Wednesday, May 11, 2016

BERBURU SUNSET DAN SUNRISE DI SAWARNA







Tanjung Layar




Empat tahun yang lalu tepatnya tahun 2012 penulis pernah mengunjungi desa Sawarna salah satu hidden paradise yang cukup membuat penasaran kala itu. Namun kali ini penulis kembali lagi ke desa Sawarna setelah 4 tahun berlalu.

Desa Sawarna merupakan salah satu tujuan wisata yang sudah bergeliat, berbeda dengan 4 tahun lalu kala pertama kali penulis ke Desa Sawarna, kali ini penulis pun kembali untuk mengunjungi Sawarna dengan segala perubahannya. Perubahan drastis yang terasa adalah Jembatan masuk menuju Ciantir yang dulu masih dengan jembatan sederhana kini sudah dibuat bagus dan di semen. Juga terdapat dua pintu keluar yang berbeda dengan jembatannya yang sudah kokoh. Penginapan yang sudah mulai menjamur tidak seperti jaman dulu, juga hadirnya minimarket di dekat jembatan masuk wilayah Ciantir yang dulu merupakan tempat parkir mobil kini sudah di sulap menjadi minimarket yang berdiri disana. Artinya roda ekonomi yang bergeliat sekali sejak Sawarna disebut-sebut sebagai ‘hidden paradise’ yang kini kian di kenal. Juga di Pantai Tanjung Layar sudah terdapat tulisan besar warna Merah hasil kerjasama dengan Bank BRI, menambah kokohnya pariwisata Sawarna.

Sunrise di Lagoon Pari

The Icon of Sawarna
Akses menuju Sawarna yang makin enak untuk dilalui. Perjalanan dari Bekasi menuju Sawarna kali ini sebenarnya tanpa rencana matang namun langsung cus saja, bertiga teman menuju sawarna. Perjalanan lumayan panjang karena mengambil waktu weekend yang cukup membuat terkuras tenaga karena macetnya perjalanan , via Bogor kemudian lanjut Sukabumi hingga pelabuhan Ratu dan menuju Sawarna. Well singkat cerita perjalanan ditempuh hamper 8 jam dengan hanya berhenti untuk sekedar makan siang dijalan. Karena perjalanan tak direncanakan kali ini agak kebingungan karena sebelumnya di tahun 2012 ikut dengan travel tour namun kali ini sedikit berbeda. Sampai desa sawarna sudah kelewat magrib dengan kondisi hujan walau tidak terlalu lebat.

Tiba di parkiran , speak speak sejenak dengan tukang ojek setempat untuk ditunjukan homestay untuk menginap, sekaligus negosiasi dengan ojek untuk esok hari menyewa mereka untuk diantar ke spot-spot yang kami inginkan. Perjalanan kali ini penulis beserta teman-teman ingin mengabadikan sunrise dan sunset di sawarna. Pilihan kali ini adalah Sunrise di seputar Lagoon Pari dan sunsetnya di Tanjung Layar yang merupakan ikon Sawarna. Setelah negosiasi dengan penawaran awal 200rb perkepala per ojek, kami negosiasi hingga disepakati harga 100rb perkepala. Akhirnya karena kondisi hujan, malamnya kami manfaatkan untuk istirahat di homestay hingga subuh hari kami di jemput oleh tukang ojek. Setelah menunaikan sholat subuh kami diantar ke spot sunrise. Sebelumnya di tahun 2012 penulis juga pernah ke spot yang akan kami tuju bedanya saat itu jalan kaki dan kondisi jalanan sudah agak siang. Namun kali ini kami diantar dengan ojek yang kondisi jalanannya gelap, beberapa jalan sempit karena merupakan jalan setapak, licin dan gelap karena habis hujan.

Agak stress saat naik ojek karena jalannya lumayan kenceng dan sedikit takut jatuh, beberapa kali harus menahan nafas dan tutup mata menghindari takut, hingga akhirnya sampai di lokasi. Persiapan untuk mengabadikan moment sunrise, tripod dan segala macamnya pun sudah siap. Jepret sana jepret sini, walau agak sedikit kecewa karena pagi ini mataharinya dan awannya kurang begitu wow, agaknya kami memang kurang beruntung. Selesai sunrise kami minta diantar ke Tanjung layar untuk sekedar melihat kondisinya untuk kemudian diantar kembali ke homestay untuk istirahat.

Sekitar setengah 4 sore kami bertiga sudah di jemput oleh ojek untuk diantar ke Tanjung Layar, menikmati dan mengabadikan sunset hingga kemudian kami diantar kembali ke parkiran untuk kemudian pulang menuju Jakarta.

Ada sedikit cerita ketika kami harus pulang ke Jakarta, sebulan sebelumnya dengan tujuan yang sama penulis ke Sawarna walau tidak beruntung karena tidak dapat sunrise dan sunset, pulangnya mengandalkan aplikasi Waze dan di tuntun untuk melewati jalan Cikidang. Wow kalian tahu, ada cerita dibalik apa tentang Cikidang. Sebenarnya sih awalnya penulis nothing to loose dan memang baru pertama kali lewat jalanan CIkidang yang sangat sangat sepi, hanya berdua, mengandalkan Waze. Pada awalnya kami tidak merasa takut hanya merasa aneh karena jalanan begitu sepi tanpa ada lalu lalang kendaraan. Hingga akhirnya mampir di Indomaret. Dan…… ini yang kemudian membuat hati kami merasa was was, begitu parkir di Indomaret langsung di samperin sama tukang parkir, menanyakan tujuannya kemana, setelah kami kasih tahu akan ke Jakarta, keluarlah cerita kalau jalanan tersebut banyak rampok, begal pokoknya jangan lebih dari jam 9 malam katanya. Haha takuuuuuuuuut….. , masuk ke Indomaret ceritanya pun sama, kasir Indomaret bilang kalau dibawah jam 9 masih aman, tapi setelahnya harus hati-hati. Waduh sudah terlanjur basah, akhirnya tetap melanjutkan perjalanan dan alhamdulillah aman walopun takut hehe. Jadi yang belum hafal mending lewat sukabumi jangan melewati Cikidang haha.

Nah berikut hasil fotonya. Temui saya di Instagram : @totoandromeda dan @totoandromeda.journal  di follow ya…
Sunrise di Lagoon Pari

Motion

The Icon of Sawarna

The Landscaper

Batu icon dari Sawarna

Sunset di Sawarna


No comments:

Post a Comment