Showing posts with label Nada dan Dakwah. Show all posts
Showing posts with label Nada dan Dakwah. Show all posts

Thursday, September 18, 2025

NADA & DAKWAH, AMAR MA'RUF NAHI MUNKAR

 


NADA & DAKWAH, AMAR MA'RUF NAHI MUNKAR,

Jadi juga K.H Zainuddin MZ main film bersama Rhoma Irama. Mubaligh masyhur iu akhirnya bersedia untuk bermain dalam sebuah film drama dakwah produksi PT. Bola Dunia Film. 

Berintikan satu ayat yang di petik dari Kitab Suci Al Quran "Amar Ma'ruf Nahi Munkar" yang maknanya adalah 'Menuju Kebaikan, Meninggalkan Kebathilan', cerita dan skenariopun di tulis oleh Drs. H. Asrul Sani. Judul filmnya semula di reka "Huru Hara di Pandanwangi" namun kemudian oleh berbagai pertimbangan disederhanakan menjadi "Nada & Dakwah". 

Sedangkan penyutradaraan diarahkan oleh Chaerul Umam. Sutradara asal Tegal yang biasa di panggil dengan nama kecil Mamang ini sudah membuktikan kepiawaiannya menggarap film drama dakwah berbobot dan filmis seperti, "Al Kautsar" yang dibintangi Rendra dan Titian Serambut Di Belah Tujuh dengan El Manik sebagai guru agama. 

Mamang memilih Harry Susanto sebagai kamerawan dan Teuku Rusian sebagai Penata Artistik sedangkan Penata Musik Didi AGP bekerjasama dengan Rhoma dan Soneta Groupnya untuk mengisi ilustrasi musik. 

Setelah melalui proses berulangkali , maju mundur, pendekatan yang panjang akhirnya memang sang Ustad menyetujui juga untuk menjajal berakting di depan kamera. "Tapi saya bukan bermain sebagai orang lain," tegasnya.  Tetap sebagai diri seutuhnya. Itu sebabnya dibuat perubahan-perubahan tertentu pada beberapa bagian skenarionya, khususnya pada adegan yang menampilkan KH Zainuddin MZ. 

Sayangnya, sepanjang film sosok KH. Zainuddin MZ tampil sebagai figur ulama, dengan nasihat-nasihatnya yang di bawakan dengan suara khas. Sama sekali tak di perlihatkan tentang keluarganya, atau bagaimana caranya menjalin hubungan yang harmonis dengan anak istrinya. Padahal rasanya penonton ingin mengetahui juga perihal kehidupan sehari-harinya. 

Kalaupun kemudian sutingnya rada tersendat, bisa dimaklumi oleh produser Jiwat K.K yang mempercayakan segala kegiatan di lapangan pada produser pelaksananya, Hasrat Djoeir. Semuanya juga memahami kalau jadwal dakwah sang Kyai memang kelewat padat. Kendati demikian disela-sela seribu kesibukannya K.H Zainuddin MZ, berusaha keras meluangkan waktu untuk bisa datang ke lokasi suting. Pada bagian awal filmpun diselipkan dialog penyesalannya. "Sebenarnya saya ingin sekali menghadiri setiap undangan, namun apa daya saya cuma manusia biasa...," lalu diselipkan pula adegan saat ia sudah siap berangkat untuk menghadiri tabligh, tapi bertepatan diminta segera datang ke pesantren Pandanwangi untuk meredakan amukan penduduk, "Wah kalau saya batal datang lagi, bisa di sumpahin orang sejagad Ji, " keluhnya pada Rhoma, betapapun ia menjanjikan, "Insya Allah saya akan datang, meskipun terlambat," .

Maka Mamang mengambil inisiatif, memanfaatkan waktu yang luang bila sayng Kyai tak hadir, dengan lebih dulu merampungkan adegan pergelaran dan nyanyian Rhoma yang keseluruhannya terdiri dari lima lagu. Suting berlanjut dimulai dari Rhoma terus kebintang-bintang beken lainnya seperti Ida Iasha sebagai Latifah, Deddy Mizwar sebagai H. Murad, WD Mochtar sebagai Bustomi, konglomerat ibukota. Serta pemain teater kawakan Amak Baljun sebagai Samir, tangan kanan Bustomi, Pemain wayang orang "Bharata" Kies Slamet sebagai Marseli yang ingin menguasai tanah penduduk desa dengan segala macam cara. Abduh Mursyid sebagai Pak Sukarya yang selalu ribut dengan anaknya, Jaja (Amin Ansari Dewata). Juga ada Salim Bungsu dan Fuad Alkhar sebagai makelar tanah yang licik. 

Di selipkan pula adegan khotbah saat KH Zainuddin MZ tampil sebagai Khotib dan Rhoma Irama memimpin takbir di depan luapan massa jamaah sholat Ied.

Di sebut-sebut bujet film ini lebih besar dari film-film kolosal seperti "Tjoet Nja Dhien" atau "Saur Sepuh" sekitar Rp. 1,2 Milyar. Namun karena diedarkan secara serentak di banyak kota besar diluar ibukota pada event yang sangan jitu, menyambut Hari Raya Idul Fitri 1412 H yang jatuhnya pada Minggu 5 April 1992, maka yakin mendapatkan sambutan luar biasa dari penggemar KH. Zainudding MZ dan Rhoma Irama khususnya serta seluruh umat pada umumnya. 


MEMBELA TANAH PENDUDUK

Al Kisah Pandanwangi adalah nama sebuah desa subur di kaki sebuah gunung. Penduduknya yang sebagian besar terdiri dari kaum petani, mengenyam hidup damai tenteram. Desa ini juga tersohor dengan pesantren yang didirikan KH. Zainuddin MZ dan Rhoma Irama, lalu di pimpin oleh H. Murad dan H. Tajuddin. 

Zainuddin dan Rhoma sepasang mubaligh yang dengan cara-cara khas masing-masing mengajarkan ilmu di pesantren tersebut. Ketentraman desa mendadak terguncang. Diawali dengan niat Bustomi, konglomerat ibukota, untuk mendirikan sebuah pabrik tepung tapioka di desa tersebut. Maka managernya yang licik, Samir mengerahkan anak buahnya yang di motori Mursali, berusaha memborong tanah penduduk dengan segala macam cara, kalau perlu menghalalkan segalanya. Antaranya si Abu yang dengan kelicikannya mengintimidasi, menakut nakuti penduduk tentang adanya proyek jalan toll hingga tanah bisa dibeli dengan harga semurah-murahnya. 

Timbullah keresahan demi keresahan. Apalagi ketika bibit-bibit maksiat mulai di sebar masuk desa, perjudian, minuman keras, sedikit demi sedikit meracuni jiwa anak muda desa.  KH Zainuddin MZ, Rhoma dan H. Murad sudah barang tentu berdiri di pihak penduduk. Dibantu lagi oleh Roma Irama bahkan sebenarnya Latifah, putri kandung Bustomi sendiri pun menentang keserakahan ayahnya. Apalagi memang Latifah bukan lain daripada pacar Rhoma. Gadis cerdik ini memimpin rombongan tujuh gadis berjilbab menyebarkan penerangan pada rakyat desa. 

Konflik antara para santri desa Pandanwangi dengan kawanan Mursali terus berkembang. Mencapai puncaknya saat bagian tanah di ukur dan di patok. Penduduk merasa sangat di rugikan dalam proses jual beli tanah warisan orang tua mereka. Nyaris terjadi perkelahian massal yang bisa meletuskan huru hara, kalau saja H. Murad tak segera melerai. Bahkan dengan kebijaksanaanya ia berusaha mendamaikan. Meminta semua surat tanah yang sudah di pegang oleh Abu. 

Rhoma di bantu Latifah mendidik muda mudi desa dengan ketrampilan bertani serta kesadaran hukum. Semakin banyak penduduk yang menjadi sadar serta berani menentang cara kotor. Mursali dan kawan-kawannya. Terbongkarlah kecurangan Samir di depan Bustomi yang langsung memecatnya. 

Bustomi sendiri bisa di sadarkan oleh Latifah. Orang kaya ini berjanji untuk merubah sikapnya yang salah. Bahkan mengajak penduduk untuk bekerja sama membangun pabrik tepung tapiokanya. Bagaimanapun juga berdirinya pabrik tersebut bisa mendatangkan manfaat yang sangat besar bagi mereka semua. 

Klimaks berlangsung saat seorang ayah Pak Sukarya di bu nuh oleh anaknya sendiri, Jaja, gara-gara memperebutkan surat tanah. Kesempatan ini digunakan oleh kawanan Mursali untuk memfitnah Rhoma dengan rombongan gadis berjilbabnya di depan polisi, namun anggota "Soneta Group" berhasil melacak Jaja yang ternyata bersembunyi di pabrik garmennya Samir. 

Rhoma dan kawan-kawannya yang memburu buronan tersebut terpaksa harus berbaku hantam lebih dulu dengan anak buah Samir. Ditengah perkelahian, Latifah menelpon polisi Komdak Metro Jaya. Maka Samir dan semua kaki tangannya pun diringkus oleh yang berwajib. 

Thursday, April 4, 2019

RHOMA IRAMA & ZAINUDDIN MZ DALAM FILM "NADA DAN DAKWAH"


JUDUL FILM        : NADA DAN DAKWAH
SUTRADARA       : CHAERUL UMAM
PRODUSER          : JIWAT
PRODUKSI           : PT. BOLA DUNIA FILM
TAHUN PROD    : 1991
JENIS                     : FILM MUSIKAL
PEMAIN               : RHOMA IRAMA, IDA IASHA, ZAINUDDIN MZ, WD MOCHTAR, DEDDY MIZWAR, WAN ABUD, 

SINOPSIS :
Kisah berawal dari kemelut yang melanda desa Pandan Wangi yang bergejolak akibat pembelian tanah yang dilakukan oleh seorang bos Pak Bustomi(WD Mochtar) dengan dalih untuk di bangun pabrik tapioca yang tenaganya akan mengambil dari warga sekitar. Juga maraknya minuman keras bagi kalangan muda dan judi di sekitar Pandan Wangi turut menambah gejolak bagi masyarakat sekitar.  Mereka diiming-imingi akan dibangun sebuah pabrik dan juga tempat hiburan untuk kalangan muda, hingga akhirnya banyak pemuda yang menjual sertifikat tanahnya pada broker tanah Pak Abu (Wan Abud) atas suruhan Mursali. Banyak tanah penduduk yang dijual kepada mereka hanya demi uang sesaat , bahkan tanpa sepengetahuan orang tuanya. Yang lebih parah lagi adalah tanah wakaf yang turut diperjual belikan. 

Hal ini menimbulkan reaksi bagi ulama setempat termasuk ust. Zainuddin (Zainudin Mz) dan juga Ust. Murod (Deddy Mizwar) dari Pandan Wangi. Mereka berusaha menyadarkan warga melalui media dakwah melalui tabligh akbar dengan penceramahnya Ust. Zainuddin. Namun kedatangan Ust. Zainuddin tidak disukai oleh anak buah Bustomi karena kata-kata ust. Zainuddin dianggap menghasut warga. 

Di lain sisi Rhoma (Rhoma Irama) yang juga bersahabat dengan Ust. Zainuddin adalah teman dari Latifah (Ida Iasha) putri tunggal dari Bustomi. Mereka bersahabat dan sempat dipertemukan dengan ayah Latifah untuk menjembatani jual beli tanah dengan penduduk Pandan Wangi. Namun Rhoma mencium hal yang tidak beres, sehingga Rhoma berusaha menyadarkan dan memberitahu pada ayah Latifah tentang jual beli tanah tersebut. Sementara itu Latifah yang merupakan anak tunggal, justru mengambil jalan yang bertentangan dengan sikap ayahnya. Jika ayahnya ingin agar penduduk Pandan Wangi menjual tanahnya padanya, maka Latifah justru melakukan penelitian dengan penduduk sekitar dan menghimbau pada mereka untuk tidak menjual tanahnya. Hal ini tentu berseberangan dengan keinginan ayahnya.
****
Latifah dan teman-teman mahasiswinya datang ke Pandan Wangi untuk memberikan pengarahan dan pelatihan pertanian bagi warga. Apalagi warga juga mulai resah karena isu penggusuran tanah warga yang akan digunakan untuk jalan tol, padahal tujuan sebenarnya adalah untuk pembuatan pabrik. Setelah di beri pengarahan, warga akhirnya mulai sadar dan mulai timbul penyesalan karena mereka sudah terlanjur menyerahkan sertifikat tanahnya pada Pak Abu. Warga kuatir dengan keselamatan sertifikat tanahnya. Akhirnya terjadilah pertemuan antara warga dengan Pak Abu yang difasilitasi oleh Ust. Murad. Warga marah, karena setelah diketahui Abu berbohong karena baru diketahui kalau tanah yang di jual bukan untuk jalan tol tapi untuk membangun pabrik. Akhirnya warga menuntut sertifikatnya untuk dikembalikan. Hal ini diketahui oleh Pak Bustomi. Akhirnya bersama Mursali, Bustomi datang ke desa Pandan Wangi untuk melakukan pertemuan dengan warga.  Akhirnya belang Abu pun semakin terbuka karena harga tanah yang seharusnya dikeluarkan oleh Bustomi adalah Rp. 17.500 permeter namun sampai di warga hanya Rp.5.000.

Akhirnya Bustomi mengambil alih haknya dan menawarkan langsung pada warga untuk mengambil uangnya langsung padanya. Namun Warga yang sudah sadar pun menolak permintaan Bustomi tersebut. Keadaan pun bergolak. Saat itulah datang Ust. Zainuddin yang memberikan pencerahan. Akhirnya Bustomi pun sadar dan bersedia mengembalikan sertifikat warga kembali. Bustomi juga mulai menjalankan solat dan membaca kitab Suci Al Qur’an ketika sering sering mendengar ceramah dari Zainuddin baik melalui TV maupun radio. Bustomi merasa di khianati oleh anak buahnya  termasuk pemotongan uang bagi warga. Akhirnya Marsuli dan Abu pun di pecat oleh Bustomi. 

Pemecatan Marsuli dan Abu berdampak pada anak buahnya di lapangan yang mulai tidak di suplai biaya hiburan. Akhirnya mereka pun marah dan menyusun rencana untuk menghancurkan warga.
Sementara itu di rumah warga, seorang warga di bunuh anaknya sendiri Jaja karena rebutan surat tanah yang akan di gadaikan agar ia bisa hidup enak.  Akhirnya polisi pun menginterogasi saksi, dan mereka menuduhkan kalau kejadian tersebut terjadi setelah Jaja mengikuti pengajian yang diadakan oleh anak-anak kota yang di ketuai Latifah.  Sementara itu Latifah dan Rhoma berusaha mencari keberadaan Jaja untuk mencari titik persoalan lebih jelas. Rhoma dan Latifah berhasil menemukan Jaja  di markas Mursali. Terjadilah baku hantam, dengan sigap Latifah menelpon Polda Metro Jaya dan berhasil menangkap Jaja dan kawan-kawannya.
****
Film-film Rhoma Irama tetap menarik untuk di tonton meski film-filmnya bergenre dangdut, namun film-film yang lebih mirip film India mungkin ya, sudah jarang di produksi lagi.