Showing posts with label Kompas Travel. Show all posts
Showing posts with label Kompas Travel. Show all posts

Thursday, July 11, 2019

MENGENAL KEARIFAN LOKAL SUKU BADUY











Terminal ciboleger
Berangkat Menuju Stasiun Rangkasbitung dengan Kereta

Pintu Masuk Baduy Luar

Anda bosan dengan wisata pantai, wisata hiburan atau malah ngemall? Ada baiknya yang satu ini di coba. Mengunjungi dan mengenal kearifan lokal masyarakat suku Baduy dalam. Suku Baduy terletak di Kabupaten lebak , Banten. Sekitar 2,5 jam perjalanan dari Rangkas Bitung sebelum masuk melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki yang memakan waktu 4-5 jam. Suku Baduy dalam sendiri ada tiga wilayah yaitu di Cibeo, Cikeusik, dan dan Cikertawana yang merupakan tempat mukim dari suku baduy dalam.  Sementara itu Suku Baduy sendiri di bedakan kedalam 3 kategori, yaitu Baduy dalam, Baduy Luar dan Baduy di luar.

11.       Baduy Dalam : adalah suku Baduy yang masih memegang teguh adat istiadat  yang terletak di tiga wilayah yakni Cibeo, Cikeusik dan Cikertawana.
22.       Baduy Luar    : Disebut baduy luar karena mereka adalah suku asli baduy namun karena ada beberapa aturan adat yang di langgar sehingga mereka di keluarkan dari lingkungan. Mereka tinggal diluar komunitas suku baduy dalam.
33.       Baduy di luar : di sebut baduy diluar karena mereka sedang merantau atau berada diluar , seperti mereka sedang ke Jakarta atau ke wilayah lain.

Kali ini perjalanan saya adalah menuju Suku Baduy dalam yang terletak di Cibeo. Perjalanan di mulai dari Jakarta dengan naik kereta express Rangkas Jaya dari Stasiun Tanah Abang menuju Stasiun Rangkas Bitung. Standby di stasiun Tanah Abang jam 7 pagi karena harus antri membeli tiket untuk perjalanan kereta api jam 8.00 menuju Rangkas Bitung yang di tempuh dalam waktu sekitar 2 Jam. Sampai di Rangkas Bitung sudah di tunggu tour leader (TL) dari orang baduy luar yang sudah menunggu di stasiun untuk menjemput dan melanjutkan perjalanan hingga Ciboleger. Perjalanan dari Rangkas Bitung memakan waktu sekitar 2 – 2,5 jam untuk sampai ke Ciboleger dengan kondisi jalan yang lumayan ‘jelek’. Ciboleger adalah tempat/terminal tujuan akhir sebelum masuk wilayah Baduy luar.
Hasil Kerajinan Suku Baduy, Tenun dan lain sebagainya

Perkampungan Baduy Luar

Perjalanan Menuju Baduy dalam ditemani anak suku Baduy dalam

Sampai di Ciboleger digunakan untuk sejenak istirahat sambil menyiapkan bekal yang harus dibawa , seperti membeli perlengkapan untuk di masak ada beras, mi instan, kornet, sardines. Membeli secukupnya untuk makan malam dan makan pagi. Kenapa harus membawa bekal sendiri? Karena kita akan menginap di rumah penduduk, dan bahan makanan yang di bawa adalah bahan makan yang akan di masak sebagai makanan kita, karena di sana tidak ada warung. Kalaupun ada yang jualan itu adalah masyarakat dari luar baduy dalam.

Memasuki gerbang selamat datang di baduy kita akan di melewati rumah-rumah milik suku baduy luar. Mereka menjajakan aneka souvenir gelang, tas, madu, baju, dan yang paling unik adalah souvenir tenun, ada kain sarung tenun, selendang  dan sebagainya. Wanita-wanita suku baduy terutama baduy luar memiliki mata pekerjaan membuat tenunan yang dibuat dengan tangannya sendiri. Sehingga untuk merampungkan satu sarungpun bisa memakan waktu hingga 3 hari.

PERJALANAN DI MULAI
Setelah kita di sambut dengan aneka macam souvenir khas Baduy maka perjalanan menuju baduy dalam di mulai. Persiapan yang memang wajib di miliki adalah fisik yang kuat, karena perjalanan menuju baduy dalam sangat berat sehingga factor fisik merupakan hal utama yang harus di miliki. Kita di damping oleh orang Baduy dalam selama dalam perjalanan yang harus menaiki dan menuruni lembah, bukit dengan jalan-jalan yang sangat terjal dan curam di beberapa bagian. Ketika perjalanan menuju baduy dalam boleh di bilang jarang sekali menemukan jalanan yang rata, tapi selama perjalanan hanya menemui tanjakan turunan begitu terus. Sesekali nafas dan kaki yang capek memaksa kita untuk harus berhenti beristirahat untuk kemudian melanjutkan perjalanan.

Jangan dianggap perjalanan biasa-biasa saja, namun memang sungguh luar biasa berat medannya. Untungnya orang baduy yang mendampingi mau membantu untuk membawakan bekal tas kita. Sepanjang perjalanan di kanan kiri kadang terlihat hutan maupun hamparan ladang. Karena musim kemarau beberapa lahan terlihat sedang di bakar oleh penduduk .  Namun itulah cara mereka untuk membuka ladang yaitu dengan cara membakar nya terlebih dahulu.
Perjalanan menuju baduy dalam ditempuh sekitar 4-5 jam. Magribpun telah lewat hari beranjak gelap, rombongan kami baru saja sampai ke suku baduy dalam dan langsung di bawa kerumah penduduk tempat dimana kami akan menginap.

Lumbung Padi Suku Baduy luar

Traking menuju baduy dalam

RUMAH SUKU BADUY DALAM
Rumah suku baduy dalam berbentuk rumah panggung dengan atap daun rumbia. Jarak antar rumah satu dengan yang lain sangat berdekatan. Tiap rumah hanya memiliki satu pintu, filosofinya adalah agar mereka tidak landing (tidak boleh memiliki dua istri). Satu rumah bisa di huni oleh dua keluarga atau lebih. Begitu masuk kerumah yang akan kami inapi, keadaan cukup gelap, hanya ada satu lentera menerangi. Gelap, sepi dan sedikit takut karena tidak terbiasa dengan keadaan ini, namun rasa ingin menikmati suasana akhirnya mengalahkan rasa takut. Setelah berbasa basi dengan pemilik rumah dan menyerahkan bahan makanan untuk dimasak, dan istirahat di rasa cukup kami harus membersihkan diri dari keringat-keringat yang membasahi sekujur tubuh setelah berjalan cukup lama.

Hanya dengan penerangan lampu senter kami harus menuju kali tempat di mana oleh penduduk sekitar digunakan sebagai tempat untuk mengambil air untuk diminum, tempat mandi, tempat nyuci dan tempat buang air besar tentunya. Airnya cukup jernih. Setelah melepas pakaian bersama teman-teman dan mencari air yang agak dalam untuk berendam karena kondisi musim kemarau dengan debit air yang menipis, maka kami pun mandi. Eit disini harus diingat lho, ada pantangan yang tidak boleh di langgar oleh pendatang. Selama mandi di kali kita tidak boleh menggunakan sabun atau sampai atau odol sekalipun. Itu di larang karena pas kami mandi, suku baduy dalam langsung ngasih tahu. So? Jadi? Merekapun selama ini tidak pernah mandi pakai sabun… hii agak geli sih bagi pendatang tentu ini berasa gak nyaman , tapi mau tidak mau itu harus di taati.

Selesai mandi, makanan sudah tersedia langsung makan bersama dan selanjutnya adalah tidur. Kenapa tidur? Fisik yang lelah setelah perjalana yang cukup berat memaksa kami untuk cepat istirahat hingga bangun pagi pun terasa segar.

Begitu pagi maka segera ke kali untuk sekedar buang air kecil, dan cuci muka untuk ambil air wudhu. Tapi wah gawat nih perut mules, panggilan alam harus segera di tunaikan, tapi bagaimana bisa? Disitu ada laki-laki dan perempuan lagi mandi? Wah malu tapi panggilan alam harus segera di keluarkan. Alhasil setelah ambil wudhu dengan masih menahan mules harus balik ketempat nginap dan menunaikan solat subuh. Selanjutnya setelah solat minta di anterin teman untuk buang hajat dikali yang sebenarnya ada jalan tersendiri untuknya walau di kali yang sama.

Setelah selesai sarapan pagi, maka bergegas untuk melanjutkan perjalanan untuk kembali ke dunia luar dengan medan yang berat lagi.


LARANGAN DI BADUY DALAM
Selama di baduy dalam barang-barang elektronik boleh dibilang tabu bagi suku mereka; ada beberapa larangan yang jangan coba-coba di langgar seperti :

1.       Tidak boleh mengambil gambar/foto selama di baduy dalam
2.       Tidak boleh memakai sabun/sampoo atau odol kala mandi
3.       Tidak boleh mendekat/melewati jalan menuju rumah pu un(sesepuh adat)
4.       Dan tentu saja harus jga sopan santun di negeri orang.

MATA PENCAHARIAN & PAKAIAN
Mata pencaharian suku baduy dalam adalah bertani, mereka membuka lahan untuk berladang. Dari penduduk sekitar yang saya Tanya, mereka berladang biasanya 2 x tanam setelah itu mereka berpindah untuk mencari lahan baru yang lebih subur. Cara berladang mereka masih nomaden. Biasanya jam ½ 6 mereka sudah pergi ke ladang dan kembali pada sore harinya. Namun apabila ladang yang mereka buka jauh biasanya mereka tinggal di ladang dan baru akan pulang selama seminggu sekali.

Wanita-wanita Baduy dalam kebanyakan berkulit putih dan cantik-cantik serta memiliki rambut yang hitam legam meski mereka mandi tidak pernah menggunakan sabun dan membasuh rambutnyapun tidak dengan sampoo. Wanita-wanita Baduy adalah wanita tangguh dan kuat karena tiap hari harus keladang naik turun tanpa kenal lelah. Namun itulah yang justru membuat mereka lebih sehat.

Sedangkan pakaian adat mereka hanya dua yaitu warna putih dan warna hitam. Hitamputih dapat di artikan sebagai lambang siang dan malam. Karena hidup adalah hanya ada siang dan malam.  Dengan pakaian khas adat dan hanya berwarna hitam dan putih. Bagi laki-laki mereka memakai atasan putih dan bawahan hitam. Namun atasan kadang juga boleh hitam. Penduduk baduy dalam tidak memakai celana tapi hanya sarung yang dipakai setengah. Menurut mereka, penduduk baduy dalam juga mengenal sunat, untuk yang laki-laki. Namun cara mereka disunat adalah dengan hanya di belah dua kulupnya dan itu sah. (bayangin sendiri dibelah itu kayak apa)

AGAMA DAN PERKAWINAN
Bagaimana dengan agama mereka. Agama yang dianut suku Baduy dalam adalah kepercayaan Sunda Wiwitan.  Sedangkan perkawinan bagi mereka biasanya melalui perjodohan yang sudah di tentukan oleh Pu un (Sesepuh adat). Tidak sembarang orang dapat menemui pu un , tapi hanya orang-orang tertentu saja yang dapat menemuinya.

CATATAN
Bagi mereka yang melanggar adat, maka akan di keluarkan dari Baduy dalam dan tidak diakui lagi. Sebagai contoh adalah perkawinan dengan orang diluar suku, maka mereka akan dikenakan sanksi dan dikeluarkan dari baduy dalam. Untuk Upacara kematian biasanya dilakukan selamatan selama hari ke 1 sd ke 7, namun setelahnya tidak ada lagi, Kuburan Baduy dalam pun tidak menggunakan batu nisan sehingga apabila ingin mengunjungi kubur tetua atau orang tuapun tentu tidak bisa lagi karena tidak ada adat atau tradisi untuk ziarah kubur.

Bagi pengunjung jangan sekali-kali melanggar aturan yang telah di ditetapkan oleh adat Baduy dalam, kita harus menghormati dengan apa yang sudah di tetapkan. Sebagai pendatang harus pintar-pintar membawa diri, manusia modern harus tunduk juga dengan aturan yang ditetapkan di Baduy dalam. Tidak boleh menggunakan alat elektronik , apapun jenisnya termasuk hp tentunya. Sebagai contoh nyata adalah saat kawan saya memotret diam-diam di perkampungan Baduy dalam, namun tanpa disadari kalua gerak geriknya sudah diperhatikan oleh pengawas adat setempat, sehingga kawan sayapun akhirnya di datangin oleh pengawas adat dan disuruh untuk menghapus foto atau rekamannya atau konsekuensi lainnya adalah hapenya di sita. Tentu saja dengan nada dan marah yang tertahan akibat ulah teman saya. Alih-alih hape Cuma disita namun bisa jadi mereka langsung mengusir pendatang yang tidak mematuhi aturan dan tentu juga dengan menyita hape yang ada rekamannya. Namun dengan diplomatis akhirnya kawan sayapun meminta maaf dan menghapus rekaman atau foto dengan disaksikan oleh mereka. Mereka sangat memegang teguh apa yang mereka yakini, sebagai pendatang tentu kita harus menghormatinya.

Sebagai sebuah pelajaran, Suku baduy dalam meski mereka tidak mengenal teknologi dan tidak sekolah namun mereka mau belajar sendiri baca tulis, dan Bahasa. Sehingga cara berkomunikasi merekapun seperti orang yang berpendidikan meski tidak ada sekolah.

Yang membedakan dari wisata lain adalah, suku baduy dalam terlarang untuk orang asing dalam artian yang sebenarnya. Orang asing itu bisa berarti China , Arab atau orang amerika maupun eropa pun tidak boleh masuk ke baduy dalam, atau lebih tepatnya orang-orang dari luar negeri sampai saat ini masih belum bisa diterima untuk datang ke suku Baduy dalam.

Anda ingin kerkunjung ke Baduy dalam dan mengenal keaneka ragamannya? Jangan lupa siapkan fisik karena trakingnya yang tidak mudah dan membutuhkan kekuatan fisik.

Jembatan di baduy luar

Menyeberang Jembatan



Wednesday, May 11, 2016

BERBURU SUNSET DAN SUNRISE DI SAWARNA







Tanjung Layar




Empat tahun yang lalu tepatnya tahun 2012 penulis pernah mengunjungi desa Sawarna salah satu hidden paradise yang cukup membuat penasaran kala itu. Namun kali ini penulis kembali lagi ke desa Sawarna setelah 4 tahun berlalu.

Desa Sawarna merupakan salah satu tujuan wisata yang sudah bergeliat, berbeda dengan 4 tahun lalu kala pertama kali penulis ke Desa Sawarna, kali ini penulis pun kembali untuk mengunjungi Sawarna dengan segala perubahannya. Perubahan drastis yang terasa adalah Jembatan masuk menuju Ciantir yang dulu masih dengan jembatan sederhana kini sudah dibuat bagus dan di semen. Juga terdapat dua pintu keluar yang berbeda dengan jembatannya yang sudah kokoh. Penginapan yang sudah mulai menjamur tidak seperti jaman dulu, juga hadirnya minimarket di dekat jembatan masuk wilayah Ciantir yang dulu merupakan tempat parkir mobil kini sudah di sulap menjadi minimarket yang berdiri disana. Artinya roda ekonomi yang bergeliat sekali sejak Sawarna disebut-sebut sebagai ‘hidden paradise’ yang kini kian di kenal. Juga di Pantai Tanjung Layar sudah terdapat tulisan besar warna Merah hasil kerjasama dengan Bank BRI, menambah kokohnya pariwisata Sawarna.

Sunrise di Lagoon Pari

The Icon of Sawarna
Akses menuju Sawarna yang makin enak untuk dilalui. Perjalanan dari Bekasi menuju Sawarna kali ini sebenarnya tanpa rencana matang namun langsung cus saja, bertiga teman menuju sawarna. Perjalanan lumayan panjang karena mengambil waktu weekend yang cukup membuat terkuras tenaga karena macetnya perjalanan , via Bogor kemudian lanjut Sukabumi hingga pelabuhan Ratu dan menuju Sawarna. Well singkat cerita perjalanan ditempuh hamper 8 jam dengan hanya berhenti untuk sekedar makan siang dijalan. Karena perjalanan tak direncanakan kali ini agak kebingungan karena sebelumnya di tahun 2012 ikut dengan travel tour namun kali ini sedikit berbeda. Sampai desa sawarna sudah kelewat magrib dengan kondisi hujan walau tidak terlalu lebat.

Tiba di parkiran , speak speak sejenak dengan tukang ojek setempat untuk ditunjukan homestay untuk menginap, sekaligus negosiasi dengan ojek untuk esok hari menyewa mereka untuk diantar ke spot-spot yang kami inginkan. Perjalanan kali ini penulis beserta teman-teman ingin mengabadikan sunrise dan sunset di sawarna. Pilihan kali ini adalah Sunrise di seputar Lagoon Pari dan sunsetnya di Tanjung Layar yang merupakan ikon Sawarna. Setelah negosiasi dengan penawaran awal 200rb perkepala per ojek, kami negosiasi hingga disepakati harga 100rb perkepala. Akhirnya karena kondisi hujan, malamnya kami manfaatkan untuk istirahat di homestay hingga subuh hari kami di jemput oleh tukang ojek. Setelah menunaikan sholat subuh kami diantar ke spot sunrise. Sebelumnya di tahun 2012 penulis juga pernah ke spot yang akan kami tuju bedanya saat itu jalan kaki dan kondisi jalanan sudah agak siang. Namun kali ini kami diantar dengan ojek yang kondisi jalanannya gelap, beberapa jalan sempit karena merupakan jalan setapak, licin dan gelap karena habis hujan.

Agak stress saat naik ojek karena jalannya lumayan kenceng dan sedikit takut jatuh, beberapa kali harus menahan nafas dan tutup mata menghindari takut, hingga akhirnya sampai di lokasi. Persiapan untuk mengabadikan moment sunrise, tripod dan segala macamnya pun sudah siap. Jepret sana jepret sini, walau agak sedikit kecewa karena pagi ini mataharinya dan awannya kurang begitu wow, agaknya kami memang kurang beruntung. Selesai sunrise kami minta diantar ke Tanjung layar untuk sekedar melihat kondisinya untuk kemudian diantar kembali ke homestay untuk istirahat.

Sekitar setengah 4 sore kami bertiga sudah di jemput oleh ojek untuk diantar ke Tanjung Layar, menikmati dan mengabadikan sunset hingga kemudian kami diantar kembali ke parkiran untuk kemudian pulang menuju Jakarta.

Ada sedikit cerita ketika kami harus pulang ke Jakarta, sebulan sebelumnya dengan tujuan yang sama penulis ke Sawarna walau tidak beruntung karena tidak dapat sunrise dan sunset, pulangnya mengandalkan aplikasi Waze dan di tuntun untuk melewati jalan Cikidang. Wow kalian tahu, ada cerita dibalik apa tentang Cikidang. Sebenarnya sih awalnya penulis nothing to loose dan memang baru pertama kali lewat jalanan CIkidang yang sangat sangat sepi, hanya berdua, mengandalkan Waze. Pada awalnya kami tidak merasa takut hanya merasa aneh karena jalanan begitu sepi tanpa ada lalu lalang kendaraan. Hingga akhirnya mampir di Indomaret. Dan…… ini yang kemudian membuat hati kami merasa was was, begitu parkir di Indomaret langsung di samperin sama tukang parkir, menanyakan tujuannya kemana, setelah kami kasih tahu akan ke Jakarta, keluarlah cerita kalau jalanan tersebut banyak rampok, begal pokoknya jangan lebih dari jam 9 malam katanya. Haha takuuuuuuuuut….. , masuk ke Indomaret ceritanya pun sama, kasir Indomaret bilang kalau dibawah jam 9 masih aman, tapi setelahnya harus hati-hati. Waduh sudah terlanjur basah, akhirnya tetap melanjutkan perjalanan dan alhamdulillah aman walopun takut hehe. Jadi yang belum hafal mending lewat sukabumi jangan melewati Cikidang haha.

Nah berikut hasil fotonya. Temui saya di Instagram : @totoandromeda dan @totoandromeda.journal  di follow ya…
Sunrise di Lagoon Pari

Motion

The Icon of Sawarna

The Landscaper

Batu icon dari Sawarna

Sunset di Sawarna