Wednesday, October 10, 2018

PANTAI SEMETI, HIDDEN PARADISE DENGAN BEBATUAN ALA ALA CANDI DI LOMBOK TENGAH

Di tengah terik matahari, ayo tebak saya yang mana
Halo , kembali lagi dengan saya Toto Andromeda yang akan membawa anda ke Pantai Semeti yang terletak di Lombok. Kali ini saya akan membawa anda ke Lombok. Perjalanan kali ini di mulai dari Airport, Sekitar jam 9 pagi pesawat sampai di Lombok dan di jemput oleh Penjemput bernama Edwin yang akan menjadi guide selama di Lombok. Sebelum Melanjutkan perjalanan terlebih dahulu mengisi perut di sekitar bandara. Kali ini tujuan kita adalah Pantai Semeti dan Gili Telawas.
Selesai mengisi perut perjalanan di lanjutkan menuju Lombok Tengah dimana Pantai Semeti berada. Namun karena hari jumat maka kami harus mencari masjid untuk menunaikan Sholat Jumat. Setelah selesai Sholat Jumat perjalanan dilanjutkan kembali.

Ini yang pertama kali saya mengunjungi lombok. Alamnya yang asri, sangat jauh dengan kota lain seperti Bali tentunya. Pemandangan dan suasananya berbeda meski Bali dan Lombok berdekatan. Oh Ya kami dari Jakarta ber 4 terdiri dari saya sendiri Toto Andromeda, Bruri, Tomy dan Mbak Yuni. Kami semua anggaplah ya Landscaper yang mau hunting foto di Lombok hehe. Wih keren banget ya hobi mahal hehe. tp ya gak sering sering juga sih... Makanya kalau ada yang mau endorse saya untuk memotret sebuah wilayah boleh juga nih...segera hubungi saya via email hehe.
Tekstur bebatuan yang indah

View pantai semeti dari atas

Back to perjalanan yang indah dan terasa asing sih tapi kami hanya mengikuti guide yang mengantar kami saja. Sepanjang jalan banyak sekali pemandangan-pemandangan indah disana, dan menjelang lokasi banyak sekali sapi-sapi yang di 'angon' di sekitar perbukitan yang banyak rumputnya tentu saja ini menambah keindahan lagi. Perjalanan cukup jauh sekitar 4 jam di poton jumatan untuk sampai ke lokasi. Udara cukup terik. Kami di bawa untuk mendekati pantai Semeti yang lokasinya cukup tersembunyi dan harus melewati jalan yang cukup berliku dan ladang-ladang penduduk.

Sesampai di Lokasi kami memarkir kendaraan menumpang terhadap sebuah rumah yang ada di dekat pantai semeti. Segala peralatan di siapkan, dan meluncur ke Lokasi.

Wow, Indah banget dengan langit biru dan lautnya yang juga biru dengan deburan ombak yang kencang. Meski udara panas namun tak menyia nyiakan kesempatan. Segera pasang tripod untuk mengabadikanya. Keindahan semakin bertambah dengan tekstur bebatuan yang tersusun seperti sebuah candi, menambah keindahan pantainya. Pantai Semeti sangat indah di nikmati namun tidak untuk bermain-main dengan airnya karena ombaknya yang kuat. Sebagai seorang landscaper tentu ini sebuah surga tersembunyi yang tidak boleh di lewatkan. Beberapa spot foto diambil dari atas secara bergantian. Dan yang harus di waspadai adalah hempasan angin yang cukup kencang, tragedi sempat terjadi tripod salah seorang dari kami terhempas angin. dan hampir saja kameranya jatuh namun terselamatkan sebelum sampai batu.
Pantai semeti dengan bebatuan yang indah

Para Landscaper sedang mengabadikan gambar

Birunya air laut ditengah buih putih yang menghempas terkena batu menyebabkan keindahan yang tiada tara. Ditengah terik matahari kami tetap mengabadikan foto-foto. Hembusan angin yang kencang tidak mampu membuat suasana jadi sejuk karena udara yang sangat terik. akhirnya setelah puas memotret kami segera menyudahinya untuk beristirahat.

DIsebelah Pantai semeti terdapat pantai Mawi dan dibalik pantai Semeti terdapat Gili Telawas. Nah pilihan kali ini adalah Gili Telawas.

Inikah pantai Mawi? view dari Pantai Semeti


Tuesday, October 9, 2018

PANTAI BATU NAGA, SURGA TERSEMBUNYI DI LAMPUNG

Pantai batu Naga
Kalau ngomongin lampung yang terlintas pertama kali apa? Gigi Hiu? Lumba-Lumba?  trus apa lagi hmm pasti jawabannya beragam, mungkin ada yang makanan ada yang tempat wisata lainnya. Hehe suka suka jawabannya yaa.... Nah berhubung saya termasuk pehobi foto landscape atau lebih kerennya sih istilahnya Landscaper kata orang hehe... hal pertama yang di ingat sih Pantai Gigi Hiu yang terletak di Kelumbayan - Tanggamus Propinsi Lampung. Pantai yang sangat ngehits dan banyak sekali di kunjungi oleh para wisatawan maupun para Landscaper khususnya Jakarta. Bahkan beberapa kali ada phototrip menuju ke Pantai Gigi Hiu.

Eit tapi jangan salah lho, tidak jauh dari Pantai Gigi Hiu juga ada pantai yang keindahannya cukup memukau yaitu Pantai Batu Naga. Pantai ini masih terletak di kecamatan Kelumbayan Kabupaten Tanggamus. Keindahan Pantai Batu Naga terletak pada gugusan bebatuan yang membentuk kepala Naga dan backround pegunungan dari sisi sebelah kanan. Pantai Batu Naga memang masih kurang di kenal selain oleh masyarakat setempat. Batu-batu karangnya yang hitam dan di bulan tertentu terdapat lumut yang menghijau menambah keindahan pantai. Karakter dari pantai Batu Naga sendiri adalah berupa kerikil dan batu kecil ditambah dengan batu-batu karang yang menghempas deburan ombak.
Pantai Batu Naga dari View Lain

Kesulitan yang dialami untuk menuju kesini adalah infrastruktur yang belum memadai, harus mencari penghubung atau guide warga sekitar dulu untuk mencapainya. Nah saya saat mengunjungi Pantai batu Naga di pandu oleh teman-teman dari Lalamper dengan menggunakan kendaraan roda dua. Medan yang di lalui lumayan sulit harus melalui jalan setapak. Untuk sampai ke sebuah perkampungan kecil yang cukup terpencil karena diapit oleh bukit dan pantai seolah-olah kita membayangkan tidak bisa hidup disitu karena begitu terisolir kelihatannya namun mereka tetap eksis bahkan memiliki listrik dari genset. Untuk mencapai perkampungan kecil ini harus melalui sungai selebar sekitar 7 meter sebanyak dua kali yang dua duanya dilalui dengan jalan darat ya alias harus nyebrang manual. Beruntung saat berangkat air sedang surut sehingga motor masih bisa menyeberang. Sesampai di perkampungan penduduk hujan turun dengan lebat, terpaksa saya dan rombongan menumpang di rumah penduduk untuk berteduh. Ramahnya penduduk sekitar menambah hangat suasana dengan suguhan teh yang di hidangkan meski diluar hujan.
Keindahan Pantai batu Naga

Lumutpun Menghijau

menjelang sore hujan belum juga reda terpaksa nekat kami menuju pantai yang berjarak sekitar 300 meter dari rumah penduduk. Untuk mencapai pantai pun harus menyeberang sungai selebar 2 meter. Sesampai di lokasi keadaan masih turuh hujan rintik, kami mendirikan tenda. Menjelang tenda selesai hujan reda dan merah merona di langit yang segera kami abadikan. Malam menjelas sedikit api unggun dinyalakan dari ranting-ranting yang basah namun hujan kembali turun, terpaksa kami tidur masing-masing di tenda dengan angannya masing masing. Dan pagipun ternyata belum bersahabat meski gerimis usai namun tidak turun panas. dan keadaan hujan semalam membuat sungai meluap terpaksa menunda kepulangan hingga siang. menjelang jam 12 siang kami nekat pulang dengan perjalanan yang lumayan mendebarkan melewati sungai yang airnya deras dan akhirnya karena cukup dalam di sungai terakhir motor harus di gotong menggunakan pikulan dari kayu.
Berbagi Spot Motret

Batu Naga nan ciamik

hehe kisah tersebut nyata lho , nah kembali ngomongin keindahan alam Pantai Batu Naga nih, disitu terdapat gugusan seperti perbukitan kecil yang indah sebagai forground pemotretan ditambah lagi deburan ombaknya yang keras. Bagi Landscaper hal utama yang harus dijaga adalah keselamatan, baik keselamatan diri maupun kamera. karena jika tidak kamera bisa kena cipratan air laut.
Tips motret di Pantai Batu Naga :

1. Persiapkan Kamera dan tas kamera sesimpel mungkin
2. Gunakan sandal yang nyaman dan tidak licin
3. Selalu waspada dengan sekitarnya karena ombaknya yang cukup besar
4. Selalu hati-hati ketika jalan karena beberapa karakter seperti bebatuan kecil-kecil yang bisa menyebabkan tergelincir dan terpeleset.
5. Selalu berdoa semoga hasilnya cetar
6. Jangan buang sampah sembarangan,

Nah ada yang penasaran dengan Batu Naga? kalau mengunjungi Gigi Hiu usahakan mampir sejenak kesini. Tertarik membeli foto diatas? hubungi saya yah..

Sunday, October 7, 2018

DANAU TAMBLINGAN SPOT INDAH UNTUK PARA LANDSCAPER

Memulai hari di Danau tamblingan
Bagi pecinta fotografi yang beraliran landscape nama Tamblingan di Bali sudah tidak asing lagi. Bali memang menjadi salah satu tujuan wisata bagi masyarakat bagi dalam dan luar negeri. Keindahan alamnya, budayanya dan keramahan penduduknya menjadi daya tarik tersendiri. Sebenarnya Pulau Bali memiliki banyak sekali spot-spot yang menjadi buruan para Landscaper untuk mengabadikan momen yang tidak selalu bisa di dapatkan. Sebagai seorang Landscaper , saya pribadi sadar betul momen tidak bisa di beli namun keberuntungan sajalah yang akan memihak apabila kita mendapatkan momen yang bagus.
Menikmati Pagi

Sisa Semalam

Landscaper itu akan merasa beruntung ketika ia mendapatkan langit yang bagus, langit bagus itu tidak gelap, langit bagus itu ada awannya namun cerah dan kalau pagi atau sore akan kelihatan merahnya, apabila beruntuk maka akan mendapatkan ROL (Ray of light) yang menarik. Nah kembali ke jeprat jepret kali ini saya akan membawa ke Danau Tamblingan yang terletak di sebelah utara lereng gunung Lesung Desa Munduk Kecamatan Banjar kabupaten Buleleng. Danau Tamblingan di kelilingi oleh hutan sehingga menambah kesejukannya. Terletak di ketinggian lebih dari 1000 m diatas permukaan laut, udara danau Tamblingan akan terasa lebih sejuk dan dingin serta danaunya yang di selimuti kabut.

Dengan ketinggian seperti itu di pingiran Danau Tamblingan sering di jadikan tempat camping, di sekitar Danau juga terdapat Pura yang sebenarnya di sekitar danau terdapat 11 Pura, dua diantaranya Pura Embang dan Pura Tukang Timbang adalah merupakan peninggalan jaman Pra Hindu pada abad 10 Masehi.

Well, saya tidak akan membicarakan sejarah Danau Tamblingan yang sebenarnya menarik untuk di kaji,namun keindahan danau yang menarik wisatawan dan para Landscaper. Untuk mencapai danau Tamblingan penulis hanya mengikuti jejak aplikasi saja dengan dipandu google map berangkat dari Sunset road di pusat kota menuju Buleleng pada jam 3 dini hari sudah berangkat menuju lokasi. Sesampai di sana memang langit tidak se'cetar' yang di inginkan namun tetap menarik dan tidaklah Zonk karena meski tidak berawan yang banyak namun udaranya cerah sehingga apapun yang terjadi tetap jepret.

Di area tamblingan juga sering di jadikan sebagai tempat Foto Prewedding dan tidak hanya masyarakat sekitar Bali saja yang melakukan prewedding di sini namun seluruh Indonesia, saat saya kesana sedang ada sepasang calon pengantin dari China yang sedang melakukan prosesi foto prewedding.
Seorang Nelayan bergegas untuk mencari Ikan

Perahu yang ada di Tamblingan cukup ikonik karena itulah bentuk perahunya yang sering di foto oleh para landscaper. Perahu tersebut biasanya di gunakan oleh penduduk sekitar untuk mencari ikan, dan uniknya mereka tidak mau berganti perahu apalagi bermesin karena mereka ingin menjaga kealamian lingkungan sehingga tetap terjaga dan ramah lingkungan.

Selain motret Sunrise hal lain yang di lakukan oleh para fotografer disini adalah ngonsep, apapun itu konsepnya tergantung dari kreatifitas fotografer.
So bagi anda para fotografer Landscape dan sedang berada di Bali, jangan  lupa mampir danau Tamblingan yaa dan nikmati keindahannya dalam jepretan .

Ada yang tertarik dengan foto saya dan ingin membelinya? hubungi saya via email atau kontak instagram yang terletak di halaman utama.

Ngonsep bersama penduduk sekitar

Pergi Sembahnyang

Thursday, October 4, 2018

GUDANG KOLEKSI BOGOR, CAFE UNIK BERNUANSA VINTAGE YANG INSTAGRAMABLE

Sudut Gudang Koleksi

Barang-barang vintage yang berada di Gudang koleksi yang dijual
Kalau ke Bogor hal utama yang di buru itu apa? Toge Goreng? Roti Unyil? Tales Bogor atau Kebun Raya Bogor? atau malah pusat Tas yang ada di Tajur. Daerah Puncak juga menjadi salah satu alternatif untuk mencari kesejukan setelah beraktivitas. Eit tapi ngomongin kuliner di Bogor selain tempat tempat tersebut diatas, ada lho Cafe yang super catchy yang terletak di Jalan Pahlawan yaitu  Gudang Koleksi Cafe & Resto. Cafe ini di buat dengan nuansa vintage dan bagi pecinta instagram ini salah satu cafe yang instagramable lho, sambil makan sambil foto-foto sambil menikmati sajian menu-menu cafe tersebut.
Paramitha Hioe 


Jadi ceritanya gini, kemarin 2 Oktober 2018 mau motret nih di Gudang koleksi diajak oleh Paramitha Hioe seorang Yoga Traveler, Photomodel sekaligus Researcher . Kalau ngomongin traveling sih doi sudah kemana-mana, kalau keluar negeri gak perlu di bahas lah udah bolak balik, namun yang lebih penting lagi kan yang di dalam negeri. Gak usah jauh-jauh seperti di Cafe Gudang Koleksi ini. Jakarta - Bogor cukup lumayan lho dibilang jauh ya jauh di bilang dekat ya dekat. Kalau soal riset, apa yang di explore oleh beliau, waduh kayaknya banyak coba saja kunjungi beliau punya kok instragram, jangan lupa add saja di @mimithjegeg , selain juga hobi yang dia geluti tentu saja Yoga, especially special needs Yoga Kids yang sudah malang melintang di dunia Yoga.
Cukup Instagrammable bukan?

Nah siang itu sih jamnya nanggung karena tengah hari yang panas, akhirnya janjian ketemu di lokasi namun karena saya belum pernah kesana dan kebetulan Waze lagi down akhirnya janjian ketemu di jalan sekitar tugu Bogor untuk melanjutkan ke Cafe Gudang Koleksi. Lumayan gampang untuk di jangkau dengan kendaraan dan gak perlu kuatir jika ingin kesini.

Sampai di sana masuk dengan udara yang cukup panas dan suasana cafe di siang hari yang lumayan lengang cocok sekali dipakai sebagai meeting poin. Terdapat sudut-sudut yang cukup catchy untuk di jadikan sebagai objek foto maupun backgroundnya. Terdapat lantia satu dan dua yang terbuka sehingga udara dengan leluasa masuk meski tetap saja panas saat saya kesana. Tujuan utama saya gak lebih motret dan motret saja sih, cuma kemarin sempat kehilangan chemistry karena semacam reuni dengan teman Paramitha Hioe sehingga ya jepret seadanya semaunya, tapi jangan di tanya lho jepret itu membutuhkan tenaga meski jepret jepret saja tapi rasa capek sudah pasti , dengan penat yang sedikit keliru hehe. Sempat mencoba belajar meracik kopi, selanjutnya Paramitha Hioe juga sedikit melakukan riset tentang kopi meski hanya pengetahuan sebatas awam tapi cukup mendapatkan ilmu tentang kopi meski sedikit.

Puas foto-foto eh sebelumnya belum puas juga sih tapi karena mereka ada urusan lain hingga akhirnya harus di akhiri sekitar jam 15. kurang lebih. Perjalanan selanjutnya balik ke Jakarta masing-masing. Tertarik datang kesini?
Lemari antik dengan isi gerabah yang di jual milik Gudang Koleksi

Just Act

Enjoy It

Vintage spot

Barang-barang antik milik Gudang Koleksi Dijual lho

Display Rokok Jadul

Music Corner

BERBURU SUNRISE DI PANTAI SELAKI LAMPUNG

Mengambil Sisi Curve Pantai Selaki

Pohon Galau idaman para landscaper
Nah ini masih dalam rangkaian perjalanan hunting ke Gigi Hiu nih. Setelah sebelumnya hunting foto sunset di pantai Gigi Hiu, untuk kemudian hari kedua sunrise di Dewi Mandapa, hari terakhir kami akhirnya memutuskan untuk berburu sunrise di Pantai Selaki. Kondisi badan masih capek setelah menempuh perjalanan dari Gigi Hiu dan hanya beristirahat sejenak. Paginya sebelum subuh harus berangkat lagi untuk mengejar matahari terbit. Bersama kawan-kawan Lalamper kami meluncur ke lokasi.

Pantai Selaki terletak di Lampung Selatan sekitar 45menit dari Bandar Lampung tempat di mana kami menginap. Sebenarnya pagi itu saya sendiri berasa capek dan tidak ada semangat untuk menjepret pagi itu, terlebih ini adalah pertama kali ke Selaki dan belum tahu point of interest atau pemandangan apa yang akan di potret. Dan sedikit pesimistis karena cuaca juga tidak sedang 'cetar'. Sesampai di lokasi ternyata langit menyemburatkan keindahannya dengan memerah di ufuk timur.

Agak buru-buru untuk mempersiapkan 'senjata' motret, tapi sebelum turun saya terlebih dahulu untuk menunaikan Sholat Subuh di mobil mengingat di sekitar kami berhenti tidak menemukan spot untuk dapat melaksanakan sholat. berbeda dengan di Dewi Mandapa yang terdapat mushola. Selepas subuh bergegas saya mempersiapkan tripod, kamera, filter holder Nisi, dan tentu saja siap siap dengan filter Nisinya jika di perlukan. Seperti sebelumnya saya ceritakan, saya merupakan salah satu pengguna filter Nisi dukungan dari @nisifiltersIndonesia dan @matrixcamera yang masih setia hingga saat ini. So yang pengin tahu lebih lanjut boleh lho nanya nanya tentang filter.
Inilah perahu perahu nelayan yang pagi itu gak bisa diam karena angin

The Landscaper

Pantai selaki ini terdapat dua bagian pantai yang di batasi oleh jalan. Pagi itu pertama kali saya mengambil sisi kiri menghadap sunrise. Namun sayangnya moment itu harus terlewat karena di sisi kiri terdapat banyak sekali perahu kecil nelayan yang tak bisa diam karena angin bertiup kencang sehinga kalau di foto objeknya akan berbayang sementara langit tidak dapat di kompromi semakin beranjak siang. Dengan latar belakang pegunungan yang indah akhirnya saya bergeser ke sisi kanan jalan. Terdapat spot pohon galau yang jadi rebutan.

Penulis menjepret dari sisi agak pinggir mengambil curve sehingga terlihat lebih indah. Dan akhirnya setelah proses jeprat jepret selesai sebelum pulang foto bersama dong bareng rombongan .

Pantai selaki cukup indah untuk di jadikan tempat memburu sunrise di lampung . Ada yang mau kesana?

Sisi lain dari Landscaper adalah selfi ala ala landscaper. Inframe Merdian Sigit yang tercyduk sedang selfi

Skuad Motret pagi itu dari teman2 Lalamper dan dari Jakarta

Monday, September 24, 2018

Dewi Mandapa, Keindahan Pantai yang Instagramable di Lampung





Spot Idaman bagi Landscaper




In Action lah minta tolong teman fotoin hehe
Kali ini saya mau melanjutkan tulisan edisi Lampung yang sebelumnya di tulis di https://totoandromeda.blogspot.com/2018/04/gigi-hiu-surga-eksotis-para-landscaper.html . Setelah sore itu kita sunset di pantai Gigi Hiu perjalanan di lanjutkan kembali pulang menuju Bandar Lampung. Agak sedikit capai di jalan sebenarnya namun karena kala itu kita mengikuti teman-teman di Lalamper akhirnya kita mengikuti jadwal mereka. Sempat kejadian ban bocor di tengah jalan setelah perjalanan sekitar 1 jam dari Gigi hiu hingga akhirnya sampai Bandar Lampung sudah larut malam jelang pagi. Setengah satu baru sampai penginapan. Bergegas menuju kamar masing-masing, mandi tengah malam, istirahat dan paginya jadwal selanjutnya adalah Sunrise di Pantai Dewi Mandapa.

Sesuai kesepakatan pagi kita sudah berkumpul di lobi menunggu jemputan yang agak sedikit terlambat. Sekitar 45 menit dari hotel kita menginap sampailah kita di Pantai Dewi Mandapa, langit pagi itu hanya sedikit memerah namun lumayan untuk diambil. Selanjutnya sesampai di sana saya menyempatkan diri untuk sholat subuh di mushola yang tersedia. Setelah sholat bergegas saya menyiapkan peralatan, tripod, filter dan camera dan menyusul teman-teman lain yang sudah terlebih dahulu memasang tripod. Selanjutnya mengambil posisi masing-masing.

Berbeda dengan pantai lainnya, Dewi Mandapa memang lebih di kenal sebagai pantai dengan menikmati alam di sekitarnya tanpa harus mandi-mandi pada umumnya.  Terdapat jalan menuju ketengah sekitar 1 meter lebarnya. Disini pengunjung dapat menikmati suasana pantai sambil tentu saja selfi atau memotret keindahannya.Untuk mencapai tempat ini, sebenarnya cukup mudah tapi harus berhati-hati karena plangnya kecil. Dewi Mandapa terletak di Kabupaten Pesawaran tepatnya di Desa Gebang Kecamatan Teluk Pandan.

Gak usah lama-lama ya yuk nikmati keindahannya.
Kali ini saya tetap menggunakan filternya merek NISI supporting dari Nisi Filter Indonesia.
Cek fotonya, instagramable bukan? yuk yang belum pernah kesana di jadwalkan.
Sisi Lain

Di Samping pohon Bakau

View dari jauh

menuju daratan

Tiga 'Bujang heeh

Selamat pagi dari Dewi mandapa



Sunday, September 23, 2018

AN EXTRAORDINARY PLACE, YOGA YANG TIDAK BIASA

Ini yang saya maksud, berada di area pemakaman yang cukup lengang, yoga pun dapat dilakukan dimana saja
Judulnya mengundang ya? Yoga yang tidak biasa? an Extraordinary Yoga? terlalu hiperbola ya hehe, tapi gak juga. Extraordinary yang di maksud penulis disini adalah Yoga yang di lakukan secara luar biasa di tempat yang tidak biasa. Apapula itu tempat yang tidak biasa? Ya kali ini bersama salah Instruktur Yoga di Indonesia yang berdomisili di Jakarta  Paramitha Hioe mengunjungi suatu tempat pemakaman di Menteng Atas. Kali ini saya sih tidak akan membahas tentang yoga karena dalam tulisan sebelumnya https://totoandromeda.blogspot.com/2018/04/yoga-dalam-bidikan-kamera.html sudah di bahas apa itu Yoga, kali ini hanya berbagi cerita lewat sebuah lembaran foto.

Tempatnya dimana? Masih di Jakarta dan sengaja dibuat black and white agar kedalaman dalam meresapi sebuah foto dapat di rasakan. Moodnya, tastenya, dan kedalaman spiritual yang dirasakan. Kali ini saya ingin mengajak pembaca untuk jalan-jalan di area pemakaman di Menteng atas dengan background gedung bertingkat tapi dibaliknya terdapat makam dari korban-korban perang yang berasal dari para pendatang, ada kuburan Belanda, Inggris , Pakistan, Australia dan Juga India selain juga Indonesia sendiri di tempat yang terpisah.

Makam ini di kelola dan dirawat secara baik oleh pengelola makam baik rumputnya yang selalu hijau maupun batu batu nisan yang ada disana.
Yuk intip foto-fotonya.

Berada di tengah gedung bertingkat pemakaman ini berada, bersih dan rapi

Pemakaman ini juga di kelilingi oleh Masjid disampaing juga ada gereja, di belakang yang sedang yoga terdapat nama-nama yang sudah meninggal yang disimpan dalam lemari masing-masing setelah di perabukan

Mystic, erotic but not black magic

Sebuah Penghormatan

Area Pekuburan yang tertata rapi

Backgroundnya adalah gereja yang ada di areal pemakaman

Relaksasi