JUDUL FILM : NADA
DAN DAKWAH
SUTRADARA : CHAERUL
UMAM
PRODUSER : JIWAT
PRODUKSI : PT.
BOLA DUNIA FILM
TAHUN PROD : 1991
JENIS :
FILM MUSIKAL
PEMAIN : RHOMA
IRAMA, IDA IASHA, ZAINUDDIN MZ, WD MOCHTAR, DEDDY MIZWAR, WAN ABUD,
SINOPSIS :
Kisah berawal dari kemelut yang melanda desa Pandan Wangi
yang bergejolak akibat pembelian tanah yang dilakukan oleh seorang bos Pak
Bustomi(WD Mochtar) dengan dalih untuk di bangun pabrik tapioca yang tenaganya
akan mengambil dari warga sekitar. Juga maraknya minuman keras bagi kalangan
muda dan judi di sekitar Pandan Wangi turut menambah gejolak bagi masyarakat
sekitar. Mereka diiming-imingi akan
dibangun sebuah pabrik dan juga tempat hiburan untuk kalangan muda, hingga
akhirnya banyak pemuda yang menjual sertifikat tanahnya pada broker tanah Pak
Abu (Wan Abud) atas suruhan Mursali. Banyak tanah penduduk yang dijual kepada
mereka hanya demi uang sesaat , bahkan tanpa sepengetahuan orang tuanya. Yang
lebih parah lagi adalah tanah wakaf yang turut diperjual belikan.
Hal ini menimbulkan reaksi bagi ulama setempat termasuk ust.
Zainuddin (Zainudin Mz) dan juga Ust. Murod (Deddy Mizwar) dari Pandan Wangi.
Mereka berusaha menyadarkan warga melalui media dakwah melalui tabligh akbar
dengan penceramahnya Ust. Zainuddin. Namun kedatangan Ust. Zainuddin tidak
disukai oleh anak buah Bustomi karena kata-kata ust. Zainuddin dianggap
menghasut warga.
Di lain sisi Rhoma (Rhoma Irama) yang juga bersahabat dengan
Ust. Zainuddin adalah teman dari Latifah (Ida Iasha) putri tunggal dari Bustomi.
Mereka bersahabat dan sempat dipertemukan dengan ayah Latifah untuk
menjembatani jual beli tanah dengan penduduk Pandan Wangi. Namun Rhoma mencium
hal yang tidak beres, sehingga Rhoma berusaha menyadarkan dan memberitahu pada
ayah Latifah tentang jual beli tanah tersebut. Sementara itu Latifah yang
merupakan anak tunggal, justru mengambil jalan yang bertentangan dengan sikap
ayahnya. Jika ayahnya ingin agar penduduk Pandan Wangi menjual tanahnya
padanya, maka Latifah justru melakukan penelitian dengan penduduk sekitar dan
menghimbau pada mereka untuk tidak menjual tanahnya. Hal ini tentu
berseberangan dengan keinginan ayahnya.
****
Latifah dan teman-teman mahasiswinya datang ke Pandan Wangi
untuk memberikan pengarahan dan pelatihan pertanian bagi warga. Apalagi warga
juga mulai resah karena isu penggusuran tanah warga yang akan digunakan untuk
jalan tol, padahal tujuan sebenarnya adalah untuk pembuatan pabrik. Setelah di
beri pengarahan, warga akhirnya mulai sadar dan mulai timbul penyesalan karena
mereka sudah terlanjur menyerahkan sertifikat tanahnya pada Pak Abu. Warga
kuatir dengan keselamatan sertifikat tanahnya. Akhirnya terjadilah pertemuan
antara warga dengan Pak Abu yang difasilitasi oleh Ust. Murad. Warga marah,
karena setelah diketahui Abu berbohong karena baru diketahui kalau tanah yang
di jual bukan untuk jalan tol tapi untuk membangun pabrik. Akhirnya warga
menuntut sertifikatnya untuk dikembalikan. Hal ini diketahui oleh Pak Bustomi.
Akhirnya bersama Mursali, Bustomi datang ke desa Pandan Wangi untuk melakukan
pertemuan dengan warga. Akhirnya belang
Abu pun semakin terbuka karena harga tanah yang seharusnya dikeluarkan oleh
Bustomi adalah Rp. 17.500 permeter namun sampai di warga hanya Rp.5.000.
Akhirnya Bustomi mengambil alih haknya dan menawarkan
langsung pada warga untuk mengambil uangnya langsung padanya. Namun Warga yang
sudah sadar pun menolak permintaan Bustomi tersebut. Keadaan pun bergolak. Saat
itulah datang Ust. Zainuddin yang memberikan pencerahan. Akhirnya Bustomi pun
sadar dan bersedia mengembalikan sertifikat warga kembali. Bustomi juga mulai
menjalankan solat dan membaca kitab Suci Al Qur’an ketika sering sering
mendengar ceramah dari Zainuddin baik melalui TV maupun radio. Bustomi merasa
di khianati oleh anak buahnya termasuk
pemotongan uang bagi warga. Akhirnya Marsuli dan Abu pun di pecat oleh Bustomi.
Pemecatan Marsuli dan Abu berdampak pada anak buahnya di lapangan yang mulai
tidak di suplai biaya hiburan. Akhirnya mereka pun marah dan menyusun rencana
untuk menghancurkan warga.
Sementara itu di rumah warga, seorang warga di bunuh anaknya
sendiri Jaja karena rebutan surat tanah yang akan di gadaikan agar ia bisa
hidup enak. Akhirnya polisi pun
menginterogasi saksi, dan mereka menuduhkan kalau kejadian tersebut terjadi setelah
Jaja mengikuti pengajian yang diadakan oleh anak-anak kota yang di ketuai
Latifah. Sementara itu Latifah dan Rhoma
berusaha mencari keberadaan Jaja untuk mencari titik persoalan lebih jelas.
Rhoma dan Latifah berhasil menemukan Jaja
di markas Mursali. Terjadilah baku hantam, dengan sigap Latifah menelpon
Polda Metro Jaya dan berhasil menangkap Jaja dan kawan-kawannya.
****
Film-film Rhoma Irama tetap menarik untuk di tonton meski
film-filmnya bergenre dangdut, namun film-film yang lebih mirip film India
mungkin ya, sudah jarang di produksi lagi.