|
Raja Jin Penjaga PIntu Kereta |
|
Judul Film :
Raja Jin Penjaga Pintu Kereta
Cerita :
Wahab Abdi/Asrul Sani
Sutradara :
Wahab Abdi
Produser :
Cahyo Wibowo
Pemain :
Soekarno M. Noor, Rina Hasim, H. Mansur Shah, Ratmi B-29, Bung Salim, Rawanto, Nina
Nasution, Noor Cahya, Aminah Cendrakasih.
Produksi : Cahaya Sembilan Corp.
Tahun Produksi :
1974
Adegan dibuka dengan lewatnya kereta api jaman dahulu kala
yang masih klasik dan hitam sekali. Raja Jin alias Gono (Soekarno M. Noor)
adalah seorang penjaga pintu kereta api manual yang akan menutup pintu
kereta yang juga mantan pemain Lenong.
Dalam permainannya di Lenong ia selalu berperan sebagai Raja Jin, oleh karena
itulah ia lebih dikenal sebagai Raja Jin. Sedangkan Istrinya (Rina Hasim)
adalah seorang Ibu yang baik yang mempunyai dua orang anak Yanti (Noor Cahya) dan Yanto
(Rawanto). Mereka tinggal di pinggir dekat rel kereta api diareal
pesawahan dimana ketika buang hajat juga dari air yang mengalir dengan ditutup
gubuk seadanya. Soekarno M. Noor bermain total di film ini, sehingga peran yang
dibawakan juga membuat penonton.
Keluarga Raja Jin dengan kaji Rp. 5000, sebulan. Yah gaji jaman segitu
sih pas-pasan sekali. Lima Ribu……
Meski hidup sangat sederhana akan tetapi kehidupan raja jin
selalu gembira, karena apapun yang di kerjakan selalu di landasi dengan
kegembiraan. Raja Jin akan berjoget
ketika Kereta api lewat setelah menutup palang pintu kereta api setelah itu
kemudian melambaikan tangan ke kereta api yang lewat. Ini menjadi hiburan
tersendiri bagi para penumpang bis yang sedang berhenti di pintu kereta
api. Penumpang Kereta Api yang merasa
mendapat hiburan akan melemparkan uang sekedarnya kepada raja jin sebagai
balasan atas hiburan yang diberikannya.
Melihat peluang demikian menyebabkan jalur pintu kereta api
tersebut menjadi ramai, dan akhirnya tumbuhlah warung-warung di sekitar pintu
kereta api. Keadaan ini dimanfaatkan betul oleh bos penjual makanan untuk
mengkoordinir orang-orang sekitar untuk berjualan.
****
Yanto di ejek oleh anak-anak di sekolah kakaknya kalau
Bapaknya badut, kemudian berkelahi. Ketika Yanto sedang di keroyok anak-anak
tersebut, kemudian datanglah Yanti kakaknya yang melindungi Yanto. Pak Gono
alias Raja Jin dikatain sebagai badut dan orang gila oleh anak-anak, hal ini
menyebabkan Yanti dan Yanto menjadi malu. Akhirnya keduanya membalas kenakalan anak
tersebut yang ternyata adalah anak dari Pak KS sang kepala Stasiun.
Sesampai di rumah selepas menutup pintu kereta api, Pak Gono
disambut kecut oleh Yanto yang biasanya berteriak “raja jin mau lewat….” Atau
kadang berteriak “raja jin mau berangkat”.. ketika Pak Gono mau berangkat ke
pintu perlintasan kereta api. Akhirnya pak Gono menyadari ada yang tidak beres,
dan akhirnya diketahui kalau Yanti baru berkelahi dengan anak pak KS yang
diakibatkan oleh tingkah Bapaknya yang suka ngelenong di pintu kereta yang
dianggap badut dan orang gila. Akan tetapi Pak Gono membesarkan hati
anak-anaknya, bahwa ia tidak perlu malu dengan apa yang ia lakukan. Dengan
penjelasan yang bijaksana, Pak Gono memberikan argumentasi yang sangat masuk
akal dan mudah dimengerti anaknya. Mendengar
penjelasan Bapaknya, Yanti menjadi sadar dan tidak malu lagi dengan Bapaknya
bahkan bangga dengan kebaikan dan tingkah Bapaknya. Akan tetapi sesampai di
pintu kereta api, tingkah Pak Gono tidak seperti biasanya, ia tertegun dengan
pikiran kemana-mana karena ia tidak mau anaknya menjadi malu, pak Gono tidak
berjoget lagi, hal ini menyebabkan aneh bagi penumpang bus yang selalu menunggu aksinya, dan menjadi
kerugian tersendiri bagi pedagang disekitarnya.
Akibatnya menyebabkan
kemarahan bagi pedagang karena barang
dagangannya tidak laku, mereka mengumpat dan memaki Pak Gono.
Begitu kereta berlalu, datanglah utusan Pak KS, pimpinan Kereta api
yang datang untuk memerintahkan Pak Gono untuk tetap menutup pintu dengan
member hiburan. Artinya Pak Gono diperintahkan untuk ngelenong kalau ada kereta
api lewat. Ini memang akal-akalan Pak KS yang mempunyai rencana tersendiri. Dengan
perasaan yang bercampur aduk, akhirnya dengan berpikir keras dan meluapkan
emosinya, Pak Gono kembali berjoget. Dengan sedih Pak Gono berjoget sambil
menangis meluapkan emosinya antara sedih, marah dan kecewa dengan keadaan. Ia memang
berjoget awalnya karena ikhlas, namun kini atas perintah pak KS sang pimpinan stasiun
kereta api, ia menjadi enggan, Keluarganya Yanti, Yanto dan juga ibunya terdiam
larut dalam kesedihan. Inilah nasih orang kecil yang selalu dipermainkan dengan
nasib……..
Hal ini juga dimanfaatkan oleh pemilik warung yang juga mengaku
masih saudaranya Pak KS ikut bermain. Ia
menyuruh Pak Gono untuk sering-sering menutup pintu kereta meski tidak ada
kereta yang lewat agar hasil dagangannya besar.
Hal ini tentu saja menyebabkan kemarahan bagi para pengendara mobil yang
ingin lewat. Sehingga Pak Gono sering di marah-marah oleh para penumpang.
Akhirnya Pak Gono Pun dipecat dari penjaga pintu kereta.
****
Yanti dan Yanto kedua kakak beradik anak Pak Gono mengetahui
keadaan Bapaknya, dan iapun diam-diam membantu dengan mendekati pak KS. Ia bisa
main dirumah pak KS. Pada suatu hari Yanti dan Yanto bermain balon. Keduanya
berlarian riang gembira, hingga akhirnya balonnya tersangkut di pohon. Yanto
merengek pada Yanti untuk diambilkan, akan tetapi Yanti menolak. Namun karena
terus didesak akhirnya Yanti naik ke pohon yang menyebabkan ia jatuh terduduk
dan divonis menderita kelumpuhan. Jika ingin sembuh maka harus dibawa ke
Jakarta. Hal ini menjadi pemikiran
tersendiri karena pak Gono tidak mempunyai biaya untuk itu.
Pak Gono yang sudah bekerja kembali sebagai penjaga pintu
kereta meski ditawarin untuk membeli nomor buntut dengan tegas menolaknya meski
ia membutuhkan biaya. Sedangkan Yanto yang merasa bersalah terhadap Yanti mencoba
bekerja di rumah Pak KS. Namun anak majikannya tersebut selalu menjadi
penghalang bagi Yanto, sehingga iapun sering dimarahin oleh istri pak KS. Sedangkan pak KS sendiri merasa puas dengan
hasil kerja Yanto. Anak Pak KS yang
memang sudah berseteru sejak lama, merampas hasil kerja Yanto, uangnyapun di
ambil. Yanto hanya bisa meratapi
nasibnya. Sedangkan bos pemilik warung, yang biasa memanfaatkan Pak Gono dengan
berjoget sehingga jualannya laku keras, ketika dimintai pinjaman oleh Pak Gono
pun tidak memberikan pinjaman.
Pak Gono merasa selama ini dimanfaatkan, orang-orang hanya
memanfaatkan sehingga ketika ia susahpun tidak ada satupun yang membantu. Hal
ini menyebabkan Pak Gono tidak peduli dengan apa yang terjadi, sehingga meski
kereta api mau lewat pak Gono berusaha cuek dan tidak peduli. Meski di beritahu
ada tanah longsor disebelah barat yang bisa membuat kereta hancur..
Tersadar akhirnya Pak Gono dan Yanto ditengah malam disertai
hujan deras berusaha lari mengejar kereta api, untuk mencegatnya dan
menghentikannya. Dengan bersusah payah,
akhirnya keduanya berhasil menghentikan laju kereta api tersebut. Atas jasa
menyelamatkan nyawa dan kereta api, Pak Gono dan Yanto diberi penghargaan.
Bahkan Yanto bisa bersekolah dan mengobati kaki Yanti.
Diakhir kisah ditutup dengan Yanto yang menggantikan
Bapaknya di pintu kereta api, sambil berjoget seperti layaknya Bapaknya yang
sedang ngelenong.
Soekarno M. Noor berhasil bermain dengan sangat bagus,
aktingnya sudah tidak diragukan lagi, sehingga film ini terasa lebih bernyawa
dan berisi. Film ini syarat dengan pendidikan dan unsur kebersamaan dan
kerukunan keluarga meskipun memang sederhana. Cocok sebagai hiburan keluarga,
tanpa harus takut akan adanya adegan-adegan yang tidak lulus sensor