Thursday, October 30, 2025

MENGENANG SOEKARNO M NOOR, RANGKAIAN ACARA FESTIVAL FILM INDONESIA 1992


 Festival film Indonesia tahun 1992 menampilkan acara Pekan Film Restrospeksi di TIM Sinepleks 21, Cikini Raya Jakarta. Acara yagn di buka pada tanggal 22 November pukul 19.00 dengan pemutaran film terbaik FFI 1991 "Cinta Dalam Sepotong Roti".

Acara berlangsung hingga 27 November 1992. Film-film yang di putar adalah film-film terbaik FFI tahun-tahun sebelumnya. Kembang Kertas (85), Ibunda (86), Nagabonar (87), Tjoet Nja' Dhien (88), Pacar Ketinggalan Kereta (89), dan Taksi (90).  Dimeriahkan pula oleh film-film dari negara tetangga Malaysia, : Bintang Malam, Harry Boy dan Shakila. Sementara aktor  Indonesia yang handal Sukarno M  Noor di putar 5 film. 

Soekarno M Noor kelahiran Jakarta 13 September 1931 ini  memang pantas di peringati. Berkat dedikasinya yang penuh mulai 1953 dia tinggalkan kerjanya di Kantor Pos Pasar Baru (Jakarta), lalu terjun sepenuhnya ke dunia seni sandiwara/film. "Sampai detik terakhir dia mampu memberi arti bagi dunia film, " Kata Harmoko ketika melepas Sukarno yang tutup usia pada 27 Juli 1986. 

Menteri Penerangan itu adalah salah seorang sahabatnya semasa "Seniman Senen" tahun 50an. Tapi Soekarno tidak hanya belajar di Senen, melainkan juga memperdalam ilmu aktingnya di Akademi Teater Nasional Indonesia (ATNI). Pengajarnya antara lain Usmar Ismail (1921 - 1971) dan Asrul Sani. 

Jebolan ATNI lain termasuk Wahab Abdi, Mansyur Syah, Usbanda dan lain-lain yang di "kumpu"kan Asrul dalam "Pagar Kawat Berduri" (61), sebagai pembuka acara Restrospeksi Sukarno M Noor. Selanjutnya "Senyum Di Pagi Bulan Desember" 74 (Wim Umboh), Suci Sang Primadona" 77 (Arifin C Noer), "Titian Serambut Di Belah Tujuh" 82 (Chaerul Umam), dan "Lima Sahabat" 81 (CM Nas). 

Soekarno pernah beberapa kali main bersama anaknya, Rano Karno, diantaranya dalam Suci Sang Primadona dan dalam film Opera Jakarta (85, Sjumandjaya). Selain Rano, ikut pula Tino (Abang Rano) terjun kedunia film, sedangkan Suti (Adik Rano) termasuk anggota inti Lenong Rumpi. 

Dalam Bidang organisasi, Soekarno pernah duduk sebagai anggota Dewan Film Nasional (1972-1974), Dewan Kesenian Jakarta (1977-1979), serta Ketua I Organisasi artis PARFI masa bakti 1972-1974. Kemudian ketua umum PARFI dua  periode berturut 1978-1980 dan 1981-1983.

Prestasi Sukarno M Noor 1931 - 1986

1955 Gambarng Semarang (Pertama)

1960 Aktor Terbaik Festival Film Indonesia : Anakku Sajang

1967 Aktor Terbaik Festival Film Indonesia : Di balik Tjahaja Gemerlapan dan Menjusuri Djejak Berdarah

1969 Penghargaan Seni dari Pemerintah, Depdikbud

1971 Best Actor ke 5 PWI (Si Gondrong)

1972 Best Actor ke 2 PWI (Lingkaran Setan)

1973 Best Actor PWI (Jembatan Merah)

1974 Best Actor PWI (Raja Jin Penjaga Pintu Kereta)

1979 Citra FFI (Kemelut Hidup)

1985 Penghargaan/hadiah Surjosoemanto dari Dewan Film Nasional

1986 Nominasi Aktor Pembantu FFI (Opera Jakarta)

FILM MATAHARI MATAHARI

 


MATAHARI MATAHARI mengetengahkan tentang urbanisasi, kemudian terlantar di ibukota, dan jatuh cinta Kelihatannya merupakan cerita klise dalam percaturan tema film Indonesia. Namun kali ini Arifin C Noor menggarap dan membungkusnya dengan sesuatu yang baru, hingga menarik untuk disaksikan ataupun di simak. Matahari Matahari merupakan potret kehidupan yang banyak kita jumpai pada kehidupan masyarakat kelas bawah, yang mungkin tidak pernah di jumpai atau tidak mau menjumpai, ataupun sudah berpapasan tetapi orang menutup mata, mungkin dilakukan oleh golongan masyarakat lain, juga sebuah sindiran. Walaupun ada pula khayalan Arifin dalam beberapa adegan, namun mungkin saja lakon ini terjadi. 

Arifin sendiri mengatakan, bahwa film ini ingin membedakan mana yang nafsu dan mana yang hanya naluri. Atau ia sebut juga ingin membicarakan kembali, nafsu amarah dan nafsu mutmainah. 

Ceritanya bermula dari sebuah desa dimana pak Lurah punya hajat. Disitu hadir Kokom Komala (Rima Melati) penyanyi dangdut asal desa itu yang ngetop di kota untuk ikut menyumbangkan suara. Suaranya, gaya hidupnya, dan kemilau dandanannya bikin orang sedesa kagum tercengang cengang. Tak terkecuali Warga (Wawan Sarwani). 

Warga terpesona pada Kokom. Ia ingin jadi kaya dan berdampingan dengan Kokom. Iyom (Marissa Haque) isteri Warga tidak setuju dan berontak. Tapi ia cuma perempuan sederhana dan bisu lagi. Niat Warga untuk hidup di kota terlaksana berkat bantuan Sarkim (WD Mochtar) kakaknya yang jaya di kota. 

Di Jalan Thamrin, Warga bertemu dengan Nancy (Jajang Pamontjak) perempuan gila yang sedang berkotbah tentang kejahatan kota dan riwayatnya. Kemudian Nancy langsung jatuh cinta pada Warga dan memaklumkan bawha Warga akan jadi Gubernur. 

Tapi dasar nasib, sudah keliling seputar Jakarta tak satupun kantor yang sudi menerima Warga. Ketika malam tiba di rumah kakaknya, dia lihat banyak pengemis datang dan pergi dengan pakaian parelente. Gila , ternyata Sarkim adalah boss penyewa pakaian pengemis. Warga di nasehati agar cari nafkah sebagai pengemis tapi Warga tidak sudi. Karena itu, Warga dan Iyom sekeluarga di usir. Jadilah mereka gelandangan. 

Ditengah kepedihan Warga sempat mengintip Kokom latihan tarik suara. Kemudian melambunglah selangit impiannya. Dia baru sadar ketika di tertawakan oleh anak-anak karena tidur dipelukan Nancy. 

Iyom menyarankan agar Warga kerja saja, tak perlu kerja kantoran. Tapi Nancy ngotot, Warga ak boleh kerja sembarangan, karena warga adalah calon Gubernur. 

Nancy mengeluarkan isi tasnya, ternyata setumpuk uang. Lalu dia berikan semua pada Warga. Dia berkhotbah tentang hidup sederhana, namun akhirnya di ciduk polisi. 

Kini Warga jadi tukang becak. Bagai mesin robot dia kayuh becak menelusuri jalan sempit sekitar hotel-hotel mewah. Matahari menyengat memeras keringat. Sementara malamnya, Iyom di perko sa oleh seseorang. Dengan menangis hebat, Iyom menceritakan apa yang terjadi pada Warga. Tapi Warga tidak begitu peduli karena kurang memahami. Warga sedang bingung, Anak sakit keras, uang tidak ada, ketika dia saksikan perampokan dia renungkan tentang hal itu, lalu dia tekadkan niatnya. 

Warga merampok di bantu oleh Nancy. Hansip dan polisi memburu mereka, Iyom meraung raung anaknya dalam gendonganpun ikut menangis. Sementara itu Warga bermabuk-mabukan sembunyi di komplek pelacuran bersama Kokom sang penyanyi. Namun pada suatu keributan Warga di tangkap. 

Saat itu Nancy sedang berkoar pada seisi dunia, di puncak gedung pencakar langit. Kemudian dia melihat ke bawah. Dilihatnya ada sesuatu, lalu dia meloncat, tentu saja jatuh dan hancur. 

Ketika matahari bersinar di desa, Iyom sudah tua. Anaknya sudah besar. Mereka bekerja di sawah sambil mengobrol membanggakan ayah mereka yang hebat.....

Ketika matahari bersinar di Nusakambangan, Warga sudah tua dan meringkuk terbebani kerja di sawah. Namun bibirnya masih sempat tersenyum. 


#mataharimatahari 

Monday, October 27, 2025

ANNA TAIRAS, DARI BIBIR KE KODRAT

 


ANNA TAIRAS, Setelah hanyut dalam peran-peran tak berarti dan menjurus mengubur namanya, lantaran keberaniannya beradegan di beberapa film yang tak berkesan, Anna Tairas kemudian bermain di film Kodrat karya sutradara Slamet Rahardjo.  

Penampilan Anna yang agak lumayan pernah dibuktikan tatkala Mardali Syarief memberinya kesempatan pada perempuan yang berasal dari Kawanua dalam film Bibir Bibir Bergincu sebagai seorang ibu yang melacurkan diri demi anaknya, Chintami Atmanegara. Di Bibir Bibir Bergincu memang Anna kelewat berani. Ia muncul tanpa selembar busana tatkala ia harus beradegan menghadapi lelaki hidung belang pertama kali demi anaknya. Ia harus menangis ketika di sentuh oleh lelaki tersebut. Sayang adegan bagus dan trenyuh serta menyentuh setiap hati wanita ini, kurang diimbangi dengan permainan prima Anna sendiri. Meski secara keseluruhan tampilan Anna di Bibir Bibir Bergincu tidak jelek.

Tahun 1983-1984 nama Anna Tairas pernah dijejer dalam deretan artis-artis berani yang berkiprah dalam beberapa film produksi tahun tahun itu. Selain nama Anna Tairas juga ada Chintami Atmanegarga, Meriam Bellina, Yenny Farida, Suzanna, Eva Arnaz, Enny Beatrice, Nena Rosier dan MIeke Wijaya. 

Film pertama Anna adalah Bali Connection dimana Anna mendampingi Maruli Sintompul dan Deddy Sutomo, dan tak kunjung beredar. Setelah itu ia bermain dalam film Musim Bercinta, Arjuna Mencari Cinta, Antara Dia dan Aku dan lain nya sebelum bermain dalam film Kodrat arahan Slamet Rahardjo. 

jauh sebelum itu, orang tentu tak akan mendengar namanya, melihat tubuhnya saja tidak kalau tidak ada paksaan . Pada tahun 1975 teman-teman Anna di SMA diam diam mendaftarakan nama Anna pada lomba pemilihan Ratu Kawanua. Dan jadilah ANna muncul di lomba tersebut. Hasilnya Anna Tairas terpilih sebagai Ratu Kawanua 1975 mengalahkan puluhan finalis lain. 

Setahun kemudian tatkala Anna pindah ke Jakarta, ia mengikuti Ratu Jakarta yang terkenal dengan pemilihan Abang dan None Jakarta. Apakah menang? "Ah saya cuma kebagian miss fotogenic saja" katanya. Dan anehnya hampir disetiap pemilihan macam begini namanya selalu terpilih sebagai fotogenic. "Barangkali nasib saya ini di fotogenic saja," celetuknya. 

Namun bekal itu kiranya cukup baginya untuk menapak dunia lain. Sampai akhirnya perempuan kelahiran 1 Mei 1957 ini lebur di dunia film. "Film sudah menjadi bagian dari hidup saya," ujarnya. Anna Tairas paling sering diarahkan oleh Dasri Yacob sutradara dari Inem Film. 

~film 019-Tahun ke II~

Sunday, October 26, 2025

RICO TAMPATTY

 


RICO TAMPATTY. Ketika nama-nama cowok di dunia filmmacam Roy Marten mulai sirna, Rano Karno yang timbul tenggelam, penonton film seperti kehilangan idola. Apalagi para cewek penggemar cowok Idola di film. Dua nama yang muncul di peta film nasional adala Richie Ricardo dan Rico Tampatty. Richie Ricardo yang oleh beberapa penggemar dinilai agak feminin, maka sasaran satu-satunya adalah Rico Tampatty sebagai idola baru. 

Parasnya cukup tampan dan punya sosok tegar serta segudang prestasi adalah bekal handal dari cowok kelahiran Biak, 11 April 1964 ini.  Lewat film perdananya, Tandes orang baru terhenyak ternyata ketika menemukan sosok diri Rico. Ditambah film lain macam Tirai Malam Pengantin, Gawang Gawat serta Pencuri Cinta dan Dia yang tercinta. Nampak anak dari keluarga Yan Tampatty dan Alina Uzhara ini tak main-main menggeluti film. 

Oleh Rekan-rekan terdekatnya karier Rico di nilai cepat melaju.  Bahkan meninggalkan rekan lain yang sudah senior dari dia, Rico sering kelihatan berjalan di catwalk memperagakan pakaian di berbagai hotel mewah di Jakarta. Profesi sebagai modeling ini sudah sejak lama di tekuni. Wajahnya menjadi pemikat orang ktika ia memenangkan  Pemilihan Top Model Rahadian Yamin 1982, setelah cukup lama menggeluti dunia Swara Mahardika pimpinan Guruh Soekarnoputra. 

Sebagai seorang penari di grup Swara Mahardika (SM) berbagai jenis tari ia tekuni hingga oleh Mas Guruh, Rico diberi kepercayaan untuk memegang tugas sebagai pelatih dan koreografer. Terjunnya Rico kedalam film malah seperti rahmat, hal yang banyak terjadi pada diri artis-artis kita. Saat Rico nampang di catwalk dalam pemilihan peragawan terbaik, seorang sutradara , Boby Sandy melihat dan menawarinya main film. Seriba perasaan berkecamuk, ketika ia harus mengatakan mau. Maka mulailah Rico berkenalan dengan pita bergambar. Ini memang macam dunia baru baginya meski ia telah di kenal lewat iklan-iklan gede, foto model di berbagai majalah. 

~FILM 004 Februari 1985

Wednesday, October 22, 2025

SOPHIA INGGRIANA LATJUBA


 SOPHIA INGGRIANA LATJUBA, hobinya dimulai dari foto. Wajahnya sering tampil di beberapa media sebagai model iklan seperti Agree Shampoo, Betadine, bahan pakaian Friendship, Kaos Country Fiesta, dan lainnya. 

Diawali film lewat "Bilur-bilur Penyesalan" (1987) ketika masih berusia 17 tahun arahan sutradara Nasri Cheppy, Sophi panggilan akrabnya langsung mendapat porsi peran utama dalam film tersebut dengan akting pas-pasan. Setelah itu wajahnya terpampang dalam film "Setegar Gunung Batu" (1988) Kemudian juga bermain dalam film Rio Sang Juara . Kemudian karir dalam film pun mengalir begitu saja dengan film-film lainnya seperti Valentine, Kasih Sayang Bagimu, Ketika Cinta Tlah Berlalu, Pengantin, Catatan Si Boy V, dan juga film Taksi Juga. 

Selain sebagai pemain film, model juga sebagai penyanyi yang terkenal. Sophia Latjuba merupakan sosok yang awet muda hingga sekarang. 


MAT PELOR, JAWARA BETAWI JADI OPAS

 


MAT PELOR  Jarang terjadi dalam dunia perfilman seorang sutradara merangkap juga menjadi penata ilustrasi musik filmnya. Namun tak perlu heran kalau sang sutradara adalah seorang biduan populer seperti Rachmat Kartolo!. 

Memang setelah melejit lewat lagu "Patah Hati"nya di tahun 60an. Rachmat juga pernah laris diajak main film Kebanyakan filmnya bertema melodrama, namun Wim Umboh justru memasangnya sebagai sinyo Betawi yang pintar bergitar dalam film silat "Matjan kemajoran" (1965).

Sejak tahun 1978, Rachmat menjajal menyutradarai film silat "Tengkorak Hitam". Setelah cukup lama absen dari kegiatan film Rachmat dipercaya duo produser Johny Pandega - A Fuk untuk mengarahkan "Mat Pelor" yang cerita dan skenarionya juga ditulis sendiri. 

Diperan utamai oleh Advent Bangun sebagai Jawara kebal peluru di dukung sebarisan pemain seperti Dolly Marten, Jeffry Sani, Hendra Cipta, Arman Effendy, Aznah Hamid, Yani Achbari, Sherly Sharita, Tien Kadaryono Urip Arphan dan Roy Karyadi sebagai Schout Jansen. 

Mat Pelor yang biasa dipanggil si Mamat, adalah anak angkat Haji Ramdani. Berkat ketekunannyaia bisa menguasai ilmu kebal peluru. Bahkan ilmu silatnya lebih tinggi daripada si Idup anak kandung H Ramdani. 

Kalau Mamat berpacaran dengan Isa, maka sahabatnya, Abas hendak mengawini Mumun. Namun gara-gara nunggak blasting (pajak), semua kambing Abas disita Demang Sanip. Bukan itu saja, iapun dijadikan pekerja rodi. Sanip memang biang keladi penjilat Schout Jansen. Menindas rakyat dengan mengatasnamakan kompeni Belanda. 

Si Idup dan tiga perampok menyatroni rumah Jansen. Tapi muncul Mamat melabrak mereka. Jasanya membuat Mamat diangkat jadi Opas sekaligus pengawal Pribadi Jansen. Kendati Ayah-ibu angkatnya dan orang kampung ak menyukai hal ini, namun mamat tak peduli. 

Sanip kepergok memperko sa Amoy yang dicintai Jansen. Akibatnya ia di siksa oleh penggantinya Mandor Napis. Huru Hara terjadi karena pemberontakan pekerja rodi yang dipimpin si Idup. Opas Mamat ditugasi menaklukkan mereka. 

Saat Mamat membawa tawanan, termasuk Idup dan Abas, muncul jawara bertopeng mencegatnya, ilmunya kelewat luar biasa, hingga Mamat keteter. Melihat ini Idup pun mencopot belenggunya untuk membantu sang abang angkat. Apakah kerjasama mereka mampu mengungguli si topeng. Siapa sebenarnya jawara bertopeng tersebut? 

Yang sudah nonton tentu tahu ya jawabnya. 


TIEN ALI, PRODUSER PT. CANCER MAS FILM

 


TIEN ALI, ia mungkin produser film yang paling jarang 'muncul' ke permukaan dan di perbincangkan banyak pihak. Namun justru dari perusahaannya PT. Cancer Mas Film, gedung-gedung bioskop konvensional memperoleh pasokan film nasional. Puluhan judul film telah di produksinya.

Selain memproduksi film Tien Ali juga di kenal sebagai seorang distributor. Dengan bendera perusahaan yang sama, bapak dari 4 orang anak itu memperoleh hak menjadi pengedar film-film impor, khususnya bagi bioskop menengah kebawah. "Bisnis filmlah yagn saya ketahui usaha lain, saya tidak bisa, " kata pemilik (saat sebelum tumbang) 15 gedung bioskop konvensional itu. 

Sebelum bergerak di bidang pertunjukkan, Tien Ali lebih di kenal sebagai penjaga gawang handal di daerahnya Kebon Jeruk, Taman Sari Jakarta Barat. "Dalam banyak pertandingan bola, saya di percaya sebagai kiper. Malah sering dipinjam daerah lain saat bertanding, " akunya. 

Bahwa kemuian ia melirik bisnis film katanya, olahraga saat itu belum bisa di jadikan pegangan hidup. Olahraga kita belum profesional dan kita tidak bisa berharap banyak dari sana, " komentarnya. 

Tien Ali tahun 70an melihat peluang bisnis film akan mendatangkan keuntungan. Gedung bioskop sebagai salah satu alternatif hiburan masyarakat, murah, meriah peluangnya sangat terbuka luas. "Bioskop Setia Budi kami buka dan berkembang..". Itu terjadi , kata Tien Ali perizinan untu membangun gedung bioskop sangat mudah. Pengusaha bioskop cukup memperoleh izin dari daerah setempat dimana dimana gedung bioskop akan di bangun. "Pasokan film untuk gedung-gedung bioskop itu adalah film impor, baik film eropa Amerika, Film India maupun film Mandarin. 

Saat film Indonesia sekarat di era 90an, produksi film nasional juga memperlihatkan gejala penurunan, namun selain sebagai produser juga sebagai distributor film, Tien Ali bercerita tentang Film Gadis Metropolis yang tayang di era tersebut. 

Berdasar data dan perhitungan film tersebut memang laku di bioskop-bioskop kelas itu. Dengan biaya produksi yang hanya 250 juta, pemasukan yagn di peroleh dari film itu di Jakarta sudah mencapai 100juta. Gadis Metropolis saya yakin balik modal. Perhitungannya, sebuah film yang berhasil di Jakarta, pasti juga berhasil di daerah lain seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Belum daerah-daerah lain di luar Jawa. 

Produser PT Virgo Putra Film Ferry Angriawan yang ikut menemani Tien Ali  membenarkannya. Menurutnya Gadis Metropolis produksinya, setelah berhasil dalam peredarannya di Jakarta juga berhasil saat diedarkan di daerah-daerah.


~sumber : MF~


Monday, October 20, 2025

TUJUH CEWEK JAGOAN, GALAU PEPERANGAN DALAM BUMBU SYURR

 


TUJUH CEWEK JAGOAN, GALAU PEPERANGAN DALAM BUMBU SYURR.. (TUJUH WANITA DALAM TUGAS RAHASIA)

Pada masa awal kemerdekaan Republik ini pernah terjadi kekacau balauan. Pemerintah yang masih muda usia, bukan cuma menghadapi ancaman dari luar, yakni pihak Belanda yang ingin menjajah kembali tapi juga rongrongan dari gerombolan pengacau di dalam negeri sendiri. Antara lain tercatat dalam sejarah hitam adanya gerombolan D.I yang di pimpin oleh Kartosuwiryo yang menghantui wilayah Jawa Barat. 

Cerita film ini memang fiktif belaka, tapi setidaknya di buat berdasarkan latar belakang situasi kacau saat itu. Diperkirakan pada kurun waktu dipindahkannya (untuk sementara) ibukota Republik Indonesia dari Jakarta ke Yogyakarta, muncullah gerombolan liar yang di pimpin tokoh frustasi Gozali. 

Dalam pada itu Letkol Dudung dari Brigade Tirtayasa bertekad mencegah masuknya kembali Belanda ke Pulau Jawa. Maka ia ingin lebih dulu menghancurkan instalasi minyak bumi yang dikelola BPM (Sebuah badan usaha milik Belanda) di Banten. Secara rahasia letkol Dudung menugasi satu tim Laskar Wanita (Laswi) dari Kesatuan Sandi Satu Pusaka Lima, menyusup ke daerah sasaran. 

Sebagai pemimpin diangkat Mayor Meity. Dibantu kakak beradik Tina dan Tini, serta empat anggota Laswi lainnya. Saat menyusuri pantai selatan Banten, memasuki rimba belukar dimuara sungai Cimandun tujuh, Laswi ini bentrok dengan gerombolan Gozali. 

Semuanya di tawan dan disiksa Gozali yang menduga mereka dikirim untuk menumpasnya. Untunglah, ada mantan serdadu Jepang, Yoshiro yang diam-diam membebaskan mereka. Dengan perangkap maut yang dipasangnya dalam hutan, satu persatu anak buah gerombolan berguguran. 

Paling akhir Gozali sendiri berduel satu lawan satu dengan Yoshiro. Kendati Gozali memiliki ilmbu kebal, namun Yoshiro punya cara khas untuk menumpasnya. 

Meity mengajak Yoshiro bergabung. Diluar dugaan Yoshiro menolak, bahkan ia memilih harakiri untuk menyusul semua rekannya yang telah gugur. Meity memimpin kawan-kawannya melanjutkan perjalanan untuk menuntaskan tugas rahasia mereka. 

Film aksi berlatar belakang pergolakan zaman bergerilya ini sebenarnya merupakan produksi tahun 1984. Saat itu nama Joice erna aktris terbaik FFI 77 dari film Suci Sang Primadona cukup populer. Begitu pula halnya dengan Dana Christina (Lima Cewek Jagoan), sedangkan Chintami (yang berperan sebagai adik Dana) baru mulai menanjak. Empat anggota Laswi lainnya diperankan oleh Yuli Soleh, Ita Nasution, Jeane Maramis dan Rosmiati (yang seusai suting di nikahi oleh sutradara Mardali Syarief).

Lawan mereka si gembong Gozali yang bertubuh kebal diperankan pemain antagonis Hendra Cipta sedangkan mantan Dai Nippon yang jago Samurai oleh Eddy Wardi. Diramaikan lagi oleh Dolly Martin, Sunjoto Adibroto, Ramli Ivar, Edwin Lerrick dan Anton Sumadi. 

Sebagai Sutradara sekaligus penulis cerita dan Skenarionya adalah Mardali Syarief cukup tampil menyuguhkan adegan-adegan keras dengan bumbu-bumbu syurr, terutama karena semua wanita ditampilkan dalam busana compang camping hingga memamerkan kemulusan kulit tubuh mereka. 

Produksi : PT. Virgo Putra Film 

Produser : Ferry Angriawan

Skenario, Sutradara : Mardali Syarief,

Kamerawan : Adi Mukti BCHK

Penata Musik : Areng Widodo

Editor : B. Benny MS

Para Pemain : Joice Erna, Dana Christina, Chintami Atmanegara, Hendra Cipta, Eddy Wardi, Yenny Farida Yuli Soleh, Ita Nasution, Rosmiati, Jeane Maramis, Edwin Lerrick, Sunjoto Adibroto. 



~sumber : MF~193/159/TH X 20 Nov-3 Des 1993c