Showing posts with label film sejarah. Show all posts
Showing posts with label film sejarah. Show all posts

Wednesday, July 31, 2024

TAPAK TAPAK KAKI WOLTER MONGINSIDI


 Tema : Revolusi

Produksi : PT. Angsa Gading Film 

Produser : Oyong Karmayuda SH

Sutradara : Franky Rorimpandey

Cerita : Drs. Sinansari Ecip

Skenario : Putu Wijaya/Fred Wetik

Sinefotografi : Suryo Susanto

Suntingan : Nasrul S

Artistik : Yudhi Soebrto

Pemain : Roy Marten, Mutia Datau, Charli Sahetapi, Harry irawan, Azwar AN, A Fabanyo dll


Kemerdekaan Indonesia yang di prokalimrkan pada tanggal 17 Agustu 1945 ternyata harus tetap di pertahankan dengan banyak korban.  Di Seluruh Wilayah Tanah Air para pejuang  dengan semangat membaja berjuang untuk mengusir penjajah yang akan menginjakkan kakinya kembali di persada Tanah Air. Begitu juga di daerah Sulawesi Selatan. 

Daerah ini para pemuda membentuk pasukan Harimau Indonesia. Kesatuan inidi pimpin oleh seorang pemuda yagn mempunyai semangat juang tinggi. Dia bernama Wolter Monginsidi. Lahir di Malakayang, Sulawesi Utara dari suku Bantik. Di Sulawesi Selatan dia bersekolah di SMP Nasional yang didirikan oleh Dr. Sam Ratulangi. 

Wajah Wolter mirip sekali dengan profil orang Belanda. Inilah yang menguntungkan dirinya dalam menyusun taktik melawan Belanda. Dia berkali-kali menyamar dan bebas keluar masuk kota Makassar. Beberapa pertahanan Belanda berhasil di porakporandakannya. Pasukan Belanda kewalahan menghadapi pemuda ini . 

Dalam pasukan Harimau Indonesia itu banyak pejuang terkenal memperkuat barisan antara lain Emmy Saelan, Yuritman, Endang, Mulyadi, Abdullah Hadadi, Zus Ipa dan lain-lain. 

Pasukan Belanda menjadi kesal dengan taktik pasukan Harimau Indonesia yang mobil itu. Seluruh Makassar lalu di geledah. Pasukan Belanda melancarkan serangan membabi buta. Banyak Pejuang yagn gugur antara lain Emmy Saelan dan Endang. 

Ketika Wolter berusaha masuk kota Makassar dan bersembunyi di dapur SMP Nasional dia tertangkap. Namun Wolter dapat melarikan diri dari penjara HOGE-PAD. Wolter tak lama menghirup udara segar dan tertangkap kembali. 

Ternyata perjuangan untuk kemerdekaan ini harus dibayar mahal. Dia di jatuhkan hukuman mati oleh pengadilan kolonial Belanda. 

Dalam sebuah coretan "SETIA HINGGA AKHIR DI DALAM KEYAKINAN"dia dengan tabah menjalankan eksekusi. Pekik "MERDEKA" menghantarkan kepergiannya ke alam baka. 



Tuesday, October 1, 2019

Film Penumpasan Pengkhianatan G 30 S PKI, Sejarah Kelam Bangsa Indonesia




54 tahun silam, tepatnya 30 September 1965 peristiwa yang di kenal dengan Gerakan 30 September itupun terjadi. Dan Kini sudah Tahun 2019 sejarah itu akan terus diingat dengan berbagai persepsinya. Peristiwa pemberontakan yang di lakukan oleh Partai Komunis Indonesia atau PKI dengan menculik dan memfitnah adanya Dewan Jenderal yang akan melakukan perebutan kekuasaan. Versi sejarah yang berkembang, para Jenderal di culik dan dibunuh secara keji oleh PKI. Namun akhir-akhir ini berkembang polemik bahwa dalang dari peristiwa tersebut bukanlah PKI melainkan Soeharto sendiri, Presiden RI yang telah berkuasa selama 32 tahun. Anda percaya itu? Hehe… penulis sendiri sangat tidak mempercayai kalau itu adalah kerjaan Pak Harto. Kenapa saya tidak percaya, karena kalaupun itu sebagai dalang, masa iya sih saat pak Harto hidup tidak ada yang berani bersuara, apalagi orang-orang yang dianggap diumpankan. Toh saksi hidup seperti Jendral AH Nasution termasuk yang ikut selamat yang dapat di jadikan saksi kalau benar Suharto sendirilah yang menjadi dalangnya. Tapi setelah Pak harto wafat, ramai sekali polemik ini, ah ini sih alih alih cuci tangan saja.


Penampakan VCD film Pengkhianatan G 30 S PKI
Ingat !!!! Pemberontakan PKI Madiun 1948. Apakah awalnya PKI mengakui? Tidak… namun pada akhirnya terbukti bahwa itu adalah kerjaan PKI. Sama halnya dengan 1965. Hanya PKI yang berani menginjak-injak Al Quran.  Well, daripada berpolemik, kali ini penulis tidak ingin mengomentari sejarah, tapi ingin mengingat kembali peristiwa tersebut dari segi sinematografi. Tentu saja lewat film yang pernah ditayangkan di TVRI selama bertahun-tahun setiap tahunnya. Terlepas dari apapun sejarah dan penyimpangan yang terjadi dalam film tersebut, semua memang ada pro dan kontranya, itu sangat wajar terjadi. Apakah PKI hanya berbuat semena mena pada tahun tersebut saja? Jawabanya tidak, karena kalau kita ke Museum di Lubang Buaya maka ada sejarah tentang kekejaman PKI dari masa ke masa.


Penumpasan Pengkhianatan G 30 S PKI adalah sebuah karya besar sutradara Arifin C Noor dengan produser G. Dwipayana. Film berdurasi panjang ini dibintangi oleh Amoroso Katamsi sebagai Jenderal Soeharto, dan Tokoh Presiden Soekarno oleh Umar Kayam. Penumpasan Pengkhianatan G 30 S PKI adalah merupakan film wajib yang diputar oleh TVRI setiap tanggal 30 september sebelum akhirnya di berhentikan oleh pemerintah melalui menteri Penerangan pada tahun 1998 yang kala itu di jabat oleh Yunus Yosfiah. Banyak yang bilang ini merupakan film propaganda pemerintah dengan mengkultuskan salah satu tokoh di film tersebut, dan banyak sekali adegan-adegan yang konon tidak ada. Embie C Noor sebagai Penata music telah berhasil membuat ilustrasi music yang akan terngiang ngiang terus di telinga bahkan terasa horror dari film horror sekalipun. Suara ngiung ngiung khas film ini jelas tidak dapat di tampik sebagai suara biasa saja.



Dari sisi sinematografi menurut penulis, seorang sutradara besar sekaliber Arifin  C Noor pastilah sudah melakukan serangkaian riset demi terwujudnya film ini tidak serta merta hanya mengandalkan satu narasumber saja, sehingga menurut hemat penulis sangat naïf kalau film ini dibuat untuk propaganda pemerintah saja, dalam hal ini adalah figure Pak Harto. Hanya saja orang-orang yang tidak suka akan tetap menganggap bahwa film ini tidak benar.


Tidak berlebihan memang kalau kita menilai sebuah film ada beberapa adegan yang tidak sesuai, namun demikian patut diingat bahwa film ini mampu memberikan gambaran tentang sebuah peristiwa kelam bangsa Indonesia yang pernah terjadi.

Berlatar belakang penculikan para jenderal yang di bunuh dengan cara keji dan dibuang ke sumur tua lubang buaya. Diawal film ini dibuka dengan keadaan dan peristiwa yang terjadi di Indonesia, pemberitaan-pemberitaan di Koran tentang sepak terjang dan kekejaman PKI, hingga antrian untuk membeli beras dan minyak tanah oleh rakyat adalah gambaran nyata yang terjadi pada saat itu. Paceklik yang mendera rakyat kecil.  Kemudian juga digambarkan latihan-latihan yang dilakukan sebelum operasi penculikan dilakukan, hingga penculikan satu persatu para anggota ‘dewan jenderal’.



Dengan ilustrasi music yang sangat mencekam, penonton mampu dibawa pada suasana tahun 1965 yang cukup mencekam. Adegan yang tidak pernah terlupa adalah adegan dimana anak dari DI Panjaitan yang melumuri mukanya dari darah ayahnya yang ditembak.  Penculikan dewan jenderal yang berujung pada dipaksanya mereka untuk menandatangani sebuah dokumen, dan euphoria para pengikut PKI ketika melihat para jenderal terluka, dan disiksa. Satu adegan kejam adalah ketika di silet. “Darah itu merah jenderal”, merupakan kalimat yang paling diingat.



Hingga pada akhirnya para jenderal dibuang kedalam sebuah sumur tua dan akhirnya di ketemukan setelah beberapa hari di kubur. Pengangkatan korban penculikan akibat kebiadaban PKI hingga pada akhirnya pemakaman para jenderal yang mendapat gelar Pahlawan Revolusi. Dengan suara asli Jenderal AH Nasution yang terbata-bata, film ini mampu membuat bulu kuduk berdiri. Melihat film G 30 S PKI adalah tak terlepas dari adegan lambat, adegan berlari para pasukan cakrabirawa yang dibuat slowmotion dangan iringan musik yang mencekam, adegan disilet, dan juga adengan bernyanyi-nyanyi dari para anggota PKI ditengah penderitaan para Jendral. Tentu saja film ini di tutup dengan dokumentasi saat Pahlawan Revolusi akan di makamkan dengan suara asli dari Bapak AH Nasution dan lagu gugur Bunga yang turut menyertai menambah film ini begitu syahdu di akhir dan menyedihkan.

Setelah sekian lama film ini tidak di putar oleh stasiun tivi, maka angin segar kembali menyeruak ketiak Jendral Gatot Nurmayanto tahun 2017 menginstrusikan untuk menonton kembali film Pengkhianatan G 30 S PKI agar generasi penerus tahu sejarah tentu saja dan bahaya Laten Komunis. Dengan instruksi ini maka kembali film ini dapat di putar di televisi meski tidak semua stasiunTV menayangkan. Dan di tahun 2019 beruntung sekali dua stasiun TV yaitu SCTV dan TV One kembali memutar film ini. Meski tentu saja sangat berbeda dengan yang pernah di putar di TVRI jaman dulu, karena aturan KPI maka beberapa adegan harus di blur. Namun demikian harapannya semoga generasi penerus akan tahu sejarah kelam bangsa ini.

Meski ada beberapa teman yang menganggap bahwa film ini tidak benar dan mereka mengaku ‘sudah tahu” sejarah yang sebenarnya namun demikian bagi saya film ini mewakili apa yang terjadi meski tidak bisa dijadikan sebagai pembenaran tentang adegannya. Toh film film sejarah yang lain juga di buat tapi tidak di persoalkan. Bagaimanapun peristiwa G 30 S PKI merupakan sejarah kelam bangsa yang tidak boleh di lupakan. 

Karena sesungguhnya sejarah adalah milik pemenang, atau sejarah adalah milik penguasa. 

Friday, May 10, 2019

FILM INDONESIA JADUL "ARYO PENANGSANG"


JUDUL FILM        : ARYO PENANGSANG
SUTRADARA       : HERU SUTOPO
PRODUSER          : JANTO TANUJAYA, LEONITA SUTOPO
PRODUKSI           : FILM
PENULIS               : HERU SUTOPO
TAHUN PROD    : 19
JENIS                     : FILM SILAT SEJARAH
PEMAIN               : YAN BASTIAN, JACK SAMPURNO, SITORESMI PRABUNINGRAT, TANAKA, LEO CHANDRA, SRI SADONO, BAI ISBAHI, MOORTRI PURNOMO

SINOPSIS :

Film Aryo penangsang merupakan film sejarah babad jawa yang juga sering di mainkan di seni tradisional ketoprak ala Jawa di TVRI. Aryo Penangsang (Jack Sampurno) adalah Adipati Jipang yang sanggup melakukan apa saja terhadap musuhnya, melakukan dengan menghalalkan segala cara. Aryo Penangsang mengutus seseorang untuk membunuh Sunan Prawoto, Penguasa Demak yang diketahui sebagai pembunuh ayah Aryo Penangsang. Prajurit utusan Aryo Penangsang pun sampai pada kamar Sunan Prawoto yang sedang sakit dengan ditemani permaisurinya. Prawoto bersedia dibunuh asal tida melibatkan istri dan anaknya. Syarat tersebut di setujui, namun sayang sekali ketika menyarungkan kerisnya didalam perut Pratowo, Permaisuri ikut terbunuh. 

Mengetahui kakak kandungnya Prawoto terbunuh oleh utusan Aryo Penangsang, Ratu Kalinyamat (Sitoresmi Prabuningrat) dan suaminya meminta keadilan kepada Sunan Kudus. Namun hasilnya sia-sia karena ternyata sunan kudus berpihak pada Aryo Penangsang. Selepas pulang dari tempat Sunan Kudus, rombongan Ratu Kalinyamat di hadang oleh prajurit Jipang, semua di bunuh tanpa terkecuali termasuk suami dari Ratu Kalinyamat. Namun Ratu kalinyamat berhasil melarikan diri hingga terkejar oleh prajurit Jipang dan jatuh kejurang. Ratu kalinyamat dianggap mati.

Namun tidak demikian, Ratu kalinyamat di selamatkan oleh seorang pemuda asal kadipaten Jipang yang sedang mengasingkan diri dari kejaran prajurit Jipang karena ia dendam pada Aryo Penangsang karena orangtuanya dibunuh. Setelah sadar Ratu kalinyamat mengutus pemuda tersebut untuk kembali ke Demak untuk menjadi prajurit, sedangkan Ratu Kalinyamat sendiri bertapa dengan telanjang sampai Aryo Penangsang tewas.

Aryo Penangsang yang berambisi untuk menguasai kerajaan Demak, pun berniat membunuh Sultan Hadiwijaya (Yan Bastian) atau lebih dikenal juga dengan Jaka Tingkir dari Pajang.
Suatu ketika Sultan Hadiwijaya diundang oleh Sunan Kudus untuk berunding dengan Aryo Penangsang. Sunan Kudus telah mempersiapkan segala sesuatu termasuk damper tempat duduk sunan kudus yang dipersiapkan untuk Sultan hadiwijaya yang terlebih dahulu diberikan rajah agar ilmu dan kekuatan Sultan hadiwijaya runtuh setelah mendudukinya. Namun Sultan Hadiwijaya yang sudah curiga dari awal keberangkatan pun bertindak sangat hati-hati. Hingga akhirnya ketika dipersilahkan duduk di dampar kencana, ia menolaknya dan menyuruh Aryo Penangsang yang duduk disana karena dianggap lebih pantas. Meski awalnya Aryo Penangsang menolak, karena ia tahu dengan dampar kencana tersebut, namun atas bujukan Sultan Hadiwijaya, Aryo Penangsang berhasil menduduki dampar kencana, hingga ilmunya runtuh. Sunan Kudus marah karena peringatannya tidak di dengar oleh Aryo Penangsang. Hingga akhirnya utusan pajang disuruh pulang karena suasananya tidak enak.

Sementara itu Sultan Hadiwijaya dan anakbuahnya mempersiapkan diri untuk menghancurkan Aryo Penangsang. Dengan dibantu oleh Ki Pemanahan dan Ki Panjawi niat Sultan Hadiwijaya untuk membalaskan dendam Ratu Kalinyamat pun berhasil diwujudkan. Dengan melibatkan Danang Sutawijaya (Leo Candra) anak Ki Pamanahan yang di ambil anak angkat oleh Sultan Hadiwijaya dengan menaiki kuda betina untuk memancing kuda jantan Aryo Penangsang yang sedang kasmaran. Berbekal Tombak Kiai Plered. 

Ki Pamanahan dan Ki Panjawi memancing Aryo Penangsang dengan Surat tantangan yang dibuat atas nama Sultan Hadiwijaya melalui pekatik kuda Aryo Penangsang yang sedang mencari rumput. Dengan memutus satu telinga pekatik tersebut dan mengalungkan surat tantangan, akhirnya Aryo Penangsang memenuhi tantangan Sultan Hadiwijaya ke pinggir kali perbatasan. Akhirnya keluarlah Danang sutawijaya dengan menunggangi kuda betina berbekal tombak kiai Plered, maka kuda jantan Aryo Penangsang yang sedang dilanda birahi pun mengejar kuda betina tersebut. Akhirnya Danang Sutawijaya berhasil melemparkan tombak tepat di lambung Aryo Penangsang hingga ususnya terburai. Aryo penangsang masih hidup dan mengalungkan ususnya yang terburai di gagang kerisnya. Namun sayang sekali tanpa sadar ia menarik kerisnya hingga ususnya putus oleh kerisnya sendiri. Aryo Penangsang akhirnya tewas.