Friday, August 8, 2014

CANDI CANGKUANG, SATU-SATUNYA CANDI HINDU DI JAWA BARAT


Pintu masuk Candi Cangkuang


Rakit untuk menyeberang
Candi pada umumnya terletak di Jawa Tengah dan Jawa Timur dengan wisata Candinya, seperti deretan Candi Borobudur di Magelang, Candi Prambanan di Jogyakarta dan juga candi-candi di Singosari Malang – Jawa Timur, dan masih banyak lagi candi-candi di Jawa. Tak aneh apabila disebut kata Candi bayangan utama kita akan tertuju pada mahakarya Candi Borobudur di Jawa Tengah maupun Candi Prambanan. Namun tahukan anda? Ditanah Pasundan – Jawa Barat terdapat satu Candi Hindu?.

Mungkin diantara pembaca belum tahu kalau di Jawa Barat terdapat satu Candi Hindu yang merupakan satu-satunya Candi di Jawa Barat. Ya Tersebutlah Candi Cangkuang. Candi Cangkuang terletak di desa Cangkuang, kecamatan Leles kabupaten Garut propinsi Jawa Barat.  Letak Candi ini cukup unik karena untuk mencapainya harus melewati danau atau lebih dikenal dengan situ.  Pengunjung yang berkeinginan melihat langsung Candi Cangkuang harus melalui situ Cangkuang dengan menaiki rakit yang sudah di sediakan dengan membayar sejumlah uang tertentu. Jika Banyak dalam satu rakit, perorang dikenakan biaya 3 ribu rupiah, namun pengunjung juga dapat mencarter dengan membayar 25ribu rupiah. 
 
Pemandangan di situ cangkuang

Perjalanan Menuju Candi Cangkuang

Candi Cangkuang cukup mudah untuk dijangkau dengan menggunakan kendaraan baik roda dua maupun mobil pribadi karena terdapat papan petunjuk yang mudah untuk di lihat. Kalau dari arah Bandung kendaraan menuju garut kota, setelah di daerah Leles, di sebelah kiri jalan terdapat papan penunjuk arah Situ  Cangkuang. Sedangkan dari arah sebaliknya, di daerah Leles akan terlihat papan penunjuk arah menuju Situ Cangkuang.

Di luar area Candi, terdapat parkiran yang cukup memadai sehingga pengunjung tanpa rasa was-was dapat memarkirkan kendaraan dengan tenang. Kemudian pengunjung membeli karcis masuk, dan menyewa rakit untuk menyeberang.


Masjid Adat Kampung Pulo

Rumah Adat Kampung Pulo

Cagar Budaya

Desa Adat Kampung Pulo

Sesampai di seberang kita akan diajak masuk melalui sebuah Desa Adat Kampung Pulo. Uniknya kampung Pulo hanya di huni oleh 6 rumah dengan satu mesjid adat yang unik. Pemukiman adat kampung pulo ini cukup unik karena di huni oleh 6 kepala keluarga dengan 6 rumah , 3 disisi barat dan 3 disisi timur.

Keberadaan kampung Pulo dengan satu mesjid adatnya merupakan bukti nyata bahwa pada masa silam telah terjadi toleransi beragama yang baik, mengingat disamping kampung tersebut terdapat sebuah Candi Hindu.



Candi Cangkuang

Makam Embah Dalem Arief Muhammad

Pintu Gerbang Makam Arief Muhammad

Candi Cangkuang dan Makam Embah Dalem Arief Muhammad

Candi Cangkuang merupakan Candi Hindu yang diyakini berasal dari abad ke 8.  Asal muasal nama Candi Cangkuang Garut diambil dari nama desa tempat di mana situs ini berada. Cangkuang sendiri sebenarnya adalah sebuah nama pohon yaitu Pohon Cangkuang. Pohon Cangkuang memang banyak ditemukan di daerah ini, dan ini yang membuat desa ini disebut dengan nama Desa Cangkuang.

Sejarah Candi Cangkuang Garut diawali dari sebuah penemuan oleh seorang Belanda bernama Vorderman, yang kemudian mencatatnya dalam sebuah buku yaitu Notulen Bataviach Genoot Schap. Buku notulen ini ditulisnya pada tahun 1893. Dan dalam catatannya di buku ini Vorderman menyebutkan bahwa di bukit Kampung Pulo di Desa Cangkuang telah ditemukan sebuah makam kuno dan sebuah arca Siwa yang telah rusak.


Sebuah tim penelitian yang dipimpin oleh seorang ahli purbakala bernama Drs.Uka Tjandrasasmita dan Prof.Harsoyo, pada tanggal 9 Desember 1966 telah menemukan kembali Candi Cangkuang yang telah lama hilang terpendam.
 
Pemandangan Situ Cangkuang

Penarik Rakit

Mulai dari penemuan awal itulah lalu dilakukan penelitian yang lebih besar pada tahun 1967-1968. Penemuan pertama ini hanya menemukan sebuah makam kuno yang diyakini sebagai makam Arief Muhammad seorang pendiri desa itu. Disamping makam kuno ini juga ditemukan sebuah pondasi berukuran 4,5 x 4.5 meter dengan batu-batu yang berserakan di sekitarnya. Oleh masyarakat sekitar, batu-batu yang berserakan ini kerap kali diambil dan dipakai sebagai batu nisan di makam mereka.

Pada tahun 1974 -1976 dimulailah penggalian, pemugaran, dan proses rekonstruksi secara total. Proses ini dimulai dengan penggalian besar-besaran di areal itu. Dilanjutkan dengan mengumpulkan semua reruntuhan dan mendatanya. Lalu terakhir dilakukan penataan dan pemasangan kembali semua reruntuhan.

Dalam proses rekonstruksi ini telah berhasil merekonstruksi kaki candi, badan candi, atap candi, dan sebuah patung Dewa Siwa. Sayangnya dalam proses ini batu yang asli dari reruntuhan candi hanya ditemukan sekitar 40% saja. Maka untuk merekonstruksi ulang bangunan candi, digunakanlah batuan buatan. Dan akhirnya proses pemugaranpun selesai dan Candi Cangkuang Garut akhirnya diresmikan pada tanggal 8 Desember 1976.

Uniknya di samping candi Cangkuang juta terdapat makam Embah Dalem Arief Muhammad. Siapa beliau?
Arief Muhammad sendiri sebenarnya adalah seorang Senopati dari kerajaan Mataram Islam di Yogyakarta. Beliau ini bersama dengan pasukannya mendapat tugas untuk menyerang tentara VOC di Batavia, namun ternyata beliau gagal mengalahkan VOC. Karena kalah, alih-alih pulang ke Yogyakarta beliau lalu malah menyingkir ke pedalaman tanah Priangan tepatnya di daerah Leles Garut.

Di tempat ini beliau lalu menyebarkan agama Islam kepada masyarakat sekitar yang sebelumnya telah memeluk agama Hindu. Di tempat ini pula beliau bersama dengan masyarakat sekitar membendung dan membuat sebuah danau yang diberi nama Situ Cangkuang. Daratan-daratan yang terbendung kemudian terbentuk menjadi gundukan bikit atau pulau-pulau kecil. Pulau-pulau kecil itu diberi nama Pulau Panjang (tempat dimana Kampung Pulo berada), Pulau Masigit, Pulau Wedus, Pulau Gede, Pulau Katanda, dan Pulau Leutik.
 
Souvenir

Souvenir

Souvenir
Seperti pada umumnya tempat pariwisata, di kampung pulo juga tersedia warung-warung souvenir yang dapat di beli sebagai oleh-oleh, juga tak lupa orang-orang yang menawarkan jaket kulit khas garut sebagai sentra kerajinan Jaket kulit.
Tertarik untuk mengunjungi Candi Cangkuang?

Wednesday, July 23, 2014

JALAN LAYANG NON TOL KAMPUNG MELAYU - TANAH ABANG DALAM BIDIKAN KAMERA

Mencoba memainkan rana
Jalan Layang Non Tol atau disingkat JLNT Kampung Melayu - Tanah Abang atau juga dikenal dengan JLNT Casablanca dibangun dengan tujuan untuk mengurai kemacetan yang terjadi di Jl. Dr. Satrio hingga Casablanca. Selama ini kemacetan tidak dapat terhindarkan apalagi setiap sepulang kerja, jalan arteri Dr. Satrio arah kampung melayu akan selalu dipadati oleh kendaraan pribadi, atau saat jam masuk kantor, dari arah kampung melayu hingga Tanah Abang selalu terjadi kemacetan disana sini.

JLNT Kampung Melayu - Tanah Abang dibangun sempat dihentikan, namun kemudian dilanjutkan dan kini sudah dapat di gunakan, setelah di resmikan oleh Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo yang kini terpilih menjadi Presiden Republik Indonesia didampingi Jusuf Kalla sebagai wakilnya. JLNT Kampung Melayu Tanah Abang diresmikan pada 30 Desember 2013. JLNT sendiri  terlarang untuk kendaraan roda dua dan hanya di peruntukan bagi kendaraan roda 4 atau lebih.

Sebelum JLNT tersebut di gunakan, saya sempat mengabadikan beberapa bagian Jalan tersebut. Yuk kita intip keindahannya.

Melihat kebawah dari JLNT

Keperkasaan JLNT Casablanca


Tetap perkasa

JLNT yang kokoh


JLNT Tanah Abang Kampung Melayu

Kosong sebelum di fungsikan

Pemandangan Gedung Tinggi disamping JLNT

JLNT sebagai arena bermain sebelum di fungsikan

Tuesday, June 24, 2014

MAY DAY DALAM BIDIKAN KAMERA

Membawa bendera kebesaran Serikat Buruh
May Day atau lebih di kenal di Indonesia dengan nama Hari Buruh yang di peringati setiap tanggal 1 Mei merupakan hari libur (setidaknya mulai tahun 2014) nasional. Meski di negara-negara lain sudah menjadikan May Day sebagai hari libur nasional namun di Indonesia sendiri baru diterapkan mulai tahun 2014.

Terkait dengan perayaan hari buruh internasional, di Indonesia sendiri khususnya di Jakarta tahun 2014 di pusatkan mulai dari Bundaran HI hingga Istana negara konvoi dan barisan berjuta-juta massa tumplek menjadi satu untuk merayakan hari buruh. Para serikat pekerja dan buruh yang turut serta membawa bendera serikat pekerja masing-masing dan berbagai macam tuntutan yang dituangkan baik melalui spanduk maupun tulisan-tulisan yang di bawa.

Untuk pertama kalinya hari buruh di rayakan dihari libur, sehingga masyarakat yang tidak berkepentingan sudah mengantisipasinya untuk tidak keluar rumah mengingat kemacetan yang di prediksi akan terjadi di jalan-jalan Jakarta akibat tumpah ruahnya buruh. Hari buruh dengan berbagai tuntutannya memanglah wajar, karena selama ini buruh dianggap sebagai pekerja dengan upah minimum yang di berlakukan sehingga untuk tingkat kesejahteraan masih dirasa kurang, di lain pihak pengusaha merasa sudah berat untuk membayar buruh.

Disini penulis tidak akan membahas tentang tuntutan buruh namun tentang bingkai foto yang penulis dapatkan.
untuk mengabadikan momen hari buruh internasional tahun 2014 ini, penulis berhasil mengabadikan dalam beberapa karya foto sebagai berikut. Semoga bermanfaat.



Spanduk dengan berbagai slogan dan tuntutan

Petugas siap siaga

Para buruh berjalan menuju istana negara

Buruh dari sebuah SP

Kompak dengan slayer di kepala

Berbagai kendaraan sebagai sarana orasi

Buruh dalam jepretan


Buruh menunggu aba-aba dari koordinator untuk bergerak

 Berbagai tuntutan buruh

Stop mas!! seorang buruh dari sebuah SP

Tetap semangat ditengah terik

Petugas mengatur lalu lintas yang sangat tersendat

Buruh menuntut

Apakah mereka tahu tujuannya atau sekedar ikut-ikutan?

Orasi

Ditengah kepadatan buruh

Pedagang ikut serta mengais rejeki

salah satu buruh perempuan

Panser!

Berjuang sampai tuntas

Buruh bekasi menolak lupa

Panser
























Monday, June 9, 2014

KAWAH PUTIH, PESONA DANAU HIJAU DI JAWA BARAT


Kawah Putih

Kawah Putih merupakan salah satu objek wisata di Jawa Barat tepatnya di Ciwidey . Merupakan sebuah danau hasil dari letusan Gunung Patuha, kawah Putih dengan pasirnya yang terlihat putih dari jauh dan airnya yang kehijauan merupakan salah satu tujuan wisata yang layak untuk dijadikan alternative. Wisata alam dengan pemandangan yang luar biasa indah. Terletak di ketinggian, kawah putih menawarkan kesejukan udara, namun demikian untuk menjangkau dan mendekat wisatawan disarankan untuk memakai masker karena bau belerang yang cukup menyengat. Dan disarankan untuk tidak berlama-lama di lokasi kawah, apalagi bagi penderita asma karena dapat menyebabkan sesak nafas.
 
Menuruni tangga menuju kawah putih
Pagi itu berangkat dari Jakarta dengan udara yang cerah , keluar gerbang tol  Kopo perjalanan dilanjutkan menuju arah ciwidey yang cukup memakan waktu. Namun sayang dalam perjalanan udara mendung turun, tak ayal sebelum sampai lokasi hujan turun dalam perjalanan. Sungguh ini perjalanan yang diluar scenario karena alam. Sesampai di lokasi kita masuk gerbang tiket dengan tariff
Rp. 15.000,- tiap orang, harga tiket ini hanya berlaku untuk wisatawan domestik / lokal. Sedangkan harga tiket untuk wisatawan mancanegara adalah Rp 30.000,-
Namun ternyata disini tidak lalu keburu senang karena setelah melewati tiket, ternyata perjalanan belumlah sampai.
Levitasi - sekedar iseng ketika hujan

Perjalanan dari pintu gerbang Kawah Putih menuju lokasi puncak berjarak sekitar 5 Km, dengan jalan yang menanjak naik ke atas. Untuk mencapai ke atas di sini disediakan alat transportasi bagi yang tidak membawa kendaraan yang dinamakan ontang anting  dengan tarif Rp 10.000,- tiap orang Pulang Pergi sebagai salah satu sarana pendukung untuk sampai ke lokasi. Namun demikian bagi yang membawa kendaraan pribadi, ternyata harus berpikir ulang jika harus membawa mobil hingga keatas, ternyata tariff parkirnya mahaaaal.

Di areal kawah putih disediakan area parkir selain di pintu masuk kawah putih, juga diatas di dekat kawah putih pun tersedia areal parkir. Namun sayangnya perbedaan tariff parkirnya begitu mencolok. Jika kita parkir di bawah (pintu masuk) maka tariff mobil dikenakan sebesar Rp. 6.000, namun jika kita membawa mobil keatas maka kendaraan roda empat dikenakan tariff parkir yang mahal. Satu mobil Rp. 150.000,- . mungkin ini dimaksudkan agar parkir mobil diatas tidak membludak karena terbatasnya lahan parkir, sehingga untuk membatasi dikenakan tariff parkir yang mahal.

Untuk itulah disediakan sarana penunjang berupa kendaraan Ontang anting untuk mengantar wisatawan ke area tempat wisata.  Jangan kuatir bagi pengunjung karena diarea Kawah putih sudah tersedia toilet, masjid dan juga kantin. Serta ketika hujan turun terdapat ojek payung.

 
Kawah Putih dari sisi lain
Memasuki area tempat wisata, meski ketika saya datang dalam kondisi hujan begitu turun disambut dengan ojek payung yang menawarkan jasanya dengan tariff Rp. 10.000,-. Per payung. Dalam kondisi gerimis setelah hujan, segera perjalanan di lanjutkan menuju area kawah putih dengan sambutan bau belerang yang sedikit berkurang karena udara hujang yang baru saja turun. Dari jauh terlihat pemandangan danau hijau, namun sayang sekali kondisi hujan menjadikan kenyamanan berwisata berkurang.  Meski terbayar dengan keindahan alam sekitarnya. Pesona Danau dengan air yang kehijauan.

Meski tujuan utama adalah ingin memotret alam sekitar kawah putih, namun saya hanya menjepret beberapa bagian untuk melindungi kamera dari cipratan air hujan yang ikut membasahi.

Puas berlama-lama di kawah putih, kemudian istirahat sebentar di area parkir untuk selanjutnya istirahat sholat . Diatas langit matahari mulai menampakan cahayanya setelah turuh hujan, namun ini tidak berlangsung lama karena cuaca kembali meredup. Akhirnya kondisi ini memaksa kami untuk pulang lebih awal, dan Sayonara…………!

Oh iya untuk mencapai kawah putih selain menggunakan kendaraan pribadi, ternyata kita dapat menggunakan jasa angkutan umum juga lho. Dari informasi yang saya dapatkan perjalanan dapat dimulai dari Bandung di terminal Leuwi Panjang.

Kita dapat menggunakan bus atau mobil Colt L300. Kendaraan ini akan mengantarkan penumpang dari Leuwi Panjang sampai ke Terminal Ciwidey dengan tarif Rp7000,-. Mobil ini biasanya mangkal di sebelah kanan ketika Anda memasuki terminal Lewi Panjang, atau jika Anda masih ragu dapat bertanya pada orang lain yang ada di sekitar terminal untuk lebih jelasnya. Anda dapat naik Bus atau Mobil Colt / L 300, namun untuk bus sangat terbatas, kebnyakan adalah L300. Namun untuk mobil colt kayaknya perlu di pertimbangin deh dengan keselamatannya.



Dari terminal Ciwidey naik Angkot kuning jurusan Ciwidey - Situ Patengang dan minta berhenti di pintu Gerbang kawah Putih letaknya sebelah kiri Jalan. Tarif / ongkos  Rp. 5000 - 6000.