Showing posts with label didi petet. Show all posts
Showing posts with label didi petet. Show all posts

Sunday, October 5, 2025

NOSTALGIA SUTING PERTAMA : DIDI PETET : SEBEL "CUT" Melulu

 


Didi Petet terjun ke film lewat jalur teater. Mulanya karena Nyak Abbas Akup sang sutradara film, sering nonton pentas teater, yang dimainkannya, Didi mengaku sebel ktika suting di hari pertama. 

Semua Gara Gara Ginah arahan sutradara kondang Nyak Abba Akup itulah awal saya terjun ke film. Dari bagaimana kisahnya saya hingga terjerumus ke layar lebar, sebenarnya itu kebetulan saja. 

Pasalnya, saya pribadi dengan si sutradaranya sebelumnya memang sudah saling mengenal dan sering bertemu di TIM. Dan dia suka nonton pertunjukan teater dimana saya menjadi salah satu pemainnya. Nah pada suatu hari setelah saya mentas di TIM bersama teman-teman di IKJ. Saya kan biasa suka diskusi dengan mereka dan secara kebetulan beliau juga nimbrung hari itu. Dan dari diskusi-diskusi akhirnya beliau menawarkan saya untuk main film. 

Karena di tawari, saya sih oke-oke saja. Maka tepatnya pada tahun 1986 itu. seperti saya katakan tadi, itulah film pertama saya. dan mulailah saya bersama-sama semua yang terlibat dalam film itu, sibuk mempersiapkan diri selama satu bulan penuh. 

Mengapa saya begitu serius mempersiapkan diri? Padahal di film itu, saya hanya peran pembantu. Saya tetap ingin main sebagus mungkin. Tapi terus terang film sebenarnya buat saya bukan menjadi tujuan utama saya. Karena sebagai orang teater, buat saya aktinglah tujuan utama saya. Sedang, apakah itu yang namanya panggung, film dan sinetron cuma sebagai medianya saja. Itu yang perlu saya tegaskan sekali lagi. 

Sebab sebagai seorang pemain, kita memang dituntut untuk mampu berakting dengan peran apa saja yang di berikan. Soal apakah pas pertama sekali saat saya memasuki hari pertama syuting sampai ada perasaan minder dengan para senior? saya katakan tidak. 

Cuma yang menyebalkan untuk saya, sebentar-sebentar cut, lalu pindah sini, pindah situ. Semua jadi terputus-putus sepertinya. Tapi ternyata dari situ saya malah dapat pelajaran baru. Khususnya dari segi kamera, saya jadi paham. Kalau kamera over begini, kalau under begini, itu pengalama yang sulit hingga kini saya lupakan. 

Sedang cerita-cerita yagn menarik lainnya dari syuting pertama kali di film. Saya rasa nggak ada dan begitu filmnya jadi, saya sendiri iberikan honornya yang hingga sekarang saya lupa berapa waktu itu saya terima. Sebab saya merasa semua itu bukanlah hal yang istimewa. Jadi biasa biasa saja. Maka jangan kaget kalau anda tanya saya waktu di film tersebut berperan dengan nama siapa. Saya sendiri sudah nggak ingat lagi...


~sumber : MF


Wednesday, September 24, 2025

SI KABAYAN KE PESANTREN, KENALAN DENGAN ANAK JIN


 SI KABAYAN KE PESANTREN, KENALAN DENGAN ANAK JIN

Desa Cilampang, Tasikmalaya di bakar Sinar mentari. Panasnya menyengat semua yang ada di permukaan bumi. Dalam keadaan seperti ini, kru film Si Kabayan dan Anak Jin bergelayut dengan kerjanya. Sesuai bagia masing-masing. Didi Petet, Salim Bungsu dan seorang figuran mencari blocking(posisi) mantap sebelum berakting. Sang sutradara, Hengky Solaiman memperhatikan setiap gerak, di samping Tantra Suryadi yang sedang mencari fokus kameranya. Sementara penata lampu mengatur pencahayaan. Nike Ardilla dan dua orang artis cewek Parfi Jawa Barat duduk di dekat para penonton yang menyaksikan jalannya suting, menunggu giliran di sut.

"Action..!" Teriak Hengky Solaiman. Spontan Didi Petet beraksi dengan akting boloonnya. Sebentar kemudian, Salim bungsu menyambar dialog Didi Petet. Adegan berlangsung begitu manis. Ketika suting berlangsung, pencatat skrip nyelonong masuk dalam frame kamera. Lalu, kru lain berteriak," heh, apa luh" makinya. Take (Pengambilan gambar) jadi gagal, Hengky Solaiman hanya bisa mengurut dada. Ada ketidakpuasan di wajah Salim Bungsu sebab dia sudah begitu mood. Take kedua dialog Salim Bungsu cacat, Artikulasi jelas tapi dialognya terbalik. "Tak apa, nanti bisa di tukar ketika di dubb" ujar Salim Bungsu seenaknya. Sutradara dapat memaklumi. 

Hiburan gratis bagi masyarakat desa sangat mereka manfaatkan. Taklah begitu gampang untuk dapat menyksikan artis beken berakting secara langsung. Maka, mulai anak-anak sampai nenek-nenek berjubel. Ingin lebih dekat, tapi pihak keamanan begitu cekatan menghalau arus mereka yang kian mendekat. Terik matahari tidak mereka hiraukan. Sampai anak-anak terjepit disela-sela orang dewasa. 

Panas terik berganti mendung. Lokasi suting berpindah di Pondok Pesantren Nurul Huda. Ketika kru berbenah, hujan turun. Dari koridor pesantren, santri-santri sabar menunggu berlangsungnya suting. Tapi rinai gerimis memaksa suting harus break. Kesempatan ini dimanfaatkan santri untuk berphoto bersama Didi Petet dan artis lain. Hujan reda menjelang magrib tapi suting ditunda sampai esok harinya. 

Film ini, episode lain dari Si kabayan, tokoh legenda nyentrik dari Jawa Barat. Sambungan dari film Si Kabayan sebelumnya. Benang merahnya mengikat di film Si Kabayan dan Anak Jin dengan si Kabayan sebelumnya. Dan sutradaranya pun berganti dari Maman Firmansyah ke Hengky Solaiman. 

Film ini agak lain dari Si Kabayan sebelumnya. Si kabayan masuk pesantren. Dia berkenalan dengan seorang anak Jin. Kekocakan akan semakin mantap!" kata Hengky Solaiman dengan yakin. Dan tidak hanya materi cerita maupun pemain yagn mendukung, tapi juga anggaran yang cukup besar yaitu sebesar 450 juta Rupiah.

Film produksi KharismaJabar Film bekerjasama dengan Pemda Jawa Barat in  mengangkat kehidupan Si Kabayan dari Sisi Lain .  Kabayan jatuh cinta dengan Nyi Iteung, puteri Ajengan Abah pimpinan Pesantren di desanya. Karena itu dia menjadi santri, supaya bisa dekat Nyi Iteung, Kabayan berhasil berkenalan dengan Nyi Iteung dan mengantar kerumahnya. 

Ulah kabayan yang selalu menggonai Nyi iteung membuat Anak Jin marah, penghuni pesantren. Anak Jin kesal, lalu selalu mengganggu si Kabayan lagi tidur. Saat tidur, Anak Jin selalu memindahkan. Si Kabayan kedalam beduk atau kedalam kolam air. 

Anak Jin jatuh simpatik dengan perjuangan Kabayan yang ingin mempersunting Nyi Iteung. Apalagi Ajengan Abah melarang setiap pertemuan Nyi Iteung dengan Kabayan. Kabayan jadi murung, sebab Nyi Iteung harus meninggalkan pesantren dan bekerja di Yogyakarta, kabayan jadi pemurung, dia menjadi muak di Pesantren. Teman-teman Kabayan mengusulkan supaya menyusul Nyi Iteung ke kota. Usul ini diterima Kabayan. 

Tiba di stasiun Yogyakarta Kabayan dibuntuti seorang lelaki berkumis. Lelaki ini menduga Kabayan membawa uang banyak. Lalu lelaki itu pura-pura menawarkan jasa, mengajak Kabayan menginap di hotel. Rupanya lelaki berkumis ini mau menggarong Kabayan, untung ada Anak Jin datang membantu. 

Artis Pendukung film Si Kabayan dan Anak Jin di perkuat oleh Didi Petet Sebagai Si Kabayan, Nike Ardilla sebagai Nyi Iteung, Rachmat Hidayat sebagai Ajengan Abah, Salim Bungsu sebagai Ki Armasan, Sena A Utoyo sebagai Anak Jin serta didukung artis Jawa Barat dan Yogyakarta. 


Sumber  MF 

#sikabayan #sikabayandananakjin #didipetet  #nikeardilla #filmindonesia 

Friday, September 19, 2025

SI KABAYAN SABA METROPOLITAN, MEMBELA BUKIT WARISAN


SI KABAYAN SABA METROPOLITAN, MEMBELA BUKIT WARISAN

Seri ke 4 Si kabayan yang merupakan produksi PT. Kharisma Jabar Film bersama Pemda Tingkat I Propinsi Jawa Barat. Diawali "Si Kabayan Saba Kota", disusul kemudian "Si Kabayan dan Gadis Kota" dengan Paramitha Rusady sebagai Nyi Iteung, kemudian "Si Kabayan dan Anak Jin" dengan Nike Ardilla sebagai Nyi Iteung, rata rata kesemuanya menangguk sukses yang menggembirakan. 

Penyutradaraan pernah beralih dari tangan H. Maman Firmansyah ke rekannya Henky Solaiman, pada jilid ke tiga. Dan pada seri ke empat di pegang kembali oleh Maman. Tokoh si Kabayan tetap diperankan oleh Didi Petet dan di seri ke empat ini kembali Nyi Iteung diperankan oleh Nike Ardilla seperti pada seri ketiga. 

Alur cerita keempat film Kabayan , meski cerita dan skenarionya tetap di tulis oleh Eddy D Iskandar, memang tak di buat berurutan. Terlihat pada hubungan antara Kabayan dan Nyi Iteung. Film yang pertama di tutup dengan pesta perkawinan mereka yang merekah. Lalu dalam film kedua, Nyi Iteung sebagai Isteri Kabayan, ngambek hingga minggat ke kota. 

Tapi, pada seri yang ke tiga balik ke masa kabayan masih berpacaran dengan Nyi Iteung. Bahkan Abah sempat mengirimkan Nyi Iteung bersekolah ke pesantren di ogya. Kini dalam seri yang ke empat, juga Kabayan dan Nyi Iteung diceritakan masih dalam tahap pacaran. 

Tokoh Abah tetap diperankan oleh aktor kawakan Rachmat Hidayat yang menampilkan akting paten. Mimiknya terasa begitu pas, misalnya dalam adegan merindukan penyanyi dangdut yang pernah memberinya potret. Diimpikannya si penyanyi membagi-bagikan potret kepada para penggemarnya sudah merupakan kebiasaan. 

Dibandingkan tiga film terdahulu disini si Kabayan bertemu imbangannya , tokoh bernama Ben yang di perankan  komedian betawi, H. Benyamin S. Penampilan ben dengan logat Betawinya, diiringi oleh Yoseano yang brdialek medok Madura. 

Didukung oleh Ayu Lestari, Ida Kusumah, Mercy Marsita, dan Lina Budiarti sebagai cewek perayu di hotel. 

Bagaimanapun juga film keempat ini menjanjikan mutu lebih dibanding film-film sebelumnya. Ditambah jadwal edarnya bertepatan event Hari Raya Idul Fitri, khususnya Bandung dan Jawa Barat.

BENDO SAKTI

Inti cerita merupakan sindiran kerakusan orang kota dalam melahap tanah di daerah untuk membangun Vila. Begitulah, datang ke bukit sunyi di pinggir desa Sukaemut Ben dan konconya, Yus. Mereka langsung ingin memborong bukit yang diwarisi kabayan dari nenek moyangnya. 

Kebetulan separuh bukit memang milik Abah. Nampaknya Abah yang sok moderen ini , contohnya punya kulkas tapi digunakan untuk menyimpan pakaian, memang mata duitan, hingga langsung saja setuju. Tak demikian halnya dengan Kabayan yang mentah-mentah menolak. "Tanah ini kan milik Alloh!", ujarnya berkeras. 

Kekerasan Kabayan di dukung oleh jin yang menghuni bukit itu setelah digusur dari Ancol Jin menghadiahkan bendo (blangkon dalam bahasa jawa) sakti. Kalau bendo di pegang dengan tangan kiri, pemegangnnya bisa raib tak tampak mata. 

Abah dan Nyi Iteung dibawa ke Jakarta oleh Ben. Maksudnya untuk mempertemukan dengan kakanya, Ny. Hartawan, yang ingin membeli bukit seluah tujuh hektar itu. Mau tak mau Kabayan menyusul. Dalam kereta api sempat berkenalan dengan Karlina, yang ternyata puteri keluarga Hartawan. 

Keluguan Kabayan menibulkan situasi-situasi lucu. Misalnya saja, menyeberang jalan seenaknya, hingga di panggil polisi dan dihukum push up. Eh malah kabayan minta inap di sel tahanan Kantor Polisi. 

Demi melihat Kabayan bersama Karina Nyi Iteung kontan mewek, Abah memaki-maki "Si borokokok"! tapi kabayan malah memergoki Abah di peluk cewek genit di hotel. Bagaimanapun juga Kabayan akhirnya mengalah ketika Abah mengancam akan memutuskan hubungannya dengan Nyi Iteung. 

Namun menjelang penandatanganan akte jual beli tanah didepan notaris Kabayan kembali merasa keberatan. Abah kebingungan mendengar keresahan calon menantunya ini. Berbarengan dengan terbongkarnya kekorupan Ben yang bersekongkol dengan kakaknya untuk mengeruk uang ayah Karina. 


#sikabayansabametropolitan

#didipetet

#nikeardilla

Tuesday, August 12, 2025

OOM PASIKOM, MOSAIK KARIKATUR PARODI IBUKOTA

 


Karikatur coretan G.M Sudarta di koran "Kompas" mendadak mencelat keluar dari kolomnya di depan mata Oom Pasikom yang manusia beneran yang lagi baca koran dalam bis kota!. mau tak mau adegan itu mengingatkan pada "Brenda Starr" yang juga dari komik mendadak hidup jadi manusia. 

Oom Pasikom adalah lelaki lugu, jujur dan baik hati yang merasakan segala macam kekerasan hidup di ibukota. Gonta ganti pekerjaan mulai dari wartawan, salesman, pemandu wisata sampai sopir taksi. Beragam pengalaman dari hasil pertemuan dengan berbagai manusia membuatnya semakin arif (Seharusnya).

Berbeda dengan istrinya, Tante Pasikom yang bahenol, genit dan sok bergaul dengan nyonya-nyonya kalangan atas. Justru salah satu kenalannya, tante Tomo, mengangkat Oom Pasikom menjadi sopir pribadinya. Pak Tomo mencemburui istrinya ada main dengan si sopir, padahal ia sendiri pacaran dengan bintang seksi Tika. 

Cerita melompat ke sumbangan untuk kaum pemulung. Anak asuh Oom Pasikom, Rima yang giat mengumpulkan sumbangan berhasil membujuk Pak Yan, konglomerat haus nama. Tanpa prosedur Oom Pasikom pun diangkat jadi Ketua Pemulung se Jakarta. 

Secara keseluruhan cerita film ini bagai mosaik pengalaman si Oom. Sayangnya, Umam (Chaerul Umam) tak menggarapnya dengan gaya karikatur komik ala Chaplin saja misalnya. Karakter si Oom saja menimbulkan tanda tanya. Pada awalnya timbul dugaan ia pacaran dengan Rima, apalagi takut kepergok anaknya, Koko yang gemar memeras uang jajan. Padahal niatnya baik, ingin membantu biaya sekolah Rima, anak pelukis Suyudana, temannya dari Yogya. 

Sosok si Oom memang berhasil di hidupkan oleh Didi Petet yang dilengkapi atribut topi baret khas dan jas tambalan, tapi karakternya berbeda dengan karikatur aslinya yang gemar memprotes apa saja. Sedangkan sosok si Tante malah di mainkan secara over oleh Lenny Marlina yang sengaja tampil lain sekali dari biasanya. 

Pemain-pemain lain antaranya Desy Ratnasari, Niniek L Karim, Rachmat Hidayat, Ami Prijono, Ida Kusumah, Yurike Prastica, Mang udel dan Pemain cilik Ferry Iskandar, terasa cuma sebagai pelengkap belaka dari Didi yang berusaha bermain total dari awal sampai akhir. 

Kemungkinan sutradara Chaerul Umam tak leluasa menggelar ide untuk mengkritik ibukota mengingat film ini merupakan kerjasama antara PT. Sepakat Bahagia Film dengan Pemda DKI Jakarta. Kendati begitu Umam masih menyelipkan adegan gebrakan Kamtib atas pedagang kaki lima yang tak peduli si oom sedang bersantap, main gotong saja ke atas truk. Tapi si Oom tak peduli, terus melanjutkan santapnya. Ada pula adegan tawuran batu anak-anak SD, di jalan. Sayangnya adega pembersihan becak yang kadang terasa sangat sadis tidak ada. Jadi tinggal adegan-adegan manis saja yang tersuguh. 

Sumber : MF