Dalam sebuah film, Poster merupakan salah satu bagian penting sebagai media dalam berpromosi, namun kita 'hampir' tidak pernah terpikir siapakah dibelakang layar dari poster-poster tersebut tanpa pernah dicantumkan di poster film yang dibuatnya.
Salah satu pembuat poster film adalah Agus Subagyo. Pria kelahiran Magelang, 12 September 1952 ini ternyata bernama Agus meski lahir di bulan September. hehe. Sewaktu masih duduk di bangku SD, Agus Subagyo suka nonton film lewat berbagai cara. Kalau tidak bayar, ya bisa nuntut orang lain agar bisa masuk ke gedung bioskop, Franco New adalah bintang film paling di puja karena kejagoannya. Kesan itu selalu di bawa dimana saja ia berada, Maka kalau di tangannya sudah tergenggam pensil, segera diambil kertas dan mulai corat coret hingga selesailah gambar Franco Nero, Si Jango tokoh khayalnya.
Hobi menggambar Jango plus pistolnya di bawa hingga ia masuk ke Sekolah Teknik di Surabaya. Berbagai posisi Figur Franco Nero di gambar sebagai koleksi pribadi. Atau di simpan di buku atau sebagai sampul buku, si Jango bisa juga di tempel di dinding bambu rumahnya sebagai penutup lobang. Singkat cerita, secara kebetulan seorang karyawan film yang biasa mengimpor film film Barat bekas (Second hand film) lewat dan terpesona oleh lukisa bocah Sekolah Teknik dan memberinya tawaran untuk membuat poster besar. dan tawaran pun di sepakati. sampai di rumah pemilik film ia pun kaget karena terbentang kain putih besar yang akan di gunakan sebagai sarana untuk membuat poster film Spartacus kala itu.
Dan akhirnya pemesan nampak puas dan Agus pun menerima honor Rp. 1500 suatu jumlah yang besar pada saat itu. Tahun 1972 kemudian menjadi tahun awal ia mulai serius melukis poster film. Juga poster besar berujud baliho untuk iklan show penyanyi macam Eddy Peregeninna, Heince serta artis lainnya. Honor dari membuat poster film ini mampu membiayai sekolah dan juga membantu orang tuanya. Pesanan semakin mengalir ketika ia sekolah di STM kelas 3.
Film-film yang dibuat Agus Subagyo memang pada awalnya adalah poster-poster film barat, hingga ia pun menerima tawaran untuk membuat poster film Indonesia.
Poster film Indonesia pertama yang dibuat oleh Agus Subagya adalah film "Si Bongkok" produksi PT. Rapi Film. Uangpun semakin mengalir ketika film India, Mandarin dan Amerika merajai pasaran di Indonesia. Situasi ini akhirnya membuat ia kepikiran untuk mempekerjakan karyawan yang diambil dari teman-teman sekolahnya yang hobi melukis.
Nama Agus Subagyo kian populer ketika ia memenangkan Piala S Tutur dalam Festival Film Indonesia tahun 1985 lewat poster film yang dibuatnya yaitu film "Doea Tanda Mata". Ceritanya berawal ketika Harris Lesmana dari Nusantara Film menyuruh membuat poster film ini untuk festival. "Kalau filmnya nggak dapat, posternya harus dapat", tiru Agus atas perintah Produsir.
Karena Doea Tanda Mata merupakan film dengan tema lama, ia harus menyaksikan karyanya ke masa lampau pula. Dia corat coret gambar rumah tua seabgai latar belakang dan di beri gambar sepeda tua. Tapi produser minta sepeda dibuang saja, ternyata setelah gambar sepeda di hilangkan kelihatan artistik.
Akhirnya poster Doea Tanda Mata dinyatakan menang dan Agus Subagyo menerima Piala S Tutur dan uang.
Setahun kemudian, Agus Subagyo meraih kembali Piala S Tutur pada Festival Film Indonesia 1986 lewat poster film "Hatiku Bukan Pualam.
Diraihnya Piala S Tutur secara berturut-turut sebagai Pelukis Poster Terbaik membuat ia cukup di segani para produser langganan. Karya karya Agus yang lain sudah banyak sekali dalam mendesain poster film, sebut saja seperti Kodrat, Biarkan Bulan Itu, Bintang Kejora, Ketika Musim Semi Tiba, Arini, Tujuh Manusia Harimau, Teroris, Tak Seindah Kasih Mama, Merpati Tak Pernah Ingkar Janji, Mandala dari Sungai Ular dan masih banyak lagi.
Memasuki era 90an ketika film-film Indonesia mulai sepi, Meskipun Agus Subagyo tetap mendapat orderan namun dari artikel di Majalah film Ia menyebutkan bahwa honor membikin poster pun sering di hutang oleh produser sehingga ia kesulitan untuk membayar karyawannya.
Agus Subayo satu dari sekian banyak pembuat poster film selain juga ada nama-nama lain seperti Rizal Alferthinus yang menjadi pemenang Piala S Tutur pada Festival Film Indonesia tahun 1990 melalui film "Blok M" karyanya.
Sebagai penonton dan penikmat film, kita tidak pernah terbayang siapa "aktor" pembuat poster selama ini. Tentu saja era Agus Subagyo dengan era sekarang berbeda dengan kemajuan teknologi yang memadai. Kalau jaman dulu poster lukis menjadi sesuatu yang cukup keren dan tentu butuh waktu dan imajinasi yang tinggi untuk menjadi sebuah poster. Apalagi kalau lukisan di triplek misalnya, tentu satu karya poster dengan poster lain ada sedikit berbeda meski sekilas sama.
*Sumber : Buku FFI 1987, Buku FFI 1992, Majalah Film tahun 1992