Thursday, July 25, 2024

DAFTAR UNGGULAN DAN PERAIH PIALA CITRA FESTIVAL FILM INDONESIA TAHUN 1990


Daftar Unggulan dan Peraih Piala Citra Festival Film Indonesia tahun 1990 sebagai berikut : 


UNGGULAN FILM TERBAIK

1. Cas Cis Cus - PT. Prasidi Teta Film 

2. Joe Turun Kedesa - PT. Virgo Putra Film

3. Langitku Rumahku - PT. Ekapraya Film

4. Sesaat Dalam Pelukan - PT. Parkit Film

5. Taksi - PT. Raviman Film

dan Piala Citra jatuh pada Film Taksi


 UNGGULAN PEMERAN UTAMA WANITA TERBAIK 

1. Lydia Kandou - Cas Cis Cus

2. Meriam Bellina - Taksi

3. Nurul Arifin - Dua dari Tiga Laki - laki

4. Widyawati - Sesaat Dalam Pelukan

dan Piala Citra di menangkan oleh Meriam Bellina dalam film Taksi


UNGGULAN PEMERAN UTAMA PRIA TERBAIK

1. Deddy Mizwar - Dua dari Tiga laki-laki

2. Didi Petet - Joe Turun Ke Desa

3. Rano Karno - Taksi

4. Ray Sahetapy - Jangan Bilang Siapa Siapa

5. Sophan Sophiaan - Sesaat Dalam Pelukan

dan Piala Citra di menangkan oleh Rano Karno dalam film Taksi


UNGGULAN PEMERAN PEMBANTU WANITA TERBAIK 

1. Ayu Azhari - Dua kekasih

2. Paramitha Rusady - Bok M

3. Suparmi - Langitku Rumahku

dan Piala Citra dimenangkan oleh Ayu Azhari dalam film Dua Kekasih 


UNGGULAN PEMERAN PEMBANTU PRIA TERBAIK 

1. Amak Baldjun - Cas Cis Cus

2. Deddy Mizwar - Jangan Renggut Cintaku

3. Piet Burnama - Langitku Rumahku

4. Rachman Arge - Jangan Renggut Cintaku

5. Remy Silado - Dua dari Tiga Laki-laki

dan Piala Citra dimenangkan oleh Rachman Arge dalam film Jangan Renggut Cintaku


UNGGULAN PENATA ARTISTIK TERBAIK 

1. Luftianus - Tutur Tinular

2. Ernest AR - Cas Cis Cus

3. Satari SK - Langitku Rumahku

4. Satari SK - Taksi

dan Piala Citra dimenangkan oleh Satari SK dalam film Langitku Rumahku


UNGGULAN SUTRADARA TERBAIK 

1. Arifin C Noer - Taksi

2. Chaerul Umam - Joe Turun Ke Desa

3. Putu Wijaya - Cas Cis Cus

4. Slamet Rahardjo Djarot - Langitku Rumahku

5. Sophan Sophiaan - Sesaat Dalam Pelukan 

dan Piala Citra di Menangkan oleh Arifin C Noer dalam Film Taksi


UNGGULAN PENULIS SKENARIO TERBAIK 

1. Arifin C Noer - Taksi

2. Edward P Sirait - Dua Dari Tiga Laki-laki

3. Putu Wijaya - Cas Cis Cus

4. Slamet Rahardjo Djarot - Langitku Rumahku 

dan Piala Citra di Menangkan oleh Arifin C Noer dalam Film Taksi


UNGGULAN PENYUNTIK TERBAIK 

1. B. Benny MS - Sesaat Dalam pelukan

2. Janis Badar - Saur Sepuh III

3. Karsono Hadi - Cas Cis Cus

4. Karsono Hadi - Taksi

5. Sentot S Sahid - Taksi

dan Piala Citra di Menangkan oleh Karsono Hadi dalam film Taksi


UNGGULAN PENATA SUARA TERBAIK 

1. Endang Darsono - Cas Cis Cus

2. Endang Darsono - Sesaat Dalam Pelukan

3. Handi Ilfat - Langitku Rumahku

4. Hartanto - Saur Sepuh III

5. Hartanto - Tutur Tinular 

dan Piala Citra di Menangkan oleh Hartanto dalam film Saur Sepuh III


UNGGULAN PENATA MUSIK TERBAIK 

1. Eros Djarot/Choque Hutagalung - Langitku Rumahku

2. Areng Widodo - Jangan Renggut Cintaku

3. Embie C Noer - Taksi

4. Embie C Noer - Saur Sepuh III

5. Thamam Husein - Sesaat Dalam Pelukan

dan Piala Citra Di Menangkan oleh Areng Widodo dalam film Jangan Renggut Cintaku


UNGGULAN PENATA FOTOGRAFI TERBAIK 

1. FES Tarigan - Cas Cis Cus

2. George Kamarullah - Taksi

3. Harry Susanto - Catatan Si Boy IV

4. M. Soleh Ruslani - Joe Turun Ke Desa

5. Soetomo Gandasoebrata - Langitku Rumahku

dan Piala Citra dimenangkan oleh George Kamarullah dalam film Taksi


PENGHARGAAN KHUSUS

UNGGULAN POSTER TERBAIK 

1. Bakal Lokasi Mejeng (Blok M) karya Rizal Alferthinus

2. Langitku Rumahku - Karya Hendro Djarot

3. Pengantin Karya Agus Subagio

4. Sesaat Dalam Pelukan Karya Jaan Marcia

5. Syeh Siti Kobar karya Agus Subagio 

dan Pemenangnya adalah Poster BLOK M karya Rizal Alferthinus mendapatkan Piala S TOETOER

PIALA KARTINI untuk Pemeran Anak-anak Terbaik : 

1. Banyu Biru (Langitku Rumahku)

2. Viona Rosalina (Cas Cis Cus)

Piala MALIDAR HADI YUWONO untuk bioskop yang terbanyak memutar judul film Indonesia sepanjang tahun 1989 : BANDUNG THEATER - Bandung

Piala ANTEMAS untuk film yang meraih jumlah penonton terbanyak sepanjang tahun 1989 : PACAR KETINGGALAN KERETA

Piala VIDIA untuk Sinema Elektronik (Sinetron) diraih oleh : 

Judul : TUANKU TAMBUSAI

Sutradara : Irwinsyah

Produksi : TVRI/Pemda Riau


Piala VIDIA II untuk Sinetron Non Cerita : 

Judul : AZOLA - AZOLA

Sutradara : Indrati Munandari

Produksi : TVRI Stasiun Pusat Yogyakarta


PIALA WIDYA Kategori : 

Dokumenter  : PLTA PANGLIMA BESAR SUDIRMAN MRICA

Sutradara : Johan Teranggi (PT. Cinevisi Inc)


PIALA WIDYA untuk jenis Film Penyuluhan/Penerangan/Pendidikan  : 

DEMAM BERDARAH 

Sutradara K.M BEY ERRY (PT Ratu Asia Prima Film)


Piala WIDYA untuk jenis : 

Film Pariwisata : PESONA WISATA BAHARI JAKARTA

Sutradara : DES ALWI (PT. Avisarti corporation)


Pemenang Lomba Penulisan Kritik Film Cerita : S. SATYADARMA (Majalah Vista)

ASAL USUL WIRO SABLENG MURID SINTO GENDENG


Nama aslinya WIRO SAKSANA seorang pemuda remaja belia yang baru memasuki usia 17 tahun. Tubuhnya tegap dan bertampang gagah dengan kulitnya kuning bersih. Rambutnya gondrong dan agak acak-acakan sehingga tampangnya yang keren itu seperti kekanak-kanakan. 

Ayahnya menjadi kepala Kampung di Jatiwalu bernama Raden RANAWELENG dan ibunya bernama SUCI.  Sewaktu masih bayi, ayahnya di bunuh oleh laki-laki berkumis tebal bernama SURANYALI alias MAHESA BIRAWA yang pernah di tolak cintanya oleh SUCI sehingga memendam dendam kesumat untuk memiliki tubuh Suci yang sempat di perkosa sebelum bunuh diri. 

Seorang pendekar wanita yang berilmu tinggi menyelamatkan bayi Wiro dan membawanya ke Gunung Gede dan sejak itu menjadi muridnya. 

17 tahun berlalu, pendekar wanita itu kini telah menjadi Nenek-nenek dengan pakaian serba hitam dan sang bayi tumbuh menjadi pemuda yang gagak dan tampan. Berlainan dengan kulit dan pakaiannya yang serba hitam itu maka rambut dan alis mata sang nenek berwarna sangat putih dan jarang diatas batok kepalanya. Namun lucunya pada kepala yang berambut jarang ini, nenek-nenek itu memakai 5 Batang tusuk konde yang ditancapkan ke kulit kepalanya. 

Dialah yang bernama SINTO WENI alias eyang SINTO GENDENG, Guru Wiro Saksana, seorang perempuan sakti yang telah mengundurkan diri sejak 20 tahun lalu dari dunia persilatan. Selama itu pula dia telah menyapu dan membasmi habis semua manusia jahat. 

Karena sikapnya dan tingkah lakunya yang lucu serta aneh-aneh bahkan seringkali seperti orang yang kurang ingatan maka lambat laun dunia persilatan menjulikinya dengan nama SINTO GENDENG atau SINTO GILA. 

Bagaimana sikap tingkah laku sang guru, demikian pula sikap murid, selalu tertawa dan menjerit cengar cengir. Walaupun keduanya sedang berlatih ilmu silat, namun setiap jurus serta serangan yang mereka lancarkan adalah benar-benar serangan yang berbahaya dan mematikan. 

Oleh karena itu WIRO SAKSANA dijuluki gurunya "WIRO SABLENG" alias PENDEKAR KAPAK MAUT NAGA GENI 212.

Sinto Gendeng mewariskan sebuah senjata sakti berupa KAMPAK bermata dua berhulu satu kepala Naga bernama "KAPAK NAGA GENI 212" kepada Wiro Sableng. Dan sebelumnya tubuhnya diisi dengan ilmu tenaga dalam anti racun dengan melesatkan 36 jarum putih beracun yang keluar dari mulut kepala naga kearah dada kanannya dan telapak kanannya dan menancap dengan teratur membentuk susunan angka 212. 

Angka 212 memiliki makna bahwa dalam diri manusia terdapat unsur ingat DUNIAWI dan unsur ingat TUHAN. 

di kutip dari buku Informasi RCTI tahun 1997 (Sewindu RCTI)


Thursday, July 18, 2024

LINA BUDIARTI, ARTIS YANG SERING BERPERAN SEBAGAI FIGURAN DALAM FILM


Lina Budiarti, Lahir di Banjarnegara 22 Februari 1952, adalah merupakan salah satu artis film Indonesia yang sudah malang melintang di dunia film. Meski peran-perannya bukanlah menjadi peran utama dalam film namun kehadirannya telah mewarnai khasanah perfilman Indonesia. Selain sebagai bintang film, Lina juga menjadi foto model pada jamannya. 

Bila kita berbicara tentang Lina Budiarti maka kita akan teringat tentang permainannya yang berani di film-film yang dibintanginya. Bahkan Lina juga di kenal sebagai "bintang panas" Tetapi motivasinya terjun kedunia film bukan semata-mata karena ingin mempertontonkan keindahan tubuhnya, tapi semata-mata karena hobby disamping sejak kecil sudah suka dengan yang namanya menari, menyanyi dan lain-lain yang berkaitan dengan panggung. 

Langkah Lina pertama kali dimulai lewat film "Darah Muda" tahun 1978. Di film Lina Budiarti sering sekali bermain sebagai figur wanita nakal, wanita penggoda atau juga sebagai seorang WTS. Sebagai contoh dalam filmnya Slamet Rahardjo yang berjudul "Kembang Kertas". Namun pribadi adalah sebuah realitas dan film tetaplah sebuah ilustrasi belaka. Karena antara di film dengan pribadinya sehari-hari jelas beda. Seperti halnya di film "Dibalik Dinding Kelabu" arahan sutradara Sophan Sophian Lina bukanlah menjadi wanita penggoda tapi menjadi wanita bandel yang harus berada dibalik penjara wanita. Peran Lina di film ini menuntut kekerasan, karena setiap kali ada tahanan wanita yang baru masuk maka akan terlebih dahulu harus saya hajar, "ujar Lina dalam wawancara dengan Ria Film. 

Penampilan terbaiknya selama menerjuni film menurut Lina Budiarti adalah saat ia bermain dalam film "Ponirah Terpidana" yang di garap oleh Slamet Rahardjo, karena ia merasa sangat cocok dalam peran di film tersebut apalagi di tangani oleh sutradara hebat dan senang bermain dengan Christine hakim. 

Lina Budiarti cukup populer namun belum pernah sekalipun meraih piala citra. Namun demikian Lina tidak pernah berkecil hati, baginya bekerja sebaik mungkin, punya di siplin dan berusaha menghargai peran sekecil apapun, adalah prinsip hidupnya ketika terjun ke dunia film. 

Sudah banyak film-film yang diperankan oleh Lina Budiarti , di kutip dari wikipedia adalah sebagai berikut : 

Sudah banyak film-film yang diperankan oleh Lina Budiarti , di kutip dari wikipedia adalah sebagai berikut :
1977 Darah Muda
1977 Selimut Cinta
1978 Raja Dangdut
Dewi Malam
1979 Kutukan Nyai Roro Kidul
Akibat Bercinta
1980 Cantik
1981 Butir-Butir Cinta Tak Bertepi
Si Pitung Beraksi Kembali
Sang Guru
1982 Perhitungan Terakhir
Pak Sakerah
Warok Singo Kobra
Mendung Tak Selamanya Kelabu
Jin Galunggung
Perawan Rimba
1983 Ponirah Terpidana, Cinta Semalam , Penculikan Pengantin, Bumi Bulat Bundar, Dilihat Boleh Dipegang Jangan ,Perjanjian Setan, Pelayan Gedongan, Kamp Tawanan Wanita, Jaka Geledek
1984 Gadis di Atas Roda
Keris Kalamujeng
Kembang Kertas
Tinggal Landas buat Kekasih
Di Luar Batas
Dia yang Tercinta
Kerikil-Kerikil Tajam
Secangkir Kopi Pahit
1985 Bisikan Setan
Kejarlah Daku... Kau Kutangkap
Satu Cinta 1000 Dusta
Kesempatan dalam Kesempitan
Madu dan Racun
1986 Suka Sama Suka
Telaga Air Mata
Merangkul Langit
Pengejaran di Bukit Hantu
Di Balik Dinding Kelabu
Menggapai Matahari
Operasi Trisula: Penumpasan Sisa-Sisa PKI di Blitar Selatan
Men g gapai Matahari II
1987 Kecil-Kecil Jadi Pengantin
Harga Diri
Arini, Masih Ada Kereta yang akan Lewat
Pelet
1988 Bayar tapi Nyicil
Si Gobang: Misteri Satria Bertopeng
Siapa Menabur Benci Akan Menuai Bencana
Manusia Penunggu Jenazah
Ngipri Monyet
Lenyapnya Ilmu Misteri
Gema Kampus 66
Permainan di Balik Tirai
Brahma Manggala
Jodoh Boleh Diatur
Setegar Gunung Batu
1989 Cinta yang Berlabuh
Genta Pertarungan
Si Gobang II: Jago-Jago Bayaran
Tamu Tengah Malam
Penakluk Sang Durjana
Misteri Cinta
Putusnya Jaring Laba-Laba Merah
Mustika Sakti
Menerjang Karang Terjal
Warisan
Tangisan Tanpa Cinta
Anak-Anak Terminal
1990 Warisan Terlarang
Jangan Bilang Siapa-Siapa
Si Jalu, Dua Pendekar Putih
Si Gondrong Lawan Bek Mardjuk
Anak-Anak Kolong
1991 Sekretaris
Dari Pintu ke Pintu
Bang Somad Si Tangan Satu
Ojek
Taksi Juga
Harta Karun
1992 Si Kabayan Saba Metropolitan
1993 Si Pandir Berkelana
1994 Anggur Perkawinan
2004 Panggung Pinggir Kali

Sumber : Ria Film, Buku FFI 1988, Wikipedia,


Saturday, June 29, 2024

Mengenal Ratmi B29

 


Ratmi B29, lahir di Bandung, 16 Januari 1932 dengan nama Suratmi adalah seorang artis dan pelawak Indonesia yang wajahnya sering menghiasi perfilman nasional.  Asal usul nama Ratmi B29 adalah atas pemberian dari Laksda TNI Wiriadinata, Wakil Gubernur DKI Jakarta periode 1966 sd 1977, yaitu Ratmi Bomber-29. Karena pada erah 1960an Ratmi sering menghibur keluarga TNI AU di Bandung, dan pada tahun 1970an muncul sabun colek B-29 yang dibintangi oleh Ratmi. Maka darisinilah nama itu muncul. Ratmi Bomber-29 atau Ratmi B29.

Ratmi berasal dari keturunan Salimin ayahnya yang berasal dari Yogyakarta dan Ibunya Sainem dari Banyumas. Ratmi ikut berjuang saat revolusi fisik menjadi bagian anggota Barisan Srikandi/Laswi dan anggota staf Batalyon Brigade D/X-16 di Jawa Tengah dengan pangkat Sersan Dua, namun setelah penyerahan kedaulatan, Ratmi mengundurkan diri.

Sebelum terjun ke dunia film , Ratmi adala seorang penyanyi keroncong sejak tahun 1943 dan juga masuk dalam perkumpulan wayang orang pada tahun 1947. Selain itu Ratmi juga masuk grup Tiga Djenaka hingga tahun 1976.

Ratmi dikenal sebagai comedian dalam film dengan cirri khas tubuh tambun dan sering mendapatkan ejekan secara fisik. Sosoknya selalu natural dalam berakting sehingga tak heran kalau kehadiran Ratmi menjadi sesuatu yang berbeda dalam kancah perfilman Indonesia. Ratmi B29 adalah sosok pemain film yang penuh dengan  ‘penderitaan” . Ia sering di pasangkan dalam film-film Benyamin S.  Aktingnya luwes dan kenes. Beberapa filmnya yang cukup membuat kasihan saat di hina secara filsik seperti dalam film Si Rano maupun Ratu Amplop. Namun Ratmi juga dapat berperan galak seperti dalam film Raja Jin Penjaga Pintu Kereta.

Kehadiran Ratmi dalam perfilman Indonesia member warna baru, bahwa ia adalah sosok yang lucu, namun tidak melucu sedih namun tidak bersedih , natural dan apa adanya.

Ratmi B29 meninggal pada 31 Desember 1977 dalam usia 45 tahun dan dimakamkan di TMP Kalibata dengan upacara Kenegaraan.

Berikut adalah film-film Ratmi B29 yang masih bisa di kenang.


  • Si Djimat - (1960)
  • Tiada Maaf Bagimu - (1971)
  • Titienku Sayang - (1972)
  • Aku Tak Berdosa - (1972)
  • Buah Bibir - (1972)
  • Cincin Berdarah - (1973)
  • Cukong Blo'on - (1973)
  • Ayah - (1973)
  • Si Comel - (1973)
  • Ketemu Jodoh - (1973)
  • Dimadu - (1973)
  • Si Rano - (1973)
  • Jauh di Mata - (1973)
  • Bing Slamet Dukun Palsu - (1973)
  • Musuh Bebuyutan - (1974)
  • Paul Sontoloyo - (1974)
  • Raja Jin Penjaga Pintu Kereta - (1974)
  • Ali Baba - (1974)
  • Si Bagong Mujur - (1974)
  • Permata Bunda - (1974)
  • Ratu Amplop - (1974)
  • Putri Solo - (1974)
  • Tiga Djanggo - (1976)
  • Gadis Simpanan - (1976)
  • Tarsan Pensiunan - (1976)
  • Warung Pojok - (1977)
  • Diana - (1977)
  • Inem Nyonya Besar - (1977)
  • Tuan Besar - (1977)
  • Hujan Duit - (1977)
  • Cacat Dalam Kandungan - (1977)
  • Direktris Muda - (1977)
Sumber : wikipedia dan lain lain

Saturday, June 22, 2024

MENGENAL MURTISARIDEWI SI KEMBANG GUNUNG LAWU


Raden Roro Murti Sari Dewi atau biasa dipanggil dengan nama Murti lahir di Solo, 11 Desember 1970 dari pasangan Raden Maryam Brotokusumo dan Raden Cjut Hernowati adalah seorang seniman yang sudah di gelutinya dari semenjak sekolah.  Putri ke 6 dari 7 bersaudara  ini adalah seorang yang memiliki hobi menari Jawa. Ia yang sudah banyak mengharumkan nama Indonesia hingga ke mancanegara. Telah banyak prestasi yang diraihnya.  

Dari  hobbynya menari Jawa, ia sudah menggondol sejumlah prestasi. Diantaranya menjadi Juara Kesatu Tari Jawa seSurakarta, Juara Kesatu Putri Luwes dan juara kesatu peragaan Busana Lurik. Tidak heran berprestasi seperti itu, karena Murti mengikuti group Suryosumirat Mangkunegaran Kraton Surakarta, Yayasan Kesenian Indonesia serta Sadupi (Sarana Duta Perdamaian Indonesia), Didi Nini Towok, dan Wayang Kawula Muda Surakarta, Mardi Budoyo. Dari hobi Ini pula, Murti sering berkunjung ke mancanegara sebagai Duta Seni seperti ke Singapura, Cekoslovakia, India, Malaysia, Brasilia, Australia dan Amerika mengikuti grup tarinya. 

Selain itu Murti mulai bermain dalam acara Cakrawala Budaya TVRI sebagai Amentaraga. Hingga suatu saat dicari sosok Lasmini oleh Imam Tantowi sebagai Sutradara Saur Sepuh yang diangkat dari Serial sandiwara radio yang saat itu sedang mencari pemeran Lasmini namun tidak ada yang cocok. Hingga akhirnya terpilih Murtisaridewi sebagai Lasmini yang dipilih langsung oleh Imam Tantowi. Murtisaridewi dianggap cocok untuk memerankan Lasmini meskipun pada saat itu Murti masih duduk di kelas 1 SMA dan belum pernah main film.


Melalui tangan Imam Tantowilah, debut Murtisaridewi dalam Film Saur Sepuh dimulai hingga namanya kian lekat sebagai Si Kembang Gunung Lawu.. Peran itu kian melekat setelah Ia juga membintangi seri film Saur Sepuh lainnya yakni Saur Sepuh 1 , 2 dan 3. Sementara dalam seri Saur Sepuh 4 tidak dilibatkan karena berbeda cerita. Murtisaridewi kembali menjadi Lasmini dalam film Saur Sepuh 5 meski dengan sutradara berbeda yakni Torro Margens. Akting Murti kian terasah dan kian matang. 


Selain bermain film Silat Murtisaridewi juga pernah bermain film drama Komedi "Cinta Punya Mau" bersama Yurike Prastica . Murti berperan menjadi anak SMA sebagai "gadis sekarepe dewe". Film-film lain yang pernah dibintanginya dengan genre silat antara lain Tutur Tinular 3 dan Tutur Tinular 4, Pusaka Penyebar Maut, Anglingdharma 3, dan juga Dewi Angin Angin. 

Selain berkiprah di film, Murtisaridewi juga bermain dalam sinetron-sinetron bertema laga/silat seperti dalam sinetron Singgasana Brama Kumbara, Jaka Sembung, Naga Sasra Sabuk Inten, Tutur Tinular dan Juga Misteri Dari Gunung Merapi.

Setelah dunia film dan sinetron ditinggalkan, sekarang Murtisaridewi tinggal di Solo bersama keluarganya dan memiliki seorang anak laki-laki. 


Sumber : Majalah Kawanku, Majalah Film, Majalah Femina, Majalah Kartini

Thursday, June 20, 2024

DAFTAR PEMENANG FESTIVAL FILM INDONESIA 1977

 


Berikut Daftar Pemenang Festival Film Indonesia Tahun 1977

PIALA CITRA

Film Cerita  : Tidak Ada

Film Non Cerita  : Kasodo

Penyutradaraan : Sjumandjaja(Si Doel Anak Modern)

Skenario  : Sjumandjaja (Si Doel Anak Modern)

Pemeran Utama Pria : Benyamin S (Si Doel Anak Modern)

Pemeran Utama Wanita : Christine Hakim (Sesuatu Yang Indah)

Pemeran Pembantu Pria : Rachmat Hidayat (Apa Salahku)

Pemeran Pembantu Wanita : Widyawati (One Way Ticket/Semoga Kau Kembali)

Penyuntingan : Wim Umboh (Sesuatu Yang Indah)

Tata Kamera : H. Sjamsudin Jusuf (Ateng Sok Tau)

Tata Musik : Idris Sardi (Sesuatu Yang Indah)

Tata Artistik : H. Suyono (Mustika Ibu)


HADIAH-HADIAH KHUSUS 

Plakat H. USMAR ISMAIL untuk Sutradara Muda Yang Punya Harapan : Ismail Soebardjo (Remaja 76)

Plakat DJAMALUDIN MALIK untuk pemain muda Penuh Harapan : Roy Marten (Sesuatu Yang Indah)

Piala PWI JAYA untuk Pemain Anak Anak : Bagus Santoso (Mustika Ibu)

Piala Majalah TEMPO untuk film Dokumenter Sejarah : Ki Hajar Dewantara

Piala-Piala Akademi Sinematografi LPKJ Untuk Tata Musik Ke II : Sjaiful Bahri (Wulan Di Sarang Penculik)

Penyuntingan Terbaik ke II : Janis Badar (Si Doel Anak Modern)

Tata Kamera ke II : F.E.S Tarigan (Si Doel Anak Modern)

Tata Artistik Ke II : Rieska Ristendi (Ranjang Siang Ranjang Malam)

Piala H. ANTEMAS untuk film laris 1976-1977 : ATENG SOK TAU

Tuesday, June 18, 2024

H. MANSYURSYAH AKTOR FILM LAWAS YANG CUKUP MELEGENDA

 


Haji Mansjursjah atau dalam ejaan baru Mansyursyah Lahir dari keluarga non seni di Binjai, Sumatera Utara tanggal 21 September 1936. Ayahnya seorang pegawai percetakan di Medan. Masa kecilnya hingga selesai SMP di habiskan di kota itu. Sejak sekolah dia sudah mulai aktif dalam organisasi pelajar dan memasuki Pandu laut (Sekarang Pramuka). Namun bakatnya yang paling menonjol adalah di bidang teater, antara lain pada perayaan-perayaan sekolah atau malam-malam perpisahan. Namanya juga sempat di sanjung-sanjung oleh Surat Kabar setempat ketika ia tampil pada pementasan "Ayahku Pulang" dalam rangka pesta perpisahan SM Negeri 11 Medan. 

Selesai dari SMP pada tahun 1955 ia pergi ke Jakarta bersamaan dengan berlangsungnya Jambore Nasional . Kepada orang tuanya , Mansyur pamit tidak kembali ke Medan melainkan akan terus ke Ibukota. Namun tujuan utamanya sebenarnya ingin melanjutkan karir di bidang teater dan film. 

Setahun menetap di Jakarta, kesempatan pertama main film akhirnya datang juga. Ia tampil sebagai figuran dalam film "Senja Indah" 1957. Di susul dengan berbagai kesempatan lain dalam film "Uang Palsu" "Karlina" dan sebagainya. Namun sebelum terjun secara sungguh-sungguh ia lebih dulu kuliah di ATNI pada tahun 1958. Namanya mulai menanjak sejak ia tampil pada pementasan "Hutan Membatu" bersama Teguh Karya. Menyusul pementasan-pementasan seperti Mak Tjomblang, Monserat, Jangan Kirimi Aku Bunga, Mutiara dari Nusa Laut dan masih banyak lagi. Disamping pementasan-pementasan yang di selenggarakan oleh ATNI, iapun sering memperkuat pementasan-pementasan yang di selenggarakan oleh Teater Kristen. Dan pada tahun itu iapun sudah mulai kumpul dengan kelompok seniman Senen.

Karirnya di film semakin menanjak sejak ia membintangi film "Gembira Ria" 1959 bersama Us Us, disusul film berikutnya "Amor & Humor" 1961 bersama Bing Slamet,  "Tjita Tjita Ayah" 1960, "Pagar Kawat Berduri" 1961, "Masa Topan dan Badai" 1963, "Tangan Tangan Kotor " 1963 dan lain-lain. 

Tahun 1962 Mansyursyah sempat menunaikan Haji bersamaan dengan pembuatan film "Tauchid" dan berikutnya banyak film-film yang mulai di bintanginya. Sejak awal 70an Mansyursyah mulai sakit-sakitan dan diketahui kalau Ia sakit diabetes dan darah tinggi. Namun sakit yang di deritanya tidak pernah menjadi penghalang untuk terus main film. Bahkan pernah dalam satu tahun Mansyur membintangi sekitar 10 film, yang sudah tentu sangat menyita waktu dan menguras tenaga padahal saat ia Ia sedang sakit-sakitan. Namun rasa tanggungjawab baik terhadap keluarga dan pekerjaanya membuat Ia tidak mau berhenti. Bahkan di sela-sela kesibukannya dalam film dia masih sempat main sandiwara baik dipentas maupun di TVRI. Ia tergabung dalam grup "Senyum Jakarta" pimpinan Netty Herawaty. (Next mimin up tentang Netty Herawaty ya)

Pada Masa penumpasan Gestapun tahun 1965 ia di serahi sebagai Koordinator team hiburan di pos pos ABRI di jajaran Kodam V Jaya dan sekitarnya. Saat itu ia menjabat seabgai Ketua Bidang Teater Lesbumi Komda Jaya. Dalam kepengurusan PARFI (Persatuan Artis Film Indonesia) ia pun sempat menduduki jabatan sebagai Ketua Bidang Organisasi selama masa jabatan dua kali hingga ia meninggal. (Saat meninggal jabatannya di gantikan oleh Tuti Indra Malaon , cek di postingan sebelumnya tentang Tuti Indra Malaon).

Selama hampir 25 tahun bergerak di bidang film, Mansyursyah selalu setia pada dunia yang di cintainya, kendatipun film nasional selalu mengalami pasang surut. Mansyur Syah meninggal pada 19 Juni 1980 dalam usia 44 tahun. 

Film-film lain yang pernah di bintanginya antara lain : 

  • Senja Indah (1957)
  • Pedjuang (1960)
  • Amor dan Humor (1961)
  • Pagar Kawat Berduri (1961)
  • Bintang Ketjil (1963)
  • Tangan-Tangan Yang Kotor (1963)
  • Dibalik Tjahaja Gemerlapan (1966)
  • Fadjar Menjingsing di Permukaan Laut (1966)
  • Djampang Mentjari Naga Hitam (1968)
  • Mat Dower (1969)
  • Aladin (1970)
  • Banteng Betawi (1970)
  • Samiun dan Dasima (1970)
  • Si Pitung (1970)
  • Biarlah Aku Pergi (1971)
  • Malin Kundang (1971)
  • Singa Betina dari Marunda (1971)
  • Si Gondrong (1971)
  • Intan Berduri (1972)
  • Lingkaran Setan (1972)
  • Pemberang (1972)
  • Anak Yatim (1973)
  • Dimadu (1973)
  • Ibu Sejati (1973)
  • Jembatan Merah (1973)
  • Patgulipat (1973)
  • Perempuan (1973)
  • Si Comel (1973)
  • Si Manis Jembatan Ancol (1973)
  • Takdir (1973)
  • Aku Mau Hidup (1974)
  • Ali Baba (1974)
  • Batas Impian (1974)
  • Benyamin Spion 025 (1974)
  • Bobby (1974)
  • Demi Cinta (1974)
  • Kehormatan (1974)
  • Kosong-Kosong Tiga Belas (1974)
  • Musuh Bebuyutan (1974)
  • Pacar (1974)
  • Pengakuan Seorang Perempuan (1974)
  • Raja Jin Penjaga Pintu Kereta (1974)
  • Arwah Penasaran (1975)
  • Fajar Menyingsing (1975)
  • Keluarga Sinting (1975)
  • Krisis X (1975)
  • Samson Betawi (1975)
  • Setan Kuburan (1975)
  • Benyamin Jatuh Cinta (1976)
  • Mustika Ibu (1976)
  • Naga Merah (1976)
  • Sentuhan Cinta (1976)
  • Bang Kojak (1977)
  • Pendekar Tangan Hitam (1977)
  • Petualang Cilik (1977)
  • Raja Copet (1977)
  • Saritem Penjual Jamu (1977)
  • Sembilan Janda Genit (1977)
  • Tante Sun (1977)
  • Tiga Cowok Bloon (1977)
  • Tuan, Nyonya, dan Pelayan (1977)
  • Betty Bencong Slebor (1978)
  • Godaan (1978)
  • Gudang Uang (1978)
  • Di Ujung Malam (1979)
  • Penangkal Ilmu Teluh (1979)
  • Cantik (1980)

di kutip dari Buku FFI 83, Wikipedia dan berbagai sumber lainnya