Monday, November 18, 2019

Barry Prima " Pendekar Ksatria "

Pendekar Ksatria

JUDUL FILM        : PENDEKAR KSATRIA
SUTRADARA       : YOPIE BURNAMA
PRODUKSI           : PT. KANTA INDAH  FILM
PRODUSER          : HANDI MULJONO
TAHUN PROD    : 1988
JENIS                     : FILM SILAT
PEMAIN               : BARRY PRIMA, RUDY WAHAB, WENY ROSALIEN, ADVENT BANGUN, YOSEPH HUNGAN, ADE ROSANTY, JIMMY PRAKOSO, DJOKO WAROK

SINOPSIS : 

Adipati Ardi Soma (Rudy Wahab) mengutus seorang bernama Brangas Waja dari perguruan tapak Sakti untuk mengirimkan surat ke Jayakarta untuk mengadu domba Cirebon dan Mataram dan menyerahkannya pada Wiranegara untuk diserahkan di Jayakarta agar menarik pasukan Wiranegara melawan kompeni. Ini jelas sebuah pengkhianatan. Namun pembicaraan Arya Ardi Soma di kuping oleh seorang penduduk, maka tak pelak lagi ia harus menemui ajalnya karena pisau yang di gunakan untuk membunuhnya beracun. 

Di dalam perjalanan menuju Jayakarta, Brangas Waja bertemu dengan Wirasaba (Barry Prima) dari perguruan Wadas Putih di sebuah warung. Akibat ulah semena-mena Brangas Waja yang membuat pemilik warung ketakutan, maka Wirasaba berusaha membantu pemilik warung dengan memberikan uang yang diberikan oleh Brangas Waja untuk membayar namun tidak bisa di ambil oleh pemilik warung. Akibatnya Brangas Waja menjadi marah dan terjadilah perkelahian dengan Wirasaba. Brangas Waja berhasil di bunuh oleh Wirasaba dan surat yang ada ditangan Brangas Waja berhasil di rebut oleh Wirasaba. 

Kejadian ini tentu membuat perguruan Tapak Sakti menjadi marah karena Wirasaba berhasil merebut surat dari tangan Brangas Waja. Ia meminta agar perguruan Wadas Putih bertanggungjawab, saat itulah muncul Wadas Putih (Advent Bangun) guru dari Wirasaba. Ia akhirnya bertanggungjawab atas Wirasaba dan ikut berkomplot dengan Adipati Ardi Soma. Wadas Putih menemui Wirasaba dan meminta agar Wirasaba menyerahkan Surat yang telah dirampas dari Brangas Waja. Wirasaba menolak dan menyerahkan kembali keris sebagai tanda ikatan batin dengan Cempaka(Wenny Rosalien) anak dari Wadas Putih. Wirasaba dianggap telah murtad dari perguruan. Wadas putih marah dan melumpuhkan Wirasaba untuk dapat mengambil surat yang ada ditangannya.  Ia meninggalkan Wirasaba dalam keadaan pingsan. Dalam Pingsannya Ia didatangi oleh Guru dari Wadas Putih dan menerima Pusaka Wadas Putih darinya. Wirasaba di perintahkan untuk menyadarkan Wadas Putih dan bersemedi sampai matahari terbit. 

Sementara itu di perguruan Wadas Putih, Cempaka akhirnya berhasil mengetahui  kalau Wirasaba telah mengembalikan lambang dari ikatan batinnya. Cempaka pun berjanji untuk membalaskan sakit hatinya pada Wirasaba. Sementara itu Wadas Putih mengutus Wajib (Yoseph Hungan) dari perguruan Tapak Sakti dengan di kawal seorang murid bernama Cagar dari Wadas Putih untuk membawa Surat menuju Jayakarta. Ia di wanti-wanti untuk berhati-hati ketika berada di daerah Karawang, karena hampir semua pendekar di daerah tersebut memihak Sultan Agung. Ditengah perjalanan Wajib dan Cagar di hadang oleh Cempaka untuk menyerahkan surat tersebut. Namun usaha Cempaka sia-sia. Ia berhasil di lumpuhkan oleh Wajib. Disaat Wajib sedang berusaha untuk memperkosa Cempaka yang sedang pingsan, datanglah Wirasaba yang menggagalkan usahanya. Ia menolong Cempaka, namun sayang sekali Cempaka menolaknya karena masih salah paham. 

Sementara itu setelah berkelahi dengan Wirasaba, Wajib melaporkan kelakuan Cempaka yang telah menghadangnya ketika di desa Ciasem dan memutar balikan fakta kalau penduduk di desa Ciasem ikut membantu Cempaka saat menghadang Wajib, dan tidak memberitahukan bahwa Wirasabalah yang mengalahkannya. Cempaka lari dari perguruan dengan dibantu kakaknya Kenanga. Kenanga pun akhirnya mati dari tangan Wadas Putih. Cempaka yang menyaksikan dari persembunyiannya tidak bisa menahan kesedihan. Wadas Putih mensinyalir kalau Cempaka akan pergi kearah barat menuju perguruan Ganda Arum milik pamannya. 

Wadas putih yang merasa gerakannya sudah diketahui akhirnya menggunakan siasat untuk menguntit Cempaka yang kearah perguruan Ganda Arum. Ia mengumpankan anak buahnya ke daerah Ciasem dengan berpura-pura sebagai korban yang terkena panah. Namun ketika orang-orang lengah Ia bangun dan balik membunuh orang yang telah menolongnya.  Dalam pertarungan dengan Wajib, Cempaka terkena panah. Situasi demikian dijadikan kesempatan bagi Wajib untuk mengadu domba pendekar dengan Wadas Putih terutama dengan perguruan Ganda Arum, tujuannya agar ia dapat mengambil keuntungan dari peristiwa tersebut. Wajib tidak perlu susah-susah membunuh Wadas Putih. Sementara itu Cempaka yang terkena panah, dengan menaiki kuda menuju perguruan Ganda Arum untuk memberitahukan kejadian tersebut. 

Perbuatan orang-orang Ardi Soma semakin menjadi-jadi dengan membunuhi rakyat yang tidak berdosa. Sedangkan Wajib memiliki kebiasaan baru yakni meminum darah perawan agar ilmunya makin kuat. 

Cempaka di temukan oleh Wirasaba ketika hampir pingsan karena panah yang menancap di punggungnya mengandung racun.  Meski pada awalnya menolak pertolongan Wirasaba, namun akhirnya Cempaka luluh setelah Wirasaba menjelaskannya. Karena racunnya sudah menjalar di tubuh, maka Wirasaba membawa Cempaka ke perguruan Ganda Arum. Setelah sembuh dari racun, Cempaka bermaksud membalaskan kematian Kenanga.

Di akhir kisah terjadi pertarungan antara perguruan Wadas Putih dengan perguruan Ganda Arum. Wirasaba yang sedianya akan membunuh Wadas Putih, namun berkat Cempaka akhirnya ia tidak jadi membunuhnya. Justru yang membunuh Wadas Putih adalah Wajib orang yang selama ini di percayainya. Wajib berkhianat karena ia mengincar jabatan ketua. Sementara itu Wajib yang telah memiliki ilmu iblis akhirnya berhasil dibunuh oleh Wirasaba setelah mengikuti saran dari Eyang Gurunya.

Rano Karno & Yessy Gusman "Puspa Indah Taman Hati "

Puspa Indah Taman Hati

JUDUL FILM        : PUSPA INDAH TAMAN HATI
SUTRADARA       : ARIZAL
PRODUKSI           : PT. TIGA SINAR MUTIARA  FILM
PRODUSER          : TOMMI INDRA
TAHUN PROD    : 1979
JENIS                     : FILM DRAMA
PEMAIN               : RANO KARNO, YESSY GUSMAN, IIS SUGIANTO, SOEKARNO M. NOOR, NANI WIJAYA, DEWI IRAWAN, KAHARUDDIN SYAH, CHRISYE, PONG HARYATMO, TINO KARNO

SINOPSIS : 

Marlina (Yessy Gusman) harus terlambat masuk kuliahnya pak Arga (Soekarno M. Noor) karena di luar di ganggu oleh Aswin (Pong Harjatmo) seorang mahasiswa seni tari yang menyukai Marlina. Pak Arga di kenal killer bagi mahasiswa seni rupa, namun melihat keterlambatan Marlina, Pak Arga tidak jadi marah karenanya. Marlina pun lolos masuk kelas. Ketika sedang break kuliah, Marlina dikenalkan dengan Galih Rakasiwi (Rano Karno) mahasiswa satu kampusnya yang juga penyanyi. Tatkala bersalaman dengan Marlina, Galih melihat sosok lain dari dirinya. Ia melihat kalau Marlina adalah sosok yang mirip segala-galanya dengan Ratna (Yessy Gusman) (tonton : Gita Cinta Dari SMA). Bagi Galih, ternyata ada sosok yang benar-benar mirip dengan Ratna.

Dalam perjalanan pulang dari kampus, Marlina di ajak makan oleh Hesti (Iis Sugianto) dan Nita dan Awang (Tino Karno) yang diam-diam juga menyukai Marlina. Sesampai di tempat makan, Marlina bertemu dengan Aswin yang mengeluarkan kata-kata yang kasar pada Marlina. Mendengar perkataan Aswin, Awang tidak terima hingga akhirnya keduanya berkelahi. Melihat perkelahian Awang dan Aswin, Marlina ketakutan dan lari menjauhinya. Saat yang bersamaan datanglah Galih yang mengendarai vespanya. Galih menghentikan vespanya dan mengajak Marlina untuk ikut dan mengantarkannya hingga kerumah. Dalam perjalanan Galih dan Marlina bercerita tentang perjalanan cintanya. Galih merasa trauma dengan orang-orang kaya yang berhati serigala. Sementara itu di kampus, perkelahian Aswin dan Awang berlanjut hingga Pak Arga yang harus menengahinya.
Meski bagi mahasiswa lain Pak Arga di anggap killer, namun bagi Galih dan Marlina tidak demikian. Pak Arga adalah sosok yang baik baginya. Hingga kerap kali kedekatan Marlina dan Pak Arga dianggap memiliki hubungan khusus oleh Aswin.
*****
Galih akhirnya di ajak oleh Marlina kerumahnya dan dikenalkan dengan Papa (Kaharuddin Syah) dan Mamanya (Nani Wijaya). Ternyata Mama Marlina menyukai lagu-lagu Galih. Ketika Galih sedang pentas untuk nyanyi, Marlina pun mengajak Papa dan Mamanya untuk menyaksikan penampilan Galih. Setelah selesai bernyanyi, Galih mendapatkan applaus dan jabat tangan dari dosennya Pak Arga yang ternyata menghadirinya. 

Sepulang dari pementasan Galih, Pak Arga di keroyok oleh anak muda yang tidak dikenal. Beruntunglah ia, karena tiba-tiba Galih lewat dan menolong Pak Arga  yang terkapar tak berdaya. Galih akhirnya membawa Pak Arga kerumah sakit. Pak Arga pun akhirnya tahu kalau pengeroyokan yang dilakukan adalah atas suruhan Aswin. Sementara itu Marlina menengok Pak Arga di rumah sakit. Marlina meminta maaf padanya karena Marlinalah maka Pak Arga jadi begitu.  Namun Pak Arga tidak menyalahkan Marlina, dan ia bahkan mengajak Marlina untuk main kerumah setelah ia sembuh. Maka akhirnya di ketahuilah kenapa Pak Arga sangat baik dengan Marlina. Ia ternyata memiliki seorang anak bernama Nina yang mirip dengan Marlina yang telah meninggal dunia 2 tahun yang lalu. Nina meninggal di tabrak mobil dan kepalanya pecah. Pak Arga menceritakan dengan penuh kesedihan. Itulah kenapa ia bertindak keras terhadap mahasiswanya, hanya karena menutupi dukanya. 

Sementara itu kedekatan Marlina dan Galih kian hari kian dekat. Galih berpamitan dengan Marlina kalau minggu depan akan ke Jogya untuk menghadiri undangan malam gembira .
*******
Sesampai di Jogya, sebelum naik pentas galih mendapatkan sepucuk surat dari penggemarnya yang meminta menyanyikan lagu Gita Cinta Dari SMA.  Melihat surat dari penggemarnya, Galih sudah menduga siapa penggemar tersebut.  Selepas malam gembira usai, Galih keluar. Di pintu keluar Galih sudah ditunggu oleh Ratna (Yessy Gusman) mantan kekasihnya yang sangat di cintai namun tidak di restui oleh orang tua Ratna. Galih dan Ratna bertatap muka dan mengajak Ratna untuk ke mobilnya. Namun wartawan segera memfoto saat tersebut. Galih akhirnya mengetahui kalau Ratna sedang dalam proses perceraian. Ratna menumpahkan segala kegundahannya pada Galih. Ratna bahkan memohon pada Galih untuk menunda kepulangannya ke Jakarta.

Kedatangan Ratna membuat Galih bimbang, apalagi setelah Ratna menceritakan kepedihan hidup yang di hadapinya. Galih pun mempertimbangkan untuk menunda kepulanganya ke Jakarta. Esok harinya Galih dan Ratna mengunjungi tempat-tempat nostalgia mereka dulu. Wartawan yagn melihat Galih pun asyik untuk memotret keduanya.  Keduanya bernostalgia, melewati jalan-jalan dan tempat yang pernah di lewati berdua. Ratna pun berandai-andai kalau ia sudah Janda apakah Ratna mau menikahinya. Namun Galih menolaknya, karena ia sekarang sudah memiliki seorang gadis impiannya, Marlina. Meski sedih, Ratna akhirnya menerima apa yang dikatakan oleh Ratna. Ia merasa kehidupannya terlampau pedih. 

Sementara itu di Jakarta, Marlina kesal karena membaca Koran-koran yang memuat foto-foto Galih dengan seorang wanita yang mirip dengannya. Marlina bahkan sampai tidak masuk kampus akibat melihat foto-foto Galih dengan seorang wanita. Ratna kerjaannya murung dan mengunci diri di kamar. Sesampai di Jakarta, Galih datang kerumah Marlina bermaksud untuk menjelaskannya pada Marlina. Namun Marlina menolak untuk menemuinya. 

Esoknya Marlina datang kerumah Pak Arga. Pak Arga akhirnya menceritakan kalau Galih juga baru saja dari rumah Pak Arga dan menceritakan kejadian selama di Jogya yang membuat Marlina salah paham. Pak Arga meminta Marlina untuk memaafkan Galih, namun Marlina tidak mau begitu saja menerimanya, karena ia merasa hanya sebagai pelarian bagi Galih aas kekasihnya yang mirip dengannya. Disaat yang bersamaan, datanglah Galih. Namun buru-buru Marlina berpamitan pada Pak Arga. Galih mengejarnya. Namun sia-sia karena Marlina segera naik taksi. 

Hesti dan Nita datang kerumah Marlina untuk menyampaikan tiket VIP untuk Marlina dan keluarganya untuk menghadiri pentas Galih Rakasiwi. Meski awalnya menolak, namun akhirnya Marlina menerimanya dan menghadiri pementasan Galih Rakasiwi bersama kedua orangtuanya. Galih menyanyikan lagu yang ditujukan untuk Marlina. 

Galih dan Marlina akhirnya berbicara berdua. Marlina membaca surat Ratna untuk Galih. Namun Marlina tidak marah, bahkan setelah ia mengetahui kisah cinta Galih dan Ratna dan juga kepedihan Ratna karena ia harus bercerai, Marlina akhirnya merelakan Galih untuk kembali kepada Ratna. Galih dan Ratna akhirnya pun bersatu.






Tuesday, October 22, 2019

Barry Prima : Mandala Dari Sungai Ular

Mandala Dari Sungai Ular

JUDUL FILM        : MANDALA DARI SUNGAI ULAR
SUTRADARA       : ACKYL ANWARY
PRODUKSI           : PT. KANTA INDAH  FILM
PRODUSER          : THOMAS SUSANTO
TAHUN PROD    : 1987
JENIS                     : FILM LAGA
PEMAIN               : BARRY PRIMA, ANGEL D MEMAH, ATUT AGUSTINANTO, MUNI CADER, SYAEFUL ANWAR, EDDY GUNAWAN

SINOPSIS : 

Mandala (Barry Prima) menolong Kupra (Syaeful Anwar) orang yang akan di gantung oleh penduduk karena di tuduh sebagai salah satu dari perampok. Setelah di tolong oleh Mandala, paginya Kupra sudah tidak berada di tempat. Ketika sedang berada di tepi sungai, Mandala ditangkap oleh penduduk setempat untuk di hadapkan pada ketua mereka Adijaya ketua perguruan  Mustika Angin Panas (Muni Cader), karena keadaan desa Pasir Hilir dalam kondisi gawat. 

Namun setelah di hadapkan, Bapak Mustika kaget karena orang yang di tangkap adalah Mandala, pendekar rendah hati yang sudah di kenalnya. Mandala di kenalkan dengan penduduk-penduduk setempat termasuk dengan anaknya Wijaya, yang menyimpan rasa tidak sukanya pada Mandala. 

Ketua Perguruan Mustika Angin Panas menceritakan kejadian akan kedatangan Tiga Kepala Besi yang telah datang ke desa dan menguasainya setelah sebelumnya Adijaya di kalahkannya. Bahkan beberapa murid murtadnya turut bergabung dengan Tiga Kepala Besi. Sebenarnya tiga kepala besi datang untuk mencari Laot Si Tendangan Geledek, namun belum di temukan. Setelah menguasai desa tersebut, Tiga Kepala besi berbuat semena-mena bahkan menjadikan perempuan untuk pelampiasan nafsunya. Wijaya yang merasa tidak suka akan kedatangan Mandala menyuruh ayahnya untuk tidak bercerita padanya, karena dianggap takut. Namun Mandala lebih tertarik untuk mencari orang yang bernama Laot dibanding Tiga Tangan Besi.  Mandala mohon diri pada Adijaya, ketua perguruan Mustika Angin Panas, namun Wijaya merasa tidak suka dan membuntuti Mandala dengan mengatakan sebagai pendekar yang tidak punya nyali. 

******
Perguruan Mustika Angin Panas mengutus Bongkeng dan Somad untuk mendatangi markas Tiga Kepala Besi untuk menantangnya. Namun keduanya harus menemui nasib tragis. Sementara itu akhirnya TIga Kepala Besi datang memenuhi tantangan Mustika Angin Panas. Namun sayang perguruan Mustika Angin Panas harus mengalami kekalahan dengan jatuhnya korban termasuk Adijaya. Ketika dalam kondisi terdesak, datanglah Mandala untuk membantunya. Namun sayang sekali Mandala juga tidak kuasa untuk menghadapi Tiga Kepala Besi, hingga akhirnya ia terluka. Sementara itu Wijaya, anak Ketua Perguruan Mustika Angin Panas bermain di air keruh. Meski ia menolong murid-murid yang terluka, ia yang punya ambisi untuk menguasai perguruan hanya berpura-pura menolong termasuk menolong Mandala. Namun sayang sekali, Wijaya justru hanya mengambil Pedang milik Mandala yang memiliki kemampuan yang luar biasa dan meninggalkannya begitu saja.  Akhirnya Mandala di tolong oleh seorang perempuan bernama Nilasari. Ketika Nilasari  sedang mengambil air di sungai, tiba-tiba Mandala yang telah di tinggalkannya hilang. 

Di tempat yang terpisah, Kupra menerima Kitab yang telah dititipkannya pada gurunya KI Abirawa untuk di pelajari. Ketika sedang menerima kitab dari gurunya, datanglah si putih, kuda milik Mandala yang membawa Mandala. Akhirnya Mandala di tolongnya untuk memulihkan kembali tenaganya.
Sementara itu Pedang milik Mandala berhasil di rebut dari tangan Wijaya oleh Maya Saputri (Angel D Memah) yang sedang mencari Mandala orang yang di cintainya. Dalam perjalanan melanjutkan pencarian di tengah perjalanan ia bertemu dengan Nilasari yang ternyata kedua orang tersebut mencintai orang yang sama. 

Di lain tempat, di sebuah puncak bukit, Kupra sedang menyelesaikan kitab peninggalan dari orangtuanya. Ketika telah selesai berlatih, datanglah Mandala. Akhirnya Kupra menceritakan siapa dirinya sebenarnya. Ia adalah Laot, orang yang sedang di cari oleh Tiga Kepala Besi.
Akhirnya dengan saling membantu Laot dan Mandala menghadapi Tiga Kepala Besi. Pertarungan pun di mulai, Namun akhirnya Tiga Kepala Besi berhasil di lumpuhkan oleh Mandala dengan bantuan Ayu Puspita dan juga Laot.