Tuesday, October 1, 2019

Film Penumpasan Pengkhianatan G 30 S PKI, Sejarah Kelam Bangsa Indonesia




54 tahun silam, tepatnya 30 September 1965 peristiwa yang di kenal dengan Gerakan 30 September itupun terjadi. Dan Kini sudah Tahun 2019 sejarah itu akan terus diingat dengan berbagai persepsinya. Peristiwa pemberontakan yang di lakukan oleh Partai Komunis Indonesia atau PKI dengan menculik dan memfitnah adanya Dewan Jenderal yang akan melakukan perebutan kekuasaan. Versi sejarah yang berkembang, para Jenderal di culik dan dibunuh secara keji oleh PKI. Namun akhir-akhir ini berkembang polemik bahwa dalang dari peristiwa tersebut bukanlah PKI melainkan Soeharto sendiri, Presiden RI yang telah berkuasa selama 32 tahun. Anda percaya itu? Hehe… penulis sendiri sangat tidak mempercayai kalau itu adalah kerjaan Pak Harto. Kenapa saya tidak percaya, karena kalaupun itu sebagai dalang, masa iya sih saat pak Harto hidup tidak ada yang berani bersuara, apalagi orang-orang yang dianggap diumpankan. Toh saksi hidup seperti Jendral AH Nasution termasuk yang ikut selamat yang dapat di jadikan saksi kalau benar Suharto sendirilah yang menjadi dalangnya. Tapi setelah Pak harto wafat, ramai sekali polemik ini, ah ini sih alih alih cuci tangan saja.


Penampakan VCD film Pengkhianatan G 30 S PKI
Ingat !!!! Pemberontakan PKI Madiun 1948. Apakah awalnya PKI mengakui? Tidak… namun pada akhirnya terbukti bahwa itu adalah kerjaan PKI. Sama halnya dengan 1965. Hanya PKI yang berani menginjak-injak Al Quran.  Well, daripada berpolemik, kali ini penulis tidak ingin mengomentari sejarah, tapi ingin mengingat kembali peristiwa tersebut dari segi sinematografi. Tentu saja lewat film yang pernah ditayangkan di TVRI selama bertahun-tahun setiap tahunnya. Terlepas dari apapun sejarah dan penyimpangan yang terjadi dalam film tersebut, semua memang ada pro dan kontranya, itu sangat wajar terjadi. Apakah PKI hanya berbuat semena mena pada tahun tersebut saja? Jawabanya tidak, karena kalau kita ke Museum di Lubang Buaya maka ada sejarah tentang kekejaman PKI dari masa ke masa.


Penumpasan Pengkhianatan G 30 S PKI adalah sebuah karya besar sutradara Arifin C Noor dengan produser G. Dwipayana. Film berdurasi panjang ini dibintangi oleh Amoroso Katamsi sebagai Jenderal Soeharto, dan Tokoh Presiden Soekarno oleh Umar Kayam. Penumpasan Pengkhianatan G 30 S PKI adalah merupakan film wajib yang diputar oleh TVRI setiap tanggal 30 september sebelum akhirnya di berhentikan oleh pemerintah melalui menteri Penerangan pada tahun 1998 yang kala itu di jabat oleh Yunus Yosfiah. Banyak yang bilang ini merupakan film propaganda pemerintah dengan mengkultuskan salah satu tokoh di film tersebut, dan banyak sekali adegan-adegan yang konon tidak ada. Embie C Noor sebagai Penata music telah berhasil membuat ilustrasi music yang akan terngiang ngiang terus di telinga bahkan terasa horror dari film horror sekalipun. Suara ngiung ngiung khas film ini jelas tidak dapat di tampik sebagai suara biasa saja.



Dari sisi sinematografi menurut penulis, seorang sutradara besar sekaliber Arifin  C Noor pastilah sudah melakukan serangkaian riset demi terwujudnya film ini tidak serta merta hanya mengandalkan satu narasumber saja, sehingga menurut hemat penulis sangat naïf kalau film ini dibuat untuk propaganda pemerintah saja, dalam hal ini adalah figure Pak Harto. Hanya saja orang-orang yang tidak suka akan tetap menganggap bahwa film ini tidak benar.


Tidak berlebihan memang kalau kita menilai sebuah film ada beberapa adegan yang tidak sesuai, namun demikian patut diingat bahwa film ini mampu memberikan gambaran tentang sebuah peristiwa kelam bangsa Indonesia yang pernah terjadi.

Berlatar belakang penculikan para jenderal yang di bunuh dengan cara keji dan dibuang ke sumur tua lubang buaya. Diawal film ini dibuka dengan keadaan dan peristiwa yang terjadi di Indonesia, pemberitaan-pemberitaan di Koran tentang sepak terjang dan kekejaman PKI, hingga antrian untuk membeli beras dan minyak tanah oleh rakyat adalah gambaran nyata yang terjadi pada saat itu. Paceklik yang mendera rakyat kecil.  Kemudian juga digambarkan latihan-latihan yang dilakukan sebelum operasi penculikan dilakukan, hingga penculikan satu persatu para anggota ‘dewan jenderal’.



Dengan ilustrasi music yang sangat mencekam, penonton mampu dibawa pada suasana tahun 1965 yang cukup mencekam. Adegan yang tidak pernah terlupa adalah adegan dimana anak dari DI Panjaitan yang melumuri mukanya dari darah ayahnya yang ditembak.  Penculikan dewan jenderal yang berujung pada dipaksanya mereka untuk menandatangani sebuah dokumen, dan euphoria para pengikut PKI ketika melihat para jenderal terluka, dan disiksa. Satu adegan kejam adalah ketika di silet. “Darah itu merah jenderal”, merupakan kalimat yang paling diingat.



Hingga pada akhirnya para jenderal dibuang kedalam sebuah sumur tua dan akhirnya di ketemukan setelah beberapa hari di kubur. Pengangkatan korban penculikan akibat kebiadaban PKI hingga pada akhirnya pemakaman para jenderal yang mendapat gelar Pahlawan Revolusi. Dengan suara asli Jenderal AH Nasution yang terbata-bata, film ini mampu membuat bulu kuduk berdiri. Melihat film G 30 S PKI adalah tak terlepas dari adegan lambat, adegan berlari para pasukan cakrabirawa yang dibuat slowmotion dangan iringan musik yang mencekam, adegan disilet, dan juga adengan bernyanyi-nyanyi dari para anggota PKI ditengah penderitaan para Jendral. Tentu saja film ini di tutup dengan dokumentasi saat Pahlawan Revolusi akan di makamkan dengan suara asli dari Bapak AH Nasution dan lagu gugur Bunga yang turut menyertai menambah film ini begitu syahdu di akhir dan menyedihkan.

Setelah sekian lama film ini tidak di putar oleh stasiun tivi, maka angin segar kembali menyeruak ketiak Jendral Gatot Nurmayanto tahun 2017 menginstrusikan untuk menonton kembali film Pengkhianatan G 30 S PKI agar generasi penerus tahu sejarah tentu saja dan bahaya Laten Komunis. Dengan instruksi ini maka kembali film ini dapat di putar di televisi meski tidak semua stasiunTV menayangkan. Dan di tahun 2019 beruntung sekali dua stasiun TV yaitu SCTV dan TV One kembali memutar film ini. Meski tentu saja sangat berbeda dengan yang pernah di putar di TVRI jaman dulu, karena aturan KPI maka beberapa adegan harus di blur. Namun demikian harapannya semoga generasi penerus akan tahu sejarah kelam bangsa ini.

Meski ada beberapa teman yang menganggap bahwa film ini tidak benar dan mereka mengaku ‘sudah tahu” sejarah yang sebenarnya namun demikian bagi saya film ini mewakili apa yang terjadi meski tidak bisa dijadikan sebagai pembenaran tentang adegannya. Toh film film sejarah yang lain juga di buat tapi tidak di persoalkan. Bagaimanapun peristiwa G 30 S PKI merupakan sejarah kelam bangsa yang tidak boleh di lupakan. 

Karena sesungguhnya sejarah adalah milik pemenang, atau sejarah adalah milik penguasa. 

Wednesday, September 18, 2019

Film Indonesia Jadul : Lima Sahabat

Lima Sahabat

JUDUL FILM        : LIMA SAHABAT
SUTRADARA       : C.M. NAS
PRODUSER          : S. SOETRISNO
TAHUN PROD    : 1981
JENIS                     : FILM DRAMA
PEMAIN               : BENYAMIN S, SOEKARNO M NOOR, SEPTIAN DWI CAHYO, MARLIA HARDI

SINOPSIS : 

Lima Sahabat bercerita tentang persahabatan antara Sabah (Septian Dwi Cahyo) dan 4 sahabat lainnya serta Bang Wira (Soekarno M. Noor) mantan pejuang yang harus merelakan satu kakinya saat berjuang melawan penjajah. Wira sudah beruban dan tua, namun karena semangatnya yang selalu menyala-nyala maka tidak tua tidak muda semua memanggilnya dengan sebutan Bang, Bang Wira. Bang Wira kerja di kelurahan untuk mengurus keperluan penduduk, maka biasanya harus melalu Bang Wira dulu sebelum ditanda tangan oleh Lurah.

Adalah Sabah murid SD sebelum tidur di beritahukan oleh gurunya dalam menjelang 17 Agustusan nanti di harapkan dapat memakai seragam Pramuka. Namun Ayahnya tidak mampu membelikannya. Satu-satunya jalan dengan menjual Kodak hasil hadiah dari pamannya. Namun ketika sedang jalan-jalan tiba-tiba Ibu-ibu kursus meminta untuk di foto oleh Sabah. Sabah akhirnya mau karena di bayar. Namun sayang sekali sabah yang tidak bisa menjepret foto akhirnya asal jepret. Akhirnya Sabah ke tukang foto untuk beli film dan minta di ajarin memfoto. Sabah pun akhirnya diam-diam memfoto satu persatu ibu-ibu yang sudah pernah di fotonya untuk di foto ulang dengan berbagai pose sedapatnya. Al hasil Ibu-ibu pun marah setelah mengetahui hasilnya. 

Sementara itu kenakalan lima sahabat tersebut kadang keterlaluan. Sabah mencuri sepatu haji Dahlan (Benyamin S) hanya untuk di buat ketapel.  Ketika kelima sahabat sedang berlomba untuk menembak burung dengan ketapelnya, hanya Sabah saja yang tidak mendapatkan mangsanya apalagi setelah Bang Wira memberikan petuah tentang kegiatan yang di lakukannya. Sementara Lodan karena putus asa tidak mendapatkan burung akhirnya menembak ayam milik Haji Dahlan dengan ketapelnya. Untuk menghilangkan jejak akhirnya kelima sahabat bersepakat untuk membakar ayam tersebut.
Sabah juga di kenal sebagai anak yang supel dan mau bergaul dengan siapa saja termasuk dengan Ripin seorang anak yang kurang mampu juga dengan Bang Umar yang selalu pinjam uang pada Ibunya Sabah.
*****
Bang Wira di datangi oleh Hasan Basri kerumahnya. Bang Wira merasa berhutang budi pada Hasan Basri karena ia dianggap telah menolongnya untuk diterima sebagai pegawai kelurahan. Kedatangan Hasan Basri kerumah Bang Wira untuk menawarkan kerja sama karena ia memiliki percetakan dirumahnya. Hasan Basri meminta agar setiap penduduk di wajibkan untuk mencetak kartu ke tempat Hasan Basri dengan meminta tolong pada Bang Wira. Hal ini tentu saja menjadi beban tersendiri bagi Bang Wira. Apalagi ia merasa sangat berhutang budi padanya. 

Namun beruntunglah Bang Wira karena Haji Dahlan datang kerumahnya dan memberitahukan siapa Hasan Basri sebenarnya. Bukan Hasan Basri yang menolong Bang Wira untuk jadi pegawai kelurahan karena ia cacat, akan tetapi dialah yang memperjuangkan Bang Wira untuk di terima sebagai pegawai kelurahan semasa haji Dahlan menjabat sebagai lurah. Bahkan Hasan basrilah yang meminta jabatan yang sekarang di pegang oleh Bang Wira. Sementara Haji Dahlan menjadi malu pada Bang Wira untuk meminta tolong guna mencari dana demi 17 Agustus karena takut dikira meminta balas budi. Namun justru Bang Wira dengan senang hati mau melakukannya demi suksesnya 17 agustusan.

 Akhirnya ketika Hasan Basri kembali datang dengan menawarkan segenggam keuntungan di tolak mentah-mentah oleh Bang Wira. Hasan Basri pun akhirnya mengetahui siapa orang yang telah memberitahukan pada Bang Wira tentang dirinya, apalagi setelah melihat kalau Lurah sekarang meminta pertimbangan pada Haji Dahlan tentang bagaimana kerja sama dengan Hasan Basri. Tentu saja Haji Dahlan menyarankan untuk menolaknya. 

Mengetahui hal demikian, Hasan Basri menjadi berang dan mencari kesempatan untuk menghabisi Haji Dahlan. Beruntunglah ketika niat tersebut di laksanakan, dan Haji Dahlan hampir kehabisan nafas, Sabah dan Lodan mendengar perbuatan Hasan Basri dan meminta tolong pada Hansip setempat. Namun sayang Hasan Basri melarikan diri. Akhirnya kelima sahabat berusaha mengejar dan melumpuhkannya dengan senjata andalannya ketapel. Meski beberapa kali berhasil meloloskan diri, namun Hasan Basri akhirnya tertangkap berkat bantuan dari lima sahabat dan di hadapkan pada lurah. 

Sementara itu Lima Sahabat akhirnya memberikan hadiah berupa satu buah sepatu pada Bang Wira sebagai bentuk hormatnya pada Bang Wira. Hal ini membuat haru Bang Wira. Akhirnya acara 17 Agustus pun berlangsung dengan baik.

FILM INDONESIA : JAKA TINGKIR

Jaka Tingkir

JUDUL FILM        : JAKA TINGKIR
SUTRADARA       : BAY ISBAHI
PRODUKSI           : PT. INEM FILM
PRODUSER          : Ny. LEONITA SUTOPO
TAHUN PROD    : 1983
JENIS                     : FILM LAGA
PEMAIN               : TEDDY PURBA, RINI S BONO, TITIN KARTINI, CHAIDAR DJAFAR, SRI SADHONO, BUDI PURBOYO, SITORESMI PRABUNINGRAT, BAGONG KUSSUDIARJO

SINOPSIS : 

Karebet (Teddy Purba) seorang pemuda dari desa Tingkir diterima menjadi prajurit pengawal istana setelah berhasil mencuri perhatian Sultan Trenggono (Yan Bastian) ketika Sultan Trenggono mau melakukan sembahyang di mesjid Demak. Sultan Trenggono memiliki firasat kalau Karebat akan membuat sejarah baru pada keraton kesultanan Demak kelak. Karebet yang memang bercita-cita untuk mengabdi pada kesultanan Demak pun selalu berlatih keras. Namun kesungguhan Karebet dalam berlatih membuat tidak senang Mundarang, salah seorang prajurit pengawal istana, karena menganggap kalau Karebet sombong. Untuk itulah ia melakukan upaya agar Karebet diberikan pelajaran. Maka ia pun melapor pada Lurah Prajurit Wirajaya untuk menjajal kemampuan Karebet agar tidak sombong. Namun tidak ada yang berhasil mengalahkan Karebet termasuk lurah prajurit yang juga ikut turun tangan sendiri untuk menjajal kemampuan Karebet. 

Diam-diam Sultan Trenggono dan Tumenggung Dirgapati menyaksikan apa yang terjadi pada karebet. Maka sebelum jatuh korban, Sultan Trenggono menghentikan perkelahian yang terjadi antara karebet dengan Lurah Prajurit Wirajaya. Wirajaya akhirnya di copot dari jabatan sebagai Lurah Prajurit karena kelicikannya yang menimpakan kesalahan pada Karebet. Dan jabatan Lurah Prajurit akhirnya di pegang oleh Karebet. 

Diangkatnya karebet menjadi pengawal istana membuat sekar kedaton Ratu Kambang (Rini S Bono) jatuh cinta padanya. Akhirnya keduanya pun berhubungan diam-diam karena derajat keduanya yang berbeda. Kedekatan Karebet dengan Ratu Kambang tidak disukai oleh Mundarang yang sejak awal sudah tidak suka padanya. Maka ketika Karebet kepergok melompati pagar keputren maka segera saja ia melaporkan pada Temenggung Dirgapati untuk menangkap Karebet yang telah berani-beraninya masuk keputren. Namun belum lagi pintu keputren yang di ketok oleh Tumenggung Dirgapati dibuka, Karebet telah menyapa terlebih dahulu dari luar. Tuduhan Mundarang kali ini meleset dan termentahkan.
******
Hubungan Ratu Kambang dengan Karebet tercium oleh Ibu Permaisuri (Sitoresmi Prabuningrat) yang merupakan ibunda dari Ratu Kambang. Meski pada awalnya Ratu kambang tidak mengakuinya, namun Karena naluri seorang ibu, akhirnya Ratu kambang mengaku pada Permaisuri kalau dirinya terlanjur mencintai Karebet. Hal ini akhirnya juga sampai ke telinga Sultan Trenggana yang tidak merestui hubungan Ratu Kambang dengan Karebet yang hanya seorang prajurit. Untuk menegakkan kewibawaan Sultan Trenggana maka Karebet pun harus di beri hukuman. 

Akhirnya Sultan Trenggono mendapatkan saat yang tepat untuk memberi hukuman pada karebet tanpa harus menghubungkannya dengan hubungan Ratu Kambang dan Karebet. Karebet dianggap bersalah karena telah membunuh Dadung Awuk salah seorang calon prajurit yang sebenarnya adalah iblis. Karebet akhirnya di copot dari jabatan Lurah Prajurit dan disuruh meninggalkan keraton Demak. Jabatan Lurah Prajurit akhirnya di serahkan kembali pada Wirajaya. 

Kembalinya jabatan pada dirinya membuat Wirajaya menjadi semakin percaya diri karena sedang menyiakan siasat untuk menghancurkan Demak yang dibantu oleh dua orang dari Plered dan Mangir. Wirajaya memiliki siasat untuk menyerang Sultan Trenggono saat berada di Pesanggrahan Gunung Prawoto yang pengawalannya tidak terlalu ketat.

Karebet akhirnya kembali ke Desa Tingkir dan menceritakan apa yang terjadi pada pamannya. Namun sebagai orang tua yang mengetahui kalau Karebet tidak bersalah maka ia mencari cara bagaimana agar Karebet dapat diterima kembali jadi prajurit Demak. Maka disuruhlah Karebet menemui  Ki Ageng Butuh.  Dari Ki Ageng Butuh, selanjutnya Karebet di beri petunjuk lagi untuk meningkatkan ilmu Karebet dengan berguru pada ki Buyut Banyu Biru. Setelah proses belajar selesai, dengan di Bantu oleh tiga murid Ki Buyut, maka di suruhlah Karebet kembali ke Demak untuk menjalankan petunjuk yang ki Buyut berikan.

Dalam perjalanan menuju demak, saat menyeberangi sungai Karebet di ganggu oleh buaya yang ada disungai. Namun akhirnya buaya yang ternyata adalah sosok perempuan tersebut berhasil dikalahkan oleh seorang ksatria bernama karebet, yang akhirnya mengiringi perjalanan Karebet dengan membantu menyeberangkan rakit yang dipakai karebet. Ketika sedang melepas istirahat malam hari, maka jatuhlah sinar terang pada karebet yang menandakan kalau wahyu keraton Demak telah beralih ke Karebet seperti apa yang disabdakan oleh Sunan Kalijaga. 

Karebet pun menjalankan petunjuk yang telah diperintahkan padanya dengan menuju pesanggraha di Gunugn Prawoto dimana Wirajaya hendak menggulingkan Trenggono dan keluarganya dari tahta Demak. Dengan mengumpankan kebo yang mabuk, akhirnya Karebet berhasil meringkus kerbau tersebut di hadapan Sultan Trenggono. Di saat yang bersamaan terdengar suara serbu dari orang-orang Plered dan Mangir. Maka terjadilah perang antar prajurit Demak dengan pemberontak.