy tersenyum sambil bilang "Nggak apa-apa kok, Kita teruskan,", semuanya pun lega. 

Yang lucu mungkin adegan Lasmini berpacaran dengan Tumenggung Bayan. Akting Baron Hermanto yang memerankan Bayan tak ada masalah. Yang repot justru mengatur Murti pemeran Lasmini. Dia tampak kaku, kikuk dan berkesan dingin. Tokoh Lasmini harusnya agresif, sensual. Padahal ketika melakukan adegan perang tanding, Lasmini tampak gagah perkasa. Usut punya usut, Murti akhirnya mengaku.

"Habis saya kan nggak pernah pacaran. Jadi, belum tahu bagaimana caranya," katanya lirih. Tentu saja jawaban itu membuat sutradara dan awak film lainnya tertawa geli. Setelah latihan berulang kali Murti akhirnya dianggap bisa melakukan adegan mesra. Uniknya selama latihan sampai pengambilan gambar, kedua sejoli itu tetap berpelukan. Bukan karena bandel, alasan mereka "Kalau kami melepaskan diri, buyarlah konsentrasi." Yang terang sejak itu, Murti dan Baron sering di goda oleh rekan-rekan mereka. Lebih-lebih ketika adegan Lasmini mencium Brama di batalkan. Fendy tentu saja menyesal.

"Mas Towi, Adegan ciuman di jadiin dong. Kalau nggak, ya latihan saja cukup deh, " ujar Fendy dengan maksud menggoda Murti. Memang diantara ketegangan seringkali canda ria mewarnai suasana Syuting.

Di Pangandaran penduduk setempat pun mendapat bagian menjadi figuran. Terutama untuk adegan peperangan di laut. Untuk itu, di kerahkan puluhan perahu yang di hias menjadi kapal perang. Itu artinya, para nelayan setempatlah yang mendapat prioritas menjadi prajurit-prajurit pengemudi kapal tersebut. 

Adegan lain yang membutuhkan banyak figuran adalah saat pembakaran mayat Tumenggung Bayan. Enam puluh orang penduduk setempat di kerahkan menjadi prajurit dan penduduk kerajaan Pamotan. Mayat Tumenggung Bayan yang di buat dari boneka di bakar diatas api unggun yang besar. Istri Tumenggung Bayan ikut "mati labuh geni" terjun dari panggung setinggi 7 meter, ke dalam kobaran api. Tentu saja yang masuk ke dalam api cuma boneka buatan. Adegan yang mencekam ini menjadi perhatian besar masyarakat setempat. Mereka berduyun-duyun datang. Suasana pun seperti Pasar Malam. Banyak pedagang berjualan makanan di sekitar lokasi syuting. Apalagi malam itu udara cerah di terangi sinar bulan. 

Memang selama syuting di Pangandaran penonton tak pernah sepi. Mereka berteriak kaget bila terdengar ledakan mercon atau melihat kepulan asap yang mewarnai udara. Merekapun bertepuk tangan riuh bila adegan-adegan berbahaya terselesaikan dengan selamat. Para pedagang makanan dan jurufoto amatirpun laris. Sebab penduduk beramai-ramai minta foto bersama artis-artis pendukung film, lewat kamera polaroid sekali jepret langsung jadi. Kalau nasib lagi baik, para pedagang atau tukang foto itu juga kebagian peran figuran. Honor Rp. 5.000,00 sehari dianggap cukup lumayan. Turis-turis asing yang berkeliaran di arena wisata pun terheran-heran melihat keriuhan syuting. Mungkin baru kali itu mereka menonton orang Indonesia bikin film. 

Syuting film selama 10 hari di Pangandara, diakhiri dengan "pesta perpisahan" antara pemain utama dan kru film dengan para figuran. Pestanya ramai-ramai makan kambing guling diteruskan dengan ajojing sampai pagi. 



3. Lokasi Syuting di Lampung : Lima Ekor Gajah tapi berkesan Ratusan

Syuting selama 3hari dilakukan di Sekolah Gajah Way Kambas, Lampung Tengah. Maksud di pilihnya lokasi itu jelas, agar bis amenggunakan gajah-gajah yang sudah terlatih. Di Sini ingin di gambarkan kebesaran kerajaan Majapahit denga pasukan gajah dan kudanya. Karena pasukan berkuda sudah diambil gambarnya di Sumba, di Lampung hanya belasan ekor kuda yang di gunakan. Padahal mencari kuda di Lampung termasuk sulit. Maka, apa boleh buat diangkutlah kuda-kuda yang pernah di gunakan di Pangandaran, termasuk para penunggang kuda sekaligus pemilik kuda itu. 

Sebenarnya sekolah Gajah Way Kambas memberi keluasan menggunakan gajah-gajah yang sudah jinak sebanyak 48 ekor. Tapi, Tantowi cuma meminjam 5 ekor. Alasanya jumlah kuda yang ada tak memadai bila disandingkan dengan pasukan gajah. Kalau jumlah gajah terlalu banyak, akan kelihatan timpang. Namun dengan trik tertentu pasukan gajah dan pasukan kuda tampak ratusan jumlahnya. Caranya, kuda dan gajah yang sudah di tembak kamera, berputar lagi lewat di depan kamera secara berkseinambungan . Kesannya jumlah kuda dan gajah itu banyak sekali. 

Dalam show of force tentara Majapahit itu tentu harus di sertau set atau latar belakang bangunan kerajaan. Untuk itu bagian artistik film membangun dinding yang merupakan pintu gerbang kerajaan. Dinding buatan setinggi 8 meter denga panjang30 meter itu berhasil memberi kesan kemegahan Majapahit. Padahal bahan untuk dinding itu sederhana. Terbuat dari styro foam (bahan yang biasa untuk mengepak alat-alat elektronik). Bahan-bahan itu di potong-potong seukuran bata merah, lalu di lekatkan pada papan penyangga kemudian di cat sewarna dengan bata merah. Dari balik dinding itulah pasukan Majapahit keluar di saksikan oleh Brama Kumbara, Mantili, Patih Gutawa dan Harnum.

Mencoba naik gajah menjadi kesibukan tersendiri diluar syuting. Para artis ramai-ramai minta diajari naik gajah. Elly Ermawati termasuk yang paling nafsu. Pelatih gajah asal Thailand dengan sabar meladeninya. "Naik gajah kecil rasanya seperti naik mobil Honda, Paling enak naik gajah besar serasa naik Baby Benz," ujar Elly yang centil itu. 

Namun di hari lain, awak film dan pemain pun sempat panik ketika mendengar kabar bahwa sekawanan gajah liar mendatangi lokasi syuting. Memang di sekitar Way Kambas masih berkeliaran gajah-gajah liar. Suasana semakin mencekam ketika malam harnya lampu harus di padamkan karena terjadi kebakaran kecil pada generator listrik. Suasana tetap mencekam meskipun polisi khusus telah di datangkan dan paa pawang gajah membesarkan hati semua orang. Ketika rombongan meninggalkan tempat keesokan harinya, tetap dalam pengawalan ketat para polsus. Siapa Tahu gajah-gajah liar mencegat di tengah jalan. Untungnya tak terjadi apapun. "Pasukan" Saur sepuh sampai di Jakarta lagi dengan Selamat. 

4. Lokasi Syuting di Studio Cengkareng : Naik Rajawali Raksasa

Sebenarnya, awal syuting telah di mulai di studio milik PT. Kanta Indah Film yang berlokasi di daerah Cengkareng Jakarta Barat. Di studio tersebut di buat set-set yang menggambarkan kerajaan Pamotan, Madangkara dan Majapahit. Jelasnya semua adegan interior di lakukan di studio ini. Misalnya adegan Prabu Bre Wirabumi sedang pesta pora bersama para punggawa kerajaan. Atau adegan Prabu Brama Kumbara bersama istrinya Dewi Harnum dan adiknya Mantili, menerima tamu di Istana Madangkara. 

Namun demikian, ada pula adegan eksterior yagn di lakukan di studio. Yakni adegan rajawali terbang. Rajawali raksasa itu adalah kendaraan milik Brama Kumbara. 

Seekor Rajawali raksasadi tenggerkan di ruang studio. Badan Rajawali yang di buat dari kerangka besi baja itu, di balut dengan bulu burung sungguhan. Kepala burung itu pun bis adi gerakkan, menoleh ke kiri dan kekanan. Dengan teknis tertentu, sayap burung raksasa itu juga bisa di gerakkan ke atas dan ke bawah menyerupai burung yang mengepakkan sayapnya. 

Ketika syuting di mulai, setelah Brama naik keatasnya, burungpun di gerakkan. Sementara latar belakang yagn berwarna putih disorotkan gambar-gambar yang di geserkan ke samping, Gambar-gambar ituantara lain pemandangan sawah gunung, hutan juga kerajaan-kerajaan. Gambar yang ditangkap kamera secara keseluruhan adalah Brama naik burung rajawali terbang, melintasi sawah, gunung, sungai dan sebagainya.

Tekhnik yang di sebut Front Projection ini termasuk teknologo tinggi  yang memerlukan ketrampilan khusus bagi pelaksananya. Dalam hal ini tim artistik dan ahli efek khusus bekerja keras berbulan-bulan sebelumnya. 

Tak terasa syuting yang keseluruhannya berlangsung 5bulan itupun usai.Syuting yang hiruk pikuk dan gegap gempita, merupakan tontonantersendiri . Sekarang tinggal bagimana filmnya setelah di Mampukan film Saur Sepuh, Satria Madangkara menandingi popularitas sandiwara radionya?

Demikian Liputan tentang syuting saur sepuh Satria Madangkara.


Thursday, November 9, 2023

KASET SOUNDTRACK FILM SAUR SEPUH 2 "PESANGGRAHAN KERAMAT"

 


Pada Postingan sebelumna mengenai Kaset Soundtrack Film Saur Sepuh 1 Satria Madangkara yang dapat di Klik Di Sini, Film saur Sepuh 1 juga telah membuat Kaset Soundtracknya dengan sponsor Kalbe Farma yang berisi tentang audio film Saur Sepuh 1 dengan ilustrator ternama Ibu Maria Oentoe , maka di film Saur Sepuh 2 Pesanggrahan Keramat, kembali dibuat Kaset Soundtracknya masih dengan Virgo Ramayana Record. 

Saur Sepuh 2 Pesanggrahan keramat menceritakan tentang hancurnya makam dari Guru Brama Kumbara yang sedianya akan di bangun pesanggrahan oleh sekelompok manusia yang di dalangi oleh Bu Karti, pemberontak Madangkara yang berasal dari Kuntala, negeri taklukan dari Madangkara.

Buto Agni menjadi puncak kemarahan Brama Kumbara setelah mengetahui makam gurunya hancur. Ia menjadi raksasa yang marah sekali dan mencabut apa saja yang ada di sekitarnya. Namun akhirnya Buto agni pun reda kemarahannya setelah Mantili membujuk dan menyadarkannya. 

Akhirnya satu persatu musuh-musuh Madangkara di kejar oleh Brama dan Mantili untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.

Saur Sepuh merupakan Karya Niki Kosasih, pada film Pesanggrahan keramat ini tetap di dukung oleh Fendy Pradana sebagai Brama Kumbara, Elly Ermawatie sebagai Mantili dan Murtisaridewi sebagai Lasmini. Bu Karti diperankan oleh Rita Zahara, Harnum masih di perankan oleh Anneke Putri, serta sederet cast lainnya seperti Hengky Tornando, Yoseph Hungan, Lamting, Piet Pagau, Ida Kusumah, Mariata Grace, RR Dian Sitoresmi, Candy Satrio, Anto Chaniago, Bahar Hardin, Arum De Mitra, Udin Labu, Raymond Leonard, Oche Doriest, Tony Yusuf dan Bilkiez Rachman. 

Musik Embie C Noer, Art Director/Special Effect : El Badrun, Editor Janis Badar,  Penata Kelahi : Robert Santoso, Kameramen : Thomas Susanto dan Sutradara Imam Tantowi. 

dan Pembawa Cerita dalam Kaset ini adalah Ibu Maria Oentoe. Dengan pembawaannya yang khas membuat kita yang mendengarkan turut di bawa ke cerita yang sebenarnya. 


Ada yang punya kasetnya juga? Mari kita dengarkan

Tuesday, September 12, 2023

SAUR SEPUH : SATRIA MADANGKARA BAGIAN 13 (TAMAT)

 Sambungan dari Bagian 12

pasukan Pamotan

B
re Wirabhumi sangat sedih mendengar laporan dari medan perang. Sementara Ibu Rajasaduhita Tunggadewi ikut merasakan kesedihan itu. 

"Tidak sangka Bre Tumapel menjalahi janji. Pasukannya justru membantu Majapahit", kata Bre Wirabhumi kecewa.

"Kau melupakan bahwa Bre Tumapel adalah menantu Wikramawardhana?", tanya ibu angkatnya.

"Tapi dia juga keponakanku. Dia seorang raja yang seharusnya menepati setiap janjinya".

Ibu angkat Bre Wirabhumi adalah seorang wanita berhati tabah. Dengan tenang dia mendekati anak angkatnya lalu di peluknya dengan penuh sayang.

"Kamu telah melakukan apa yang kamu yakini sebagai yang paling baik anakku. Selebihnya adalah wewenang para Dwa!", katanya menghibur.

Bre Wirabhumi hanya bisa mengangguk. Dan ibu tua itu menitikkan air matanya. 

Pertempuran masih terus berlangsung. Pasukan Pamotan berhasil di pukul mundur oleh pasukan Majapahit. Panglima Lodaya gugur di medan gperang ketika berhadapan dengan Narapati raden Gajah.

Kematian itu menurunkan semangat tempur pasukan Pamotan. Mereka semakin terdesak. Korban yang berjatuhan semakin banyak. Para penduduk terus mengungsi menyelamatkan harta benda mereka dari amukan perang. 

Diantara para pengungsi nampak Brama Kumbara yang masih terus mencari isteri dan adiknya. suatu saat dia melihat Wangsa dan Jasta diantara para pengungsi itu. 

Brama segera berusaha menangkapnya. Kedua oran gitu menghilang di balik dinding benteng. Tapi Brama terus mengejar hingga berhasil menangkap mereka. 

"Dimana kalian sembunyikan adik dan istriku?"' tanyanya dengan marah.

"Saya tidak tahu! Lasmini yang bawa", sahut Wangsa.

"Dimana Lasmini sekarang?"

"Lari, mungkin ke Tuban

Brama menjadi cemas. Di Tendangnya kedua orang itu sehingga mental. Ternyata Patis Gotawa berhasil membuka ikatan tali yang membelit tubuhnya. Kemudian ia menolong Mantili dan Harnum.

"Kenapa tiba-tiba kita tertawan di sini?", tanya Mantili.

"Kita kena sirep beserta asap pedang setanmu", sahut Harnum.

"Ya ilmu sirep yang cukup tinggi. Saya yakin perempuan itu bukan orang sembarangan", seru Gotawa.

Mereka keluar dari rumah itu. Tentu saja mereka merasa heran karena tidak ada seorangpun yang menjaga. Rembulan bersin? menerangi halaman yang luas.

"Jebakan apalagi ini?Tidak ada seorangpun yang menjaga kita?"tanya Mantili.

"kita harus mencari kakang Brama, mudah-mudahan sang Prab", kata Harnum.

"Kita ke Majapahit saya yakin sang Prabu kesana karena di Pamotan akan selalu di curigai", sahut Patih Gotawa.

Perang kelihatannya sudah mencapai klimaknya. Suatau malam pasukan Pamotan berebutan kembali memasuki gerbang negeri mereka.

Prabu Wirabhumi dengan gugup menaiki kudanya di halaman istana Pamotan. Sebelumnya dia mengajak Ibu angkatnya untuk segera pergi meninggalkan istana. 

"Sebaiknya ibu mengungsi bersama saya, sebentar lagi pasukan Majapahit mengobrak abrik keraton ini", kata Bre Wirabhumi dengan cemas.

Ibu Rajasaduhitatunggadewi menggelengkan kepala sambil terbenyum. Namun demikian airmata menitik membasahi pipinya. 

"Saya takut mereka menyakiti ibu!".

Biarkan aku disini anak anakku, aku ingin menyaksikan bagaimana kehancuran sebuah perang, sahut ibu angkatnya dengan Pasti.

Bre Wirabhumi menyerah. Ibu setengah tua itu mengelus kepala putra angkatnya. Kemudian Bre Wirabhumi menaiki kudanya bersama dengan para tentara yang mengawalnya. Banyak sekali utusan dari Kaisar Yung Lo yang Panik. Mereka bahkan berjaga-jaga kalau pasukan Majapahit bertindak yang tidak mereka inginkan. Sementara itu beberapa pembesar Majapahit menyuruh mereka meninggalkan istana.

"Lebih baik tuan-tuan meninggalkan tempat ini. Tentara Majapahit sudah memasuki perbatasan Pamotan!".

"Kami akan mengurus diri kami sendiri. Terima kasih atas perhatian tuan!" sahut utusan kaisar Yung Lo. 

Lalu salah seroang dari mereka memberitahu bawahannya agar memberitahukan pada wakil Laksamana Cheng Ho di Tet sun dan Tuban.

"Kasih tahu wakil Laksamana, kami terkurung di kedaton timur, Kedaton Barat telah menyerbu!.

"Baik!".

Dua orang prajurit yang merupakan kurir dari utusan Kaisar Yung Lo segera berangkat. Pasukan Majapahit akhirnya memasuki daerah Pamotan. Ibu Rajasaduhitunggadewi menatap tajam dengan penuh kepedihan. Dia menyaksikan bagaimana tentara Pamotan berlari-lari ketakutan di kejar oleh tentara Majapahit. Sementara itu Narapati Raden Gajah memimpin pasukan di atas kudanya dengan gagah berani. 

Pasukan Majapahit membobol pintu gerbang istana. utusan kaisar Yung Lo berusaha menahan serbuan itu. Dengan gagah berani mereka melakukan perlawanan. Tapi karena jumlahnya sangat sedikit mereka berhasil dihancurkan. 

Ibu Rajasaduhitunggadewi menangis pedih tapi ia berusaha berdiri tegar. Tentara-tentara Majapahit mau menghancurkan istana, tapi ibu Tunggadewi berteriak lantang. 

"Jangan hancurkan kedaton ini! Ini rumahku! Aku isteri Bre Matahun Puteri Tunggal Dyah Wiyat Rajadewi, penguasa Daha!"

Aneh, suara ibu tua itu menghentikan pasukan Majapahit yang riuh rendah hendak menghancurkan keraton. Kembali suara Ibu Tunggadewi menggema.

"Yang berperang adalah Bre Wirabumi dengan Wikramawardana!".

Sementara itu Bre Wirabumi bersama enam orang tentara pengawalnya naik sebuah perahu yang di dayung oleh dua orang. Terasa betapa pedih di hati sang Raja untuk meninggalkan kerajaannya yang sedang diamuk oleh musuhnya.

Kepergian Bre Wirabhumi di ketahui oleh pihak Majapahit. Karena itu ketika perahu yang mereka tumpangi melaju ke utara kelihatan ada sebuah perahu lain mendatangi dengan cepat dari belakang.

"Gusti Prabu, ada yang mengejar kita!", seru pengawal.

Bre Wirabhumi kaget tapi dia berusaha menenangkan diri. 

"Kita lawan mereka! Belok! Terjang perahu itu!", perintahnya. 

Ternyata perahu yang mengejarnya adalah perahu Narapati Raden Gajah, Begitu perahu Bre Wirabhumi berbalik Raden Gajah memerintahkan untuk menabrak perahu lawannya. 

Perkelahian terjada diantara mereka. Perahu yang oleng segera terbalik dan penumpangnya tercebur ke sungai. Bre Wirabhumi menghunus keris pusakanya tapi Narapati Raden Gajah lebih tinggi ilmu tempurnya daripada Raja Pamotan itu, Dalam waktu yang tidak terlalu lama dia berhasil memenggal kepala Bre Wirabhumi.

Narapati Raden Gajah segera kembali ke istana dengan membawa kepala Bre Wirabhumi. Para pejabat istana tertegun ketika tangan Narapati Raden Gajah membuka bungkusan kain diatas talam yang sangat indah. Terlihat kepala Bre Wirabhumi. 

Sang Prabu Wikramawardhana tertunduk haru. 

"Kuburkan di desa Lung dan dirikan diatasnya sebuah candi. Sebagai peringatan pada anak cucuku, betapa menyakitkan sebuah perang", Prabu Wikramawardhana memberi perintah. 

Sementara itu Brama Kumbara masih terus berusaha mencari istri dan adiknya. Ia terus mengembara menjelajah pelosok Majapahit dengan mengendarai kudanya. 

Di kejauhan terlihat sayup-sayup keraton Majapahit yang agung dan megah. Brama turun dari kudanya lalu bersuit memanggil sesuatu. 

Tak lama kemudian seekor Rajawali raksasa menukik turun dari udara. Brama menaiki burung kesayangannya. 

"Kita cari Mantili, Gotawa dan Isteriku Harnum ", serunya.

Burung itu berkeok dengan gagah. Kemudian mengepakkan sayapnya yang perkasa dan terbang ke angkasa.


TAMAT


Produksi : PT KANTA INDAH FILM

Produser : Handi Mulyono

Cerita : Niki Kosasih

Skenario/Sutradara : Imam Tantowi

Juru Kamera : Herman Susilo

Penata Artistik : El Badrun

Penyunting Gambar : Yanis Badar

Instruktur Fighting : Robert Santoso


Friday, September 1, 2023

35 TAHUN FILM SAUR SEPUH "SATRIA MADANGKARA"

Murtisaridewi sebagai Lasmini



B
agi generasi 80an Sandiwara radio saur sepuh menjadi sebuah menu utama bagi sebagian besar kalangan masyarakat Indonesia. betapa tidak, sajian sandiwara radio yang di siarkan di radio-radio hingga pelosok nusantara menjadi hiburan murah dan meriah. Pada saat itu mendengarkan radio tidak semudah seperti sekarang di jaman serba digital. Era 80an radio masih menjadi barang mewah yang tidak bisa dimiliki oleh semua orang. Radio juga di kenakan pajak daerah bagi yang memilikinya. Karena merupakan barang mewah maka saat saur sepuh disiarkan, cara masyarakat untuk mendengarkannya pun secara beramai-ramai. 

Ini terjadi di sebagaian masyarakat kala itu. Mendengarkan Saur Sepuh dari sebuah radio di lingkungan tempat tinggal yang memiliki radio adalah sebuah hal yang sangat biasa. Boleh jadi dalam satu RT hanya beberapa saja yang beruntung memiliki radio. Sebagai salah satu hiburan, Saur sepuh menjadi kian terkenal dengan imajinasi masing-masing orang yang berbeda-beda. Telinga untuk mendengar sementara pikiran kita berimajinasi menggambarkan tokoh yang ada dalam sandiwara radio. 

Kesuksesan Sandiwara radio Saur sepuh tentu saja menjadi sebuah fenomena di kala itu. Meski kalau berbicara sandiwara radio, penulis sendiri kurang begitu paham karena masih kecil dan tidak setiap hari mendengarkan sandiwara radio karena keterbatasan pemilik radio saat itu. Tapi tentu saja saya tahu tokoh-tokoh yang ada di sandiwara radio seperti Brama, Mantili, Lasmini, Gotawa, Biksu kampala, Garnis, Permadi, Bentar , dan lain-lain. Hingga akhirnya Saur sepuh yang sukses di radio merambah ke layar Lebar. 
Brama dan Lasmini yang terpilih dari Audisi Saur Sepuh



Penampakan VCD Saur Sepuh


Layar Lebar

Film pertama yang diangkat ke layar lebar adalah Satria Madangkara. Di produksi oleh PT Kanta Indah Film dengan sponsor PT Kalbe Farma. Meski sebelumnya terjadi kekisruhan sebelum proses produksi. Mengutip dari Majalah Film No. 056/24 edisi 20 Agustus - 2 September 1988 awalnya Saur Sepuh akan di berikan kepada Garuda Film, tapi tidak jadi karena pemiliknya sedang ke Hongkong dan sulit di hubungi, setelah sebelumnya dari beberapa Produser seperti dari Tobali Film, Garuda Film dan Inem Film  menghubungi Kalbe Farma selaku pemilik siar Saur Sepuh. Setelah melakukan penjajagan PT Kalbe Farma cenderung untuk memilih Garuda Film namun tidak jadi karena pemilik Garuda pergi ke Hongkong. Sejak itu putus kontak antara Kalbe dengan Garuda. 

Lantas bagaimana bisa jatuh ke Kanta? Pada awalnya produser Kanta Indah Film menghubungi PT Kalbe Farma untuk untuk memfilmkan saur sepuh atas desakan Imam Tantowi. Meski awalnya alot namun singkat cerita akhirnya Kanta Indah Filmlah yang akhirnya memproduksi Saur sepuh meski pada saat itu juga Tobali Film membuat Brahmana Manggala dengan pemeran Ferry Fadly dengan mengusung itulah Brahma yang asli dalam promosinya. (Mungkin di lain kesempatan akan saya kutip berita tersebut.)
Fendy Pradana sebagai Brama Kumbara


Dan inilah Saur sepuh itu yang di Produksi pada tahun 1988 dan tayang di awal September 1988.
Audisi pemain Saur sepuh pun di mulai sejak tahun 1987. Fendy Pradana terpilih sebagai tokoh Brama Kumbara setelah menyisihkan 11.719 peserta audisi pada akhir Maret 1988 seorang pendatang baru dari Surabaya. 
Mantili si Pedang Setan


Kemudian Elly Ermawati di dapuk sebagai Mantili seperti dalam sandiwara radio. karena dari beberapa pemain sandiwara radio, hanya Elly Ermawatie lah yang di anggap mewakili sesuai karakter di sandiwara radio. 

Murtisaridewi sebagai Lasmini



Sementara itu Lasmini jatuh pada seorang gadis SMA asal solo Murtisaridewi. Mencari tokoh Lasmini , bagi Imam Tantowi, Murtisaridewilah yang paling cocok memerankan Lasmini setelah 6 bulan pencarian. Siapakah Murtisaridewi? Dia gadis kelas 1 SMA yang banyak prestasi terutama di bidang seni tari. Dari hobbinya menari Jawa ia sudah menggondol banyak prestasi Karena ketika terpilih sebagai bintang saur sepuh, Murtisaridewi pun sedang sibuk mengikuti grup tarinya tour ke sejumlah negara seperti Brasilia, Australia dan Amerika. 

Setelah proses suting di lakukan di beberapa wilayah seperti studio Cengkareng, Jakarta Barat, Pangandaran, Padalarang - Jawa Barat, Waika Bubak, Sumba, Nusa Tenggara Timur dan Way Kambas Lampung dengan di dukung kuda kurang lebih 1500 ekor dan pasukan gajah serta melibatkan banyak pemain , saur sepuh  Satria Madangkara menjadi  film Kolosal pada tahun 1988. 

Tepat di awal bulan September 1988 Saur Sepuh tayang di bioskop-bioskop tanah air dan mendapatkan sambutan yang luar biasa. Banyak yang penasaran akan kesuksesan Saur sepuh di sandiwara radio dan berbondong-bondong ke bioskop untuk menyaksikannya. Dari data yang penulis peroleh baik dari Majalah maupun buku FFI , perolehan penonton Saur Sepuh mencapai 2. 275.887 angka yang fantastis di jaman itu. Sementara untuk Jakarta sendiri film Saur Sepuh menduduki peringkat pertama sebagai film terbanyak penontonnya dengan perolehan penonton 575.480 , tentu saja ini adalah hitungan yang bisa jadi akan lebih banyak lagi mengingat pada saat itu bioskop sangat menjamur hingga pasar-pasar dari kelas 1 hingga kelas 3. 

Tepat hari ini, 1 September 1988 , Saur Sepuh tayang di Bioskop dan Kini usia Saur Sepuh "Satria Madangkara" sudah menginjak 35 tahun yaitu dari 1988 - 2023 dan bagi penulis sendiri tidak pernah bosan untuk menontonnya kembali meski sudah di tonton berulang kali. 

Kalau dari penulis pribadi sih tidak berharap akan ada remake atau lanjutan dari kisah saur sepuh yang di buat filmnya lagi, tapi biarlah apa yang pernah di produksi menjadi kenangan indah bagi para penggemarnya dan Harapannya adalah semoga film Saur Sepuh dapat menjadi pembuka sebagai film Klasik di ajang bergengsi seperti Festival-festival film . Kalau harapan pembaca bagaimana?? adakah harapan khusus akan film ini?




Galeri foto : 

Sebagai Fans Saur Sepuh kadang saya suka bawa koleksi ini 


Satria Madangkara




Wednesday, September 14, 2022

Saur Sepuh , Satria Madangkara Film Terlaris Tahun 1988 !

Brama Kumbara dan Lasmini dalam Saur Sepuh 1

Berbicara tentang Saur Sepuh, agaknya memang belum bisa move on dari film yang diangkat dari serial Sandiwara Radio yang populer di tahun 80an. Apalagi setelah menemukan data baru kalau jumlah penonton film Saur Sepuh 1, Satria Madangkara menjadi film terlaris pada tahun 1988. Di kutip dari buku Festival Film Indonesia 1989 di halaman 122 , Film Saur Sepuh 1 meraih penonton 2.275.887. Jumlah ini termasuk jumlah yang fantastis pada jaman itu dan berhasil mengalahkan film Pengkhianatan G 30 S /PKI (1984) yang meraih penonton 1.724.704. Memang itu adalah berdasarkan data, kalau perolehan penonton yang tidak terhitung tentu saja akan banyak, apalagi untuk sekelas film G 30 S PKI tentu saja jutaan penonton diraih meski banyak yang tidak tercatat. Hal ini tentu saja menjadi sebuah kebanggaan mengingat film bersetting kerajaan Madangkara tersebut mampu mendapatkan dukungan dari penonton tanah air. Apalagi dengan sederetan cast yang baru di dunia perfilman seperti Fendy Pradana, Murtisaridewi dan juga Elly Ermawatie.

Tiga tokoh sentral dalam cerita Saur Sepuh di perankan dengan bagus oleh Fendy Pradana sebagai Brama Kumbara.  kayaknya hampir semua orang yang hidup di era pertengahan 80an hingga awal 90an tahu siapa Brama Kumbara, seorang raja dari Madangkara. Kemudian ada Elly Ermawatie yang berperan sebagai Mantili si pedang setan dan pedang perak, dan juga ada Murtisaridewi sebagai tokoh Lasmini, perempuan penggoda pemilik perguruan Anggrek Jingga di lereng gunung lawu. Ketiga tokoh sentral ini menjadi nyawa film Saur sepuh.

Penampakan VCD Saur Sepuh 1 dan Kaset OST saur Sepuh
 


Saur Sepuh di buat sebanyak 5 judul , sebuah karya Niki Kosasih yang berhasil secara bagus di visualisasikan kedalam film oleh Sutradara Imam Tantowi  dalam Saur Sepuh 1 sd 4 dan Torro Margens di Saur Sepuh 5. Film Saur sepuh sendiri merupakan film dengan hasil yang cukup membanggakan , hal ini terbukti dengan perolehan penonton Saur Sepuh yang cukup fantasitis, sekaligus menjadi film laris di DKI Jakarta. Perolehan penonton Saur Sepuh menjadi perolehan yang cukup di perhitungkan. Di DKI Jakarta sendiri film saur sepuh 1 juga menjadi film terlaris tahun 1988 dengan perolehan penonton 575.480, sementara di tahun 1989 film saur sepuh II masih menjadi film terlaris dengan perolehan penonton 555.187 dan di Tahun 1990 Film Saur Sepuh III Kembang Gunung Lawu menjadi film terlaris pertama dengan perolehan penonton 447.504. Selanjutnya Film saur Sepuh IV dan V tidak saya temukan data jumlah penontonnya. Namun demikian era 90an awal menjadi era yang mulai sepinya film-film Indonesia dan di pertengahan 90an hingga akhir 90an film-film bertema seks menjadi suguhan yang memenuhi bioskop kala itu. 

Kalau era sekarang, film -film laris dengan jumlah penonton yang banyak makin sering bermunculan, sebut saja di tahun 2022 film KKN di desa Penari menjadi film terlaris hingga sekarang belum ada yang bisa menghadangnya dengan jumlah penonton 10 juta lebih. Juga ada film Pengabdi setan versi Joko anwar yang berhasil menggetarkan jagat perfilman Nasional yang kian berkembang. 

Poster Saur Sepuh 1

Poster Saur Sepuh 1

Kalau kita flashback ke era 80an keatas, yang saat itu saya juga masih kecil sandiwara radio menjadi sebuah hiburan 'murah' bagi kalangan bawah, karena tidak semua orang memiliki radio di rumah, dan seninya mendengarkan radio adalah di dengarkan secara bersama-sama. Imaginasi dari pendengar radio saat mendengarkan sebuah cerita tentu saja dapat berbeda-beda. Tak jarang anak-anak suka bermain peran seperti apa yang ada dalam sandiwara radio sesuai dengan imaginasi masing-masing anak. kata-kata Ciaaaat menjadi biasa terdengar di lingkungan sekitar yang di lakukan oleh anak-anak. Hiburan TV menjadi hiburan yang mahal, jangankan TV , radio saja satu RT (di kampung) bisa di hitung dengan jari siapa yang memiliki radio . Dari radiolah kita dapat mendengarkan cerita Saur sepuh meski kadang di dengarkan di rumah tetangga secara beramai-ramai. 

Ketika Saur Sepuh diangkat ke layar lebar tentu saja di sambut secara antusias baik bagi kalangan yang tinggal di kota maupun di pelosok desa. Meski tidak bisa nonton ke bioskop karena masih kecil dan jauh karena ada di kota, namun saya sendiri berhasil menontonnya di hajatan sunatan yang  'nanggap' video dengan memutar film Saur Sepuh. 

Sebagai pecinta saur sepuh bagi saya visualisasi yang ditampilkan dalam film Saur sepuh terwakilkan dan sesau ekspektasi. Sehingga film saur sepuh menjadi film terlaris dan tersering dalam diri saya yang paling sering di putar. Bagaimana dengan kalian? ada yang sama?

Lantas akankah film-film bertema seperti ini ada yang tertarik untuk membuat ulang di masa sekarang? Wallahu a'lam semoga saja ada Sutradara yang melihat dan menggarap serius agar penonton juga tidak kecewa tentu dengan mengikuti masa kekinian yang bisa di terima oleh penonton milenial.

Artikel Pendukung



Sunday, January 27, 2019

BARRY PRIMA DALAM FILM "SILUMAN SRIGALA PUTIH"



Judul Film            : SILUMAN SERIGALA PUTIH
Sutradara            : Imam Tantowi
Produser             : Handi Muljono
Produksi              : PT. Kanta Indah Film
Tahun Produksi : 1987
Pemain                 : Barry Prima, Advent Bangun, Atut Agutinanto, Okky Olivia, Muni Cader, Belkiez Rachman, Johan Moosdijk, Hassan Dollar

Sinopsis :

Siluman Serigala Putih (Advent Bangun) perampok yang merajalela dimana-mana. Ia merampok warga yang mempunyai kekayaan. Sementara itu Jari Getih (Atut Aguntinanto) jua merupakan perampok yang menyamar sebagai seorang saudagar. Jari Getih berlagak pedagang besar dan selalu dikelilingi wanita-wanita cantik. Jari Getih mendapat beking seorang Marsose. Suatu ketika Serigala Putih datang ke penginapan Terang Bulan dimana Jari Getih menginap. Akan tetapi pemilik penginapan mengatakan tidak ada kamar. Serigala Putih marah dan membunuh pemilik penginapan. Sementara itu Jari Getih yang melihat kejadian tersebut hanya diam dan bersembunyi dibalik ketiak orang-orang penginapan.  Jagoan-jagoan penginapan dibuat tidak berkutik oleh Serigala Putih.

Seorang Pendekar (Barry Prima) yang kebetulan sedang berada di sekitar penginapan tersebut karena tidak diperbolehkan menginap di penginapan yang dikhususkan untuk orang-orang kaya tersebut, akhirnya ditantang oleh  Serigala Putih untuk berkelahi setelah orang-orang yang menghadapi Serigala Putih kalah semua. Akan tetapi pendekar tersebut merasa tidak cukup ilmunya, maka pergilah Serigala Putih dari tempat tersebut. Jari Getih bermain di air keruh. Ia ikut bermain untuk mempengaruhi orang-orang sekitar agar bisa membunuh serigala Putih, termasuk juga menyuruh Pendekartersebut untuk membunuh Serigala Putih. Jari Getih berlagak lugu. Padahal Jari Getih adalah perampok yang kejam yang berhasil mengelabui rakyat, karena sebenarnya Jari Getih adalah perampok yang sekarang sedang merajalela di sekitar kota Tangerang. Jari Getih juga pembunuh keluarga Pendekar tersebut, akan tetapi dengan penampilannya, Jari Getih mampu mengelabui pengembara hingga tidak mengenalinya.

Jari Getih pun menghasut warga sekitar Tangerang untuk membunuh Serigala Putih, termasuk juga dengan Pendekar karena bayarannya memang tinggi yang diberikan Jari Getih. Akhirnya Pendekar menemukan Serigala putih. Meski Siluman Serigala Putih merasa tidak mempunyai urusan dengan Pendekar, akan tetapi akhirnya Ia meladeni ajakan Pendekar untuk berkelahi. Pendekar berhasil membunuh Serigala Putih, akan tetapi Jari Getih tidak percaya karena tidak ada bukti yang dibawa. Jari Getih Ingkar janji, ia tidak mau membayar uang yang telah disepakatinya.
Jari Getih menyuruh orang-orang untuk mengecek kebenarannya dengan menyeret mayat Serigala Putih yagn telah dikuburkan. Akan tetapi sesampai di kuburan, mereka melihat Serigala Putih masih hidup, padahal sebenarnya itu adalah orang suruhan Jari Getih yang menyamar. Pemilik Warung dimana Pendekar tinggal juga akhirnya mengetahui kalau pedagang yang selama ini dikenalnya adalah Jari Getih. Ia pun dibunuh oleh Jari Getih. Pendekar menolong Anak gadis yang keluarganya dirampok oleh Jari Getih ketika hampir tenggelam disungai. 

Jari Getih yang mengaku pedagang dari Lampung tersebut juga menghasut agar dapat menangkap pendekar yang sebenarnya telah membunuh Siluman Serigala Putih. Meski setelah Siluman Serigala Putih terbunuh, akan tetapi perampokan tetap merajalela. Bahkan Jari Getih sok menjadi pahlawan dengan menolong orang yang sedang kesusahan untuk membantunya. Bahkan ia menyuruh kepala kampung untuk menyewa jawara-jawara dari kulon untuk membunuh pendekar. Jari Getih pintar sekali memutar balikkan fakta dengan keluguannya hingga orang-orang percaya padanya. Anak gadis pemilik warung tersebut akhirnya berusaha dibunuh oleh Jari Getih.  Tiba-tiba Jari Getih dan orang-orang sekitar sudah datang dan menuduh pendekarlah pelaku yang akan membunuhnya. Akhirnya demi keamanan yang disebut-sebut jari getih, akhirnya pendekar di usir dari kampung tersebut.
Selama dalam perjalanan, anak gadis yang ditolong menceritakan kepada pendekar tentang siapa dirinya. Ia menceritakan keluarganya dibunuh oleh Jari Getih secara kejam. Kemudian pendekar pun menceritakan tentang keluarganya yang juga dihabisi oleh Jari Getih. Akhirnya keduanya bersama-sama mencari Jari Getih untuk membalas dendam. 

Perampokan yang dilakukan oleh Jari Getih dan anak buahnya kian merajalela hingga membuat penduduk menjadi ketakutan. Pada suatu kesempatan, Jari Getih yang menyamar sebagai pedagang pura-pura sedang dirampok, dan perampok tersebut mengambil liontin yang dimiliki Jari Getih. Melihat Liontin ayahnya yang dipegang oleh Jari Getih, Anak gadis yang kebetulan berada di tempat tersebut akhirnya mengenali liontin ayahnya dan mendekati Jari Getih. Hingga akhirnya terbongkarlah siapa Jari Getih. Akhirnya Jari Getih berhasil dibunuh oleh Pendekar.
****
Dibawah Arahan Sutradara Imam Tantowi, film ini menjadi misteri diawalnya karena tidak tahu siapa sebenarnya Jari Getih. Hingga diakhir cerita baru diketahui siapakah Jari Getih. Masih oke untuk ditonton.