Showing posts with label Malang. Show all posts
Showing posts with label Malang. Show all posts

Tuesday, November 4, 2014

MENIKMATI ES KRIM JADUL DI TOKO "OEN" MALANG

WELKOM IN MALANG

Menikmati Eskrim
Anda sedang jalan-jalan ke kota Malang? atau sedang ada kerjaan di kota Arema tersebut? Jangan lupa singgah ke toko Oen , toko jadul yang sudah terkenal sejak jaman meneer dan noni noni Belanda.  Toko Oen terletak tidak jauh dari alun-alun kota Malang atau tepatnya di Jalan Jenderal Basuki Rachmat No. 5, Malang. Salah satu menu andalan Toko OEN adalah Es krimnya yang yummy yang masih mengandalkan menu-menu lamanya.

Memasuki toko Oen dari arah samping kita akan di sambut dengan tulisan WELKOM IN MALANG, TOKO OEN DIE SINDS 1930 AAN DE GASTEN GEZELLIGHEID GEEFT, yang terpampang di samping pintu masuk. Begitu memasuki toko OEN suasana jadul masih kentara sekali dengan arsitektur, dan kursi-kursi yang di tata secara jadul, dan juga rak-rak kue pun masih sederhana.

Penasaran dengan menu yang ada, akhirnya saya memesan eskrim yang terkenal dari jaman Belanda tersebut dan menikmati suasana sore yang sepi dengan sesekali melihat-lihat arsitektur dalam toko tersebut.
Menilik sejarah, Es Krim “Oen” ini sendiri pertama kali diciptakan oleh seorang keturunan Tionghoa, Oma Oen yang awalnya membuka toko kue di Jogyakarta tahun 1910. Kemudian berkembang di kota Malang pada 1930. Namun untuk kepemilikan Toko OEN di Malang ini konon sudah dijual dari kepemilikan lamanya ke pemilik baru namun masih mempertahankan arsitektur yang ada.

Hayo bagi yang ke Malang cobain deh eskrim Oen tersebut. Nikmatnya slurp.........dingin di mulut hehe...

Suasana dalam Toko

Buku Menu

Tampak Toko dari depan

Pesanan Es Krim di padu jagung manis

Friday, April 4, 2014

PESONA AIR TERJUN COBAN RONDO YANG TAK TERLUPAKAN

Air Terjun Coban Rondo - Malang
Berkunjung ke kota Malang? jangan lupa mampir ke kota Batu. Selain wisata kebun apelnya, tak jauh dari kota batu juta terdapat air terjun dengan keindahan dan alamnya  yang sejuk. Coban Rondo terletak di Desa Pandesari Kecamatan Pujon Kabupaten Malang Jawa Timur. Coban Rondo masuk wilayah Kabupaten Malang. Dari Kota Malang Coban Rondo dapat di tempuh sekitar 1 jam dengan perjalanan yang normal atau sekitar +/25km, kalau dari kota batu sekitar 12km untuk dapat mencapai lokasi. 
Pemandangan sebelum sampai lokasi

Selama dalam perjalanan, di kanan kiri jalan juga terdapat pemandangan yang indah dengan infrastruktur yang baik hingga ke lokasi menyebabkan air terjun ini mudah untuk di jangkau oleh para wisatawan. Air Terjun Coban Rondo memiliki ketinggian sekitar 84m dengan airnya yang berasal dari sumber Cemoro dudo di lereng gunung kawi. Coban Rondo memiliki ketinggian 1.135 m dari permukaan air laut,  dengan suhu rata-rata 22 derajat Celcius, cukup dingin untuk ukuran Indonesia. 

Dengan debit air yang yang cukup besar terutama di bulan-bulan basah seperti November hingga Maret ini, kawasan sekitar coban rondo, terutama radius 15 meter dari tumpahan air terjun akan terdapat kabut air seperti hujan gerimis, sehingga apabila pengunjung membawa kamera, maka harus berhati-hati karena harus melindungi kameranya agar tidak basah. 
Coban Rondo

PIntu masuk air terjun Coban Rondo

Pengunjung nampak menikmati suasana Coban Rondo

Air gunung yang mengalir jernih pun bak es yang mencair karena begitu kita mencelupkan kaki ke air, maka rasa dingin langsung menusuk hingga ketulang. Namun jernihnya air membuat pengunjung juga tidak segan-segan untuk membasuhkan ke muka.
Sejenak Berpose di Coban Rondo dengan Tripod yang sudah disiapkan

Toko Souvenir yang murah meriah

Coban Rondo menurut administrasi pengelolaan hutan masuk dalam wilayah KPH (Kesatuan Pemangkuan Hutan) Perum Perhutani Malang . BKPH (Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan) Pujon, dan RPH (Resort Polisi Hutan) Resort Selatan Petak 89G. Debit Air mencapai 150 Liter per detik saat hujan dan 90 liter perdetik saat musim kemarau. Air tersebut di gunakan oleh PDAM dan masyarakat sekitar. 

Konon Coban Rondo sendiri memiliki cerita dibaliknya. Sebuah cerita  legenda yang bermula dari sepasang pengantin yang baru saja melangsungkan pernikahan. Mempelai wanita bernama Dewi Anjarwati dari Gunung Kawi, sedangkan mempelai pria bernama Raden Baron Kusumo dari Gunung Anjasmoro. Setelah usia pernikahan mereka menginjak usia 36 hari atau disebut dengan Selapan (bahasa jawa). Dewi Anjarwati mengajak suaminya ke Gunung Anjasmoro, daerah asal dari suaminya. Akan tetapi orangtua Anjarwati melarang keduanya untuk pergi kesana karena usia pernikahan mereka baru berusia 36 hari (selapan hari:jawa) . Kedua mempelai tersebut tetap bersikeras untuk pergi.
Ditengah perjalanan Anjarwati dan Radon Baron Kusumo dikejutkan dengan hadirnya Joko Lelono, yang tidak jelas asal-usulnya. Joko Lelono terpikat dengan kecantikan Dewi Anjarwati, dan berusaha merebutnya. Tentu saja Radon Baron Kusumo tidak terima dan terjadilah perkelahian antara Joko Lelono dengan Raden Baron Kusumo.  Sebelum perkelahian terjadi, Radon Baron Kusumo berpesan kepada pembantunya yang turut serta agar menyembunyikan Dewi Anjarwati di sebuah tempat yang terdapat Coban atau air terjun.Perkelahian antara Raden Baron Kusumo dengan Joko Lelono berlangsung hingga keduanya tewas, tak ada satu pemenang.  Akhirnya  Dewi Anjarwati menjadi seorang janda yang dalam bahasa jawa disebut Rondo.  Sejak itulah Coban atau air terjun tempat bersembunyi Dewi Anjarwati dikenal dengan Coban Rondo yang terkenal hingga sekarang.  Konon di bawah air terjun terdapat gua tempat tinggal tempat persembunyian Dewi Anjarwati dan batu besar di bawah air terjun merupakan tempat duduk sang putri yang merenungi nasibnya.


Cerita ini merupakan sebuah legenda yang sebenarnya sudah menghilang dari cerita-cerita rakyat yang lain. Namun Nama Coban Rondo menjadi terkenal dan sering dikunjungi wisatawan karena keindahannya. Untuk melepas lelah, di sekitar Coban Rondo juga tersedia warung-warung makan dan juga jagung bakar. Bagi yang bawa mobil jangan kuatir, area parkirnya lumayan luas.

Tertarik mengunjunginya? jangan lupa kalau ke Malang mampir ke Coban Rondo dan nikmati keindahan alamnya.

Tuesday, March 11, 2014

Kuliner Sambil Belajar Sejarah di Museum dan Resto "Inggil " Malang



Pernah Ke kota Malang? jika jawabannya iya, maka kuliner yang satu ini patut untuk di coba.  Museum dan Resto Inggil merupakan salah satu tujuan yang patut untuk di datangi. Terletak di Jalan Gajah Mada No 4 di jantung kota Malang, sangat dekat dengan alun-alun Tugu, restoran ini menyajikan berbagai macam masakan. Uniknya restoran ini menyajikan barang-barang kuno, barang-barang jadul dari pesawat telepon, foto Malang Tempoe doeloe, iklan-iklan jadul hingga label di rokok-rokok jadul yang pernah ada.


Begitu memasuki pintu utama, kita akan langsung disambut oleh sapaan pramusaji dengan pakaian ala jawa. Yang perempuan mengenakan kain kebaya sedangkan yang laki-laki mengenakan baju jawa lengkap dengan penutup kepalanya. Foto-foto malang tempoe doeloe yang di tempel di dinding sejenak membuat pengunjung berhenti untuk sekedar mengamati atau bahkan berfoto ria di sampingnya. Kemudian masuk kedalam lagi pemandangan pertama terlihat adalah pendopo/panggung Inggil lengkap dengan seperangkat gamelan yang sewaktu-waktu di mainkan. Tidak hanya panggung, pengunjung yang menikmati makan di restoran juga di suguhi tarian. saat saya kesana, seorang penari wanita dengan topengnya sedang berlenggak lenggok di panggung, untuk kemudian digantikan hiburan group musik yang lebih banyak menyanyikan lagu-lagu tempo dulu.



Restoran Inggil menawarkan kuliner sekaligus belajar sejarah melalui barang-barang yang di pajang, selain topeng-topeng yang di tata dan di pajang , di dinding restoran juga di pasang iklan-iklan tempo dulu alias jadul, seperti iklan rokok maupun minuman.  Juga ada wayang kulit yang ditata dengan rapi dan ditempel di dinding. Selain itu koleksi-koleksi tempoe dulu di restoran Inggil ini juga cukup unik, karena di tempat yang berbeda juga memajang gosokan/setrikaan arang yang digunakan tempoe dulu.





Kalau kita perhatikan satu persatu, rasanya untuk makan sejam dua jam di restoran ini tidak akan cukup, karena kita di buat terpesona dengan interior yang menyajikan segala sesuatu yang berbau tempo dulu. Iklan-iklan jadul yang menarik untuk di cermati, rasanya  memang tidak akan cukup kalau kita hanya sesaat mengunjunginya.

Untuk soal makanan, tidak perlu ditanya karena akan terasa pas di lidah. Selanjutnya setelah kita puas makan sambil melihat-lihat barang-barang yang unik dan langka, tak enak rasanya kalau tidak berpose barang sejepret dua jepret.  Namun sayangnya saat saya berkunjung tidak membawa kamera DSLR tapi hanya mengandalkan kamera pocket sehinggi hasil jepretannya kurang maksimal. Namun demikian cukup untuk menggambarkannya.

Jadi kapan waktu mau keMalang? jangan lupa mampir ke resto dan museum Inggil.

Wednesday, December 11, 2013

PANTAI BALEKAMBANG, TANAH LOTNYA MALANG




Berkunjung ke kota Malang rasanya belum lengkap kalau kita tidak mampir ke pantai Balekambang yang terletak di Malang Selatan – Jawa Timur.  Selain terkenal dengan kota apelnya, Malang menyimpan banyak sekali daerah wisata yang wajib untuk dikunjungi, selain wisata sejarah candi-candi peninggalan kerajaan Singosari, juga ada air terjun yang menarik untuk di kunjungi seperti Coban Rondo. Malang juga merupakan daerah perlintasan bagi para wisatawan yang ingin ke kawah Bromo.  Tujuan kali ini adalah sebuah pantai yang eksotis, terletak di wilayah Malang selatan, dengan jarak tempuh sekitar 3 Jam dari kota Malang, yaitu pantai Balekambang.  Pantai Balekambang terletak di desa Srigonco kecamatan Bantur kab. Malang , sekitar 65 km dari kota Malang.

 ini yang namanya jurang mayit

Perjalanan dari kota Malang menuju pantai Balekambang cukup panjang dan berliku, beruntung karena untuk mencapai pantai, jalan yang kami tempuh cukup mulus. Dengan mobil dari kota Malang, kita diantar menuju lokasi. Meski jalanan berliku, dan panjang, namun indahnya alam pedesaan yang kami lalui menjadikan sebuah obat tersendiri sehingga selama perjalanan tidak merasa capek, namun mata ini di manjakan oleh hijaunya pesawahan. Sebelum mencapai lokasi kita harus melewati sebuah tanjakan curam dan berliku yang lebih dikenal oleh penduduk setempat dengan ‘jurang mayit’. Kenapa di namakan jurang mayit? Menurut driver yang mengantar kami, tempat tersebut dinamakan jurang mayit karena tidak sedikit kecelakaan yang terjadi di daerah tersebut yang menyebabkan korban meninggal dunia. Mayit adalah bahasa Jawa yang berarti mayat.


Setelah lega melewati jurang Mayit, kita akan disambut oleh hutan yang di kelola oleh perhutani sebelum akhirnya sampai pada lokasi. Gerbang tiket sudah menanti, saatnya memasuki wilayah pantai. Memasuki wilayah pantai pemandangan akan terlihat luas ke laut lepas. Pasir putihnya yang membentang sekitar 2km. Siang itu udara terasa sangat terik, namun tak perlu kuatir karena di pinggir pantai terdapat pohon-pohon yang rindang sehingga masih dapat menikmati keindahan pantai Balekambang dari bawah pohon.

Pantai Balekambang membentang dengan 3 pulau kecil, yaitu pulau Wisanggeni, pulau Ismoyo dan pulau Anoman. Nah, yang menarik dari pantai Balekambang adalah adanya Pura yang terletak di pulau Ismoyo. Ini membawa ingatan kita tanah Lot yang terletak di Bali, dimana di Tanah Lot terdapat pura yang digunakan untuk sembahyang. Demikian juga di pura kecil di pulau Ismoyo . Pura Ismoyo di resmikan oleh Bupati Malang pada 17 Oktober 1985.  Balekambang boleh dibilang adalah Tanah Lotnya Jawa. Ketika air pasang maka untuk mencapai pulau Ismoyo harus menggunakan perahu, namun pengunjung tidak perlu kuatir karena sejatinya Pulau Ismoyo dan Pulau Wisanggeni dihubungkan oleh sebuah jembatan, sehingga untuk mencapai pulau ismoyo cukup dengan melewati jembatan yang sudah disediakan.  Para Wisatawan diperbolehkan untuk memasuki wilayah pulau Ismoyo yang kecil , namun tidak diperkenankan untuk memasuki wilayah Pura, karena merupakan daerah suci yang hanya digunakan ketika upacara atau sembahyang bagi umat Hindu.


Kalau kita telusuri dari awal, begitu masuk ke pantai, di sebelah barat akan terlihat sebuah pulau kecil yang dihubungkan dengan jembatan dengan pura yang menjulang.  Meski terasa jauh namun kaki ini serasa tidak sabar untuk mencapai pura yang terdapat di pulaunya.  Disisi sebelah barat dari pulau ismoyo juga pemandangan pulau yang belum terhubung dengan jembatan yang baru setengah patut untuk dikunjungi.   Ombaknya dengan buih putih turut menambah keindahannya.  Menyelusuri pantai dengan panjang 2 kilometer dari barat ke timur memang cukup menguras tenaga namun akan terbayar dengan keindahan yang di dapat.


Pantai Balekambang akan terasa lebih ramai biasanya pada bulan Suro, karena akan diadakan upacara adat suroan atau bagi penduduk sekitar disebut juga dengan upacara Jalanidha Puja.  Bagi pecinta fotografi khususnya landscaper, menjelajah Pantai Balekambang dapat menjadi salah satu tujuan yang patut di perhitungkan, karena terdapat banyak spot yang bisa di kunjungi dan diabadikan kedalam sebuah potret.  Selain itu di Balekambang sendiri juga dapat menikmati sunset yang indah.

Lelah dengan perjalanan, wisatawan dapat melepas lelah di bawah pohon dengan angin sepoi-sepoi yang justru akan membawa kantuk karenanya. Di sekitar pantai Balekambang kita tidak perlu kuatir untuk kelaparan karena terdapat banyak sekali warung-warung yang sudah ditata oleh Pemda sekitar, juga bagi yang mau menginap di sediakan penginapan dipinggir pantai. Namun demikian penginapan biasanya akan terisi ketika akhir pekan atau ketika hari libur panjang tiba.