Bandung Lautan Api |
JUDUL FILM : BANDUNG LAUTAN API
SUTRADARA : ALAM
SURAWIJAYA
PRODUKSI : PT.
PROPELAT KODAM VI SILIWANGI & PT. SRI AGUNG UTAMA FILM
CERITA : LUKMAN MADEWA
PRODUSER : Ny.
YULIES ROFI’I
TAHUN PROD : 1974
JENIS :
FILM PERJUANGAN
PEMAIN : DICKY
ZULKARNAEN, CHRISTINE HAKIM, TATIEK TITO, ARMAN EFFENDI, HADISHAM TAHAK, MILA
KARMILA
SINOPSIS :
Film Bandung lautan api
adalah sebuah film yang berlatar dari peristiwa Bandung lautan api yang terjadi pada 24 Maret
1946. Film berlatar perjuangan putra putri Indonesia yang di bumbui dengan
kisah cinta segitiga antara Hidayat (Dicky Zulkarnaen), Nani (Christine Hakim)
dan Priatna (Arman Effendy).
Hidayat (Dicky Zulkarnaen) dan Nani (Christine Hakim) adalah
orang-orang yang kerja di Radio Bandung.
Nani juga menjadi anggota PMI untuk
perjuangan Indonesia.
Setelah Proklamasi Berkumandang yang juga di teruskan oleh Radio Bandung, maka
rakyat pun bergembira. Pekik Merdeka bersautan dimana-mana. Pasukan Jepang yang berjaga-jaga di tarik. Antara
Hidayat dan Nani sering berselisih paham, karena Hidayat selalu meras a benar
dan menang sendiri seolah meremehkan orang lain. Hidayat lebih mengedepankan
perjuangan melalui otak tidak hanya lewat fisik. Adalah Priatna, pejuang bekas
tentara PETA yang juga ikut berjuang mengamankan radio Bandung ketika mengumandangkan proklamasi
kemerdekaan. Priatna berhasil mencuri perhatian
Nani pada pandangan pertama.
Sementara Hidayat selalu membandingkan antara Priatna dengan dirinya, kalau
Priatna selalu mengedepankan perjuangan fisik sedangkan Hidayat melalui otak.
Pasca Proklamasi Kemerdekaan, di bentuklah BKR (Badan
Keamanan Rakyat) yang di sambut antusias oleh pemuda-pemuda Bandung untuk mendaftarkan diri termasuk juga
Hidayat yang juga seorang mantan PETA, termasuk juga dengan Priatna yang masuk ke BKR. Antara Priatna dan Hidayat
terdapat perbedaan bagi bawahannya. Hidayat masuk ke BKR dan di tunjuk menjadi
salah seorang komandan kompi. Penunjukkan ini mendapat tentangan dari sebagian
orang yang tidak setuju, namun demi perjuangan merebut kembali Indonesia
untuk mengusir Belanda yang membonceng sekutu, Priatna berhasil meredam
ketidaksetujuan di beberapa kalangan.
Sementara itu Nani pulang ke kampungnya dengan mengajak
Priatna. Namun kedatangan Nani tidak disambut gembira oleh ayahnya, seorang
antek Belanda. Ayahnya menginginkan Nani untuk pulang ke desanya dan menjadi
guru, Ia merasa kalau kehidupan yang Nani peroleh karena peran Belanda sudah
sangat cukup, daripada harus berjuang. Namun Nani berjanji pada ayahnya akan
tetap membela Indonesia
meski ayahnya hanya mementingkan diri sendiri dengan mengabdikan hidupnya untuk
penjajah. Nani pun kecewa. Ia kembali ke markas.
Di markas BKR, Hidayat mengendus adanya pertemuan dari pihak
musuh. Dengan membawa beberapa pejuang, Hidayat di tugaskan untuk mengintip dan
mendengarkan isi pembicaraan mereka. Namun Hidayat dan kawannya berhasil di
ketahui maka terjadilah baku
tembak, hingga akhirnya seluruh peserta pertemuan yang hadir tewas terembak
termasuk juga ayah Nani yang ikut dalam pertemuan tersebut. Setelah tahu ayah
Nani tertembak, Hidayat marah, karena telah terjadi kesalah pahaman antara
dirinya yang menyuruh menghabisi mereka dengan Jarot yang telah menembaki
mereka secara membabi buta. Namun Hidayat dengan jantan mengakui kesalahannya
pada Nani. Sementara itu Nani tetap ikut
berperan aktif di PMI.
*****
Mendaratnya sekutu di Indonesia telah di setujui oleh
pemerintah pusat. Wilayah Bandung utara disuruh untuk di kosongkan. Dan
pemerintah Pusat juga telah menyetujui sekutu untuk membawa tawanan di daerah
Bandung Selatan. Pemerintah kota Bandung tidak bisa
berbuat apa-apa. Namun pejuang-pejuang yang berada di wilayah Bandung Selatan
tidak mau mendengar perintah dari pusat karena kuatir dengan dibawanya tawanan
perang, maka Belanda dengan leluasa akan bertindak semena-mena. Priatnya yang
di tugaskan di Wilayah Bandung Selatan juga tidak bisa meredam kemarahan
rakyat, hingga terjadilah pertempuran sengit. Para
pejuang dapat di pukul mundur. Kekalahan ini menjadi bahan cemoohan oleh Kompi
Hidayat yang di tugaskan di Bandung Utara karena di anggap tidak menggunakan
strategi yang bagus. Terjadi sedikit ketegangan antara Kompi Priatna dan Kompi
Hidayat.
Priatna menolak Kompi Hidayat untuk turut serta melakukan
serangan dan ingin membuktikan pada Hidayat, namun Hidayat bersikeras karena
meski ia tidak biasa berjuang secara fisik, namun ia juga mampu untuk berjuang
dan tidak hanya bisa ngomong saja. Dalam pertempuran tersebut Hidayat
tertembak. Ia di tolong Priatna untuk di bawa ke kamp PMI. Hidayat di rawat
oleh Nani yang sesungguhnya ia cintai. Namun jiwa besar Hidayat, akhirnya ia
menyuruh Nani untuk menemui Priatna dengan pakaian terbagusnya. Hidayat dengan
berbesar hati menyuruh Nani untuk menemui Priatna yang ia cintai.
Akhirnya setelah menolong Hidayat, Nani buru-buru minta di
antarkan ke wilayalah utara untuk
mengambil baju yang di simppan di rumah ibunya.
Sementara itu kekalahan yang kali ini di derita juga di sinyalir akibat
adanya pengkhianat diantara para pejuang. Setelah ditangkap orang yang di
curigai, komandannya menjamin bahwa bukan dialah orangnya. Ia mengaku malam
sebelumnya ke wilayah perbatasan utara hanya untuk mengantar Nani. Maka
tertuduh utama kini beralih ke Nani. Nani bersama Jarot salah seorang bawahan
kompi Hidayat yang sedang menghampiri Priatna akhirnya di hadang dan dituduh
menjadi pengkhianat. Setelah menganggap Nani adalah Pengkhianat, maka Priatna
menembakkan pelurunya untuk ditujukan padanya. Namun sayang sekali peluru tidak
mengenai Nani, tapi Jarot. Nani disuruh lari oleh Jarot. Akhirnya semua
terkuak, kalau Nani bukanlah pengkhianat. Ia pergi ke wilayah utara malam-malam
hanya ingin mengambil baju di rumah ibunya dengan tujuan untuk memakai baju
bagus untuk menemui Priatna. Namun sayang sekali Jarot sudah tertembak dan Nani
telah lari pergi. Priatna hanya membeku karena telah salah menerka.
Perlawanan para pejuang Bandung meresahkan Sekutu, sehingga sekutu
memberi ultimatum pada para pejuang untuk mundur. Namun hal ini di jawab oleh
para pejuang dengan membumihanguskan kota Bandung . Pembakaran di
mana-mana. Termasuk rumah keluarga Nani ikut terbakar. Nani dan Ibunya tidak
mau keluar dari rumah, Ia lebih memilih mati tertembak oleh musuh, namun meski
awalnya menolak, Nani akhirnya mau menuruti untuk keluar dari rumah yang hampir
roboh karena api setelah di bujuk oleh Jarot. Sementara itu Hidayat yang
terkena luka tembak akhirnya meninggal.