Masih ingat film Penumpasan Pengkhianatan G 30 S PKI? peristiwa penculikan para Jenderal oleh gerombolan PKI menjadi peristiwa kelam sejarah bangsa Indonesia. Peristiwa yang terjadi 58 tahun silam sampai sekarang masih menjadi perdebatan tentang siapa di balik peristiwa tersebut meski secara terang benderang PKI lah yang ada dibalik peristiwa tersebut dengan menghembuskan isyu dewan jendral yang ingin melakukan perebutan kekuasaan. Terlepas dari apapun kontroversinya, sejarah bisa saja di putar balikkan. Namun demikian hingga saat ini PKI masih menjadi ancaman dan bahaya laten yang kapanpun bisa tumbuh kembali. Kalau melihat kondisi saat ini tentu saja seolah mustahil PKI bisa bangkit, dan jualan "PKI" dalam masa politik saat ini menjadi sebuah jualan yang sudah tidak laku lagi. Namun sebagai warga negara dan pernah mendengarkan cerita dari tokoh masyarakat yang hidup di jaman 65 tentang kekejaman PKI itu nyata adanya. Para kiyai di tangkap oleh oknum-oknum PKI. Keadaan pun dibuat mencekam. hingga saat ini kita harus tetap waspada.
Sebagai partai yang mendalangi sebuah penculikan yang keji, PKI akhirnya pun di larang tumbuh di Indonesia, hal yang miris tentu saja terjadi pada simpatisan PKI yang mereka hanyalah ikut-ikutan saja tanpa tahu apa yang terjadi. Di Era order baru, cap anak PKI menjadi sebuah rapor merah bagi warga meskipun mereka melakukan hanya dengan ikut-ikutan. Sehingga di era orde baru hak politik para tahanan politik PKI pun tidak mendapatkan haknya.
Generasi Order baru sudah berganti dan kini setelah reformasi terjadi hak-hak politik anak PKI pun suah dapat di pergunakan. sebagai contoh hak politik eks anak PKI pun untuk jaman sekarang sudah bisa menjadi seorang wakil rakyat dari sebuah partai besar. Jadi di jaman sekarang hal ini sebenarnya sudah biasa dan tidak perlu di perdebatkan lagi.
Oke , kembali ke peristiwa 58 tahun yang lalu, peristiwa tersebut pun akhirnya diangkat ke layar lebar oleh Arifin C Noor dengan musik pengiringnya di tangani oleh Embie C Noor. Sebuah ilustrasi musik yang bikin merinding hingga sekarang. Bagi generasi penonton TVRI sebelum film tersebut dilarang di putar oleh Menteri Penerangan era Habibie , Bapak Yunus Yosfiah maka tiap tanggal 30 September TVRI selalu memutar film Penumpasan Pengkhianatan G 30 S PKI dari selepas Berita Nasional jam 19.30 hingga tengah malam karena durasi film yang panjang.
Menonton film Penumpasan G 30 S PKI menjadi ajang kumpul keluarga sekaligus kumpul tetangga . Karena pada saat itu terutama di perkampungan tidak semua rumah beruntung memiliki televisi. Dalam satu Desa pemilik televisi masih bisa dihitung. Seolah terlempar pada masa lalu ketika nonton film ini, seluruh anggota keluarga dan para tetangga sudah berkumpul di depan televisi. Kebetulan rumah saya waktu itu sudah memiliki televisi hitam putih dengan tenaga Aki, karena tinggal di desa yang belum ada listriknya sehingga aki menjadi sumber listrik untuk dapat menonton televisi.
Tentu saja yang nonton pun lintas RT dan kumpul jadi satu dengan penerangan hanya dari layar tivi sehingga matapun tertuju pada satu layar. Ketika film di mulai semua mata tertuju ke layar televisi. Adegan pembuka yang selalu di tunggu adalah adegan di mushola yang orang-orangnya menjadi korban keganasan PKI, kemudian antrian beras dan anak yang ada boroknya. itu yang menjadi pembicaraan bagi kami kalangan anak-anak SD yang belum cukup umur.
Kemudian film berjalan seolah lambat mata sudah mulai mengantuk dan biasanya kami-kami yang anak-anak akan tertidur sejenak dan dibangunkan kembali ketika penculikan para jenderal mulai . Kami pun menontonnya dengan seksama hingga adegan paling memoris adalah adegan Christine putri dari DI Panjaitan yang membalurkan darah ayahnya ke muka. Ini menjadi perbincangan kami dari tahun ketahun hingga esok hari di sekolah pun biasanya masih di perbincangkan.
Kemudian ketika dari anggota PKI menyilet muka seorang jenderal, itu menjadi adegan yang sangat. mengerikan, dan tentu saja ketika para jenderal di seret hingga di buang ke sumur tua menjadi adegan terakhir yang biasanya kami tonton sebelum sejenak tertidur kembali. Dan kami akan terbangun alias nglilir ketika pengangkatan jenazah para Jenderal sedang berlangsung. Hingga akhirnya film pun selesai sudah lewat tengah malam. Orang-orang pulang dan kembali sepi mencekam . Akhirnya malah tidak bisa tidur . Itulah sekelumit kisah nonton Film Pengkhinatan G 30 S PKI di layar kaca. Mencekam tapi ya tetap saja indah, mengalami masa-masa film non sensor meski tidak sepenuhnya nonton seluruh film.
Lantas bagaimana dengan sekarang? sejak beberapa tahun ini sejak film tersebut di larang di putar tahun 1998, kini film tersebut kembali di putar oleh stasiun-stasiun televisi. Meskipun tidak diputar pada tanggal 30 September karena bagi stasiun televisi tentu harus melihat momen agar tidak bentrok dengan stasiun lain agar dapat menarik perolehan iklan. Namun demikian dari film-film yang di putar kebanyakan sudah ada sensor atau adegan yang di potong. Adegan orang merokok sudah pasti di blur, kemudian ketika memperlihatkan darah maka akan di buat hitam putih. Dan antara stasiun tv satu sama lain biasanya ada perbedaan cara penyensoran. Contoh dari pengalaman yang saya tonton, di TVOne,, logo Palu Arit saat rapat di hapus, sementara di stasiun lain tidak. Di RCTI, RTV, tahun lalu ANTV ikut menayangkan namun tahun ini belum terlihat. Dari semua stasiun TV swasta yang memutar film G 30 S PKI menurut saya hanya di SCTV yang paling bagus dengan sensor yang wajar. Namun di tahun 2023 belum terlihat iklannya apakah akan menayangkan atau tidak. semoga di akhir bulan nanti juga tayang di SCTV.
Sebagai apresiasi walaupun sensor sana sini , selagi saya ada waktu pasti saya sempatin nonton karena kalau tidak diingatkan tentu sejarah ini akan hilang begitu saja. dan yang terpenting kali ini di putarnya siang hari sehingga suara musiknya yang ngiung ngiung bikin takut paling tidak akan merasa tidak takut. Dan tentu saja nonton jaman sekarang dengan nonton jaman dahulu sangat berbeda dari segi rasa dan suasana.
Bagaimana dengan pengalamanmu>