Saturday, October 11, 2025

OBITUARI SUTOPO HS


 SUTOPO HARJO DWIRYO SALAT atau lebih di kenal dengan Sutopo HS. Sutopo HS meninggal di RS Darmais  dalam usia 63 tahun  dan di makamkan di Jonggol Cileungsi Bogor .  Tidak banyak yang tahu akan kepergian Sutopo yang melejit lewat serial Losmen ini, terutama dari kalangan pers. Di rumah duka, Jalan Percetakan Negara Gg. G No. 22 Rt 001/07 Rawasari Jakarta Pusat penuh sesak di hadiri keluarga dan rekan artis almarhum. Sebelum meninggal , Sutopo sempat di rawat di Rumah Sakit Siaga dan Rumah Sakit Tebet sejak bulan Desember 1996, kemudian dipindahkan ke rumah sakit Darmais. Sutopo HS memang mengidap kanker tulang dan stroke. Tapi beliau selalu tegar dalam bekerja an berkarir. Bahkan sedang sakitpun dia ikut suting. Sejak akhir tahun 1996, Sutopo HS sudah duduk di kursi roda. Ketika itu dia harus rela membatalkan kontrak untuk suting di Yogyakarta, demikian diungkapkan Budi Santoso putranya. 

Sutopo HS Lahir di Tulung Buyut, 25 Maret 1934 (Cek di wikipedia beda tanggal, mana yang benar data ini atau data wiki?) , anak pertama dari 12 bersaudara pasangan M. Salat dan Rokiyah. Sutopo menkah dengan Nursinar (Padang) dikaruniai empat anak : Ciptawati, Sarwo Edie Kesatria, Dewi Fitriati utari  dan Budi Santoso. 

Sebelum terjun ke dunia film dan sinetron, Sutopo aktif mengikuti kursus seni drama di Himpunan Budaya Surakarta tahun 1953 hingga 1958. Kemudian sebagai aktivis ATNI Cabang Solo dan kuliah di ATNI (Akademi Teater Nasional) di Jakarta tahun 1963 selama 2 tahun. Almarhum juga sempat bekerja sebagai pegawai sipil di biro sarana Lembaga Pembinaan Mental dan Tradisi TNI AD selama 2 tahun. Dari tahun 1968 hingga 1985 almarhum bekerja sebagai karyawan Pusat Kesenian Jakarta dengan jabatan terakhir direktur artistik. Sutopo juga aktif di organisasi GAN dan GOLKAR DKI. 

Memulai karir sebagai pemain seperti dalam film Jakarta Jakarta, Penumpasan Pengkhianata G 30 S PKI, Pendekar Cabe Rawit dan lain-lain, juga bermain puluhan sinetron seperti serial Losmen, Keluarga Sakinah, Mentari Di Balik Awan, Gadis Penakluk, PAS (Perlu Ada Sandiwara) dan lain-lain. Terakhir main di sinetron Joni Gila produksi Sentra Vokus. 

Sutopo HS juga sempat menjadi Nominator Festival Sinetron Indonesia 1994 kategori Pemeran Pembantu Utama lewat sinetron Nusa Penida dan Festival sinetron Indonesia 1996 lewat sinetron PAS (Perlu Ada Sandiwara). 

Semasa hidupnya menurut Budi Santoso putranya, Almarhum sempat berpesan jika di ameninggal dunia harus dimakamkan di Jonggol, Cileungsi Bogor. Di daerah itu juga Sutopo mendirikan CV. Mina Atena yang terdiri dari studio alam dengan nama Griya Sinetron, Oven Teater, rumah makan dan kolam pemancingan. 

Dalam keluarga, almarhum Sutopo paling dekat dengan dua anaknya, Budi Santoso dan Dwi. "Bapak selalu ngajak kami tukar pikiran. Sepertinya dia lebih percaya pada kami. Mungkin karena saya dan Dewi paham mengenai manajemen, hingga bapak selalu ngajak ngomong mengenai pengelolaan usaha di Jonggol, " tutur Budi yang di benarkan ibunya Nursinar. 

Sementara itu diluaran, Sutopo dekat dengan TATIEK MALIYATI Sihombing, El Manik dan beberapa lainnya. Tatiek adalah orang yang mendirek almarhum di serial LOSMEN, menurut Tatiek, Sutopo selalu bercerita tentang keinginannya mengadakan pertemuan besar sesama insan film dan sinetron diatas areal tanah Jonggol tersebut "Kapan Bu Tatiek, kita bisa ngumpul rame-rame di sana. Saya pengin anah itu di pergunakan sebaik-baiknya terutama untuk keperluan suting dan latihan akting. Saya ingin tanah itu nantinya bermanfaat bagi para seniman," ucapnya. "Saya tidak menduga keinginannya itu terwjud dalam suasana lain", lanjutnya. 

Semasa Hidup Sifat Sutopo HS yang paling menonjol menurut Tatiek Maliyati adalah disiplin. "Seingat saya dia tidak pernah telat sampai di lokasi suting. Dia juga termasuk cerdas dan selalu siap. Jadi kalau udah di lokasi suting dia nggak bakalan lagi krasak krusuk ngafalin naskah atau tanya ini tanya itu, " tutur Tatiek. 


~sumber : MF 282/249/XIII/5-18 April 1997~~

Ada yang masih ingat film-filmnya apa saja?

PUTERI KEMBANG DADAR, CERITA RAKYAT SUMATERA SELATAN


 PUTERI KEMBANG DADAR, REBUTAN PUTERI DALAM GUCI

Puteri Kembang Dadar merupakan kerjasama ketiga antara PT. Inem Film dengan Pemda Sumatera Selatan, setelah Si Pahit Lidah dan Si Mata Empat" serta Sumpah Si Pahit Lidah. Digarap oleh Dasri Yacob, Sutradara andalan Inem. 

Sang Puteri diperankan oleh Monica Oemardi yang baru dikenal lewat "Pendekar Cabe Rawit". Kekasihnya Pendekar Burhan diperankan oleh Harry Capri. Di dukung pemain-pemain Yan bastian, Arthur Tobing, Nizar Zulmi, Adek Irawan, Hendriana Telly dan lain-lain, dengan ilustrasi musik  digarap Nuskan Syarif yang menampilkan lagu-lagu daerah. 

Kamerawan Yan Mayar tak lupa menampilkan obyek wisata seperti Air Terjun Bedegung dan Gua Puteri di Batu Raja. 

Cerita ini digubah dari legenda yang di dongengkan dari mulut ke mulut. Konon, pada zaman bahari, tersohorlah kecantikan Puteri Kembang Dadar, sejak kecil ia akrab dengan Burhan, anak mendiang pahlawan Ismail. Namun karena Burhan cuma pemuda miskin yang hidup di pondok sederhana berdua dengan bundanya, Cik Fatimah, maka Demang lebar Daun tak menyukainya. Demang menugaskan Panglima Marta mengusirnya. Sebelum mengembara, Burhan sempat meberikan seekor burung tiung kepada Puteri. 

Demang Kampung Pandansari datang meminang. Demi tak terkabulkan perang pun berkobar. anglima Marta bisa mengusir mereka dengan mudah. Giliran Demang Kampung Telaga Sari menantang Demang Lebar Daun. Dulu ia kalah saat memperebutkan Puteri Mayangsari, kini pun ia tewas oleh pedang Lebar Daun. 

Dua Demang bisa diatasi namun Tua Kaharuddin meramaikan munculnya dua pendekar Maulana Maulani yang sangat berbahaya. Daripada konyol, lebih baik mengungsi. Sedangkan sang Puteri harus bersembunyi dalam Guci besar yang dipendam di tanah. 

Maulana Maulani memang sakti dan Kebal. Demang Lebar Daun pun mengumumkan barang siapa mampu mengatasi mereka akan di jadikan menantu. Siapa lagi kalau bukan Burhan yang menjadi penolong?. Ternyata dalam perantauan, ia bertemu kakek sakti yang mewariskan seluruh ilmunya. 

Kelemahan ilmu kebal Maulana Maulani tersembunyi di Jakun tenggorokannya. Burhan bisa melabrak mereka demi mengetahui hal ini. Namun sebagai pendekar, ia pantang menerima upah untuk jasa baktinya. 


Sumber : MF No. 131/99 tahun VII/ 20 Juli - 2 Agustus 1991


SAFARI ARTIS MEMPROMOSIKAN FILM


 Dalam sebuah produksi film, salah satu upaya untuk merebut perhatian masyarakat adalah memboyong para bintang pendukung film tersebut ke bioskop mengadakan jumpa penggemar dan nyanyi sebagai tambahan. Seperti halnya yang dilakukan oleh produser PT. Andalas Kencana Film saat mengedarkan film Cinta Anak Muda dan Olga dan Sepatu Roda yang membawa dua bintang andalannya yaitu Desy Ratnasari dan Nike Ardilla untuk keliling daerah. Dua kota besar yang di kunjunginya diantaranya adalah Kota Surabaya dan Padang. 

Di dua kota tersebut sambutan masyarakat melimpah ruah. Ketika mereka bersafari ke Padang yang juga di kawal sutradara Olga, Achiel Nasrun, meski tiket dijual agak mahal, penonton tetap penuh. 

Pertunjukkan  pertama di Karya Theatre dan Presiden Theatre baik pada jam pertunjukkan pertama, 14.00 maupun pertunjukkan berikutnya, karcis selalu terjual habis. 

Hari berikutnya menurut Anton Indracaya, produser Pancaran Indra Cine yang menangani kegiatan safari tersebut, meski jumlah bioskop yang memutar Olga ditambah 3 gedung, masyarakat yang ingin menonton berlum tertampung. "Sebagian besar" kata Anton, memang kawula muda yang mengidolakan Desy dan Nike. Disamping itu, lanjutnya. AChiel Nasrun yang asal Sumatera Barat juga punya peranan. 

Selain menghibur penggemarnya di bioskop, kdua bintang yang juga penyanyi itu mengadakan pertunjukkan di Presiden Music Room ang di kelola Ferry Anggriawan, produser PT. Virgo Putra Film pemilik bioskop di Sumatera Barat, yang juga mengelola diskotek. Menurut Ferry, jumlah penonton Olga dua kali lipat penonton Kick Boxer, film impor yang di putar di sebelah bioskop yang memutar Olga. 

Kegiatan bersafari mengawal film semacam ini menurut Anton, sering dilakukan, tujuannya untuk merangsang dan meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap film nasional. 

PENGALAMAN NUNU DATAU SUTING FILM LUPUS


 NUNU DATAU, sejak umur 7 tahun peraih juara None Cilik Jakarta dua kali ini sudah cukup di kenal. Wajahnya sering muncul baik itu di drama serial keluarga Pak Is dan mak Wok, maupun di film yang di putar bioskop. Diantara semua film yang pernah di perankannya, Nunu Datau mengakui bahwa Film Lupus II, Makhluk Manis Dalam Bis lah yang paling berkesan dalam catatan artis ini. 

"Ya selain pran itu yang saya pilih sendiri, film Lupus II ini juga yang membuat saya tertimpa bencana terus," papar Nunu gadis bungsu pemeran Dewiyati, anak baru di kelas Lupus ini. 

Nunu lalu mempertontonkan noda hitam di kaki kanan dan juga jahitan di dekat mata kirinya. Gara-gara ya film Lupus II ini. Ketika pertama kali hendak berangkat ke lokasi suting dari rumahnya di seputar jalan Dr. Susilo, Nunu menyeberang jalan. Tiba-tiba dia tersendak dan jatuh lantaran sebuah motor menabraknya. Pengemudi motor itu kabur tanpa permisi. Tinggal Nunu yang merintih kesakitan akibat betis kanannya tersenggol knalpot panas. Karena luka bakar di kakinya ini, Nunu harus menambah kostum dengan mengenakan kaos kaki panjang untuk menutup lukanya. 

Di akhir suting film lupus II, Nunu merasa lega. Selain ia bisa istirahat, juga bisa mengejar pelajaran sekolahnya yang tertinggal lantaran kesibukan karirnya. Saat asyik berleha di tempat tidur sambil membuka buku-buku pelajaran tiba-tiba namanya dipanggil dari bawah (Kamar Nunu di loteng). Nunu merasa gembira sebab suara di bawah mengatakan yang datang itu teman sekolahnya. Nunu cepat beranjak terburu-buru untuk menemui temannya di bawah. Tapi tiba-tiba balok kayu besar yang bersender dekat kamarnya, menimpa kepala gadis ini. Kepala Nunu sakit matanya berbintang-bintang. Dan darahpun bersimbah di wajahnya yang putih. 

Tapi saya nggak nangis lho, cuman kaget. Habis gembira sekali jika teman sekolah yang datang. Eh tahu-tahunya yang datang itu cuma fans saja yang ngaku teman sekolah yang pengin ketemu" kata Nunu sambil memperlihatkan luka jahitan sepanjang 3 cm dialis kirinya. 


Friday, October 10, 2025

HARRY CAPRI, DIKERJAIN SUTRADARA


Di awal tahun 80an saat itu Harry masih sibuk-sibuknya dibidang keperagawanan, dapat tawaran peran di film "Nenek Grondong". Kehadiran pria asal Sumatera Barat yang punya perawakan tegap, besar dan tampan ternyata dilirik sutradara lain, hingga dia dipercaya untuk memerankan tokoh pewayangan BIMA dalam film "Pandawa Lima".Lebih dari 35 judul film yang dibintangi oleh Harry Capri. Pada saat berita ini diturunkan film yang beredar adalah "Kisah Cinta Nyi Blorong" memerankan tokoh Gunawan, kekasih Wenny yang diperankan oleh Kiki Fatmala. 

Bila diamati, hampir semua film yang dibintangi oleh Harry adalah jenis film laga, jadi tak salah bila ia di juluki bintang laganya Indonesia. Dan karena itu juga, buat seorang Harry yagn selalu beradegan ciat ciat an mau tak mau harus bisa menguasai pengetahuan tentang bela diri. Namun, nampaknya Harry yang bisa dibilang cukup sibuk bergelut dalam karir filmnya, tak menggantungkan penghasilan dari dunia peran itu sendiri. Nyatanya Harry yang merupakan suami Camelia Malik (Saat berita ini diturunkan, kini sudah bercerai) tetap sibuk mengelola rumah makan miliknya di sekitar monas (pada saat itu). 

Dari celotehannya, ketika berbincang di sebuah hotel di Bandung, ternyata Harry Capri punya kesan tersendiri dalam dunia film ini. Harry pernah merasa dikerjain sutradara, yangmungkin perlu dirahasiakan siapa sutradara itu. 

"Ya, saat itu baru barunya main film. Belum tahu apa-apa. Karena pada waktu itu saya datang terlambat di lokasi suting, maka hari-hari berikutnya ketika ada adegan saya setelah dimake up, tiba-tiba sutradara bilang break, tanpa mengambil adegan saya. Perbuatan itu berturut-turut sampai 4 hari. Datang ke lokasi di make up, tiba-tiba break begitu saja. Wah! Saya belum bisa bilang apa-apa, terima saja," tuturnya. 


~sumber MF~

Wednesday, October 8, 2025

Dr. Amaroso Katamsi


 AMAROSO KATAMSI sebelum ke film pernah menjadi pemain dan sutradara untuk pentas dan TV, pengajar pada almamaternya dan sebagai Dokter TNI Angkatan Laut. Terjun kedunia film sejak tahun 1976 sebagai pemain dalam film Menanti Kelahiran, dilanjut dalam Darah Ibuku, Terminal Cinta, Duo kribo, Balada Anak Tercinta serta duakali menjadi nominator sebagai aktor dalam Film Serangan Fajar dan G 30 S PKI.

Diluar film sebelum menjabat sebagai Direktur Utama Pusat Produksi Film Negara (PPFN) , sempat menjabat Kepala Departemen Saraf dan Jiwa RS Angkatan Laut juga sebagai salah seorang team perancang kota Cilacap. Aktor yang bergelar Dokter lulusan UGM kelahiran Jakarta 21 Oktober 1938 dan besar di Magelang ini juga seorang pengajar di IKJ pernah menjadi Pemantu Rektor 3. Dimasa kuliah Amaroso Katamsi sempat pula beberapa kali menjuarai deklamasi. 

Seorang Dokter, seorang kolonel Angkatan Laut, Aktor handal, Wakil rektor IKJ, Direktur Perum PPFN, Ia manusia yang komplit dan gigih. Banyak produser film berutang padanya, "tapi kalau di tagih galakkan mereka", katanya. 

Selama 3 tahun menjabat sebagai Dirut PPFN, Amaroso Katamsi lebih ke melakukan pembenahan. Karena saat itu perubahan status yang ada di PPFN Unit Pelaksana Teknis Deppen ke Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Pembenahannya dalam manajemen. Sebab beberapa sistem yang berlaku harus pula berubah. Pembenahan Kedua adalah perubahan sikap para pegawai PPFN yang semula tidak berkecimpung dalam bidang usaha, kemudian harus mengikuti gerak usaha. 

~sumber : MF~

Tuesday, October 7, 2025

TAK MUDAH BIKIN FILM KISAH NYATA

 


Membuat film dari kisah nyata tidaklah mudah. Biar menggiurkan, ternyata toh nggak gampang membuat film yang diambil dari kisah nyata, terutama berita hangat yang terjadi. Baik pemb u n u h a n, pe m er ko sa an, menjadi incaran empuk para produser. 

Begitu banyak yang bersemangat membuatnya, begitu banyak pula yang mundur teratur karena terbentur birokrasi dan aturan ketat. Film-film "Wasdri Sengkon dan Karta" adalah contoh dari film yang tak memperoleh izin difilmkan. (Ini kasus tentang apa ya? ada yang tahu?)

Produser maunya menggambarkan peristiwa sebenarnya seperti yang terjadi dan di dengar masyarakat. Sulitnya bila kasus seperti ini menyangkut anak para "penggede". "Mereka bisa teringgung!" ujar Bucuk Soeharto produser Safari Sinar Sakti Film yang memproduksi film "Perawan Desa" yang diangkat dari kasus SUM KUNING. Bagaimana sih sulitnya?

Lalu Bucuk pun menyebut bahwa kesulitan sudah dihadang sejak awal produksi. "Ya, sejak mencari data-data kita sudah memperoleh ganjalan," ujarnya. 

Semula judul yang diajukan adalah "Sum Kuning" lalu diganti "Balada Sumirah". Karena masih ada nama Sum, Deppen menyarankan perubahan baru. Akhirnya disepakati menggunakan judul "Perawan Desa" saja. Walau izin prodksi telah diperoleh saat sutingpun tetap diganggu. Hampir tiap malam selesai suting teror lewat telepon tak ada henti-hentinya. Ada yang mengancam atau mau mengacau. 

Waktu suting, kata Frank Rorimpandey sutradara film tersebut, ia selalu ditunggu Tekab. meski begitu maih ada kewajiban baru, yakni membuat laporan suting untuk penguasa di Jogya. Pernah sutingpun di batalkan dan harus pindah lokasi. Padahal pembuatan setelah selesai, izin lokasi dari kejaksaan diperoleh. "Waktu itu kami mau suting di daerah Godean!" jelas Frank.  Dan anehnya , lanjut Frank, yang membatalkan juga instansi yang memberi izin. "Dengan berbagai kesulitan itu, sambung Bucuk," sulit rasanya untuk menggambarkan peristiwa yang sebenarnya. 

Memang "Perawan Desa" berhasil diselesaikan, tapi film terbaik FFI '80 di Semarang itu sempat berlama-lama menginap di gudang Badan Sensor Film (BSF). Baru setelah mengalami banyak pengguntingan, diizinkan beredar di seluruh Indonesia. Tapi untuk daerah Jogjakarta, pemerintah setempat mengambil kebijaksanaan "Perawan Desa" tak boleh beredar di seluruh DIY, sampai sekarang (1988). 

Kesulitan mengangkat kasus kriminalitas dan pemer kosaan hak asasi manusia tidak saja dialami bucuk Suharto, tapi juga rekannya Hendrick Gozali, produser PT. Garuda Film. Hendrick mengaku sebagai pedagang memang selalu ingin menampilkan apa yang sedang hangat di kalangan masyarakat , Itu sebabnya ketika ada kasus pembu nuhan terhadap Ny. Supatmi yang gagal, Hendrick pun segera berniat untuk mengangkat ke layar putih. 

"Saya sudah kumpulkan data-data cukup banyak, tapi kesulitan-kesulitan yang muncul pun mulai nampak. Dari kalangan Kepolisian banyak yang tidak setuju kalau kasus itu difilmkan. Kita maklum mungkin untuk tidak mencoreng citra polisi!" jelas Hendrick. 

Gagal di filmkan Hendrick , kasus tersebut tetap diangkat ke layar putih oleh produser lain Inem Film. Cerita yang tampil memang tidak seperti kasusnya. Dimana seorang perwira polisi yang telah punya keluarga terlibat permainan cinta dengan wanita lain, dan akhirnya membu nuh pacarnya. 

Meski hanya ide cerita dari kasus tersebut, Inem Film terpaksa harus mengganti judul yang diajukan "Kasus Ny. Supatmi". Setelah berulang kali ada perombakan skenario dan judul filmnya. Deppen memberi izin dengan judul "Kabut di Bibir Pantai", dengan tetap menghadirkan Ny. Supatmi sebagaisalah satu bintang pendukungnya. 

"Lebih Enak mengangkat kisah nyata yang bukan dari kasus kriminalitas", kilah Hendrick. Ia kemudian mencontohkan salah satu produksinya, "Jangan Ambil Nyawaku" film yang dibintangi Lenny Marlina dan Frans Tumbuan itu katanya juga merupakan kisah nyata yang telah di novelkan oleh Titi Said Sadikun. Cerita tentang penderita penyakit kanker yang berhasil diobati. Novelnya cukup laris. "Filmnya Juga Sukses dan tidak di protes", tegas Hendrick. 

Sependapat dengan Hendrick, produser dari Empat Gajah Film, Alwi mengangkat cerita yang telah populer di kalangan masyarakat, lebih memungkinkan untuk bisa menarik penonton lebih besar. Dan tentu saja, kalau kisah tersebut bukan merupakan tindakan kriminalitas, dimana melibatkan banyak pihak, dalam penggarapannya tiak akan mengalami kesulitan. Awi segera mengambil contoh film produksinya "Penyesalan Seumur Hidup". Juga film "Kanker Payudara".

"Arie Hanggara" kasus kriminalitas yang dalam film pun sukses. Tapi dalam penggarapannya, tak banyak mengalami kesulitan. Karena kasus tersebut tidak melibatkan anak pejabat atau pejabat tinggi. Kasusnya tentang rakyat biasa, terhadap keluarganya sendiri. Frank Rorimpandey yang menggarap film tersebut juga mengaku tidak seberat waktu menggarap "Perawan Desa". Yang muncul di film, peristiwa yang terjadi, hampir tergambar semua. "Karena kebetulan saya juga mengenal Mathino, ayah Arie cukup lama!" jelas Frank. 

Satu lagi kasus pembu nuhan akan diangkat ke layar perak oleh produser Kanta Indah film yakni terbu nuhnya "Dice" Kabarnya semua persiapan menjelang beres, Skenario ditulis penulis muda Marseli, Namun pihak Deppen masih maju mundur. 

Namun sebelum film itu sendiri dimulai produksi  banyak pertanyaan yang muncul. Sampai sejauh mana kebenaran fakta yang akan tergambar dalam film?. Pertanyaan itu muncul karena kasus pembunu han Peragawati Cantik itu, kabarnya juga melibatkan orang-orang gedean. Biasa, masalah cinta. 

Yang tertarik memfilmkan Dice tercatat beberapa produser Tobali, Semula lebih awal. Juga Garuda Film dan Rapi Film. Cuma mereka mundur teratur, karena sadar akan kesulitan yang mungkin akan menghambatnya setiap saat. "Berat dan Resiko", ujar mereka serentak. 


~sumber : MF No 050/18 Tahun ke IV, 28 Mei - 10 juni 1988~

Monday, October 6, 2025

NIKI KOSASIH, SANG PERAMU SAUR SEPUH

 


Niki Kosasih, nama ini di era 80an sangat kondang terutama bagi pendengar sandiwara radio SAUR SEPUH. Berikut adalah kutipan berita pada Majalah Film yang kini sudah tidak terbit lagi, no. 050/18 tahun ke IV, 28 Mei - 10 Juni 1988.

Memasuki rumahnya yang terletak di belakang sebuah toko penjahit pakaian di bilangan Cipete Raya, Jakarta Selatan, wartawan MF sempat argu apakah benar rumah milik Niki Kosasih? Hampir seluruh pendengar radio di seluruh Indonesia nguping Sandiwara radio bersambung dengan judul Saur Sepuh. Dan Dongeng tentang Satria Madangkara karya Niki Kosasih. 

"Begini rumah saya mas" , ucap Niki Kosasih ketika wartawan MF memasuki rumahnya yang nampak sederhana. Sambil mengutak utik tape vidio yang ngadat, Niki Kosasih meneruskan, "Kelihatan sempit ya. Maklum rumah kami yang di Pondok Indah belum jadi karena nggak pernah dibuat," selorohnya. 

Dengan menarik nafas dia bicara lagi, " Yah terkadang keluarga kami di daerah beranggapan  Niki Kosasih sudah  jadi orang terkenal, sekaligus kaya. Padahal rumah aja ngontrak, mas!" Memang kehidupannya sebagai pengarang yang dirintis dengan belajar pada kursus menulis Naskah Radio Sanggar Prathivi Jakarta, kini berhasil melejitkan namanya ke permukaan dan mulai diperhitungkan. Tetapi dengan ucapannya diatas, nampaknya belum puas dengan apa yang diraihnya. 

"Ada pepatah lama mengatakan, buatlah nama anda terkenal nanti uang akan mengikuti, " Niki sedikit berpepatah. Dimana ucapannya itu juga akan dia buktikan. Tentu dengan kerja keras. Hasilnya?" Saya berusaha menerobos dunia audio, yakni radio. Karena lewat sandiwara radio saya mencapai apa yang ingin saya capai. Nama dan pekerjaan yang mantap!" papar pengagum Elvis Presley si raja rock and roll. 

Bermula dengan naskah Natasuma yang di siarkan radio Prambors pada sekitar 1980, Niki Kosasih melanjutkan "Bende Pusaka" dan "Bara di Bumi Angkara". Maka dari ketika naskah itu namanya mulai di perhitungkan, sekaligus menarik simpati pihak Pt Kalbe Farma buat merekrutnya. Melalui PT. Harapana Madya Bhakti, sebuah biro iklan pimpinan Adam Hanifah, terbuka peluang sukses itu. Dan karena perusahaan farmasi itu memintanya bikin sebuah sandiwara bersambung untuk radio di seluruh Jakrta, Lahirlah Episode "Darah Biru" yang merupakan kisah perdana drama seri "SAUR SEPUH"

Kesuksesan episode perdana yang terdiri dari 60 seri itu rupanya secara tanpa diduga mampu memikat hati penggemar sandiwara radio di Jakarta. Bahkan pengaruh disebar lebih luas yakni Jawa Barat dan seterusnya ke seluruh pelosok nusantara. 

"Sekarang Saur Sepuh sudah pada episode ke 15 dari 900 seri yang saya bikin. Naskah terakhir yang saya garap berjudul "Langit Membara di Jamparing" Dimana setelah Brama, Mantili dan Lasmini meninggal, lakon diteruskan. Eh saya teruskan dengan sepak terjang anak mereka tidak lain adalah Raden Bentar, Rayi Paksi, Dewi Anjani dan Garnis, " papar Niki tentang pelanjut dinasti Brama Kumbara yang diciptakan sekitar 1982.

Tetapi belakangan ini konsentrasi saya terganggu. Habisnya dalam pelacakan pemeran tokoh Brama, saya juga diminta menseleksi oleh pihak Kanta Indah Film dan Kalbe sendiri di samping sutradara film Saur Sepuh bung Imam Tantowi," tukas Niki mengadukan kesulitannya mencari tokoh manusia setengah dewa yang diciptakannya. Dilanjutkan pencarian calon pemeran Brama dan Lasmini, si tokoh wanita sensual antagonis itu dilakukan keseluruh pelosok Jakarta bahkan Cengkareng, Jawa Barat dan Jawa Tengah. 

"Yah pada prinsipnya saya setuju naskah saya di filmkan. Karena dengan begitu pendengar akan lebih mengenal tokoh-tokoh Saur Sepuh secara audio visual lewat layar perak," ungkap laki-laki beristrikan wanita asal Surabaya yang bernama kecil Gia itu. Tentu prinsipnya itu dibarengi dengan perasaan was-was kalau nanti naskahnya yang diangkat ke flm itu jeblok. Tetapi dengan mantap dia menambahkan, "Saya yakin Kanta Indah Film yang memang diakui orang sebagai spesialis film perkelahian itu tidak akan mengecewakan pihak mana juga, termasuk pendengar setia drama seri Saur Sepuh!".

Dan dengan difilmkannya Saur Sepuh, Niki sedikit lagi akan meraih materi. "Semoga setelah film Saur Sepuh beredar dan sukses, kami nggak ngontrak lagi deh. Capek mondar mandir boyongan terus !". Ya semoga saja Brama yang manusia setengah dewa itu berhasil menjerat hati penonton dengan ilmu serat Jiwanya, ujarnya yakin. 


~~