Sunday, November 23, 2025

DEDDY SUTOMO


DEDDY SUTOMO ,  Sebelum terjun ke film, nama Deddy Sutomo sudah di kenal lewat drama-drama TVRI. Ketika dunia film nasional mulai ramai, Deddy mulai melebarkan sayap ke film. Penampilannya yang paling mengesankan lewat film "Atheis" arahan Syumandjaya. 

Deddy juga pernah main bersama artis Mandarin handal Shang Kuan Lin Fung, lewat film join produksi dengan Hongkong berjudul "Pandji Tengkorak". Deddy Sutomo berperan sebagai Pandji Tengkorak, yang wajahnya hampir sebagian besar tidak kelihatan jelas, karena menggunakan topeng. Film ini cukup sukses dalam peredarannya. Ceritanya sendiri di angkat berdasarkan Cergam karya Hans Jaladara yang sudah beberapa kali di cetak ulang. 

Selain itu Deddy Sutomo juga bermain dalam film "Perisai Kasih Yang Terkoyak" yang diangkat dari novel laris karya Mira W, novelis wanita yang hampir sebagian besar novelnya dijadikan film. Dalam film itu, Deddy berpeperan sebagai seniman gaek yang hidup bersama anak perempuannya yang di perankan oleh Nena Rosier. 

"Peran seperti ini memang baru pertama kali saya perankan" jawab Deddy. Karakternya penuh tantangan. 

Dari sekian banyak film yang dibintangi film yang paling berkesan menurut Deddy ada dua kesan. "Kesan dalam lingkungan kerja dan nilai artistiknya. Deddy mengatakan film "Atheis" yang paling berkesan. Dalam film ini ia banyak belajar dari sutradara Syumandjaya. Kesan Deddy terhadap Syuman juga semakin bertambah. "sampai kini suasana seperti itu belum saya alami lagi", meskipun sudah sering bekerjasama dengan sutradara-sutradara besar. 

Film lain dimana Deddy juga ikut bermain dengan kelompok Teater Populer, dalam film "Cinta Yang Terjual" arahan Yazman Yazid. Dalam film ini, Deddy berperan sebagai duda beranak tiga, yang akhirnya menikah dengan gadis atas usul kakak perempuannya. 

Peran Deddy dalam film itu, memang tidak berbeda jauh dengan kehidupannya di luar film.

Nama Deddy Sutomo nyaris dilupakan orang kalau saja ia tidak tampil kembali lewat serial TV "Rumah masa Depan" yang di sutradarai oleh Ali Shahab. Penampilan Deddy lewat serial tersebut sudah kembali lagi pada bentuknya yang semula, wajar, santai dan pas. Mungkin karena Deddy berasal dari TV, sehingga tidak sulit buat menyesuaikan diri dengan karakter yang di perankannya Di samping juga belajar dari orang-orang  yang menjadi tokoh panutan. 

~RF657

Saturday, November 22, 2025

DEDDY MIZWAR, HONOR CEWEK LEBIH TINGGI

 



"Bagaimanapun Piala Citra adalah ukuran keberhasilan seorang pemain. Mustahil kalau tidak diharapkan kemenangannya, termasuk saya. Namun bukan berarti saya berakting demi Piala citra," ujar Deddy Mizwar yang bermain cukup bagus dalam film Plong garapan sutradara Putu Wijaya. 

Lewat Plong dimana ia berperan sebagai Darma seorang lelaki Jawa Ningrat, merupakan peran yang cukup menantang baginya. Yang tentu sajaberbeda dengan watak sehari-harinya dimana ia lahir di Jakarta meski dialiri darah Makassar. Tapi bukan berarti peran yang menantang seperti halnya seorang jawa Ningrat seperti itu, baru bagi Deddy "Sebab dalam film Syeh Siti Jenar, saya berperan sebagai wali. Yanglebih dari ningrat yang ningrat," tandasnya . Peran menantang lainnya yakni sosok Naga Bonar, lelaki Batak tulen yang membuat Deddy dianugerahi Piala Citra Pemain Terbaik .

Ada beberapa kualifikasi bagi Deddy dalam menerima tawaran main. Siapa sutradaranya, bagaimana skenarionya dan apa perusahaan filmnya sebagai patokan untuk menerima tawaran main film. "Sedangkan yang terakhir honornya," ujarnya lagi. Bahkan hal imbalan itupun penting sebab mana mungkin seorang pemain yang sudah bekerja setengah mati tapi tidak mendapat imbalan yang seimbang sementara produsernya ongkang-ongkang kaki menghitung keuntungan dari filmnya. 

Hal honor ini pulalah yang kerap menjadi tanda tanya besar Deddy bilamana membandingkan jumlah yang diterimanya dibanding dengan  yang di berikan kepada pemain wanita. Terlebih bintang wanita seksi dan berani memamerkan tubuhnya. 

Meskipun disadari bahwa objek wanita dalam film sebagai komoditi dagang merupakan modal bagi larisnya sebuah produk tapi bagaimanapun film adalah sebuah kerja kolektif. Artinya masing-masing personil merupakan bagian penting dan saling mendukung satu sama lai. 

Secara realita  hal ini sangat tidak adil dan menimbulkan kecemburuan sosial dan belum berhasil di dobrak oleh pihak manapun. Sehingga dibiarkan menjadi borok dalam bisnis perfilman hingga sekarang ini. Deddy tak bisa meramalkan sampai kapan perbedaan klasifikasi antara pemain pria dengan wanita ini bisa diatasi. Dan keduanya mendapat penghargaan yang seimbang. 



~MF 167/134/THIX 28 Nov - 11 Des 1992

Friday, November 21, 2025

SONA ANAK SRIGALA

 


SONA ANAK SRIGALA. Teddy Purba berperan dalam film silat campur aduk yant tak genah tempat berpijaknya. Di dukung oleh Minati Atmanegara, Wieke WIdowati, Farida Pasha dan Deddy Sutomo dengan Sutradara A. Harris. 

Di ceritakan dua pemburu menemukan seorang bocah yang hidup bersama sekawanan srigala. bocah yang kemudian di berinama Sona itu diasuh dan dilatih ilmu silat. Ternyata Sona adalah keturunan seorang kepala suku yang di buang kehutan ketika masih bayi. 

Setelah dewasa, Sona bentrok dengan gerombolan pemuja berhala yang sering menculik pemuda pemudi. Gerombolan ini di pimpin oleh musuh-musuh orang tuanya yang memiliki ilmu hitam. Nyaris Sona sendiri menjadi korban. Namun dengan keuletannya akhirnya Sona berhasil menuntut balas, sekaligus membebaskan kekasihnya yang hendak di jadikan korban persembahan berhala. 

Film silat antah berantah ini banyak menampilkan binatang buas, selain srigala juga ada buaya, ular dan hewan-hewan berbisa lainnya. 


~RF No. 625~

Tuesday, November 18, 2025

KIAT SAUR SEPUH SUPAYA LAKU, ARTIS IMPORPUN DI KONTRAK


 Siang itu udara cerah, cuaca yang bagus untuk dimulainya suting film Saur Sepuh V, sutradara Torro Margens.  Kebun Binatang Ragunan, Jakarta tempat lokasi suting menjadi penuh sesak. Masyarakat yang berleha di Kebun Binatang itu banyak yang menyempatkan diri melihat suting film action klasik yang diangkat dari Sandiwara radio. Kru dan pemain serta sutradara sejak pukul 11.30 WIB telah berada di lokasi suting. Kelihatan wajah kru rada loyo sebab tenaga dan pikiran mereka terkuras. Karena tak jarang suting berakhir sampai Subuh datang menjemput, siangnya suting berlanjut kembali. Kru berlomba dengan waktu. 

Kondisi seperti ini cukup sering dalam produksi film nasional. Tak jarang pula kru film di bayar dengan honor ala kadarnya. Apalagi dalam kondisi perfilman lesu darah. Kru film hanya bisa manggut manggut yang penting masih ada pekerjaan. 

Rupanya binatangpun bisa menggangu konsentrasi artis pendukung film saur sepuh V ini, meski semua binatang di sekap dalam terali besi. Begitu suting mau dimulai seekor monyet cukup cerewet, suaranya melengking. Melihat kenyataan itu seorang kru punya siasat, lalu memberikan makanan pada sang monyet. Sutingpun berjalan lancar, tak ada film yang dibuang percuma karena kesalahan pengadegan. Satu take, adegan langsung jadi. Kamerawan William Samara, hafal betul selera Torro Margens. 

Ketika Saur Sepuh di filmkan untuk pertama kalinya film ini mendapat sambutan hangat dari masyarakat. Ketika itu Imam Tantowi sebagai sutradara dapat mencari pemain dengan tepat dan mengorbitkan karenanya.

Diantaranya Murtisaridewi, Elly Ermawatie dan Fendy Pradana. Imam Tantowi hanya di berikan keperjacaan oleh produser kala itu masih pakai bendera PT. Kanta Indah Film hanya sampa Saur Sepuh IV dengan penata artistik El Badrun dan Delsy Sjamsumar. Kini Saur Sepuh V memakai bendera PT. Elang Perkasa Film. Massa Tantowi menjadi sutradara film Saur Sepuh I sampai IV, film ini digarap secara kolosal. 

Kala Imam Tantowi menjadi sutradara serial Saur Sepuh, selalu mengutamakan keartistikan, selain laga menjadi prioritas utama. Lihat saja Saur Sepuh I sampai IV, kentara betul kalau Imam Tantowi menampilkan suatu keartistikan, "Saya tidak ingin saur Sepuh menjadi film biasa," Kata Imam Tantowi. 

Sekarang, Era Tantowi di Saur Sepuh sudah berlalu, masa Torro Margens kini memegang kendali. Torro punya kiat tersendiri supaya film Saur Sepuh V dapat simpati dari penonton. Maka untuk itu ia memakai artis Hongkong, Wan Chen Lie. Siapa tahu kalau memakai artis Hongkong film ini bisa meledak. 

"Meski akan menghabiskan dana yang cukup besar, tapi saya yakin film ini setidaknya akan kembali modal. Sebab saya tahu kalau masyarakat lagi haus hiburan film action," Ujar Torro Margens. 

~MF 167/134/TH.IV 28 Nov-11 Des 1992

Saturday, November 15, 2025

WILLY DOZAN "BOSAN MENEKUNI DUNIA FILM"

 


WILLY DOZAN,  Willy Dozan, bintang aksi yang juga di kenal dengan nama Billy Chong, Chuang Chien Lee atau nama barunya yang sempat di plokramirkan pada tahun 1986 Ie Wen Chen Tu, dua bulan terakhir sibuk terbang antara Jakarta Hongkong. Ia sedang mengikuti persiapan proyek filmnya yang agak tertunda dengan sutradara film aksi Mandarin yang cukup terkenal, Wu Sze Yuan. 

"Memang proyek film kali ini agak terlambat, karena beberapa segi teknis yang masih belum tergarap matang. Dan saya sendiri memiliki kesibukan lain dalam dunia bisnis yang baru dirintis secara kecil-kecilan. Namun kelihatannya saya menemukan keasyikan tersendiri dalam bidang ini, hingga dunia film seperti terlupakan. Yah, kegairahan berakting di muka kamera sepertinya lenyap, Bosan!, tutur Willy. 

Menurut Willy Dozan mungkin setiap pemain bisa dihinggapi rasa bosan seperti yang dirasakan saat ini. Namun dia membantah kalau mengatakan dunia film tidak sanggup menghidupi seorang bintang. "Namun entah mengapa saya merasa lebih mantap memilih dunia bisnis sebagai gantungan masa depan" ujar Willy. 

Namun Willy Dozan merasa aneh bila ia menoleh ke belakang. Maksudnya ia merasa aneh kenapa ia bisa main film. "Tentunya saya tidak pernah menyesali bahkan saya bangga memiliki kesempatan untuk mengembangkan bakat dan hobi saya lewat wadah yang tepat. Mungkin menjadi pemain film sudah suratan nasib," kata Willy selanjutnya. 

Meski demikian Willy Dozan tak mau semua kata-katanya diartikan bahwa ia mengundurkan diri dari dunia film. "Saya masih akan terus main film sebagai penyaluran hobi sampai saya benar-benar sudah merasa jenuh".

"Tema drama remaja dan  musikal tampaknya sedang merajai dunia perfilman kita , saya merasa sudah terlalu tua untuk mengubah haluan untuk mengikuti arus perfilman yang ada. Tentu saja saya bisa belajar, tetapi yah bagaimana kalau waktu dan kegairahan sudahbegitu menurun. Sulit membayangkan orang seusia saya belajar breakdance misalnya. Itu kan urusan remaja tujuhbelasan. Padahal dengan menguasai tarian itu akan banyak gunanya untuk ambil bagian dalam film-film yang digarap ", ungkap Willy. 

Lantas bagaimana dengan dunia model?. Secara khusus Willy Dozan tidak pernah menekuni dunia model. Memang ia pernah menjadi model untuk beberapa produk seperti t-shirt dan pakaian dalam pria, namun semua itu baginya hanya iseng-iseng saja. 

"Sejak film yang saya bintangi "Fistfull of Talons" saya lebih banyak menghabiskan waktu dengan kegiatan non film. sebelum akhirnya kembali terjun kedunia film lagi. 


~RF 584


Friday, November 14, 2025

LINA BUDIARTY AWET MUDA


LINA BUDIARTY, Penampilan terbaiknya selama menerjuni dunia film adalah ketika Lina Budiarty ikut mendukung film "Ponirah Terpidana" yang digarap oleh sutradara Slamet Rahardjo. Menurut Slamet Rahardjo sendiri peran Lina Budiarty dalam film tersebut sangat cocok. Begitu pula dengan si pemeran sendiri yang kabarnya karena film ini sempat menolak beberapa tawaran film lainnya yang kebetulan hampir bersamaan waktu pembuatannya. 

"Karena saya lebih berat dengan film ini", ujar Lina. "Soalnya film ini sangat cocok buat saya dan lagipula film ini bermutu, apalagi ditangani oleh mas Slamet Rahardjo yang sudah berpengalaman. Tentunya sekaligus untuk meningkatkan pengetahuan tengang akting yang bermutu dan itu pengalaman buat saya". "Dan tentunya saya senang bisa bermain dengan slamet Rahardjo dan Christine Hakim, " sambung Lina. 

Dari sekian banyak film-film yang pernah di bintangi , rata-rata peran yang dibawakan Lina Budiarti selalu yang terbuka terbuka. Tampaknya ia tak ambil pusing, yang jelas ia ingin meraih apa yang diinginkan, yakni bisa mensejajarkan diri dengan artis-artis populer lainnya. Meski demikian kehidupan karirnya tak lepas dari gunjingan orang-orang yang bernada negatif padanya. 

"Memang itu resiko saya," namun semua itu saya anggap biasa saja, yang jelas dunia film dan kehidupan saya memang lain. Itu saja!". 

Lina Budiarty beranjak kedunia film dari dunia foto model. Tentunya peran suaminya dalam kehidupan tak boleh di lupakan begitu saja. Bidijanto S, sang suami yang pada mulanya di kenal sebagai komikus itu dan kemudian di kenal sebagai kostumer film, mempunyai sanggar untuk menampung segala aktifitas seni bidang peraga busana dan foto model. 

Dan Dorongan serta bimbingan dari suaminya inilah yang menjadikan Lina Budiarty seperti sekarang ini. 

Namun di balik semua itu yang menarik sekali dari pribadi Lina Budiarti sendiri adalah kebolehannya dalam menjaga tubuhnya sehingga membuat dirinya tetap awet muda. Dan rahasia awet muda Lina adalah menjaganya dengan senam dan makan minum teratur juga dengan jamu untuk menjaga tubuh. dan tentunya jangan banyak mikir, tutur Lina Budiarti. 


RF 529

NENA ROSIER


 NENA ROSIER, memasuki tahun 1986 Nena Rosier memperoleh tawaran untuk menjadi pemeran utama dalam film "Telaga Airmata". Dan tentu saja tawaran yang simpatik ini diterima dengan senang meskipun hal itu merupakan sebuah tantangan bagi dirinya. 

Film-film Nena Rosier sebelumnya seperti Rose Beracun, Tergoda Rayuan, dan juga telaga Airmata.  Film "Telaga Air Mata" di angkat dari novel yang di tulis oleh Ris Prasetyo oleh sutradara Chris Helweldery yang sebelumnya merupakan tulisan yang pernah dimuat secara bersambung di sebuah majalah Wanita. "Ternyata Novel itu dibuat dari sebuah kisah nyata", jelas Nena. "Tokoh Yeni yang saya perankan itu adalah seorang pelajar SMP di Surabaya," kata Nena . Film ini skenarionya di tulis oleh Arswendo Atmowiloto. Fim Telaga Air Mata turut di perkuat oleh Rima Melati , Ully Artha, Frans Tumbuan, Bambang Hermanto, S Bono dan juga Hendra Cipta. 

Selain di film Nena mengaku sudah lama berniat rekaman, namun baru tahun 1986 ia berkesempatan melakukannya, "Habis saya selalu sibuk dengan film Bangkitnya Nyi Roro Kidul yang di sutradarai oleh Sisworo Gautama dan dalam film itu Nena jadi wartawati mendampingi Suzanna. 

Album kaset "Pop Bosas Selection" di selesaikan Nena Rosier berisi lagu-lagu ciptaan Pance Pondaag, Obbie Mesakh dan lain sebagainya. "Pendeknya lagu-lagu yang top lalu saya bawakan kembali dengan irama bosas, jelas nena tentang rekamannya. 


~RF 625~

Monday, November 10, 2025

FARIDA PASHA, MENDAPAT JULUKAN BINTANG HOROR

 


FARIDA PASHA cukup akrab di telinga para penggemar film nasional. Tak aneh karen amemang sering menjadi peran utama dalam film-film yang berbau horor. Misalnya dalam film "Guna Guna Istri Muda", "Nenek Grondong", "Dukun Ilmu Hitam", "Panasnya Selimut Malam" dan masih banyak lagi. 

Menurut Farida Pasha, dirinya pernah di tawari film film "Bibir-Bibir Bergincu" tetapi karena ia merasa tidak cocok dengan adegan-adegan yang harus dilakukan makanya dengan berat hati ia terpaksa menolaknya. "Biar bagaimanapun saya masih belum bisa juga kalau diminta untuk beradegan yang kelewatan, itu menurut saya lho!", ujarnya lagi. Farida Pasha pernah mengikuti Workshop Seni Peran. Diluar film maupun drama, Farida juga ikut berorganisasi, ia aktif dalam wadah yang bernama LAKSWI (Lembaga Kebudayaan Swadari Indonesia) dan ia menjadi Sekjen Lakswi. 

Selain pengalaman di dunia film dan drama, pada pertengahan 80an Farida juga memiliki usaha sampingan jual beli benda antik. Di rumahnya pun ia mengoleksi benda benda antik seperti keramik dalam bentuk beragam mulai dari boneka kecil sampai pada jambangan yang indah. 

Di akhir 80an, Farida Pasha makin makin dikenal ketika berperan sebagai Mak Lampir dalam film Misteri Dari Gunung Merapi yang juga merupakan peran yang melekat pada dirinya hingga sekarang. 


~RF 615