Tuesday, March 11, 2014

Kuliner Sambil Belajar Sejarah di Museum dan Resto "Inggil " Malang



Pernah Ke kota Malang? jika jawabannya iya, maka kuliner yang satu ini patut untuk di coba.  Museum dan Resto Inggil merupakan salah satu tujuan yang patut untuk di datangi. Terletak di Jalan Gajah Mada No 4 di jantung kota Malang, sangat dekat dengan alun-alun Tugu, restoran ini menyajikan berbagai macam masakan. Uniknya restoran ini menyajikan barang-barang kuno, barang-barang jadul dari pesawat telepon, foto Malang Tempoe doeloe, iklan-iklan jadul hingga label di rokok-rokok jadul yang pernah ada.


Begitu memasuki pintu utama, kita akan langsung disambut oleh sapaan pramusaji dengan pakaian ala jawa. Yang perempuan mengenakan kain kebaya sedangkan yang laki-laki mengenakan baju jawa lengkap dengan penutup kepalanya. Foto-foto malang tempoe doeloe yang di tempel di dinding sejenak membuat pengunjung berhenti untuk sekedar mengamati atau bahkan berfoto ria di sampingnya. Kemudian masuk kedalam lagi pemandangan pertama terlihat adalah pendopo/panggung Inggil lengkap dengan seperangkat gamelan yang sewaktu-waktu di mainkan. Tidak hanya panggung, pengunjung yang menikmati makan di restoran juga di suguhi tarian. saat saya kesana, seorang penari wanita dengan topengnya sedang berlenggak lenggok di panggung, untuk kemudian digantikan hiburan group musik yang lebih banyak menyanyikan lagu-lagu tempo dulu.



Restoran Inggil menawarkan kuliner sekaligus belajar sejarah melalui barang-barang yang di pajang, selain topeng-topeng yang di tata dan di pajang , di dinding restoran juga di pasang iklan-iklan tempo dulu alias jadul, seperti iklan rokok maupun minuman.  Juga ada wayang kulit yang ditata dengan rapi dan ditempel di dinding. Selain itu koleksi-koleksi tempoe dulu di restoran Inggil ini juga cukup unik, karena di tempat yang berbeda juga memajang gosokan/setrikaan arang yang digunakan tempoe dulu.





Kalau kita perhatikan satu persatu, rasanya untuk makan sejam dua jam di restoran ini tidak akan cukup, karena kita di buat terpesona dengan interior yang menyajikan segala sesuatu yang berbau tempo dulu. Iklan-iklan jadul yang menarik untuk di cermati, rasanya  memang tidak akan cukup kalau kita hanya sesaat mengunjunginya.

Untuk soal makanan, tidak perlu ditanya karena akan terasa pas di lidah. Selanjutnya setelah kita puas makan sambil melihat-lihat barang-barang yang unik dan langka, tak enak rasanya kalau tidak berpose barang sejepret dua jepret.  Namun sayangnya saat saya berkunjung tidak membawa kamera DSLR tapi hanya mengandalkan kamera pocket sehinggi hasil jepretannya kurang maksimal. Namun demikian cukup untuk menggambarkannya.

Jadi kapan waktu mau keMalang? jangan lupa mampir ke resto dan museum Inggil.

Monday, March 10, 2014

AKU DAN KOLEKSIKU, TAPI AKU BUKAN KOLEKTOR SEJATI



koleksi pedang ulung dari VCD, LD dan VHS lengkap



Aku Cinta Indonesia…. Hehe ini slogan sudah lama banget sih, sederhana tapi memiliki makna yang dalam. Berkaitan dengan Aku Cinta Indonesia , saya akan bercerita tentang Film Indonesia.  Satu dari beberapa hoby saya adalah mencintai film Indonesia. Bagaimana bentuknya? Yang pasti harus menonton film itu sendiri. Baik itu film yang lama alias klasik maupun film yang baru.
Tiap-tiap tahun film Indonesia terus berkembang baik mengikuti trend maupun enggak. Wajar bila dalam decade tertentu, film Indonesia dianggap tidak berkualitas dengan tema yang itu-itu saja.

Bersama si kecil Alisha di sudut koleksi
Melalui media film juga kadangkala menimbulkan kontroversi, baik dari segi tema yang disajikan maupun dari sudut pandang yang lain. Sebut saja film-film jaman dahulu, seperti film bernafas dalam lumpur versi Suzanna, sempat dilarang tayang. Bahkan Film Yang Muda Yang Bercinta yang dibintangi oleh WS Rendra dan Yati Octavia harus cukup lama tidur di badan sensor sekitar 12 tahun. Film tahun 1979 tersebut baru bisa tayang pada tahun 1992, karena didalam film tersebut dianggap dapat memprovokasi penontonnya, terutama orasi WS Rendra.

Tidak hanya film lama, beberapa film baru pun ada yang dinilai cukup controversial di masyarakat.  Namun demikian, film merupakan salah satu bukti sejarah yang ada di Indonesia dan patut untuk dilestarikan.

Koleksi film

Koleksi film
Bagaimana dengan saya? Saya bukanlah seorang kolektor film, rasanya memang belum layak untuk dibilang sebagai kolektor meski  tetap saja saya berusaha untuk mengumpulkan satu persatu film-film Indonesia yang ditemui, tentu saja untuk di koleksi. Karena ini adalah bagian dari sejarah.
Saya dan koleksi  boleh dibilang tidak bisa dipisahkan, karena sesuatu yang unik kadang-kadang ditemui, baik ketika memulai perburuan sebuah film dan harus berakhir kecewa karena tidak mendapatkan film yang di cari, maupun ketika tanpa sengaja namun menemukan film-film yang langka, bagai menemukan harta karun hati ini girang tak kepalang.

Merawat dan menyimpan sebuah koleksi tidaklah mudah, karena meski kita sudah cukup berhati-hati untuk menyimpannya, namun sekali waktu kadang-kadang ada yang pinjam dan tidak kembali. Ini bagi saya merupakan bencana, karena banyak film-film yang tidak beredar lagi. Nilai sejarahnya tentu beda ketika kita mendapatkan film dengan susah, kemudian tiba-tiba hilang dan diganti dengan yang baru misalnya.

Saur sepuh sebuah film yang paling aku suka

Saur sepuh dari VCD dan VHS , masih mencari LD semoga ada yang mau ngasih
Memang kalau berbicara koleksi saya pribadi tidak hanya mengoleksi film, namun juga CD music, atau kaset. Namun yang paling memiliki banyak porsi adalah film, dan mengapa saya memilih film Indonesia?
Karena memang saya suka film Indonesia.  Tidak berarti tidak suka film asing ya… namun untuk koleksi memang saya menyukai film Indonesia, khususnya film klasik Indonesia alias film Jadul.

Kalau ditanya koleksi apa yang paling disuka, hampir semua suka, namun dari semuanya Saur sepuh merupakan film yang paling saya suka, terutama saur sepuh 3, kembang gunung lawu. Saur sepuh merupakan film yang diangkat dari sandiwara radio yang sangat terkenal seantero Indonesia di tahun 80an, buah karya dari Niki Kosasih Alm.

Makin kesini setelah koleksi bertumpuk-tumpuk rasanya tidak adil kalau hanya diri sendiri yang menikmati, hingga akhirnya mengambil keputusan untuk mengkoleksi film-film yang memang disuka saja dan tentu aja sisanya banyak di lepas ke kolektor tentu dengan di rupiahkan yang sesuai walau terkadang juga buat barter saja kok, semua gak melulu karena uang, tapi uang dibutuhkan untuk membeli koleksi, itu realistis. Dan hampir koleksi film2 panas yang pernah dimiliki sudah terkikis berpindah ke kolektor lain, karena memang berasa hampa aja hehe makin tua makin berasa tidak berguna kalau menyimpan barang seperti itu. karena memang saya bukanlah kolektor sejati hanya pecinta film saja.