Keris Kalamujeng |
Judul Film :
Keris Kalamujeng
Produser :
NY Leonita Sutopo
Produksi :
Inem Film
Tahun Produksi :
1984
Sutradara :
L Sudjio
Pemain :
Johan Saimima, Avent Christie, Tuti Wasiat, Lina Budiarti, Zaitun, Tanaka,
Benny Gaok, Adang Mansyur, Djuhari Effendi, Zulmainy
Sinopsis Film :
Raden Said (Johan Saimima) adalah putra Bupati Tuban, karena
tidak tahan melihat kebatilan yang terjadi di muka bumi, akhirnya Raden Said
mencari sebuah padepokan untuk berguru. Ditengah perjalanan mencari padepokan,
Raden said bertemu dengan seorang kakek yang sedang diejek oleh anak-anak kecil
yang segera di tolongnya. Raden said menceritakan keadaanya, hingga kakek yang
telah ditolongnya akhirnya mengajaknya kesebuah padepokannya di lereng gunung.
Raden Said diperkenalkan dengan Citra cucunya yang langsung mengujinya dengan
beradu ilmu olah kanuragan. Akan tetapi menghadapi seoang wanita saja, Raden
said tidak mampu dan kalah. Sehingga akhirnya Raden said diterima sebagai
muridnya dan sering berlatih dengan Citra.
Ilmu Raden Said meningkat tajam, hingga pada suatu hari
ketika sehabis berburu Raden Said dan Citra di hadang oleh gerombolan yang akan
memperkosa Citra, namun berkat ilmu yang sudah di galinya, Raden Said berhasil
menumpas para pemerkosa tersebut. Raden Said dan Citra yang diam-diam saling
mencintai akhirnya berhasil melewatinya. Setelah ilmu sudah di dapatkan dari
padepokan dimana Citra dan Kakeknya tinggal, akhirnya Raden Said dipersilahkan
oleh Kakek gurunya untuk meninggalkan padepokan dan meneruskan perantauan untuk
menumpas kejahatan. Raden Said berubah namanya menjadi Ibro, nama yang
diberikan oleh kakek gurunya.
Dalam perjalanan mengembaranya, ditengah perjalanan Ibro
mendapati seorang bangsawan sedang dirampok, dan akhirnya Ibro berhasil
menumpas para perampok. Melihat kehebatan Ibro bangsawan tersebut yang ternyata
seorang Bupati akhirnya mengambil Ibro sebagai pengawal pribadinya. Istri
bupati tersebut mempunyai seorang selingkuhan seorang perawat kuda bernama
Gambang Sangkan, akan tetapi terhadap Ibro ternyata juga menaruh hati. Hingga
suatu hari ketika Ibro sedang diajak oleh Bupati untuk untuk berburu badak,
akan tetapi keris pusaka yang biasa menyertai kanjeng bupati tertinggal di
kabupaten. Akhirnya Ibrolah yang disuruh mengambil. Sesampai di kamar istri Bupati,
Ibro mendapati suara-suara mendesah antara istri kanjeng bupati dengan
selingkuhannya Gambang Sangkan. Akan tetapi Ibro akhirnya memberanikan diri
untuk mengetuk pintu. Melihat Ibro yang datang, Istri sang bupati yang memang
sedang bernafsu akhirnya meminta Ibro untuk melayaninya, akan tetapi Ibro
menolaknya. Penolakan Ibro membuat Istrinya marah besar, dan kalung yang dipake
Ibro di rebutnya. Akhirnya Ibro dipersilahkan mengambil keris dan
menyerahkannnya pada kanjeng Bupati.
*****
Selepas berburu, kanjeng Bupati pulang dan menemui istrinya.
Akan tetapi mendapati istrinya uring-uringan akhirnya kanjeng bupati menanyakan
perihal yang sedang melanda istrinya. Akhirnya istrinya memfitnah Ibro, kalau
ia telah mengganggunya. Hukuman pun diberikan kepada Ibro dengan hukuman
penggal yang akan dilakukan oleh Algojo. Dan Ibrolah orang yang mengantarkan
langsung surat yang ditujukan kepada algojo untuk memenggal orang yang membawa
surat tersebut.
Ditengah perjalanan Ibro dihadang oleh Gambang Sangkan dan
surat tersebut berhasil di rebut olehnya dan di serahkan pada algojo yang juga
ayahnya. Apadaya, maksud hati membunuh Ibro tapi ternyata Gambang Sangkan yang
terbunuh duluan. Mengetahui Gambang Sangkan mati dipenggal, akhirnya
perselingkuhan istri bupati terbongkar setelah ia mengakui sendiri, dan kanjeng
bupati marah besar karena telah dibohongi dan ia tidak lagi mengetahui keadaan
Ibro. Ibro melanjutkan perjalanan.
Dalam pengembaraan kali ini Ibro bertemu dengan seorang Kyai
yang resah dengan sepak terjang warga sekitar yang telah melupakan ajaran
Tuhan, sehingga bencana kerap melanda desa tersebut yang berdekatan dengan
pantai. Beberapa kali warganya jatuh dan mati di pantai. Seorang janda kembang
bernama Harni menjadi rebutan warga sekitar, dan berhasil memikat laki-laki
yang melihatnya. Melihat sepak terjang Harni yang mempunyai pesona luar biasa,
akhirnya membuat marah Ratu Pantai Selatan (Tuti Wasiat) karena merasa Harni
telah menjadi saingannya. Akhirnya Ratu pantai selatan merasuk ketubuh Harni
dan membunuh setiap laki-laki yang telah menidurinya di pantai selatan.
Sehingga beberapa kali terlihat mayat terdampar di pantai selatan. Orang-orang
desa mengira Harnilah pembunuhnya karena setiap laki-laki yang bersama Harni
pasti akan menemui nasib yang sama, sehingga warga desa bermaksud member
hukuman dengan membakar Harni.
Harni diselamatkan oleh pak Kyai dan meluruskan kalau
pembunuhnya bukanlah Harni. Hal ini
menyebabkan marah Ratus Pantai Selatan dan mengutus anak buahnya untuk membawa
Ibro ke Ratu Pantai Selatan dengan menyamar sebagai Harni. Penduduk yang
melihat Harni membawa Ibro ke dasar laut, akhirnya melaporkannya pada pak Kyai,
akan tetapi mereka kaget karena Harni sedang berada di rumah pak Kyai.
Sementara Ibro sesampai di istana Ratu Pantai Selatan ia diterima oleh Ratu
Pantai Selatan dan mengajak Ibro untuk membangun kerajaan Samudra dengan
menjadi suaminya. Ratu Pantai Selatan pun tahu asal usul Ibro yang bernama
Raden Said tersebut. Ajakan untuk membangun kerajaan Samudra disetujui Ibro
dengan syarat tidak melakukan hubungan suami istri selama 40 hari.
Sementara itu di daratan sang Kyai memberikan bisikan ke
Ibro melalui tenaga dalamnya untuk mengambil pusaka milik ratu pantai selatan
yang berwujud ular. Akhirnya diambillah ular tersebut yang kemudian berubah
menjadi sebuah keris bernama kalamujeng. Pusaka
itulah yang digunakan oleh Ibro untuk menghabisi Ratu Pantai Selatan.
******
Film produksi 1984 ini cukup membawa kita bernostalgia,
setidaknya karena jika disbanding dengan jaman sekarang, film-film silat klasik
sudah tidak ada lagi. Bagus untuk ditonton dan berusaha mencintai negeri
sendiri karena ciri khas Indonesia salah satunya adalah ilmu silat.