Janur Kuning |
JUDUL FILM : JANUR
KUNING(SERANGAN UMUM 1 MARET 1949)
SUTRADARA : ALAM
RENGGA SURAWIJAYA
PRODUKSI : PT.
METRO 77 FILM
PRODUSER : WIRANATA
KUSUMA
TAHUN PROD : 1979
JENIS :
FILM PERJUANGAN
PEMAIN : DEDDY
SUTOMO, KAHARUDDIN SYAH, DICKY ZULKARNAEN, DIAN ANGGRAENI, NUNIK GUNADI, SENTOT
HS, PONG HARJATMO, ANY KUSUMA
SINOPSIS :
Film Janur Kuning di buat untuk mengenang mereka yang telah
tiada semasa perjuangan merebut kembali kemerdekaan Republik Indonesia. Film
Perjuangan yang saat ini sudah sangat susah sekali untuk di temui di TV.
Jenderal Sudirman (Deddy Soetomo) meski dalam kondisi sakit
dan ditandu namun ia masih memimpin perang gerilya. Jenderal Sudirman meragukan
perjalanannya ke Jogya karena kuatir perjanjian Roem Royen akan sama dengan
perjanjian-perjanjian sebelumnya. Namun Letnan Suharto(Kaharuddin Syah)
meyakinkan Jenderal Sudirman untuk memasuki kota Jogya karena Belanda telah kalah perang.
Apalagi Presiden dan wakil presiden telah kembali ke Jogya hanya tinggal TNI
yang belum kembali ke Jogya. Kalau Jenderal Sudirman menolak kembali Ke Jogya
maka pemerintahan akan timpang dan tidak berjalan. Akhirnya Jenderal Sudirman
luluh dan mau dibawa ke Jogya dengan ditandu.
Dalam upacara ketika memeriksa barisan prajurit TNI,
Jenderal Sudirman menghampiri seorang prajurit gagah berani benama Komarudin.
Komarudin meminta maaf pada Jenderal Sudirman karena ia pernah melakukan
kesalahan dalam menghitung hari, namun sebagai seorang prajurit yang gagah
berani, ia dianggap tidak bersalah oleh Jenderal Sudirman. Dalam pidatonya
Jenderal sudirman menekankan kalau kita adalah cinta damai namun lebih cinta
Kemerdekaan dari Belanda yang telah membuat persatuan dan kesatuan Indonesia
bercerai berai. Dalam kondisi sakit Jenderal Sudirman tidak bisa tenang, ia
tidak habis piker kenapa Belanda membatalkan perjanjian Renville. Sementara
Jenderal Sudirman kalau boleh memilih ia akan mati di medan perang di bandingkan ia harus mati di
tempat tidur.
****
Di kediamannya Istri Suharto, Siti Hartinah yang sedang
hamil tua memiliki perasaan yang tidak enak. Ia menanyakan apakah latihan
perangnya jadi atau tidak. Namun Suharto
meyakinkan kalau perasaan itu adalah bawaan bayi.
Sementara itu rakyat Jogya di kejutkan dengan suara raungan
kapal terbang di atas langit Jogya. Termasuk juga dengan Sri Sultan Hamengku
Buwono dan Suharto yang di buat kaget. Pada awalnya penduduk mengira kalau itu
adalah latihan perang, namun Suharto segera tanggap dan meminta istrinya untuk
menyiapkan perlengkapan. Suharto segera mencari tahu apa yang terjadi. Akhirnya
ia mengambil kesimpulan kalau Belanda ingin merebut lapangan terbang Maguwo.
Suharto memerintahkan untuk menyiarkan melalui RRI Jogya
dengan poin-poin sebagai berikut : Kita
telah di serang, Pada tanggal 19 Desember 1948 Angkatan Perang Belanda
menyerang Kota Jogyakarta dan lapangan terbang Maguwo(lebih di kenal dengan
Agresi Militer Belanda 2), Angkatan Perang Belanda telah membatalkan
persetujuan gencatan senjata dan terakhir Semua angkatan perang menjalankan
rencana yang telah diadakan u ntuk menghadapi serangan Belanda. Suharto pun
berharap agar Pasukan Siliwangi turut berjuang untuk mempertahankan ibukota
Republik Indonesia
ini. (Jogya kala itu, skg Ibukota Indonesia
adalah Jakarta).
Namun sayang sekali Pasukan Siliwangi telah ditarik kembali ke Jawa Barat.
Akhirnya terjawab sudah oleh Suharto, perasaan tidak enak
yang di alami oleh istrinya adalah karena Ibukota akan di serang. Akhirnya
Istri Suharto disuruh untuk mengungsi, sementara itu Jenderal Sudirman
disinyalir sudah keluar dari istana Jogyakarta. Sedangkan Suharto menyuruh anak
buahnya untuk membakar markas setelah dokumen-dokumen penting telah ia
singkirkan.
Baku
tembak antara pasukan TNI dengan Belanda pun terjadi. Belanda bergerak memasuki
ibukota. Demi perjuangan, maka Jenderal Sudirman untuk sementara waktu di suruh
menyingkir dari Jogya. Sedangkan Suharto mencoba memberi perlawanan terhadap
Belanda. Jenderal Sudirman tidak mengira kalau Belanda menyerang Belanda dari
Maguwo. AKhirnya demi perjuangan, Jenderal Sudirman pun menyingkir dari Jogya.
Rakyat pun di buat kalang kabut akibat pendudukan Belanda di Ibukota
Jogyakarta. Sementara dari pihak Indonesia jatuh banyak korban dari
para pejuang. Pos Pertolongan pun terpaksa di didirikan di pinggiran kota karena kuatir Belanda akan segera memasuki kota. Yang menonjol, Di
Indonesia memiliki prajurit yang gagah berani bernama Komarudin. Ia menantang
Belanda dengan dadanya.
Belanda berhasil menduduki kota Jogya. Untuk mengamankan jika terjadi
keadaan yang darurat, Presiden Sukarno kekuasaan kepada menteri kemakmuran untuk membentuk
pemerintahan di Sumatera Barat jika sewaktu-waktu terjadi keadaan darurat di
Ibukota, maka pemerintahan akan di pindahkan ke Sumatera Barat. Akibat
pendudukan Belanda, rakyat menjadi susah dibuatnya, orang-orang yang dicurigai
sebagai TNI di tangkap. Sedangkan
Suharto dan anak buahnya terus melanjutkan perang gerilya. Dengan menyamar
sebagai petani Suharto dan anak buahnya dengan berjalan kaki menyingkir dari kota Jogya melalui
hutan-hutan sambil memberikan perintah setiap singgah di komandan perang di
sector yang di lewati. Suharto juga menyiapkan strategi untuk membuat serangan
balasan terhadap Belanda.
Pasukan Belanda semakin bertindak sewenang-wenang terhadap
warga pribumi yang tidak tahu apa-apa. Yang dianggap ekstrimis ditangkap. Dalam
pelariannya pasukan yang di pimpin Suharto berhadapan dengan prajurit Belanda.
Dalam baku
tembak yang terjadi dengan Belanda, Suharto di isukan mati tertembak. Hingga
membuat kemarahan prajuritnya. Namun isu tersebut tidak berlangsung lama,
karena Suharto akhirnya muncul ditengah-tengah mereka.
Sementara itu Belanda terus berusaha memecah belah penduduk
dengan membuat kekacauan. Belanda dibantu oleh pengkhianat-pengkhianat bangsa
melakukan kegiatan yang meresahkan masyarakat. Rakyat yang sudah menderita dari
kekejaman Belanda, namun masih ditambah menderita dengan ulah para pengkhianat
bangsa. Sementara itu SUharto menyiapkan Serangan balasan kepada pihak Belanda.
Untuk menandai serangan yang kedua, maka tanda yang akan di gunakan adalah
Janur Kuning.
*******
Suharto menerima surat
dari Istrinya yang mengabarkan bahwa ia akan segera melahirkan. Disaat demikian
sebenarnya ia ingin di temani oleh suaminya, Suharto, namun mengingat tugas
Suharto yang berat maka ia pun mengerti dan mendukung perjuangan Suharto.
Untuk menyusun strategi penyerangan, Suharto
mengkoordinasikan rencana penyerangan secara matang. Rencana penyerangan akan
di lakukan pada 1 Maret 1949. untuk
menyemangati perjuangan rakyat, Suharto memberikan keyakinan kalau Indonesia masih
mampu. Suharto ingin menunjukkan pada dunia kalau Indonesia masih memiliki angkatan
perang yang tangguh. Untuk memberi tanda pada serangan nanti, maka Suharto
menyuruh untuk memakai tanda Janur kuning yang di kalungkan. Dengan di Bantu
oleh elemen masyarakat dan TNI yang bersatu , maka Serangan umum 1 Maret 1949
pun terjadi. Indonesia
memiliki seorang pejuang yang gagah berani dan tidak takut mati seperti
Komarudin. Meski seringkali bertindak di luar kendali namun keberanian yang ditunjukkan
untuk membela Indonesia
membuat prajurit yang lain ikut bersemangat.
Pertempuran sengit pun terjadi. Pasukan belanda yang di
pimpin oleh Kolonel Van Langen Kocar Kacir. Pasukan Indonesia terus maju dan memukul
jantung pertahanan Belanda. Akhirnya pertempuran selama 6 Jam di Jogya
membuahkan hasil bagi Indonesia.
Jogya kembali di kuasai oleh RI.
****
Dalam sejarah, pengambil inisiatif untuk serangan 1 Maret
adalah Suharto, namun setelah Suharto wafat, polemic pun muncul kalau pengambil
keputusan serangan sebenarnya adalah Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Namun
sayang sekali untuk merluruskan sejarah ini kedua-duanya kini telah tiada.
Wallahu a’lam.
No comments:
Post a Comment