Surabaya 45 |
JUDUL FILM : MERDEKA
ATAU MATI (SURABAYA
45)
SUTRADARA : IMAM
TANTOWI
PRODUKSI : PEMDA
JAWA TIMUR & PT. SINAR PERMATA MAS FILM
CERITA : IMAM TANTOWI
PRODUSER : JEFRI
HASSAN MBA
TAHUN PROD : 1990
JENIS :
FILM PERJUANGAN
PEMAIN : LEO KRISTI, ANNEKE PUTRI, DITA AGUSTINA, M.
YUWONO, JIL P KALARAN, DRS SUTANTO SUPHIADY, DJOKO, SAIKHU ARIFIN
SINOPSIS :
Proklamasi Kemerdekaan berkumandang, namun rakyat Surabaya seolah tidak
percaya kalau proklamasi tersebut benar adanya.
Proklamasi di sambut gembira oleh rakyat. Jepang yang masih berkuasa
namun sudah tidak memiliki taji lagi. Kemerdekaan Indonesia seolah tidak dianggap
oleh Jepang. Dari Angkatan Laut, republik harus memiliki angkatan laut, dan
merebut semua pangkalan yang ada di Surabaya
dari tangan Jepang. Sementara itu usaha untuk melucuti senjata Jepang juga di
lakukan. Jepang sebenarnya sudah kalah
perang akibat perang Dunia ke 2 yang menghancurkan Hiroshima dan Nagasaki,
sehingga secara defacto kepemimpinan dan penjajahan di Indonesia sudah tidak
memiliki kekuatan lagi.
Pemuda-pemuda Surabaya
membentuk gerakan merah putih untuk menuntut kemerdekaan RI.
Sementara itu di rumah Pak Darno, Hadi dan Sutini (Anneke
Putri ) adiknya sedang terlibat pembicaraan mengenai kemerdekaan RI. Pak Darno
berpendapat kalau merdeka tidak semudah dengan apa yang di teriakkan oleh
anak-anak muda sekarang, akibatnya ekonomi tinggi, harga melambung tinggi, Pak
Darno merindukan harga dua bungkus pecel dengan satu sen. Namun Hadi memberikan
pemikiran kalau Bapaknya berpikiran kuno, karena Bapaknya lebih memilih jaman
Belanda karena ia salah seorang bekas pegawai Belanda. Sedangkan Hadi sendiri
kini ikut berjuang bersama rakyat.
Kota Surabaya di buat heboh dengan adanya pengibaran Merah
Putih Biru bendera Belanda di hotel Oranje di jalan tunjungan. Pemuda-pemuda kota Surabaya marah, para
pemuda menaiki hotel dan menyobek warna biru sehingga bendera kembali berkibar
menjadi Merah Putih, bendera Indonesia.
Setelah berhasil mengibarkan merah putih, para pemuda di suruh pulang kerumah
masing-masing dengan tenang dan membiarkan pemerintah yang akan menyelesaikan
masalah tersebut.
Jepang yang masih berada di tanah Surabaya
pun berunding dengan wakil dari pejuang Indonesia, namun para pejuang yang
tidak sabar karena utusan yang berunding belum juga keluar menyangka kalau
Jepang menahannya. Akhirnya baku
tembak pun terjadi. Setelah kesepakatan berhasil di raih, Jepang keluar dengan
membawa bendera putih sebagai tanda menyerah kepada para pejuang Indonesia.
****
Pasca proklamasi kemerdekaan dan melucuti senjata Jepang,
Sekutu mendarat di Surabaya.
Sekutu yang di gawangi Inggris datang ke Surabaya,
namun Inggris memancing kemarahan para pejuang di Surabaya setelah melakukan penembakan
terlebih dahulu. Inggris tidak mengakui kemerdekaan Indonesia. Tindakan sekutu telah
memancing kemarahan rakyat untuk mengusirnya. Segala perundingan pun di lakukan
antara pemerintah, namun selalui menemui jalan buntu. Gubernur Jawa Timur
sendiri akhirnya menyerukan rakyatnya untuk mempertahankan kemerdekaan, sementara
itu pidato Bung Karno di Radio telah membakar semangat pejuang untuk tetap
mempertahankan kemerdekaan dari penjajah.
Pak Darno ayah Hadi dan Sutini yang dulu menentang tindakan
pemuda untuk berjuang pun akhirnya kini ikut mendukung perjuangan untuk melawan
Inggris. Hal ini tentu membuat anaknya Sutini bangga akan ayahnya karena
akhirnya ayahnya mendukung perjuangannya.
Perjuangan belum berakhir, pertempuran antara tentara sekutu
melawan pejuang terus terjadi di Surabaya.
Puncaknya adalah saat pertempuran yang melibatkan semua elemen masyarakat yang
di kenal dengan pertempuran 10 November 1945.
*****
Surabaya 45 atau juga Merdeka Atau mati sebuah film garapan
Imam Tantowi tahun 1990 menjadi salah satu alternative film perjuangan yang
diangkat ke layar lebar. Meski isinya kurang bisa diketahui oleh semua orang
karena dalam satu film terdapat 5 bahasa yang digunakan yakni Jepang, Inggris,
Jawa, Indonesia dan juga bahasa Belanda, namun dapat menjadi bahan referensi
untuk perbendaharaan film perjuangan yang pernah ada.