Kali ini saya akan menyadur ulang artikel dari majalah film No. 089/57 Th VI 25 Nov - 8 Des 1989 tentang Saur Sepuh 3 semoga bermanfaat buat yang belum pernah membacanya atau tidak tahu informasinya.
Berikut kutipan lengkapnya.
Kalau Murtisaridewi mengamuk di saat suting, itu biasa karena perannya sebagai Lasmini menuntut begitu. Tapi kalau kerbau yang mengamuk? Tak urung Imam Tantowi sendiri ikut repot. Dan itulah yang terjadi ketika suting "Saur Sepuh III" Kembang Gunung Lawu " berlangsung di Pangandaran - Jawa Barat.
Pasalnya ketika gerobak yang di tarik kerbau sebagai kendaraan Lasmini di hadang anak buah juragan Basra, terjadilah perkelahian satu lawan lima. Perkelahian itu rupanya tak cuma membuat pengiring Lasmini Kabur karena takut tapi juga membuat sang kerbau kalang kabut. Akibatnya kerbau tersebut ingin ngacir juga. Ia berontak dari tali yang melingkari lehernya. Dan itu sudah cukup membuat kayu kemudi grobak patah dan Tantowi teriak , Cut!.
Suting berhenti, sang kerbau di tenangkan. Tapi, nah ini begitu kerbau di keluarkan, Tantowi tiba-tiba berteriak. Rupanya ada yang salah, "Mana orang-orang art?, teriaknya. Buru-buru semua orang datang da mencoba memperbaiki kayu gerobak yang patah. "Sial, lama-lama bisa mati saya, lambat sekali kerjanya. Bawa paku, kawat dan martil tidak?" tanya sutradara ini pada salah seorang kru art yang terpaksa diam membisu. Dan Tantowi pun segera mengambil alih martil lalu bekerja sendiri.
Kemarahan-kemarahan seperti itu agaknya memang bukan mutlak milik Tantowi saban suting berlangsung. Beberapa sutradara lain juga pernah mengalami dan melakukannya. "Kesal sih, " Kilah Tantowi. Dan ketika gerobak sudah di perbaiki, suting di lanjutkan lagi. Tapi kali ini bukan sang kerbau yang bikin ulah, justru Lasmini yang tak konsentrasi. Adeganpun terpaksa di ulang-ulang hingga 12 take.
Kenapa sampai begitu banyak di ulang?" Soalnya kita ingin menyajikan yang terbaik," jawab Tantowi. Dan yang terbaik itu, menurutnya tak cuma dalam soal penyajian adegan, tapi juga perlengkapan suting. "Untuk saur sepuh II ini kami pakai lighting H.M.I sebanyak 5 buah. Di Indonesia belum ada yang punya lighting seperti ini. Kalaupun ada baru Soraya Film. Itupun cuma dua boah. Soalnya harganya mahal. Rp. 10 Juta satu buah, "turut Tantowi. Menurutnya kegunaan lighting H.M.I ini cukup besar. "Lampu ini bisa mengatasi ketiadaan cahaya matahari. Jadi suting tidak terganggu kalau matahari tidak ada. Lagi pula bisa menembus tirai hingga menimbulkan bayang-bayang yang asli. "Jelasnya.
Menurut Tantowi, lampu seperti itu pulalah yang digunakan ketika Soraya membuat film "Pembalasan Ratu pantai selatan," Dan hasilnya k kata Tantowi, cukup menakjubkan. "Itu baru mereka pakai dua buah. Kami pakai lima sekaligus, katanya lagi . Soalnya lampu begini bisa menambah suasana gambar menjadi sesuai seperti yang kita ingini." tuturnya.
Dengan peralatan yang seperti itu, Tantowi mengharapkan "Saur Sepuh III" bisa menjadi film dengan ilai lebi. Tapi sayang, ketika kemudian suting harus berlanjut sore hari, dimana Lasmini harus di gantung sungsang, Tantowi menghentikannya dn kita tak tahu sampai dimana kehandalan spotlight barunya. "Sudah sore. Saya harus kembali ke jakarta karena besok harus ke Surabaya," kilahnya. Dan di Surabaya Tantowi memang melakukan bargaining untuk film "10 November".
No comments:
Post a Comment