Thursday, April 4, 2019

BARRY PRIMA DALAM FILM " SI BUTA LAWAN JAKA SEMBUNG"


JUDUL FILM        : SI BUTA VS JAKA SEMBUNG
SUTRADARA       : DASRI YAKOB
PRODUSER          : SABIRIN KASDANI
PRODUKSI           : RAPI FILM
TAHUN PROD    : 1983
JENIS                     : FILM LAGA
PEMAIN               : BARRY PRIMA, ADVENT BANGUN, WD MOCHTAR, ZURMAINY, SRI GUNDY SINTARA, H SJAMSUDIN SAFEI, DJAIR WARNIPONAKANDA, VIVI RIO, GRACE SAHARA

SINOPSIS :
Kompeni Belanda mengobrak abrik rumah warga karena mencari Jaka Sembung (Barry Prima) yang kian meresahkan Kompeni karena sepak terjangnya. Merasa kewalahan untuk mencari Jaka Sembung, akhirnya Kompeni mengadakan sayembara bagi para jago-jago persilatan, dan siapapun pemenangnya mendapatkan hadiah 100 ringgit. Maka berdatanganlah jago-jago persilatan untuk menjadi pemenangnya, termasuk Soca Indrakusuma (Advent Bangun) alias Si Buta dari gunung Iblis.  Akhirnya Sibutalah pemenangnya. Seratus Ringgitpun diterima. Tugas utama yang harus dijalani oleh Si Buta adalah menangkap Jaka Sembung yang merupakan musuh Kompeni dengan upah 500 ringgit. Namun Si Buta menawar untuk menjadi 1000 ringgit jika berhasil menangkap Jaka Sembung, dan disetujui oleh kompeni. 

Akhirnya dilakukanlah pencarian Jaka Sembung dengan dibantu oleh pasukan kompeni.  Di suatu persawahan Jaka Sembung yang ditantang oleh Si Buta akhirnya keluar dari persembunyian dan terjadilah perkelahian antara keduanya. Si Buta yang dari mulai sayembara hingga saat berhadapan dengan Jaka Sembung selalu dibayangi oleh Dewi Manggi (Sri Gundy Sintara) yang selalu membantunya dengan memberikan bantuan melalui bisikan-bisikannya. 

Akhirnya Si buta berhasil menangkap Jaka Sembung dan berhasil memenggal kepalanya untuk diserahkan pada Kompeni. Merasa yakin, kompeni akhirnya menyerahkan hadiah 1000 ringgit uang emas pada Si Buta. Namun setelah menyerahkan uang, Kompeni ingkar janji, ia menyerang Si buta hingga terluka parah. Si Buta berhasil menghabisi kompeni, namun malang ia tertembak dan terluka parah. Si Buta ditolong oleh Dewi Manggi yang selama ini menyimpan hati padanya. Ketika pingsan Dewi Manggi yang telah bernafsu akhirnya menciumi dan menggauli Si Buta dengan nafsu, namun ketika sadar Si Buta menolak dan marah karena cintanya sudah dikubur bersama kekasihnya yang telah meninggal. Manggi marah dan sebagai gantinya meminta uang hadiah dari kompeni untuk dirinya. Namun Si Buta menolak dan terjadilah saling baku hantam dengan kemarahan Manggi hingga membuat Si Buta tidak bisa berbuat apa-apa.

Saat itulah muncul Jaka Sembung bersama teman-temannya menolong dan membawa Si Buta ke padepokan gurunya.  Setelah sembuh, akhirnya Si Buta pun menyerahkan uang 1000 ringgit tersebut untuk perjuangan, dan ia menceritakan bahwa yang dikalahkan dan dipenggal kepalanya bukanlah Jaka sembung yang sebenarnya, akan tetapi Kepala Kambing yang menyerupai muka Jaka Sembung dengan bantuan sihir Dewi Manggi. Si Buta akhirnya bergabung dengan padepokan Jaka Sembung. Sementara itu Manggi yang kecewa pada Si Buta akhirnya mendatangi markas kompeni dan memberi tahu kalau Jaka Sembung masih hidup. Kompeni marah karena ia telah di bohongi oleh Si Buta dengan memberikan Kepala Jaka Sembung hanya dengan kepala kambing. Akhirnya Manggi bekerjasama dengan kompeni untuk membunuh Si Buta dan Jaka Sembung. Manggi mengandalkan ilmu sihirnya. 

Pada Suatu malam terjadilah pencurian kotak hadiah di padepokan Jaka Sembung, namun tidak terlihat siapa yang mencurinya. Si Buta yang awas penciuman dan penglihatannya akhirnya berhasil menghalanginya. Jaka Sembung yang sedang tidur pun kaget karena tidak bisa melihat siapa pencurinya karena tidak terlihat. Akhirnya melalui penciumannya Si Buta berhasil mengetahui kalau itu adalah perbuatan Dewi Manggi. Dewi Manggi berhasil ditangkap dan dilukai. Namun Ia dibiarkan menyelamatkan diri.  Manggi yang sedang terluka parah akhirnya berhasil mencari gurunya(WD Mochtar) dan berhasil menyembuhkan lukanya. 

Setelah sembuh, Manggi meminta bantuan gurunya untuk menangkap Kinong adik dari Jaka Sembung, dengan demikian maka dua umpan sekaligus didapat. Tujuannya adalah untuk memancing Jaka Sembung dan Si Buta. Disarangnya, Dewi Manggi adalah seorang perempuan yang memimpin perguruan dengan seluruh anggotanya perempuan. Mereka semua dendam pada makhluk laki-laki dan sebelum dibunuh di sumur maut yang berisi ular, terlebih dahulu para laki-laki tersebut untuk memuaskan dirinya. Demikian juga Kinong. Kinong akhirnya di gantung di atas sumur maut.
Jaka yang datang seorang diri tidak bisa berbuat apa-apa ketika mengetahui Kinong berada diatas sumur maut. Namun kedatangan Si Buta dan gurunya berhasil membantu Jaka untuk menyelamatkan Kinong.  Dewi Manggi dan murid-muridnya kewalahan menghadapi Jaka Sembung dan lainnya, hingga ia meminta bantuan gurunya dan kompeni. Kedatangan guru Manggi ternyata mampu membuat kewalahan Jaka Sembung dan gurunya. Namun ia akhirnya mampu membunuhnya. Disaat yang bersamaan datanglah kompeni dan Manggi menembaki mereka. Saat itulah muncul Bajing Ireng (Zurmainy) yang membantu Jaka Sembung.  Kedatangan Bajing Ireng mampu membuat Kompeni kalang kabut. Namun Bajing Ireng berhaisl di tembak oleh kompeni. Sementara itu Manggi marah karena tempatnya telah di porak porandakan oleh Kompeni dengan sengaja. Manggi merasa telah ditipu oleh kompeni.  Manggi akhirnya tewas oleh meriam yang di sulut Kapiten. Sedangkan Si Buta, Jaka Sembung, Gurunya dan Bajing Ireng akhirnya selamat.

****
Film Serial Jaka Sembung dengan judul Jaka Sembung vs Si Buta sangat bagus dibanding film lainnya seperti Jaka Sembung vs Bajing Ireng . 

RHOMA IRAMA & ZAINUDDIN MZ DALAM FILM "NADA DAN DAKWAH"


JUDUL FILM        : NADA DAN DAKWAH
SUTRADARA       : CHAERUL UMAM
PRODUSER          : JIWAT
PRODUKSI           : PT. BOLA DUNIA FILM
TAHUN PROD    : 1991
JENIS                     : FILM MUSIKAL
PEMAIN               : RHOMA IRAMA, IDA IASHA, ZAINUDDIN MZ, WD MOCHTAR, DEDDY MIZWAR, WAN ABUD, 

SINOPSIS :
Kisah berawal dari kemelut yang melanda desa Pandan Wangi yang bergejolak akibat pembelian tanah yang dilakukan oleh seorang bos Pak Bustomi(WD Mochtar) dengan dalih untuk di bangun pabrik tapioca yang tenaganya akan mengambil dari warga sekitar. Juga maraknya minuman keras bagi kalangan muda dan judi di sekitar Pandan Wangi turut menambah gejolak bagi masyarakat sekitar.  Mereka diiming-imingi akan dibangun sebuah pabrik dan juga tempat hiburan untuk kalangan muda, hingga akhirnya banyak pemuda yang menjual sertifikat tanahnya pada broker tanah Pak Abu (Wan Abud) atas suruhan Mursali. Banyak tanah penduduk yang dijual kepada mereka hanya demi uang sesaat , bahkan tanpa sepengetahuan orang tuanya. Yang lebih parah lagi adalah tanah wakaf yang turut diperjual belikan. 

Hal ini menimbulkan reaksi bagi ulama setempat termasuk ust. Zainuddin (Zainudin Mz) dan juga Ust. Murod (Deddy Mizwar) dari Pandan Wangi. Mereka berusaha menyadarkan warga melalui media dakwah melalui tabligh akbar dengan penceramahnya Ust. Zainuddin. Namun kedatangan Ust. Zainuddin tidak disukai oleh anak buah Bustomi karena kata-kata ust. Zainuddin dianggap menghasut warga. 

Di lain sisi Rhoma (Rhoma Irama) yang juga bersahabat dengan Ust. Zainuddin adalah teman dari Latifah (Ida Iasha) putri tunggal dari Bustomi. Mereka bersahabat dan sempat dipertemukan dengan ayah Latifah untuk menjembatani jual beli tanah dengan penduduk Pandan Wangi. Namun Rhoma mencium hal yang tidak beres, sehingga Rhoma berusaha menyadarkan dan memberitahu pada ayah Latifah tentang jual beli tanah tersebut. Sementara itu Latifah yang merupakan anak tunggal, justru mengambil jalan yang bertentangan dengan sikap ayahnya. Jika ayahnya ingin agar penduduk Pandan Wangi menjual tanahnya padanya, maka Latifah justru melakukan penelitian dengan penduduk sekitar dan menghimbau pada mereka untuk tidak menjual tanahnya. Hal ini tentu berseberangan dengan keinginan ayahnya.
****
Latifah dan teman-teman mahasiswinya datang ke Pandan Wangi untuk memberikan pengarahan dan pelatihan pertanian bagi warga. Apalagi warga juga mulai resah karena isu penggusuran tanah warga yang akan digunakan untuk jalan tol, padahal tujuan sebenarnya adalah untuk pembuatan pabrik. Setelah di beri pengarahan, warga akhirnya mulai sadar dan mulai timbul penyesalan karena mereka sudah terlanjur menyerahkan sertifikat tanahnya pada Pak Abu. Warga kuatir dengan keselamatan sertifikat tanahnya. Akhirnya terjadilah pertemuan antara warga dengan Pak Abu yang difasilitasi oleh Ust. Murad. Warga marah, karena setelah diketahui Abu berbohong karena baru diketahui kalau tanah yang di jual bukan untuk jalan tol tapi untuk membangun pabrik. Akhirnya warga menuntut sertifikatnya untuk dikembalikan. Hal ini diketahui oleh Pak Bustomi. Akhirnya bersama Mursali, Bustomi datang ke desa Pandan Wangi untuk melakukan pertemuan dengan warga.  Akhirnya belang Abu pun semakin terbuka karena harga tanah yang seharusnya dikeluarkan oleh Bustomi adalah Rp. 17.500 permeter namun sampai di warga hanya Rp.5.000.

Akhirnya Bustomi mengambil alih haknya dan menawarkan langsung pada warga untuk mengambil uangnya langsung padanya. Namun Warga yang sudah sadar pun menolak permintaan Bustomi tersebut. Keadaan pun bergolak. Saat itulah datang Ust. Zainuddin yang memberikan pencerahan. Akhirnya Bustomi pun sadar dan bersedia mengembalikan sertifikat warga kembali. Bustomi juga mulai menjalankan solat dan membaca kitab Suci Al Qur’an ketika sering sering mendengar ceramah dari Zainuddin baik melalui TV maupun radio. Bustomi merasa di khianati oleh anak buahnya  termasuk pemotongan uang bagi warga. Akhirnya Marsuli dan Abu pun di pecat oleh Bustomi. 

Pemecatan Marsuli dan Abu berdampak pada anak buahnya di lapangan yang mulai tidak di suplai biaya hiburan. Akhirnya mereka pun marah dan menyusun rencana untuk menghancurkan warga.
Sementara itu di rumah warga, seorang warga di bunuh anaknya sendiri Jaja karena rebutan surat tanah yang akan di gadaikan agar ia bisa hidup enak.  Akhirnya polisi pun menginterogasi saksi, dan mereka menuduhkan kalau kejadian tersebut terjadi setelah Jaja mengikuti pengajian yang diadakan oleh anak-anak kota yang di ketuai Latifah.  Sementara itu Latifah dan Rhoma berusaha mencari keberadaan Jaja untuk mencari titik persoalan lebih jelas. Rhoma dan Latifah berhasil menemukan Jaja  di markas Mursali. Terjadilah baku hantam, dengan sigap Latifah menelpon Polda Metro Jaya dan berhasil menangkap Jaja dan kawan-kawannya.
****
Film-film Rhoma Irama tetap menarik untuk di tonton meski film-filmnya bergenre dangdut, namun film-film yang lebih mirip film India mungkin ya, sudah jarang di produksi lagi.

Monday, April 1, 2019

HARI FILM NASIONAL 2019 : Film Indonesia, Langka di Negeri Sendiri, Menjamur di Negeri orang


Rilisan fisik produksi Malaysia

Film Indonesia merupakan salah satu khasanah kekayaan yang patut di lestarikan. Menjelang Hari FIlm Nasional yang jatuh setiap tanggal 30 Maret maka sebagai pecinta film sudah selayaknya kita terus menjaga dan tentu saja melestarikan dengan cara menonton film Indonesia di bioskop-bioskap. Geliat film Indonesia kian hari kian membanggakan. Berdasar data dari filmindonesia.or.id Dilan 1990 menjadi film terlaris dengan perolehan penonton 6.315.664 , ini tentu sangat membanggakan menyusul juga Dilan 1991 yang hingga berita ini di tulis sudah mencapai 5.192.103. Selain itu perolehan film terlaris juga dari film Warkop DKI Reborn, Jangkrik Boss 1 dan 2, Ada Apa dengan Cinta 2, Pengabdi Setan, Suzanna dan lain-lain. Ini menunjukkan bahwa grafik penonton film Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun.

Tentu peningkatan ini menjadi sesuatu yang menggembirakan terutama bagi industri perfilman tanah air. Namun demikian Bioskop yang ada saat ini boleh di bilang hanya ada di kota-kota besar dan hampir tidak di temui lagi bioskop kelas 2  yang memutar film-film 'agak' lama yang telah beredar di bioskop kelas 1 namun dengan harga murah. Kenapa di perlukan bioskop kelas 2, karena dari sini dapat lebih menjangkau masyarakat kecil dan tidak melulu harus ke kota untuk dapat menonton film yang beredar. Saat ini seolah tidak ada pilihan lagi untuk menonton film. Seorang rekan bahkan pernah bercerita untuk nonton film harus ke kota dulu yang membutuhkan waktu 3 jam dari rumahnya dan biaya yang di keluarkan tidaklah sedikit karena sekali nonton untuk berdua ia harus mengeluarkan kocek paling tidak sebesar Rp. 200.000,- . Bagi masyarakat kota besar mungkin sudah terbiasa namun bagi masyarakat yang rumahnya jauh hal ini tentu akan membuat malas untuk nonton bioskop. Karena Bioskop merupakan kelas mewah bagi mereka dan harus menuju ke pusat kota.

Hal ini tentu berbanding terbalik kala Film Indonesia juga pernah mengalami jaman keemasan yaitu di era 80an hingga pertengahan 90an Film Indonesia yang tayang di bioskop masih dapat di nikmati dengan kelas atau tingkatan bioskop yang ada. Kalau kelas mahalnya nonton bioskop adalah di jaringan 21 (baca  : twenty one) dengan film-film baru yang di putar sedangkan kelas 2 ada di bioskop dengan harga pertengahan biasanya memutar film yang sudah agak lama tayang di jaringan 21, sedangkan di bioskop kelas 3 merupakan film-film yang sudah cukup lama tayang di jaringan 21 . Bioskop ini murah untuk kelas rakyat dan merupakan hiburan yang di cari terutama saat malam minggu tiba.  Kalau mereview ke masa lalu saya ingin mencontohkan di Jalan Soepomo - Tebet Jakarta Selatan terdapat 3 bioskop berderet dengan kelas berbeda. Bioskop "Viva Theatre" merupakan jaringan twenty one kala itu tarifnya Rp. 5000 untuk sekali nonton, kemudian di sebelahnya ada "Tebet Theatre" yang merupakan jaringan bioskop kelas menengah dengan tarif Rp. 3000,- dan di Sebelah bioskop Tebet ada Wira Theatre, bioskop murah yang cukup melegenda pada jamannya. Wira Theatre Tarifnya cukup terjangkau untuk kalangan bawah dengan Rp. 1.500, - maka bisa menontonnya. Biasanya akan ramai saat malam minggu tiba.

Sayangnya saat ini bioskop bioskop kelas menengah ke bawah sudah tidak ada lagi  terlepas dari persaingan bisnis dan sepinya penonton yang menyebabkan mereka gulung tikar.  Bioskop saat ini lebih banyak menyasar ke masyarakat perkotaan.

Mengatasi hal tersebut salah satu solusi sebenarnya adalah dengan menonton film dari Media VCD maupun DVD dari film-film yang rilis dengan demikian bisa lebih menjangkau hingga lapisan masyarakat terpencil sekalipun karena dapat di bawah ke rumah.Namun demikian untuk mendapatkan rilisan fisik saat ini pun tergolong sulit. Untuk film baru, tidak semua rilis dalam bentuk VCD sementara untuk film-film Indonesia lawas, di akhir 90an dan awal 2000an memang film Indonesia lawas banyak beredar dan di jual di toko-toko kaset yang saat itu sedang booming juga. Sebut saja film-film Barry Prima, Film Dramanya Meriam Bellina, dari Gita Cinta dari SMA hingga Jaka Sembung ada di rilis dalam bentuk VCD, namun saat ini film-film tersebut sulit di temui lagi. kalaupun ada sudah mahal dari tangan kolektor. Makin kesini rilisan fisik sudah sulit di temui apalagi setelah bertumbangan toko-toko kaset menyebabkan peredaran rilisan fisik dalam bentuk VCD dan DVD makin sulit untuk di cari. Selain juga perilaku pengguna atau penonton yang hanya mau menonton secara gratis melalui media Youtube. Namun demikian diantara orang-orang pehobi youtube banyak juga yang mengkoleksinya dalam bentuk rilisan fisik meski dengan harga yang tidak murah.
VCD Rilisan malaysia

VCD Rilisan malaysia

VCD Film Indonesia Jadul Rilisan Malaysia

Peredaran VCD maupun DVD film di Indonesia saat ini kian lesu dan tidak menarik bagi para distributor, hal ini terbukti dengan sulitnya ditemui film-film dalam bentuk VCD maupun dvd di pasaran. Ironisnya ketika di negeri sendiri sulit mendapatkan film-film Indonesia terutama film Indonesia lawas, justru di negeri tetangga Malaysia banyak betebaran film-film Indonesia rilisan Malaysia. Sangat sulit memang di percaya tapi itulah yang terjadi. dan ini menandakan pangsa pasar film Indonesia lawas khususnya cukup menjanjikan. Mereka berani berinvestasi meski notabene film-film yang mereka rilis bukanlah film Malaysia sendiri. Dalam sebuah kesempatan, saya pernah jalan-jalan ke Malaysia dan memang tidak sengaja nyari tapi pas ada kedai musik speedy masuk dan banyak film Indonesia, sedikit kalap saat itu sih beli.

Bahkan rilisan Malaysia banyak sekali film-film yang langka dan sudah tidak di produksi lagi di Indonesia saat ini pun masih betebaran disana. Sebut saja pengabdi setan, Kidung cinta, kuberikan segalanya dan masih banyak lagi. Rilisan Malaysia juga tergolong ekslusive dari segi kemasan karena mereka masih menggunakan kotak mika dengan cover yang menarik meski tidak menampik beberapa cover juga tidak nyambung dengan filmnya namun paling tidak mereka masih mengupayakan film-film untuk di rilis dalam bentuk kemasan fisik.

Dan yang sebenarnya terjadi adalah kenapa film Indonesia di Malaysia masih di produksi dalam kemasan fisik seperti VCD? karena memang pangsa pasarnya ada, tak jarang film-film tersebut juga di beli oleh orang Indonesia dan di jual di facebook. Untuk harga sebenarnya kalau di bilang murah ya sudah tidak murah namun kalau di pikir beli sendiri juga jadi lebih mahal jatuhnya. Belum lagi kena biaya kirim dan sebagainya. Film Indonesia rilisan fisik produksi Malaysia masih banyak di temui disana di bandingkan dengan di Indonesia sendiri.

Bagaimana dengan kualitas film rilisan Malaysia? Kalau dari segi kualitas sih mereka kadang filmnya goyang jika di banding dengan rilisan lokal, beberapa kelebihanya kadang rilisan Malaysia itu full tanpa sensor sementara rilisan Indonesia yang pernah di rilis dahulu, tidak full alias sudah di potong sensor. Tapi bagaimanapun juga kalau saya sih lebih memilih rilisan lokal karena covernya kadang lebih unik khususnya untuk rilisan awal ya... namun rilisan Malaysia menjadi pilihan terakhir jika di sini sudah tidak ada.

Nah kemarin hari film Nasional baru saja di peringati tiap 30 Maret, semoga bioskop Nasional makin banyak dan menjangkau hingga pelosok negeri.

Harapannya sih semoga film-film Indonesia kembali dirilis dan di permudah dari perijinannya untuk rilis daripada di ambil negeri tetangga dan di jual sementara konsumennya sendiri sebenarnya adalah orang Indonesai sendiri. Semoga masih ada distributor film yang tertarik untuk mencetak rilisan fisik karena sebenarnya pangsa pasarnya masih ada, tidak semua hobi nonton di youtube kok tapi banyak yang masih mencintai dan mengkoleksi film Indonesia. Maju terus film Indonesia.