Showing posts with label Raja Jin Penjaga Pintu Kereta. Show all posts
Showing posts with label Raja Jin Penjaga Pintu Kereta. Show all posts

Tuesday, June 18, 2024

H. MANSYURSYAH AKTOR FILM LAWAS YANG CUKUP MELEGENDA

 


Haji Mansjursjah atau dalam ejaan baru Mansyursyah Lahir dari keluarga non seni di Binjai, Sumatera Utara tanggal 21 September 1936. Ayahnya seorang pegawai percetakan di Medan. Masa kecilnya hingga selesai SMP di habiskan di kota itu. Sejak sekolah dia sudah mulai aktif dalam organisasi pelajar dan memasuki Pandu laut (Sekarang Pramuka). Namun bakatnya yang paling menonjol adalah di bidang teater, antara lain pada perayaan-perayaan sekolah atau malam-malam perpisahan. Namanya juga sempat di sanjung-sanjung oleh Surat Kabar setempat ketika ia tampil pada pementasan "Ayahku Pulang" dalam rangka pesta perpisahan SM Negeri 11 Medan. 

Selesai dari SMP pada tahun 1955 ia pergi ke Jakarta bersamaan dengan berlangsungnya Jambore Nasional . Kepada orang tuanya , Mansyur pamit tidak kembali ke Medan melainkan akan terus ke Ibukota. Namun tujuan utamanya sebenarnya ingin melanjutkan karir di bidang teater dan film. 

Setahun menetap di Jakarta, kesempatan pertama main film akhirnya datang juga. Ia tampil sebagai figuran dalam film "Senja Indah" 1957. Di susul dengan berbagai kesempatan lain dalam film "Uang Palsu" "Karlina" dan sebagainya. Namun sebelum terjun secara sungguh-sungguh ia lebih dulu kuliah di ATNI pada tahun 1958. Namanya mulai menanjak sejak ia tampil pada pementasan "Hutan Membatu" bersama Teguh Karya. Menyusul pementasan-pementasan seperti Mak Tjomblang, Monserat, Jangan Kirimi Aku Bunga, Mutiara dari Nusa Laut dan masih banyak lagi. Disamping pementasan-pementasan yang di selenggarakan oleh ATNI, iapun sering memperkuat pementasan-pementasan yang di selenggarakan oleh Teater Kristen. Dan pada tahun itu iapun sudah mulai kumpul dengan kelompok seniman Senen.

Karirnya di film semakin menanjak sejak ia membintangi film "Gembira Ria" 1959 bersama Us Us, disusul film berikutnya "Amor & Humor" 1961 bersama Bing Slamet,  "Tjita Tjita Ayah" 1960, "Pagar Kawat Berduri" 1961, "Masa Topan dan Badai" 1963, "Tangan Tangan Kotor " 1963 dan lain-lain. 

Tahun 1962 Mansyursyah sempat menunaikan Haji bersamaan dengan pembuatan film "Tauchid" dan berikutnya banyak film-film yang mulai di bintanginya. Sejak awal 70an Mansyursyah mulai sakit-sakitan dan diketahui kalau Ia sakit diabetes dan darah tinggi. Namun sakit yang di deritanya tidak pernah menjadi penghalang untuk terus main film. Bahkan pernah dalam satu tahun Mansyur membintangi sekitar 10 film, yang sudah tentu sangat menyita waktu dan menguras tenaga padahal saat ia Ia sedang sakit-sakitan. Namun rasa tanggungjawab baik terhadap keluarga dan pekerjaanya membuat Ia tidak mau berhenti. Bahkan di sela-sela kesibukannya dalam film dia masih sempat main sandiwara baik dipentas maupun di TVRI. Ia tergabung dalam grup "Senyum Jakarta" pimpinan Netty Herawaty. (Next mimin up tentang Netty Herawaty ya)

Pada Masa penumpasan Gestapun tahun 1965 ia di serahi sebagai Koordinator team hiburan di pos pos ABRI di jajaran Kodam V Jaya dan sekitarnya. Saat itu ia menjabat seabgai Ketua Bidang Teater Lesbumi Komda Jaya. Dalam kepengurusan PARFI (Persatuan Artis Film Indonesia) ia pun sempat menduduki jabatan sebagai Ketua Bidang Organisasi selama masa jabatan dua kali hingga ia meninggal. (Saat meninggal jabatannya di gantikan oleh Tuti Indra Malaon , cek di postingan sebelumnya tentang Tuti Indra Malaon).

Selama hampir 25 tahun bergerak di bidang film, Mansyursyah selalu setia pada dunia yang di cintainya, kendatipun film nasional selalu mengalami pasang surut. Mansyur Syah meninggal pada 19 Juni 1980 dalam usia 44 tahun. 

Film-film lain yang pernah di bintanginya antara lain : 

  • Senja Indah (1957)
  • Pedjuang (1960)
  • Amor dan Humor (1961)
  • Pagar Kawat Berduri (1961)
  • Bintang Ketjil (1963)
  • Tangan-Tangan Yang Kotor (1963)
  • Dibalik Tjahaja Gemerlapan (1966)
  • Fadjar Menjingsing di Permukaan Laut (1966)
  • Djampang Mentjari Naga Hitam (1968)
  • Mat Dower (1969)
  • Aladin (1970)
  • Banteng Betawi (1970)
  • Samiun dan Dasima (1970)
  • Si Pitung (1970)
  • Biarlah Aku Pergi (1971)
  • Malin Kundang (1971)
  • Singa Betina dari Marunda (1971)
  • Si Gondrong (1971)
  • Intan Berduri (1972)
  • Lingkaran Setan (1972)
  • Pemberang (1972)
  • Anak Yatim (1973)
  • Dimadu (1973)
  • Ibu Sejati (1973)
  • Jembatan Merah (1973)
  • Patgulipat (1973)
  • Perempuan (1973)
  • Si Comel (1973)
  • Si Manis Jembatan Ancol (1973)
  • Takdir (1973)
  • Aku Mau Hidup (1974)
  • Ali Baba (1974)
  • Batas Impian (1974)
  • Benyamin Spion 025 (1974)
  • Bobby (1974)
  • Demi Cinta (1974)
  • Kehormatan (1974)
  • Kosong-Kosong Tiga Belas (1974)
  • Musuh Bebuyutan (1974)
  • Pacar (1974)
  • Pengakuan Seorang Perempuan (1974)
  • Raja Jin Penjaga Pintu Kereta (1974)
  • Arwah Penasaran (1975)
  • Fajar Menyingsing (1975)
  • Keluarga Sinting (1975)
  • Krisis X (1975)
  • Samson Betawi (1975)
  • Setan Kuburan (1975)
  • Benyamin Jatuh Cinta (1976)
  • Mustika Ibu (1976)
  • Naga Merah (1976)
  • Sentuhan Cinta (1976)
  • Bang Kojak (1977)
  • Pendekar Tangan Hitam (1977)
  • Petualang Cilik (1977)
  • Raja Copet (1977)
  • Saritem Penjual Jamu (1977)
  • Sembilan Janda Genit (1977)
  • Tante Sun (1977)
  • Tiga Cowok Bloon (1977)
  • Tuan, Nyonya, dan Pelayan (1977)
  • Betty Bencong Slebor (1978)
  • Godaan (1978)
  • Gudang Uang (1978)
  • Di Ujung Malam (1979)
  • Penangkal Ilmu Teluh (1979)
  • Cantik (1980)

di kutip dari Buku FFI 83, Wikipedia dan berbagai sumber lainnya

Sunday, February 10, 2019

Raja Jin Penjaga Pintu Kereta

Raja Jin Penjaga PIntu Kereta

Judul Film            : Raja Jin Penjaga Pintu Kereta
Cerita                    : Wahab Abdi/Asrul Sani
Sutradara            : Wahab Abdi
Produser             : Cahyo Wibowo
Pemain                 : Soekarno M. Noor, Rina Hasim, H. Mansur Shah, Ratmi B-29, Bung Salim, Rawanto, Nina Nasution, Noor Cahya, Aminah Cendrakasih.
Produksi              :  Cahaya Sembilan Corp.
Tahun Produksi                 : 1974

Adegan dibuka dengan lewatnya kereta api jaman dahulu kala yang masih klasik dan hitam sekali. Raja Jin alias Gono (Soekarno M. Noor) adalah seorang penjaga pintu kereta api manual yang akan menutup pintu kereta  yang juga mantan pemain Lenong. Dalam permainannya di Lenong ia selalu berperan sebagai Raja Jin, oleh karena itulah ia lebih dikenal sebagai Raja Jin. Sedangkan Istrinya (Rina Hasim) adalah seorang Ibu yang baik yang mempunyai dua orang anak  Yanti (Noor Cahya) dan  Yanto  (Rawanto). Mereka tinggal di pinggir dekat rel kereta api diareal pesawahan dimana ketika buang hajat juga dari air yang mengalir dengan ditutup gubuk seadanya. Soekarno M. Noor bermain total di film ini, sehingga peran yang dibawakan juga membuat penonton.  Keluarga Raja Jin dengan kaji Rp. 5000, sebulan. Yah gaji jaman segitu sih pas-pasan sekali. Lima Ribu……
Meski hidup sangat sederhana akan tetapi kehidupan raja jin selalu gembira, karena apapun yang di kerjakan selalu di landasi dengan kegembiraan.  Raja Jin akan berjoget ketika Kereta api lewat setelah menutup palang pintu kereta api setelah itu kemudian melambaikan tangan ke kereta api yang lewat. Ini menjadi hiburan tersendiri bagi para penumpang bis yang sedang berhenti di pintu kereta api.  Penumpang Kereta Api yang merasa mendapat hiburan akan melemparkan uang sekedarnya kepada raja jin sebagai balasan atas hiburan yang diberikannya. 

Melihat peluang demikian menyebabkan jalur pintu kereta api tersebut menjadi ramai, dan akhirnya tumbuhlah warung-warung di sekitar pintu kereta api. Keadaan ini dimanfaatkan betul oleh bos penjual makanan untuk mengkoordinir orang-orang sekitar untuk berjualan. 

****
Yanto di ejek oleh anak-anak di sekolah kakaknya kalau Bapaknya badut, kemudian berkelahi. Ketika Yanto sedang di keroyok anak-anak tersebut, kemudian datanglah Yanti kakaknya yang melindungi Yanto. Pak Gono alias Raja Jin dikatain sebagai badut dan orang gila oleh anak-anak, hal ini menyebabkan Yanti dan Yanto menjadi malu.  Akhirnya keduanya membalas kenakalan anak tersebut yang ternyata adalah anak dari Pak KS sang kepala Stasiun.

Sesampai di rumah selepas menutup pintu kereta api, Pak Gono disambut kecut oleh Yanto yang biasanya berteriak “raja jin mau lewat….” Atau kadang berteriak “raja jin mau berangkat”.. ketika Pak Gono mau berangkat ke pintu perlintasan kereta api. Akhirnya pak Gono menyadari ada yang tidak beres, dan akhirnya diketahui kalau Yanti baru berkelahi dengan anak pak KS yang diakibatkan oleh tingkah Bapaknya yang suka ngelenong di pintu kereta yang dianggap badut dan orang gila. Akan tetapi Pak Gono membesarkan hati anak-anaknya, bahwa ia tidak perlu malu dengan apa yang ia lakukan. Dengan penjelasan yang bijaksana, Pak Gono memberikan argumentasi yang sangat masuk akal dan mudah dimengerti anaknya.  Mendengar penjelasan Bapaknya, Yanti menjadi sadar dan tidak malu lagi dengan Bapaknya bahkan bangga dengan kebaikan dan tingkah Bapaknya. Akan tetapi sesampai di pintu kereta api, tingkah Pak Gono tidak seperti biasanya, ia tertegun dengan pikiran kemana-mana karena ia tidak mau anaknya menjadi malu, pak Gono tidak berjoget lagi, hal ini menyebabkan aneh bagi penumpang  bus yang selalu menunggu aksinya, dan menjadi kerugian tersendiri bagi pedagang disekitarnya.  Akibatnya  menyebabkan kemarahan  bagi pedagang karena barang dagangannya tidak laku, mereka mengumpat dan memaki Pak Gono.

Begitu kereta berlalu,  datanglah utusan Pak KS, pimpinan Kereta api yang datang untuk memerintahkan Pak Gono untuk tetap menutup pintu dengan member hiburan. Artinya Pak Gono diperintahkan untuk ngelenong kalau ada kereta api lewat. Ini memang akal-akalan Pak KS yang mempunyai rencana tersendiri. Dengan perasaan yang bercampur aduk, akhirnya dengan berpikir keras dan meluapkan emosinya, Pak Gono kembali berjoget. Dengan sedih Pak Gono berjoget sambil menangis meluapkan emosinya antara sedih, marah dan kecewa dengan keadaan. Ia memang berjoget awalnya karena ikhlas, namun kini atas perintah pak KS sang pimpinan stasiun kereta api, ia menjadi enggan, Keluarganya Yanti, Yanto dan juga ibunya terdiam larut dalam kesedihan. Inilah nasih orang kecil yang selalu dipermainkan dengan nasib……..

Hal ini juga dimanfaatkan oleh pemilik warung yang juga mengaku masih saudaranya Pak KS  ikut bermain. Ia menyuruh Pak Gono untuk sering-sering menutup pintu kereta meski tidak ada kereta yang lewat agar hasil dagangannya besar.  Hal ini tentu saja menyebabkan kemarahan bagi para pengendara mobil yang ingin lewat. Sehingga Pak Gono sering di marah-marah oleh para penumpang. Akhirnya Pak Gono Pun dipecat dari penjaga pintu kereta. 

****
Yanti dan Yanto kedua kakak beradik anak Pak Gono mengetahui keadaan Bapaknya, dan iapun diam-diam membantu dengan mendekati pak KS. Ia bisa main dirumah pak KS. Pada suatu hari Yanti dan Yanto bermain balon. Keduanya berlarian riang gembira, hingga akhirnya balonnya tersangkut di pohon. Yanto merengek pada Yanti untuk diambilkan, akan tetapi Yanti menolak. Namun karena terus didesak akhirnya Yanti naik ke pohon yang menyebabkan ia jatuh terduduk dan divonis menderita kelumpuhan. Jika ingin sembuh maka harus dibawa ke Jakarta.  Hal ini menjadi pemikiran tersendiri karena pak Gono tidak mempunyai biaya untuk itu. 

Pak Gono yang sudah bekerja kembali sebagai penjaga pintu kereta meski ditawarin untuk membeli nomor buntut dengan tegas menolaknya meski ia membutuhkan biaya. Sedangkan Yanto yang merasa bersalah terhadap Yanti mencoba bekerja di rumah Pak KS. Namun anak majikannya tersebut selalu menjadi penghalang bagi Yanto, sehingga iapun sering dimarahin oleh istri pak KS.  Sedangkan pak KS sendiri merasa puas dengan hasil kerja Yanto.  Anak Pak KS yang memang sudah berseteru sejak lama, merampas hasil kerja Yanto, uangnyapun di ambil.  Yanto hanya bisa meratapi nasibnya. Sedangkan bos pemilik warung, yang biasa memanfaatkan Pak Gono dengan berjoget sehingga jualannya laku keras, ketika dimintai pinjaman oleh Pak Gono pun tidak memberikan pinjaman.
Pak Gono merasa selama ini dimanfaatkan, orang-orang hanya memanfaatkan sehingga ketika ia susahpun tidak ada satupun yang membantu. Hal ini menyebabkan Pak Gono tidak peduli dengan apa yang terjadi, sehingga meski kereta api mau lewat pak Gono berusaha cuek dan tidak peduli. Meski di beritahu ada tanah longsor disebelah barat yang bisa membuat kereta hancur.. 

Tersadar akhirnya Pak Gono dan Yanto ditengah malam disertai hujan deras berusaha lari mengejar kereta api, untuk mencegatnya dan menghentikannya.  Dengan bersusah payah, akhirnya keduanya berhasil menghentikan laju kereta api tersebut. Atas jasa menyelamatkan nyawa dan kereta api, Pak Gono dan Yanto diberi penghargaan. Bahkan Yanto bisa bersekolah dan mengobati kaki Yanti.
Diakhir kisah ditutup dengan Yanto yang menggantikan Bapaknya di pintu kereta api, sambil berjoget seperti layaknya Bapaknya yang sedang ngelenong. 

Soekarno M. Noor berhasil bermain dengan sangat bagus, aktingnya sudah tidak diragukan lagi, sehingga film ini terasa lebih bernyawa dan berisi. Film ini syarat dengan pendidikan dan unsur kebersamaan dan kerukunan keluarga meskipun memang sederhana. Cocok sebagai hiburan keluarga, tanpa harus takut akan adanya adegan-adegan yang tidak lulus sensor