Thursday, May 29, 2025

SALLY MARCELLINA, BELUM PERNAH DAPAT PERAN SEBAGUS INI


 SALLY MARCELLINA, Banyak artis seangkatannya sudah berguguran bahkan cukup banyak yang tak tahu lagi di mana rimbanya. Tapi si Ai, panggilan akrabnya si kecil mungil Sally Marcellina yang masih mendesahkan suara-suara sensualitas, rintihan dan bergelut dengan lawan mainnya. Seorang sutradara senior berkata, "Sally bukanlah bertipe artis bomseks, tapi mengapa orang menciptakannya sebagai artis bomseks?

Sally sendiri menyatakan tak peduli malah suka katanya. Dia tak peduli apa kata orang. "Saya sudah terlalu sering di pojokkan,"katanya. Ia tak tahu lagi, selain tak peduli, mana pujian mana makian. 

Di saat empat produser nasional mengejar dan mencoba merangkulnya, ia lari dari cengkeraman itu. Diam-diam dia mengubah diri menjadi Mariamin, sosok yang ada dalam novel Azab dan Sengsara karya Merari Siregar karya sastra yang dicetak perdana oleh Balai Pustaka tahun 1927 ini di sinetronkan Ciri Production House dan di garap oleh Edward Pesta Sirait dalam lima episode. 

Tidakkah Sally takut bila "tahtamu" di perfilman nasional di rampas bintang baru?

"Sepanjang karir saya sebagai artis belum pernah  saya dapat peran yang baik dan penuh penghayatan seperti sekarang. Mariamin menuntut melepaskan pribadi Sally Marcellina. Ini yang paling mahal dalam karir seorang artis, selain horor,"katanya. 

Katanya lagi, bertahun-tahun mendambakan peran seperti ini. Selama ini orang mengenal Sally hanyalah artis yang keartisannya disepelekan. Memang entah perannya tidak menantang atau kemampuannya memang pas pasan atau ia sendiri sudah merasa mapan hingga sosok Sally tak berubah dari 5 tahun hingga kini (Tahun 1994).

"Saya belum pernah menjadi gadis Batak Angkola, yang begitu lugu, pintar namun penuh penderitaan. Saya bangga dapat menjadi Mariamin. Inilah saya rasa impian semua artis, setelah dapat pupularitas,"paparnya.

Tidakkah Sally memikirkan pribadi sebagai Sally Marcellina akan merusak imej Mariamin ia seketika tertawa terbahak-bahak."Banyak orang belum dewasa. Belum bisa memaklumi kalau saya ini artis. Bukankah artis harus bisa menjadi siapapun? katanya memotong pembicaraan. 

"Lantas kalau saya bintang s e k s, yang saya pilih sebagai 'fak' saya, karena itu saya tidk boleh berlakon diluar tema s e k s? inilah tantangan saya, tidak karena saya harus jadi gadis 20an, karakter, sikap bahkan latar belakang kebudayaan antara saya dan Mariamin begitu bertolak belakang. Tapi, saya harus jadi Mariamin seutuhnya. 

"sampai kapanpun selagi laku dan layak saya akan tetap melakoni tema s e k s ," ujarnya sembari mendesah. 


Sumber : MF 2009/175/THX, 2-15 Juli 1994


ARIE WIBOWO, TAK MENYANGKA ILMU BELA DIRINYA BERMANFAAT


Ari Wibowo nama yang berkibar berkat lakonnya di drama eksyen bertajuk Perjalanan di SCTV tiap Rabu malam, terlihat lincah menggerakan tubuhnya setiap kali ia melakukan adegan perkela hian. Sinetron eksyen ternyata  makin mengukuhkan namanya sebagai aktor laga sukses, setelah kembalinya ke drama selepas dari jacky, tak sesukses yang di harapkan. 

Sukses Ari di Laga tentu tak lepas karena Ari dasar-dasar ilmu bela diri yang dimilikinya. Katanya sejak tinggal di Jerman ia sudah memperdalam ilmu karate bahkan Tae Kwon Donya sudah mencapai ban merah (di tahun 1998 tentu sekarang lebih)

"Dulu waktu masih SD, memang suka latihan karate untuk menyalurkan hobby dan sekaligus untuk jaga diri. Saya tidak nyangka kalau ilmu yang saya pelajari itu sekarang ada manfaatnya di dunia akting, khususnya yang bertema laga, "ujar adik kandung artis Ira Wibowo.

Walau sukses dengan adegan-adegan tarung dan tendangan, Ari khusus untuk adegan salto perannya terpaksa di gantikan orang lain. "Soalnya untuk melakukan salto saya memang nggak bisa, jadi terpaksa cari atlet yagn bisa melakukan adegan itu," tutur Ari jujur. Selain adegan tersebut beresiko cedera, yang bisa merusak skedul syuting bila ada "masalah" bila ia harus melakukannya sendiri. 

Ari juga mengaku ketika melakukan adegan tarung, ia sering tergebug sungguhan, hingga bengkak atau lecet-lecet karen alawan mainnya sering memukul yang betul-betul suah dihindarinya, "itulah resiko main eksyen", ujar Ari. 

Sebagai bintang eksyen, Ari menyatakan, tuntutan utamanya adalah kondisi fisik yang selalu prima. untuk itu ia selalu menjaga badannya dengan cara fitness dan joging di sekitar rumahnya. 

Disinggung soal permainannya yang terlihat mesra dengan pengantin baru Tamara Belszynski, Ari mengaku tak kikuk melakukannya. "Yang saya lakukan biasa saja dan tidak berlebihan , kenapa mesti takut main dengan mengantin baru ha..ha.hhaa

Baik resiko bengkak-bengkak, lecet, maupun resiko senang , bermesraan dengan Tamara, diambil dan dilakukan Ari tentulah untuk menyenangkan penonton dan penggemarnya. 


Sumber MF : 308/274/XIV, 4-17 April 1998

Thursday, May 22, 2025

SI RAWING 1 DAN SI RAWING 2


SI RAWING adalah julukan untuk tokoh pendekar berdaun telinga koyak dari kawasan Priangan yang cukup populer lewat sandiwara radio berbahasa Sunda. Serial Silat yang di bumbui banyak dialog dan adegan jenaka ini mencapai puncak kepopulerannya di daerah Jawa Barat pada awal tahun 1990.

Saat ramai-ramainya PT. Kanta Indah film memindahkan serial sandiwara radio ke versi film yang diawali dengan Serial Saur Sepuh berlanjut ke Tutur Tinular, Babad Taluhur, nah Leluhur, Anglingdarma dan lain-lain, Si Rawing pun sempat di filmkan pada tahun 1991. Sutradaranya Denny HW dengan Bintang utamanya Eka (Alias Erick) Soemadinata, di dukung oleh Yoseph Hungan, Wenny Rosaline, Rita Sheba dan Yunus Takara.

Keistimewaan film silat itu dibuat dalam dua versi bahasa Indonesia(untuk peredaran nasonal) dan Bahasa Sunda (khusus pengedaran daerah Jawa Barat. Sebagai Si Rawing yang pintar bersuling, Eka cukup pas, sesekali kocak dan lugu serta rada be go, malah sempat nembang (menyanyi)sambil main klotekan dengan kentongan bambu yang biasa di gunakan peronda.


 


RAWING 2 PILIH TANDING, Lanjutan Postingan tanggal 19 April 2025

Setelah Rawing 1 dengan bintang utama Erick Soemadinata produksi PT. Kanta Indah Film selesai, kemudian PT Elang Perkasa Film melanjutkan memproduksi Rawing 2 dengan judul Pilih Tanding. Disutradarai oleh Tommy Burnama berdasarkan skenario rekaan Prawoto Soeboer Rahardjo.

Kemungkinan berhubung produser PT. Elang Perkasa Film sudah mengontrak bintang laga Barry Prima untuk Jangka Panjang, maka peranan si Rawing pun beralih dari Eka ke Barry (Itu sebabnya Barry memainkan hampir semua pendekar mulai dari Jaka Sembung, Mandala, Kamandaka, Mata Malaikat, Panji Tengkorak, Jampang sampai ke Anglingdarma dan Tarzan).

Musuh besar Si Rawing gembong perampok si Gempar, di perankan oleh Yoseph Hungan yang sudah belasan kali bertarung (dalam film) dengan Barry.

Dua tokoh penting lain, Si kakek konyol Ki Debleng dan Si nenek genit Nini Iswari, di mainkan oleh Wingky Harun dan Yurike Prastica. Dalam sandiwara radionya, muncul sepasang tokoh tua bebodoran ini selalu bikin greget, rada nyebelin tapi juga kocak banget. Lawan mereka si sesepuh perampok, Ki Uwag di perankan oleh S Naryo Hadi.

Ikut mendukung pemain-pemain muda seperti Christine Terry (Sebagai Kartika, kekasih Rawing), Sinta Naviri (merangkap dua peran, Sekarwangi dan Saraswati), serta bintang bocah Ferry Iskandar (Sebagai Juragan Pendek) dan pemain bertubuh tambung Fahmi Bo (jadi si tubuh besar).

Lokasi suting film ini memang tak jauh-jauh cukup di sebuah gerumbul belukar yang terpuruk di kawasan Kayu Putih, Pulo Mas Jakarta Timur. Namun dengan kepintaran sutradara dan kecermatan bidikan kamera Thomas Susanto dan Kreasi Penata artistik Delsy Syamsumar, bisa di rekayasa hingga mirip sebuah desa di telatah Pasundan 'tempoe doeloe'.

Cerita di awali ketika Si Rawing dan sahabatnya, Ki Debleng tengah meronda keliling kampung. Mereka berhasil memergoki kawanan perampok yang baru selesai operasi. Cukup beberapa gebrakan saja, kawanan perampok berilmu cetek itu sudah di bikin tunggang langgang. Sadar kalau tak bakal unggul melawan kakek dan pemuda gagah ini. Kawanan perampok langsung lari kocar kacir meninggalkan semua buntalan hasil rampokan.

Dengan penuh kebanggaan, merasa telah bejasa besar, Ki Debleng menggendong buntalan besar itu. Niatnya besok akan mencari dan memulangkan pada pemiliknya. Eh, jebul barang-barang dalam buntalan itu, bukan lain adalah milik istrinya dewek, Nini Iswari. Lho kok bisa begitu? Rupanya tadi kawanan perampok mencuri harta Nini Iswari dari dalam rumah yang ditinggal kosong.

Terjadi kesalah pahaman karena bukannya berterima kasih, Nini Iswari malah baik menuduh Ki Debleng Sebagai maling. Karuan si kakek tak terima, meskipun bukti-bukti sangat memberatkannya. Tuduhan cerewet si nenek membuat keduanya bercekcok dan ribut besar..

Monday, May 12, 2025

SEJARAH KELAM PERBIOSKOPAN INDONESIA AKIBAT KERUSUHAN MEI 1998


Suasana mencekam kerusuhan di Jakarta telah melumpuhkan bisnis bioskop, sejak 12 Mei 1998 seluruh bioskop di kota Jakarta dan sekitarnya tutup. Bukan itu saja, banyak bioskop yang jadi korban kerusuhan dan pembakaran, terutama di bioskop yang berada di mall ataupun komplek pertokoan. Kegiatan suting  pun berhenti, dan kaum selebritis harus kehilangan penghasilan akibat kerusuhan yang melanda. 

Situasi mencekam seperti itu juga melumpuhkan kegiatan sensor hingga di khawatirkan banyak film-film khususnya untuk tayangan televisi yang tidak melalui sensor, sebegitu besar dampaknya akibat keadaan itu. 

Lembaran hitam dalam sejarah perbioskopan di Jakarta pada Mei 1998. Massa yang beringas menjarah berbagai bangunan, mall, pertokoan dan ikut merusak bioskop, puluhan bioskop terbakar, hangus dan tak bisa beroperasi. 

Bermula dari gugurnya empat mahasiswa Universitas Trisakti sebagai pahlawan revolusi. Selasa kelabu, 12 Mei 1998 berbuntut kerusuhan di berbagai tempat di ibukota, sejak 14 Mei yang menghancurkan lebih dari 1118 bangunan, ratusan mobil an motor di bakar, lebih dari 500 jiwa menjadi korban mati terpanggang api dan penjarah yang di jebloskan ke sel tahanan , banyaknya korban yang terluka, belum yang kehilangan harta benda sampai cuma pakaian yang melekat saja. 

Inilah masa keprihatinan mendalam yang tercatat sebagai lembaran hitam dalam sejarah perbioskopan tanah air. Tentu banyak jiwa-jiwa yang menangis sedih akan hal ini terutama insan pecinta kedamaian. Apa sih kesalahan bioskop-bioskop ini sehingga sampai tega di rusak, di rampok bahkan di bakar sampai runtuh. Massa yang melakukannya pun mungkin tidak bisa menjawab! Karena pada saat melakukannya mereka seperti kerasukan nafsu setan yang tiada henti-hentinya merasuki dan menghasut manusia-manusia agar tersesat untuk berhati sirik dan berbuat kerusakan. 

Dari data yang mimin dapatkan, tercatat di Jakarta yang menjadi korban kebiadaban tersebut adalah bioskop-bioskop seperti : 

Amigo (4 layar), Cempaka (4 layar), Central (4 layar), Daan Mogot (3 layar), Internasional (3 layar)Lipo Karawaci, (3 layar), Palem (7 layar), Plasa (3 layar), Slipi Jaya (4 layar), Topaz (4 layar), juga diluar Jakarta seperti Ciputat Teater. 

Sineplek Sineplek tersebut boleh di bilang habis terbakar, karena memang menjadi satu dengan mal atau pusat perbelanjaan yang di jarah. Diluar yang tercantum diatas, masih banyak lagi yang lain namun ada yang tidak sampai di bakar, cuma menderita pengrusakan. 

Sementara dari Solo diberitakan Sineplek Atrium (8 layar) dan Studio (3 layar) juga dikarang abangkan! (Dibakar) Bioskop-bioskop lainnya otomatis tidak menayangkan film lagi sejak 13 Mei 1998 bukan cuma di Jakarta dan Solo tapi juga di Surabaya, Bandung, Semarang, Yogya terkena imbasnya juga. Demi keamanan tentu saja. Selain bioskop, beberapa kopi film juga musnah menjadi abu. 

Tak hanya bioskop papan atas, bioskop kelas menengah kebawah pun ikut jadi sasaran. Bioskop-bioskop itu antara lain Palem di Pasar Pal Merah, Amigo di Kebayoran Lama, Bioskop Lingga di Pasar Minggu dll, Dengan musnahnya bioskop secara mengerikan, citra aman bioskop bagi keluarga menjadi pupus, "Orang jadi ngeri datang ke bioskop". Selain itu dampak lainnya akibat musnahnya bioskop tentu saja adalah PHK para karyawan bioskop yang menambah angka pengangguran bertambah. 

Kini setelah sekian lama kejadian berlalu, bioskop-bioskop pun sudah tumbuh kembali dan menjadi tempat yang nyaman untuk menonton meskipun belum menjangkau hingga kota kecil seperti dahulu kala. 


Sumber tulisan : MF 312/278 30 Me-12Juni 1998

Wednesday, May 7, 2025

HERMAN SOESILO, PENATA KAMERA SAUR SEPUH 1 SATRIA MADANGKARA


"Inilah film terlama yang saya kerjakan", ujar Herman Soesilo, Kameramen Film Saur Sepuh Satria Madangkara garapan sutradara Imam Tantowi. "Tapi , biar begitu saya puas mengerjakan film ini, " tambah kameramen yang sebelumnya berprofesi sebagai wartawan ini. 

Herman, lelaki yang memulai karirnya sebagai wartawan foto di sebuah majalah hiburan Ibukota yang sudah tutup, menyinggung tentang celan apendek yang kerap di gunakan setiap suting, menyebutkan dengan celana pendek bisa leih bebas dan praktis. "Lebih enak begini, bisa duduk di sembarang tempat tanpa takut kotor, lagi pula celana pendek lebih bebas bergerak," ujarnya. 

Meski cuma pakai celana pendek, herman mengatakan kalau lagi kerja tak ingat lagi soal beginian. 

Perihal tradisi pakai celana pendek waktu suting, Herman menyebutkan dialah yang memulainya. "Wim Umboh juga pakai celana pendek, tapi sayalah yang duluan,"ujarnya. 

Mengenai sepatu karetnya adalah cerita Herman, "Ini sepatu Sorta," ujarnya. Lho? "Maksud saya ini sepatu saya beli ketika bikin film "Sorta" di Parapat Sumatera Utara," jelasnya. "Sudah lama kaan"? sampai sekarang tetap saya pakai saban suting, "katanya lagi. 

Herman yang nampak gembira , terjun pertama kali sebagai kameramen tahun 70an, sampai saat ini sudah menjadi kameramen puluhan judul film.


#hermansusilo

#kameramen


LANGIT KEMBALI BIRU, Asmara di Tengah Integrasi Timor Timur

 


LANGIT KEMBALI BIRU, SAAT TIMOR TIMUR MASIH JADI BAGIAN INDONESIA

Langit Kembali Biru, Asmara di tengah Integrasi Timor Timur. Saat pembuatannya di awal tahun 1991, Langit Kembali Biru (LKB), produksi kerjasama antara PT. Bola Dunia Film dengan Pemda Tingkat I Timor Timur.

Sutradara film ini pun masih asing, Dimas Haring. Maklum, baru pertama kalinya menyutradarai film bioskop. Namun Dimas yang lulusan IKJ telah mengasah ketrampilannya lewat pembuatan sejumlah film dokumenter. 

Satu-satunya pemain yang di kenal hanyalah Ryan Hidayat yang populer sebagai bintang remaja lewat film Lupus. Sedangkan pasangannya, Sonia Dora yang putri Gubernur Carascalao, kendati cukup menonjol kecantikannya yang diekspos sejumlah majalah, juga baru membuat debut aktingnya di sini. 

Apalagi pemain-pemain pembantu seperti Maria Do Carmo Quintao dan Domingos Policarpo, yang asli Timor Timur. Jelas semuanya merupakan wajah-wajah baru dalam perfilman Indonesia. Seperti sudah sama kita ketahui, hasil akhirnya, LKB berhasil meraih dua PIala Cintar Untuk Dimas Haring dan S Dias Xinemes sebagai penulis Cerita Asli dan Penulis skenario Terbaik FFI 1991.

Kisah Kasih yangberlatar belakang Integrasi Timor Timur ini semula di dekati dengan penggarapan ala dokumenter. Gambar-gambar berbicara cepat, singkat dan cukup padat mengenai kegalauan masyarakat. Sampai merajalelannya Gerakan Pengacau Keamanan yang di dalangi oleh Fretilin. 

Rasanya bagaikan menonton film Impor dengan lokasi Amerika latin saja, karena sampai lebih dari separo film di gunakan dialog bahasa Portugis dan teks bahasa Indonesia. Baru setelah integrasi mulai di gunakan bahasa Indonesia.

Terasa belang dalam konsep penyutradaraan pada seperempat bagian akhir. Kemungkinan karena Dimas masih canggung untuk harus menggarap drama hingga bertele-tele berkepanjangan menggambarkan pertemuan kembali Manuel dengan Ana. Kalau saja Dimas Konsisten menggarap dengan pendekatan film dokumenter dari awal sampai akhir, maka karya pertamanya ini rasanya bisa di sejajarkan dengan Pengkhianatan G 30 S PKInya Arifin C NOer. 

~sumber : MF~


Sunday, April 20, 2025

KEDASIH, SINETRON SERI PERTAMA TPI , DARI TVRI Lari ke TPI


 Awalnya sinetron seri KEDASIH yang bernafaskan remaja ini untuk TVRI. Rupanya, proses di layar gelas milik pemerintah itu masih terkatung-katung. Ketika TPI belum lahir, sang sutradara H. Alfadin dan penulis skenario Bung Smes cukup bersabar, ketika TPI lahir, si empunya cerita dan calon sutradara hilang kesabaran lalu melarikan idenya ke TPI. TPI "acc", tak lama kemudian dilakukan kontrak kerjasama dengan PT. Sal Putra Utama Film Production, setahap telah di capai, H. Alfading sebagai dalang semakin bersemangat. Di lakukan riset kecil kecilan tentang pelakon. Di putuskan umumnya pelakon muka-muka baru di tambah pelakon tua. 

"Kombinasi ini dilakukan supaya artis baru dapat pelajaran dari artis tua. Ternyata selama suting tidak mengalami hambatan. Kerjasama artis tua dan muda berjalan mulus," kata H Alfadin dilokasu suting Sukabumi. 

"Kedasih" cukup menarik untuk menjadi sebuah tontonan. Setiap episode, penulis mencoba mengadakan renungan kecil bagi remaja sebagai titik sasaran. Tidak hanya kontiniti suasana yang harus di jaga, tapi juga kontiniti karakter, "benang merah" satu episode dan episode lain harus menyambung. Dan biasanya membuat sinetron tidaklah dalam studio seperti TVplay. Sinetron seri dikerjakan bertahap, tidak sekaligus berjalan. ini sudah ciri sinetron seri. 

Sinetron seri biasanya pula secara samar tersirat pesan-pesan dari pihak pembuat. Terkadang, membuat tidak enak, penyampaian pesan terlalu vulgar, norak dan terang-terangan. 

Lalu, apa sih menariknya "Kedasih".

"Kami mencoba melakukan pendekatan pada remaja. Di saming tetap menghadirkan cerita yang terbaik setiap episode," kata H. Alfadin. Bisakah itu menjadi jawaban?

"Usaha kami maksimal. Dalam kru pak H Alfadin memberikan kepercayaan kepada orang muda. Dalam "Kedasih" kami dapat menimba pengalaman," kata Dasa Warsa, selaku asisten sutradara alumni IKJ Fakultas Seni Peran.

"Kedasih" tahap pertama telah selesai di garap enam episode. Menghabiskan 36 hari suting, dengan biaya perepisode 17 juta rupiah. Akhir bulan Juni 1991 telah pula melakukan suting tahap kedua dengan lokasi suting di tempat sama, Sukabumi, Pelabuhan Ratu dan sekitarnya. 

Kedasih tayang setiap Jumat Pagi jam 9.30 di TPI. Tayangan Episode pertama, 28 Juni 1991 yang berjudul : Dusta Sang Pengantin disusul kemudian tayangan berikutnya, Sejoli Boneka, Tak Selamanya Bisa Tersenyum, Memburu Cakrawala, Masih ada Duri dan Episode ke enam Badai Badaipun Usai. 

Sinetron Kedasih dibintangi oleh Vinni Alfionita sebagai Kedasih, Dasa Warsa sebagai Sambudi, Rahman Yacob sebagai Barot, Hendra Cipta sebagai Kriyo Menak, Mien Brodjo sebagai Bu Basri, Harun Syarif sebagai Pak Basri, Ina Hariyadi sebagai Bu Kriyo Menak, Yanti Damayanti sebagai Hilda, Poppy sebagai Zanna, Diar Sebagai Anis, Erlangga Roso sebagai Haka, Jack Maland sebagai Pano, dan Ratna sebagai Bu Nani. 

Sebagai kerabat kerja : Victor (Kameramen), Peter (Tata Lampu), Dimas Dewa (Skrip), Djunaidy (Artistik) R Mono WS (Properti) Adi (unit manager) dan Das Warsa (Asisten Sutradara)


~Sumber MF~

Saturday, April 19, 2025

R A KARTINI, KARYA PUNCAK SJUMANDJAYA, MAHA KARYA DALAM KHASANAH FILM NASIONAL


KARYA PUNCAK SJUMANDJAYA, RA KARTINI MAHA KARYA DALAM PERFILMAN NASIONAL. Anda pasti pernah menonton berpuluh dan mendengar tentang beratus film nasional, tapi film apakah yang benar-benar membuat anda merasa begitu bangga, begitu terharu, begitu tersengsam, dan begitu berkesan?

Kalau jawabannya belum ada, maka itu berarti anda belum nonton film "R.A. KARTINI"- yang merupakan salah satu monumen kebanggaan dunia perfilman Indonesia. 

Semenjak masih dalam penjajagan pembuatannya, film ini memang telah menggemparkan. Tiada satu massmedia cetak pun yang tak menulis tentang kegiatan shooting dan aneka seluk beluknya hingga kliping tentang R.A Kartini bisa menjadi satu buku tersendiri setebal beratus-ratus halaman. 

Yah siapakah yang belum tahu tentang RA KARTINI, pahlawan pencetus ide emansipasi di kalangan wanita Indonesia? Begitu banyak buku dan risalah yang telah di tulis mengenai dirinya, bahkan tak sedikit pula yang di terjemahkan ke dalam berbagai bahasa asing seperti : Inggris, Belanda, Prancis, Jerman, Jepang dan lain-lainnya lagi. 

Kini, Asosiasi Importir Film Eropa-Amerika bekerjasama dengan PT. NUsantara Film, mewujudkan riwayat hidup lengkap R.A. KARTINI, dari awal kelahirannya, kehidupannya, sampai pada tarikan nafas terakhirnya. Dituangkn ke dalam bahasa film dengan luar biasa cermatnya oleh Sutradara Terbaik Sjumandjaya dan aktris Terbaik Jenny Rachman sebagai R.A KARTINI. Di hiasi pula oleh musik indah yang ditata jitu sekali pada setiap adegannya oleh musisi kenamaan, Sudharnoto!.

Reputasi Sjuman tak usah di ragukan lagi. Hampir dalam setiap Festival Film-film karyanya memborong sejumlah Piala Citra antara lain di film "Si Mamad", "Si Doel Anak Modern", "Laila Majenun" dan "Kabut Sutra Ungu".

Jenny Rachman sendiri secara berturutan dalam dua tahun terakhir terpilih menjadi Pemeran Wanita Terbaik dalam film "Kabut Sutra Ungu" dan "Gadis Marathon".

Pemeran-pemaran penting lainnya dalam film besar ini, terdiri dari pemain-pemain watak yang telah terseleksi ketat. 

BAMBANG HERMANTO, yang pernah merebut gelar "The Best Actor" di Festival Film International Moskow 1962 berkat permainannya dalam film "PEJUANG" karya sutradara  Usmar Ismail, dalam film RA Kartini berperan sebagai suami R.A Kartini, Bupati REMBANG, R.M.A.A Djojodiningrat.

NANNY WIJAYA, pemain kawakan yang sudah tidak asing lagi, dalam peranan yang paling menantang sepanjang kariernya, sebagai Ibu Kandung R.A KARTINI, Yu Ngasirah, wanita biasa berhati emas yang cuma bernasib sebagai garwa ampel (selir) dari Bupati R.M.A.A Sosroningrat.

WISNOE WARDHANA merupakan pemain pilihan Sjumandjaya sendiri untuk menghidupkan pribadi Bupati Jepara, R.M.A.A Sosroningrat yang teramat mengasihi putrinya, RA. Kartini.

ADI KURDI, aktor penuh harapan, berperan sebagai kakak kandung RA Kartini, R.M. Sosrokartono, orang Indonesia pertama yang membela bangsa dalam forum Internasional.

DANNY DAHLAN, peragawati populer, sebagai adik kandung R.A Kartini, R.A Kardinah yang menjadi isteri Bupati Pekalongan. 

CHINTAMI ATMANAGARA, bintang dan biduanita remaja top sebagai LETSY DETMAR, gadis Belanda yang menjadi Sahabat baik R.A Kartini.

dan masih banyak lagi pendukung-pendukung film besar ini. 

R.A Kartini merupakan film yang panjang lebih dari 2 jam, hampir dua kali panjang rata-rata film nasional biasa, namun sama sekali tak terasa kejenuhan dalam menyimak adegan demi adegan yang di shoot oleh Juru Kamera Soetomo Ganda Soebrata dan kemudian di sunting oleh Editor kawakan Soemardjono. 

Menurut para kritisi, film ini bukan sekedar mengenai riwayat dan zaman R.A Kartini, namun juga dengan indah sekali menggugak semangat perjuangan bangsa kita sampai kapanpun. 

R.A Kartini merupakan teladan film cultural educatif . R.A Kartini tayang tepat pada hari ulang tahun RA. Kartini, 21 April 1983 serentak di bioskop utama di kota-kota besar di tanah air. 


~~ sumber tulisan Indonesian Film Festival Information 1983~~