Tuesday, October 15, 2019

OPERASI TRISULA, PENUMPASAN SISA SISA PKI di BLITAR SELATAN


JUDUL FILM        : OPERASI TRISULA (PENUMPASAN SISA-SISA PKI DI BLITAR SELATAN)
SUTRADARA       : B Z KADARJONO
PRODUKSI           : PPFN
PRODUSER          : G. DWIPAYANA
TAHUN PROD    : 1986
JENIS                     : FILM SEJARAH
PEMAIN               : HASSAN SANUSI, RACHMAT KARTOLO, YATTY SURACHMAN, EVA ROSDIANA DEWI, JEFRI SANI, TIEN KADARYONO, LINA BUDIARTI, MAWARDI HARLAN, RUDY GOZALI, TOMMY KALONG

Cerita filmnya agak panjang dengan disertai beberapa ilustrasi/suara pengantar yang khas banget, biar tidak penasaran saya tulis beberapa yang jadi fakta sejarahnya yaa : 

Setelah kekuatan G 30 S PKI dapat di hancurkan di Jakarta oleh Jenderal Suharto maka sisa-sisa pengkhianat PKI meloloskan diri. Mereka menyusup terutama ke wilayah Blitar Selatan yang akan di gunakan sebagai basis pertahanan. Munir, Cugito lolos lewat jalur darat di jemput oleh Danu, salah seorang tokok SOBSI. Sukatno, Sulistyowati, Letkol Pratomo,Oloan Hutapea dan beberapa gembong PKI lainnya berhasil ke wilayah Blitar melalui pantai selatan. Ir. Surachman, Suratmi, Pujiwati, Sulastri dan beberapa gembong Gerwani di selamatkan Ruslan Wijaya, CDB PKI wilayah Jawa Timur yang menyamar sebagai kusir dokar. Mereka menggunakan caranya yang licik untuk mempengaruhi penduduk untuk membantu perjuangan mereka. 



Sebuah keluarga milik Pak Abdullah yang salah seorang anaknya sedang mengaji tiba-tiba di datangi oleh sekelompok anggota PKI. Mereka menganggap Pak Abdullah adalah orang pemerintahan yang selalu menghalangi gerak gerik PKI. Akhirnya sekeluarga tersebut di bunuhnya, anak pertama Pak Abdullah, Rachmat berhasil lolos dan juga anak paling bungsunya. Rumah Pak Abdullah akhirnya di bakar oleh sekawanan anggota PKI tersebut. 

PKI melakukan berbagai cara untuk menarik keanggotaan masyarakat. Termasuk Ruslan Wijaya yang berhasil merekrut Brewok dan kawannya Bejo menjadi anggota PKI setelah mereka di iming-imingi dengan sejumlah uang oleh Ruslan Wijaya. Apalagi setelah Ruslan Wijaya tahu bahwa Brewok dan Bejo  adalah mantan narapidana, maka disitulah ia memanas-manasi dengan menjadi anggota PKI maka mereka dapat membalas dendam, karena PKI memiliki senjata bedil. Mereka mempengaruhi bromocorah dengan melakukan terror. Hal ini tentu saja membuat masyarakat menjadi resah. Mereka menggunakan taktik memutar balikkan fakta. Kemiskinan dan Kebodohan adalah lahan yang paling subur bagi tumbuhnya paham komunis. Mereka menyusup ke berbagai sendi masyarakat dengan menyamar. Mereka mengiming-imingi penduduk dengan kemakmuran. Dengan masuk menjadi BTI (Barisan Tani Indonesia) mereka akan mendapatkan tanah, bagi petani miskin Indonesia. Dengan kata-katanya yang manis, maka masyarakat yang tidak tahu apa-apa tentu akan tergiur. 

Sementara itu Rachmat akhirnya datang kerumah Pak Karto (Rachmat Kartolo) untuk meminta bantuan dan menceritakan kejadian yang menimpa keluarganya akibat kekejaman PKI.  Rachmat juga mencuri perhatian anak Pak Karto, Murni. Pak Karto merupakan salah satu orang yang menjadi target PKI untuk menjadi anggota. Pak Karto di paksa membantu dan menyediakan bahan makanan bagi PKI.  Disamping BTI, PKI juga membidik buruh agar masuk kedalam SOBSI salah satu organisasi Buruh bentukan PKI. Dengan penyamarannya yang manis PKI berhasil membujuk beberapa penduduk. Sementara itu Masyarakat semakin di buat gerah karena PKI memaksa penduduk untuk menyediakan bahan makanan. 

PKI juga melakukan terror dan pembantaian di desa Tanggung Duwet. Sebuah masjid yang sedang melakukan sholat berjamaah di bantai.  Tiga Orang Anggota Yon 15 telah gugur. Ketiga anggota tentara tersebut di cincang oleh PKI. 

Dalam melakukan rapat-rapatnya, PKI selalu menggunakan kode apabila ada kedatangan  tentara. Ada yang bertindak sebagai penjaga warung, ada juga yang bertindak pura-pura sebagai petani untuk memberitahukan kedatangan tentara. PKI juga menyuruh anak dari salah seorang penduduk yang sudah menjadi anggota BTI agar melepaskan burung apabila ada operasi tentara. Semua di persiapkan PKI.

****
Adalah Napsiah, anak dari salah seorang penduduk yang terjerumus kedalam ke anggotaan PKI. AKibat sering perginya Napsiah, ayahnya akhirnya mencurigainya dan membuka lemari Napsiah. Betapa kagetnya ia karena mendapati anaknya telah tersesat begitu jauh.  Ia menemukan dokumen-dokumen PKI di dalam lemari Napsiah. 

Napsiah di tugaskan untuk melakukan sabotase dengan memutus jaringan telepon bersama dengan pacarnya Marno  yang juga anggota PKI. Namun ia di pergoki oleh tentara, baku tembak pun terjadi namun sayang PKI kali ini lebih kuat dan mampu menumpas tentara yang ada. Sementara itu PKI juga melakukan sabotase dengan memutuskan rel kereta api. Namun aksi mereka berhasil di ketahui, meski petugas yang sedang melakukan patroli tertembak, namun akhirnya kereta api pun berhasil di selamatkan. Sementara itu Marno, pacar Napsiah  mulai ragu akan keberadaannya di PKI. Namun Napsiah berhasil menguatkannya untuk tetap berada di dalam tubuh PKI.  PKI semakin menjadi-jadi, mereka mencincang tubuh dokter Kholik, salah seorang dokter tentara. Anggota-anggota Gerwani dengan geram menghunjamkan pisau ke tubuh dokter kholik. 

Sementara itu di desa Ngrejo, Pak Karto sedang melakukan kerja bakti yang juga di hadiri oleh Murni anak Pak Karto dan Rachmat yang berjanji akan memberikan penyuluhan bagi para petani, dan juga salah seorang penduduk bernama Parlan yang cintanya di tolak oleh Murni. Kedekatan Rachmat dan Murni. Melihat hal demikian, seorang anggota PKI yang menyusup Pak Danu ke desa tersebut berhasil membujuk Parlan, agar dapat menculik Murni untuk datang ke markas PKI di Goa. Parlan akhirnya datang ke tempat persembunyian PKI untuk memberikan informasi. Namun sebelum sampai ke dalam goa, Parlan sudah di hadang oleh anggota PKI yang lain di mulut goa dan menuduhnya sebagai mata-mata tentara. Setelah memberikan informasi kalau Pak Karto dan Rachmat mempengaruhi penduduk agar tidak mau masuk sebagai anggota PKI, maka Rewang menyuruh anggotanya mendampingi Parlan untuk datang ke desa Ngrejo untuk membuktikan ucapanya. 

Aksi Parlan yang mendatangi markas komplotan PKI di ketahui oleh Pak Karto dan Rachmat yang melapor ke komplotan karena merasa sakit hati pada Rachmat. Maka ketika Parlan datang kembali ke desa Ngrejo bersama Brewok dan Bejo, akhirnya berhasil di tangkap. 

*****

Para staff dan Perwira Batalyon mendapatkan perintah dari pimpinan untuk menghancurkan sisa-sisa gerombolan G 30 S PKI dengan titik berat wilayah Blitar Selatan dan Malang Selatan. Tugas Operasi yang  juga di kenal dengan operasi Trisula dengan Komandan Witarmin adalah :
  1. Mencari Persembunyian gerombolan G 30 S PKI dan tempat-tempat survai gerombolan
  2. Memisahkan Rakyat dari gerombolan G 30 S PKI baik yang bersifat fisik maupun yang berpengaruh ideologinya. Membuat bagian-bagian medan yang di duga digunakan untuk lalulintas gerombolan.
  3. Menghancurkan gerombolan G 30 S PKI baik dengan cara fisik maupun dengan cara peneranga. Menggerakan unsure-unsur territorial dan pemerintahan sipil dalam setiap gerakan operasi
Blitar selatan menjadi Basis-basis PKI untuk menghidupkan PKI dengan  Tri Panji PKI yang berisi :
  1. Usaha Menghidupkan kembali PKI
  2. Menyiapkan Pemberontakan Tani Bersenjata dan
  3. Front Persatuan Revolusioner.
*****
Gerakan Operasi Trisula berhasil mengetahui basis-basis persembunyian PKI apalagi rakyat juga turut membantunya. PKI pun kelabakan, mereka sulit sekali menyusun strategi. Basis-basis PKI berhasil di obrak abrik. Kegagalan PKI di Jakarta dan Madiun akan terulang di Blitar Selatan. Anggota-anggota Gerwani mencoba menembus blockade tentara dengan berbagai cara.
Sementara itu Ayah Napsiah di tangkap dan di bawa ke markas gerombolan PKI karena di ketahui telah membocorkan rahasia PKI pada tentara. Ayah Napsiah menuduh kalau orang-orang PKI telah menjerumuskan anaknya ke jurang kesesatan, Napsiah yang telah di besarkan namun akhirnya tersesat. Rewang meyakinkan Napsiah kalau dalam ajaran komunis tidak mengenal kerabat, dan Ayah Napsiah adalah musuh dari Partai karena telah membocorkan rahasia Partai pada tentara. Akhirnya Napsiah lebih membela Partainya. Untuk membuktikan ucapannya, Rewang menyuruh Napsiah menembak ayahnya sendiri yang telah membesarkannya. Dengan senjata di tangannya Napsiah memoncongkannya pada ayahnya dan siap menembak. Namun disaat itu ia teringat pesan ibunya almarhum sebelum meninggal untuk menjaga ayahnya. Napsiah berubah pikiran dan membelokan moncong senjatanya pada Rewang, ketua dari komplotan. 

Napsiah meminta Rewang untuk menuruti kemauannya. Ia meminta Rewang untuk melepaskan ikatan ayahnya. Akhirnya ayah dan Napsiah keluar dari gua . Namun Rewang tidak tinggal diam, ia menyuruh anak buahnya untuk mengejar Napsiah dan Ayahnya. Disaat keluar, akhirnya Ayah Napsiah tertembak dan Napsiah sendiri juga ikut tertembak. Akhirnya Napsiah meminta maaf pada ayahnya sebelum keduanya meninggal. Sementara itu Marno yang ikut mengejar Napsiah dan Ayahnya akhirnya balik menyerang kawanan PKI lainnya karena melihat pacarnya telah meninggal. Marno menembaki kawannya sendiri, namun sayang sekali akhirnya iapun tertembak oleh anggota Gerwani. 

Tentara semakin mempersempit gerak langkah sisa-sisa PKI dengan memasuki kantong-kantong pesembunyian PKI. Satu-persatu sisa-sisa anggota PKI pun ditangkap baik dengan perlawanan maupun tanpa perlawanan. Untuk menandai kalau ada operasi tentara, maka PKI menggunakan tiga taktik untuk memberi tanda yaitu dengan melepaskan burung, dengan tangis bayi dan dengan sapi yang di hadapkan pada arah yang telah di sepakati. Dengan atau tanpa tembakan akhirnya PKI berhasil menangkap kawanan gerombolan PKI. 

Untuk mempercepat memberantas sisa-sisa PKI dan tidak memperbesar korban di kalangan rakyat, maka Komando Satuan Tugas Operasi Trisula mengambil kebijaksanaan menyebarkan seruan melalui selebaran dengan pesawat AURI ke seluruh wilayah Blitar yang di sebut dengan 3 M, yaitu Membantu, Menyerah, Mati. Yaitu Kepada seluruh rakyat diminta membantu ABRI dalam menumpas sisa-sisa gerombolan PKI, Kepada gerombolan PKI yang masih bersembunyi diserukan agar menyerah dan Bagi sisa-sisa gerombolan PKI yang masih membangkang maka tidak ada jalan lain menerima hukuman mati. 

Akhirnya satu persatu anggota-anggota PKI ditangkap dan di interogasi untuk mencari pucuk pimpinan mereka yang masih belum tertangkap. Sementara itu masyarakat yang tidak tahu apa-apa yang selama ini hanya ikut-ikutan PKI hanya di beri penerangan tentang maksud jahat PKI.
****
Film Operasi Trisula atau Penumpasan Sisa-sisa PKI di Blitar Selatan adalah salah satu film yang mengikuti terdahulunya film G 30 S KI. Sebagai film sejarah tentang PKI yang sampai saat ini masih menjadi simpang siur, film ini meski pro pemerintah, namun kalau menurut penulis film ini sudah mewakili isi hati penulis sendiri yang memandang PKI adalah biang dari kekejaman dan menghalalkan segala cara. Ingat cerita seorang Kyai di kampung dulu bahwa masa 65 memang begitu mencekam dan banyak kyai di culik oleh PKI, Namun demikian hingga saat ini kewaspadaan  terhadap PKI tetap patut di jaga, karena bukan tidak mungkin PKI akan tumbuh kembali di negeri yang makin mudah kebebasannya ini.

Tuesday, October 1, 2019

Film Penumpasan Pengkhianatan G 30 S PKI, Sejarah Kelam Bangsa Indonesia




54 tahun silam, tepatnya 30 September 1965 peristiwa yang di kenal dengan Gerakan 30 September itupun terjadi. Dan Kini sudah Tahun 2019 sejarah itu akan terus diingat dengan berbagai persepsinya. Peristiwa pemberontakan yang di lakukan oleh Partai Komunis Indonesia atau PKI dengan menculik dan memfitnah adanya Dewan Jenderal yang akan melakukan perebutan kekuasaan. Versi sejarah yang berkembang, para Jenderal di culik dan dibunuh secara keji oleh PKI. Namun akhir-akhir ini berkembang polemik bahwa dalang dari peristiwa tersebut bukanlah PKI melainkan Soeharto sendiri, Presiden RI yang telah berkuasa selama 32 tahun. Anda percaya itu? Hehe… penulis sendiri sangat tidak mempercayai kalau itu adalah kerjaan Pak Harto. Kenapa saya tidak percaya, karena kalaupun itu sebagai dalang, masa iya sih saat pak Harto hidup tidak ada yang berani bersuara, apalagi orang-orang yang dianggap diumpankan. Toh saksi hidup seperti Jendral AH Nasution termasuk yang ikut selamat yang dapat di jadikan saksi kalau benar Suharto sendirilah yang menjadi dalangnya. Tapi setelah Pak harto wafat, ramai sekali polemik ini, ah ini sih alih alih cuci tangan saja.


Penampakan VCD film Pengkhianatan G 30 S PKI
Ingat !!!! Pemberontakan PKI Madiun 1948. Apakah awalnya PKI mengakui? Tidak… namun pada akhirnya terbukti bahwa itu adalah kerjaan PKI. Sama halnya dengan 1965. Hanya PKI yang berani menginjak-injak Al Quran.  Well, daripada berpolemik, kali ini penulis tidak ingin mengomentari sejarah, tapi ingin mengingat kembali peristiwa tersebut dari segi sinematografi. Tentu saja lewat film yang pernah ditayangkan di TVRI selama bertahun-tahun setiap tahunnya. Terlepas dari apapun sejarah dan penyimpangan yang terjadi dalam film tersebut, semua memang ada pro dan kontranya, itu sangat wajar terjadi. Apakah PKI hanya berbuat semena mena pada tahun tersebut saja? Jawabanya tidak, karena kalau kita ke Museum di Lubang Buaya maka ada sejarah tentang kekejaman PKI dari masa ke masa.


Penumpasan Pengkhianatan G 30 S PKI adalah sebuah karya besar sutradara Arifin C Noor dengan produser G. Dwipayana. Film berdurasi panjang ini dibintangi oleh Amoroso Katamsi sebagai Jenderal Soeharto, dan Tokoh Presiden Soekarno oleh Umar Kayam. Penumpasan Pengkhianatan G 30 S PKI adalah merupakan film wajib yang diputar oleh TVRI setiap tanggal 30 september sebelum akhirnya di berhentikan oleh pemerintah melalui menteri Penerangan pada tahun 1998 yang kala itu di jabat oleh Yunus Yosfiah. Banyak yang bilang ini merupakan film propaganda pemerintah dengan mengkultuskan salah satu tokoh di film tersebut, dan banyak sekali adegan-adegan yang konon tidak ada. Embie C Noor sebagai Penata music telah berhasil membuat ilustrasi music yang akan terngiang ngiang terus di telinga bahkan terasa horror dari film horror sekalipun. Suara ngiung ngiung khas film ini jelas tidak dapat di tampik sebagai suara biasa saja.



Dari sisi sinematografi menurut penulis, seorang sutradara besar sekaliber Arifin  C Noor pastilah sudah melakukan serangkaian riset demi terwujudnya film ini tidak serta merta hanya mengandalkan satu narasumber saja, sehingga menurut hemat penulis sangat naïf kalau film ini dibuat untuk propaganda pemerintah saja, dalam hal ini adalah figure Pak Harto. Hanya saja orang-orang yang tidak suka akan tetap menganggap bahwa film ini tidak benar.


Tidak berlebihan memang kalau kita menilai sebuah film ada beberapa adegan yang tidak sesuai, namun demikian patut diingat bahwa film ini mampu memberikan gambaran tentang sebuah peristiwa kelam bangsa Indonesia yang pernah terjadi.

Berlatar belakang penculikan para jenderal yang di bunuh dengan cara keji dan dibuang ke sumur tua lubang buaya. Diawal film ini dibuka dengan keadaan dan peristiwa yang terjadi di Indonesia, pemberitaan-pemberitaan di Koran tentang sepak terjang dan kekejaman PKI, hingga antrian untuk membeli beras dan minyak tanah oleh rakyat adalah gambaran nyata yang terjadi pada saat itu. Paceklik yang mendera rakyat kecil.  Kemudian juga digambarkan latihan-latihan yang dilakukan sebelum operasi penculikan dilakukan, hingga penculikan satu persatu para anggota ‘dewan jenderal’.



Dengan ilustrasi music yang sangat mencekam, penonton mampu dibawa pada suasana tahun 1965 yang cukup mencekam. Adegan yang tidak pernah terlupa adalah adegan dimana anak dari DI Panjaitan yang melumuri mukanya dari darah ayahnya yang ditembak.  Penculikan dewan jenderal yang berujung pada dipaksanya mereka untuk menandatangani sebuah dokumen, dan euphoria para pengikut PKI ketika melihat para jenderal terluka, dan disiksa. Satu adegan kejam adalah ketika di silet. “Darah itu merah jenderal”, merupakan kalimat yang paling diingat.



Hingga pada akhirnya para jenderal dibuang kedalam sebuah sumur tua dan akhirnya di ketemukan setelah beberapa hari di kubur. Pengangkatan korban penculikan akibat kebiadaban PKI hingga pada akhirnya pemakaman para jenderal yang mendapat gelar Pahlawan Revolusi. Dengan suara asli Jenderal AH Nasution yang terbata-bata, film ini mampu membuat bulu kuduk berdiri. Melihat film G 30 S PKI adalah tak terlepas dari adegan lambat, adegan berlari para pasukan cakrabirawa yang dibuat slowmotion dangan iringan musik yang mencekam, adegan disilet, dan juga adengan bernyanyi-nyanyi dari para anggota PKI ditengah penderitaan para Jendral. Tentu saja film ini di tutup dengan dokumentasi saat Pahlawan Revolusi akan di makamkan dengan suara asli dari Bapak AH Nasution dan lagu gugur Bunga yang turut menyertai menambah film ini begitu syahdu di akhir dan menyedihkan.

Setelah sekian lama film ini tidak di putar oleh stasiun tivi, maka angin segar kembali menyeruak ketiak Jendral Gatot Nurmayanto tahun 2017 menginstrusikan untuk menonton kembali film Pengkhianatan G 30 S PKI agar generasi penerus tahu sejarah tentu saja dan bahaya Laten Komunis. Dengan instruksi ini maka kembali film ini dapat di putar di televisi meski tidak semua stasiunTV menayangkan. Dan di tahun 2019 beruntung sekali dua stasiun TV yaitu SCTV dan TV One kembali memutar film ini. Meski tentu saja sangat berbeda dengan yang pernah di putar di TVRI jaman dulu, karena aturan KPI maka beberapa adegan harus di blur. Namun demikian harapannya semoga generasi penerus akan tahu sejarah kelam bangsa ini.

Meski ada beberapa teman yang menganggap bahwa film ini tidak benar dan mereka mengaku ‘sudah tahu” sejarah yang sebenarnya namun demikian bagi saya film ini mewakili apa yang terjadi meski tidak bisa dijadikan sebagai pembenaran tentang adegannya. Toh film film sejarah yang lain juga di buat tapi tidak di persoalkan. Bagaimanapun peristiwa G 30 S PKI merupakan sejarah kelam bangsa yang tidak boleh di lupakan. 

Karena sesungguhnya sejarah adalah milik pemenang, atau sejarah adalah milik penguasa. 

Wednesday, September 18, 2019

Film Indonesia Jadul : Lima Sahabat

Lima Sahabat

JUDUL FILM        : LIMA SAHABAT
SUTRADARA       : C.M. NAS
PRODUSER          : S. SOETRISNO
TAHUN PROD    : 1981
JENIS                     : FILM DRAMA
PEMAIN               : BENYAMIN S, SOEKARNO M NOOR, SEPTIAN DWI CAHYO, MARLIA HARDI

SINOPSIS : 

Lima Sahabat bercerita tentang persahabatan antara Sabah (Septian Dwi Cahyo) dan 4 sahabat lainnya serta Bang Wira (Soekarno M. Noor) mantan pejuang yang harus merelakan satu kakinya saat berjuang melawan penjajah. Wira sudah beruban dan tua, namun karena semangatnya yang selalu menyala-nyala maka tidak tua tidak muda semua memanggilnya dengan sebutan Bang, Bang Wira. Bang Wira kerja di kelurahan untuk mengurus keperluan penduduk, maka biasanya harus melalu Bang Wira dulu sebelum ditanda tangan oleh Lurah.

Adalah Sabah murid SD sebelum tidur di beritahukan oleh gurunya dalam menjelang 17 Agustusan nanti di harapkan dapat memakai seragam Pramuka. Namun Ayahnya tidak mampu membelikannya. Satu-satunya jalan dengan menjual Kodak hasil hadiah dari pamannya. Namun ketika sedang jalan-jalan tiba-tiba Ibu-ibu kursus meminta untuk di foto oleh Sabah. Sabah akhirnya mau karena di bayar. Namun sayang sekali sabah yang tidak bisa menjepret foto akhirnya asal jepret. Akhirnya Sabah ke tukang foto untuk beli film dan minta di ajarin memfoto. Sabah pun akhirnya diam-diam memfoto satu persatu ibu-ibu yang sudah pernah di fotonya untuk di foto ulang dengan berbagai pose sedapatnya. Al hasil Ibu-ibu pun marah setelah mengetahui hasilnya. 

Sementara itu kenakalan lima sahabat tersebut kadang keterlaluan. Sabah mencuri sepatu haji Dahlan (Benyamin S) hanya untuk di buat ketapel.  Ketika kelima sahabat sedang berlomba untuk menembak burung dengan ketapelnya, hanya Sabah saja yang tidak mendapatkan mangsanya apalagi setelah Bang Wira memberikan petuah tentang kegiatan yang di lakukannya. Sementara Lodan karena putus asa tidak mendapatkan burung akhirnya menembak ayam milik Haji Dahlan dengan ketapelnya. Untuk menghilangkan jejak akhirnya kelima sahabat bersepakat untuk membakar ayam tersebut.
Sabah juga di kenal sebagai anak yang supel dan mau bergaul dengan siapa saja termasuk dengan Ripin seorang anak yang kurang mampu juga dengan Bang Umar yang selalu pinjam uang pada Ibunya Sabah.
*****
Bang Wira di datangi oleh Hasan Basri kerumahnya. Bang Wira merasa berhutang budi pada Hasan Basri karena ia dianggap telah menolongnya untuk diterima sebagai pegawai kelurahan. Kedatangan Hasan Basri kerumah Bang Wira untuk menawarkan kerja sama karena ia memiliki percetakan dirumahnya. Hasan Basri meminta agar setiap penduduk di wajibkan untuk mencetak kartu ke tempat Hasan Basri dengan meminta tolong pada Bang Wira. Hal ini tentu saja menjadi beban tersendiri bagi Bang Wira. Apalagi ia merasa sangat berhutang budi padanya. 

Namun beruntunglah Bang Wira karena Haji Dahlan datang kerumahnya dan memberitahukan siapa Hasan Basri sebenarnya. Bukan Hasan Basri yang menolong Bang Wira untuk jadi pegawai kelurahan karena ia cacat, akan tetapi dialah yang memperjuangkan Bang Wira untuk di terima sebagai pegawai kelurahan semasa haji Dahlan menjabat sebagai lurah. Bahkan Hasan basrilah yang meminta jabatan yang sekarang di pegang oleh Bang Wira. Sementara Haji Dahlan menjadi malu pada Bang Wira untuk meminta tolong guna mencari dana demi 17 Agustus karena takut dikira meminta balas budi. Namun justru Bang Wira dengan senang hati mau melakukannya demi suksesnya 17 agustusan.

 Akhirnya ketika Hasan Basri kembali datang dengan menawarkan segenggam keuntungan di tolak mentah-mentah oleh Bang Wira. Hasan Basri pun akhirnya mengetahui siapa orang yang telah memberitahukan pada Bang Wira tentang dirinya, apalagi setelah melihat kalau Lurah sekarang meminta pertimbangan pada Haji Dahlan tentang bagaimana kerja sama dengan Hasan Basri. Tentu saja Haji Dahlan menyarankan untuk menolaknya. 

Mengetahui hal demikian, Hasan Basri menjadi berang dan mencari kesempatan untuk menghabisi Haji Dahlan. Beruntunglah ketika niat tersebut di laksanakan, dan Haji Dahlan hampir kehabisan nafas, Sabah dan Lodan mendengar perbuatan Hasan Basri dan meminta tolong pada Hansip setempat. Namun sayang Hasan Basri melarikan diri. Akhirnya kelima sahabat berusaha mengejar dan melumpuhkannya dengan senjata andalannya ketapel. Meski beberapa kali berhasil meloloskan diri, namun Hasan Basri akhirnya tertangkap berkat bantuan dari lima sahabat dan di hadapkan pada lurah. 

Sementara itu Lima Sahabat akhirnya memberikan hadiah berupa satu buah sepatu pada Bang Wira sebagai bentuk hormatnya pada Bang Wira. Hal ini membuat haru Bang Wira. Akhirnya acara 17 Agustus pun berlangsung dengan baik.