Sunday, December 14, 2025

SYAMSURI KAEMPUAN

 


SYAMSURI KAEMPUAN, Salah satu bintang yang kerap bermain meski hanya sebagai pemeran pembantu. Lebih dari 70 film pernah di perkuatnya dalam peran-peran yang bersifat antagonis. 

Syamsuri Kaempuan, ayah dari 4 orang anak yang lahir di Banyuwangi, 31 April 1936 ini sudah membulatkan tekad hidupnya dari jerih payah main film. "Saya bersedia jadi apapun, sebab sebagai aktor harus siap segalanya, mental maupun persiapan sebagai pemain," kata Syamsuri yang juga telah bermain puluhan kali di sinetron TVRI. 

Pernah suatu saat dalam keadaan sakit parah, ia masih memaksakan diri hadir di lokasi suting dengan kawalan salah seorang anaknya. Alhamdulillah tidak terjadi apa-apa bahkan hikmahnya dipetik. Saat sedagn sakit Syamsuri Kaempuan menandatangani surat kontrak untuk bermain dalam film-film Titisan Si Pitung, Mustika Pemikat dan Tutur Tinular, 3 film sekaligus dalam waktu satu bulan. 

MF 094/62/Tahun VI, 3 - 16 Feb 1990

Saturday, December 13, 2025

GEORGE RUDY PUNYA 5 FAHAM


GEORGE RUDY PUNYA 5 FAHAM. Diam-diam kiranya George Rudy bapak dari 3 anak ini memiliki 5 faham, sehingga sukses. Kelima faham itulah yang selama ini diterapkannya. Karena 5 faham itu pula membuatnya kepingin menjadi sutradara film. Dan pernah pula menjadi Eksekutif Produser, serta menulis skenario film "Badai Jalanan" yang sudah di produksinya. 

Ke 5 faham itu adalah Bakat, Pendidikan, Kesempatan, Skill dan Disiplin atau Tanggungjawab. "Saya kira itu faham saya. Dan itu baik buat pendatang baru," lanjut kelahiran Jember 1954 ini. "Tanpa itu saya kira seorang pemain tak mungkin berjaya," katanya. 

Karena itu pula membuatnya tertarik menjadi sutradara film. Tapi untuk melangkah lebih jauh, George Rudy belum punya nyali. "Masalahnya bukan apa-apa, kita harus belajar lagi. Ternyata George Rudy punya pengalaman tersendiri berlakon dalam film drama. Dia merasa tidak berbakat untuk melakon film-film drama. Kalaupun ada hanya beberapa. "Film drama saya hanya sedikit. Sedangkan film laga hampir 95%," katanya , "Saya bukan artis drama", ujarnya pula saat di temui disela-sela suting Titisan Si Pitung di Sukabumi. 

Ketika tahun 70an lagi top-topnya film remaja, George Rudy sempat pula meninggalkan film. "Saya bukan meninggalkan film, karena ketika itu film remaja lagi top. Sedangkan film action kurang diminati," kata karateka yang berbintang Libra ini. 

Namun George Rudy merasa belum puas bila melakoni film action memakai stuntman sehingga bila melakukan adegan-adegan berbahaya dia  mantap melakukannya. Tapi selalu saja pihak produser atau sutradara melarangnya, kuatir cedera berakibat film di tunda. 


~MF 094/62/TahunVI, 3 - 16 Feb 1990

BINTANG CILIK DALAM FILM TRAGEDI BINTARO DAN SI BADUNG.


BINTANG CILIK DALAM FILM TRAGEDI BINTARO DAN SI BADUNG, PUTRA DARI TORRO MARGENS IKUT BERMAIN

Sutradara Tragedi Bintaro, Buce Malawau dalam kaitannya dengan FFI 1989 menyimpulkan Komite seleksi salah sebut. Tidak ada pemeran bernama Nastiti dalam film saya itu. Kemungkinan besar yang dimaksud adalah tokoh yang bernama Astuti. Sudah dicantumkan dalam surat rekomendasinya , Astuti dipeankan oleh Chika Fransisca.

Dalam film Tragedi bintaro dengan sutradara pendeta Buce Malawau, bintang cilik yang ikut bermain terutama dalam satu keluarga junet yang terdiri dari lima orang anak. Si Sulung Mulyadi diperankan oleh Andi Otniel, Nomor dua adalah Juned, satu satunya dari lima bersaudara yang hidup kendati cacad dengan tragedi itu, diperankan oleh Ferry Octora, Nomor tiga , Aswadi diperankan oleh Tampan Maratiga anak dari Torro Margens. Baru yang ke 4 Astuti diperankan oleh Chika Fransisca dan terakhir si Bungsu di perankan oleh Yoga Pratama. 

Pemain Anak-anak ini di pilih khusus oleh Buce. Kebanyakan berlatar belakang dunia teater. Ferry Octora dan Ferry Iskandar (pemeran teman juned, penjual koran) keduanya berasal dari Teater Adinda Bocah. 

Ferry Iskandar yang berperan sebagai Hamid si penjaja koran, sudah beberapa kali bermain film. Antaranya diarahkan Arifin C Noer sebagai seorang anak Marissa Haque dalam film "Matahari Matahari". Berperan sebagai anak asuhnya Tuti Indra Malaon dalam film "Perisai Kasih Yang Terkoyak". Juga sudah pernah di sutradarai Buce Malawau yakni sebagai anak Yati Surachman dalam film Luka di atas Luka. 

Sama seperti anak-anak pemeran "Tragedi Bintaro" yang baru duduk dikelas VI kebawah, demikian juga dengan para pemain "Si Badung" yang disutradarai Imam Tantowi. Dua bocah badung, Koko dan Dori diperankan oleh Nelson Sodak dan Rully Johan yang baru kelas VI. Sedangkan "Kelompok Lima" diperankan oleh lima anak yang juga sebenarnya bagu kelas V mereka adalah Viona Rosalina, Rini Retno Mukti Remo Herfandi, Raymond Robot dan Ibnu Sandi Adam. 

Ikut mendukung Sheren Regina Dau (pernah bermain sebagai Anak Marissa Haque dalam film "Pesona Natalia" ) serta Toma Gagah Putra (Anak sulung Torro Margens) Boleh juga di ketahui kalau Rini adalah puteri dari Elly "Mantili" Ermawatie. Sedangkan Viona Rosalina ternyata puteri Editor Mulyo Handoyo. 

~sumber : MF 88/56/Tahun VI, 11-24 November 1989

Thursday, December 11, 2025

(NOSTALGIA) SUTING TITISAN SI PITUNG


 CERITA LAWAS ! SUTING TITISAN SI PITUNG. Cerita ini bukanlah Si Pitung Jagoan Betawi yang telah jadi legenda itu tetapi sebuah fiksi lain. Lukman Karmani penulis kawakan cerita Betawi mengangkat SI Pitung dalam bentuk fiksi dari karya aslinya, maka lahirlah Titisan Si Pitung dalam bentuk skenario. Lalu produser Afuk mempercayakan pengambilan gambarnya kepada sutradara Tommy Burnama membawakan panji PT Purnama Sentosa Film. 

Semula film ini berjudul "Jimat Si Pitung" oleh sesuatu hal lalu film cerita drama, action Betawi ini berganti judul "Titisan Si Pitung. 

Ceritanya seperti juga cerita silat kebanyakan. Ada yang jahat, ada yang baik. Lalu yang jahat kalah lantaran perbuatan si baik. Film cerita silat ini dibungkus dalam bentuk tradisional. Pengambilan gambar di laksanakan pertama pada 9 Januari 1990 dengan lokasi di desa Nagrak, Sukabumi. Dan selesai suting sekitar akhir Februari 1990. 

"Desa Ngarak di Sukabumi merupakan tempat yang ideal untuk cerita betawi, karena suasana Betawi tempo doeloe masih tersisa di sana. Andaikata cerita ini tidak berlatar belakang Betawi, boleh jadi lokasinya bisa sembarangan. Karena itulah saya mengambil lokasi suting di sini," kata Tommy Burnama selaku sutradara. 

Di bulan Januari curah hujan cukup padat membuat suasana suting terganggu. Beberapa kali pengambilan gambar tertunda. Beberapa figuran didatangkan dari Jakarta. Ad anggapan figuran dari Jakarta lebih baik sehingga akan mempermudah dan memperlancar jalannya pengambilan gambar. Ya, mereka telah di persiapkan untuk silat Betawi. 

Suting hari itu cukup menarik. Ada pemain yagn kena cambuk dan kena terjang beneran. Seorang pemeran, Tommy Wiryo berdarah, punggungnya sampai memar, itulah suting. 

Film Titisan Si Pitung di dukung oleh aktor-aktor ternama seperti WD Mochtar, Jeffy Sani Georgy Rudy Johny Indo, Syamsuri Kaempuan dan edi Riwanto. Sedang untuk aktrisnya antara lain Suci Leonita MY, Yanah Diana dan Sherly Sarita. Di dukung pula oleh beberapa pesilat dan pemain karate yang telah berlatih. 


~MF 094/62/Tahun VI, 3 - 17 Feb 1990

SEKILAS KARINA SUWANDI

 


SEKILAS KARINA SUWANDI. Cewek Cantik berperawakan tinggi besar biasa di panggil Karin, lengkapnya Karina Suwandi, dulunya sih Karinka, sebagaimana kebanyakan nama orang Cheko sono yang berakhiran Ka. "Ngga tahu tuh kenapa. Di akte kelahiran si Karinka. Apa lebih enak nyebut Karina daripada Karinka kali ya? akhirnya hingga sekarang lebih ngetop dengan Karina Suwandi," beber si bungsu dari 3 bersaudara yang cewek semuanya. 

Lahir di Jakarta 26 Desember 1973 dari pasangan Ir. Suwandi asal Solo dan Edith dari Chekoslovakia. Kelahirannya pun menyimpan cerita unik. Waktu hamil mamanya ngidam bir dan detik-detik terakhir saat Karin akan lahir, mamanya masih ada di pesta Natal, lagi senang-senang. "Saya kan lahir sehari setelah natal, bayangin gimana serunya waktu itu mama lagi enak-enak pesta saya lahir," kenangnya lucu. 

Punya tampang Indo, membuka kesempatan pecandu pizza dan pempek ini terjun ke layar lebar. Lewat kakak sulungnya yang peragawati, Karin dapat kesempatan ikuan di film anak-anak Don Aufar, menyusul kemudian Makhluk Manis dalam Bis dalam serial Lupus II. Kemudian Valentine, Kasih sayang Bagimu, film arahan sutradara Bobby Sandy, peran pertama sebagai pemeran utama sebagai Lufi gadis pendiam yang sering jadi pendamai kalau teman-temannya bersengketa. 

"Tidak perlu pendekatan khusus, Mas Bobby cukup sabar mengarahin kita-kita. Semua kru film kerja kompak, pemainya sudah kenal lama. Rata-rata satu agency, jadi rasanya kekeluargaan banget. Biar suting lama-lama di Bandung juga rasanya enak saja," ceritanya riang. Susahnya paling karena harus berperan sebagai mahasiswi, padahal Karin masih SMA. Sayangnya pada kesempatan perdana sebagai bintang utama ini suaranya diisi orang lain. Karin nggak sempat dubbing karena harus melakukan pemotretan pada saat yang bersamaan. "Nggak puas juga sih, tapi gimana lagi? dua duanya nggak bisa diundur.".

Karin terjun kedunia film di saat film Indonesia menjelang mati suri, namun kemudian Karin berhasil menjadi Warkop Angel di serial TV bersama Roweina. Dan hingga kini karirnya masih terus berjalan di dunia film. 


~sumber MF dll

Wednesday, December 10, 2025

BINTANG FILM DADAKAN, GOPE SAMTANI ,CASTING COCOK TIDAK PROBLEM


GOPE SAMTANI, CASTING COCOK TIDAK PROBLEM DENGAN BINTANG FILM DADAKAN. Banyak artis film melejit dari seorang produser. Sementara sang artis itu sendiri  tidak pernah bergelut dalam dunia film seperti Barry Prima, Yessy Gusman dan lain-lain. Bag Gope Samtani salah seorang produser film nasional berpendapat," Tidak ada masalah memakai artis apa saja, yang tanpa dilatarbelakangi kemampuan akting. Keberanian seorang produser seperti ini adalah untung-untungan."

"Bagi saya memakai artis yang bukan bergelut di dunia film tidak problem. Yang penting artis itu cocok dengan peran yang di berikan," kata Gope Samtani. Karena dunia film merupakan kerja kolektif, apakah sang artis itu sendiri merepotkan ketika pengambilan gambar? misalnya seperti Barry Prima yang seorang Taekwondoin ketika pertama kali suting film. 

"Memang saya yang pertama memakai Barry Prima, tapi sebelumnya kami sudah berpikir matang ke arah itu dan artis itu sendiri ternyata tidak merepotkan," katanya . Secara terus terang Gope juga menambahkan "Selama produksi saya tidak pernah mengalami hambatan. 

Selain Barry Prima dan Yessy Gusman, Gope Samtani juga dikenal sebagai produser yang banyak mengorbitkan artis nasional. Lalu resep apa yang di lakukan Gope, sehingga dia bisa sukses?

"Bagi kami yang penting cocok. Semisal kami memakai Elyas Pical, tentu kami sedang memproduksi film bertemakan tinju. Dan tidak akan memakai untuk film bertemakan drama," sambungnya. 

Sukses atau tidak sebuah film yang memakai artis berperan ganda seperti puny alatar belakang penyanyi, peragawan, pelawak dan atlit atau apa saja tergantung persiapan yang matang. Tidak berupa gagah-gagahan, atau ingin cepat dapat untung tanpa memperhitungkan segalanya. Karena perhitungan itu membuat Gope Samtani tidak pernah mendapat kendala ketika mengorbitkan seoragn bintng yang bukan artis film. Hambatan yang di hadapi ketika suting memakai bintang berperan ganda adalah faktor mental artis itu sendiri. Karena sudah ada perjanjian antara artis dan produksi sebuah film. 


Monday, December 8, 2025

ALAN NUARI


Alan Nuari boleh dikatakan sebagai aktor yang telah lengkap menerima berbagai peranan. Ia pernah main untuk film drama, mistik dan juga legenda. 

Alan Nuari ditemukan oleh Wim Umboh yang kemudian mengajaknya main film "Pengemis dan Tukang Becak" yang berhasil meraih Piala Citra terbanyak dalam FFI 1979 di Palembang. Di sini Alan Nuari bermain bersama Christine Hakim. Setelah film itu langkah Alan Nuari di dunia film tidak begitu mulus. "Mungkin saya belum berhasil untuk mencapai apa yang saya harapkan saat ini" ujar Alan. Saya tidak berputus asa yang penting main film jalan terus. 

Sejak namanya melejit lewat film perdananya "Pengemis dan Tukang Becak" tawaran main film untuk Alan Nuari datang bagaikan air mengalir. Tak heran bila tanpa terasa ia telah membintangi puluhan judul film. Tetapi ketika usia aktor ini mulai merambah ke parobaya ia tak selaris dulu. Tawaran main yang ia terima kian sedikit.

"Sepi itu datang juga" kata putra Bandung kelahiran 2 Januari 1955 ini. Tapi Alan nampaknya tak terlalu ambil pusing menghadapi perubahan itu. Ia tetap saja giat mendalami seni peran. Ketika disinggung seringnya tampil di sinetron setelah sepinya tawaran film, Alan mengatakan itu bukan disebabkan kurangnya tawaran main film. "Dulupun saya pernah bermain di sinetron. Main di sinetron lebih menantang. Olah vokal dan akting benar-benar diuji,"katanya.  Di bawah arahan Mustafa, Alan bermain sebuah sinetron produksi TVRI berjudul Kabut-Kabut Tipis. 


Saturday, December 6, 2025

HERMAN NGANTUK , SELALU KURANG TIDUR

 


HERMAN NGANTUK YANG SELALU KURANG TIDUR. Rambutnya keriting, selalu memakai iket kepala dan bila muncul di tv seperto orang yang kurang tidur serta bicara ceplas ceplos. Dialah Panjol, sosok yang acap di perankan Herman Ngantuk dalam serial TV Tembang di Tengah Padang. Di balik suksesnya herman memerankan sosok Panjol ternyata dia belajar karakter dari membaca dialog, sehingga dia selalu berulang-ulang membaca skenario sebelum pengambilan gambar. Apa tidak menganalisa naskah atau karakter?.

"Yang jelas saya belajar karakter Panjol dari membaca dialog. Malam, pagi dan siang saya terus membaca. Kadang saya juga lupa kalau saya tidak berada di lokasi suting. Dari situlah saya membuat karakter Panjol," kata Herman Ngantuk yang lahir di Tasikmalaya 5 Februari 1952.

Walau Panjol telah di kenal namun bagi Herman sangat tabu menampilkan karakter Panjol dalam cerita lain. Walau dia acap tampil dalam film cerita tv. "Saya sering melakoni tokoh Panjol. Bukan sama tapi ada kemiripan karakter. Walau saya tahu itu baik, saya tidak akan meminjam tokoh Panjol dalam bentuk apapun,"janjinya. 

Dalam disiplin kita boleh acung jempol padanya. Ketika suting tengah malam dimulai , Herman sudah menunggu di lokasi, walaupun ia tahu giliran suting menjelang fajar. Dia menunggu scene-nya sampai terkantuk-kantuk, namun kru Tembang Di Tengah Padang tidak mengetahui kalau Herman Ngantuk lagi terkantuk kantuk. 

"Itulah untungnya mata saya ini. Orang tidak tahu bahwa mata saya lagi ngantuk berat," kata aktor yang pernah kuliah di IKJ bagian teater. Namun bukan karena suting itu membuat namanya menjadi Herman Ngantuk. "Saya buat nama begitu karena saya menyadari mata saya mirip orang yang kurang tidur. Walau begitu mata saya ini kan anugerah Tuhan," kata anak ke 4 dari 10 bersaudara. 

"Walau saya berhasil melakoni Panjol, tapi semua itu tak terlepas dari tangan dingin Mas Darto. Apalagi mas Darto itu orangnya sangat terbuka," katanya. 

Namun bila disimak karakter seharian Herman Ngantuk ternyata sangat bertolak belakang dengan karakter Panjol. Kalau dalam Tembang di Tengah Padang, Panjol orangnya lugu, polos dan terkadang kocak, ternyata seharian Herman ngantuk orangnya serius. Bahkan dia adalah guru teater pada sebuah SMA di bilangan Jakarta Selatan.