Asap...!" teriak Sisworo Gautama. Mendengar suara sutradara itu, kontan kru efek mengipas-ngipas bara kayu campur solar di dalam kaleng. Seperti jual sate, tradisional memang, tapi efek asap untuk suasana angker tercapai. Setelah asap terkumpul dan kamera siap "on" pemain belum siap. Pengambilan gambar tertunda lagi. Lawan main Suzanna, Yongky DP masih memperbaiki efek luka di siku tangannya.
Kameramen F.E.S Tarigan rewel. Ogah dengan tata lampu sembarangan. Dengan teriakan kecil dia menyentakkan penata lampu, " Lampunya Yang benar dong!". Richard Tarigan segera mengarahkan lampu untuk mencapai keinginan kameramen. "Aduh!" Melamuri minyak saja harus disuruh. Pakai inisatif dong, " ujar kameramen setelah mengintip kameranya. Asisten Juru Make Up yang melakukan pekerjaan itu jadi grogi. "Kru kita selalu menunggu perintah. Kayaknya ndak ada inisatif," bisiknya .
"Film ini tidak hanya mengandalkan cerita, tapi juga trik. Akibatnya kamu harus teliti supaya mengena dan dapat membuat penonton takut, "Kilah Kameramen.
"Kemaren aja untuk trik menghabiskan waktu tiga jam untuk satu shot," ujar Suzanna menambahkan. Untuk menghemat waktu tidak ada jam tersia sia. Begitu selesai shot, langsung siap dengan shot lain. Untuk break makan waktu hanya disediakan setengah jam, menu bubur-buburan serta kopi dengan persediaan sampai pagi.
Secara keseluruhan suting malam itu berjalan lancar dan mulus meski malam-malam sebelumnya nyaris setiap hari begadang di lokasi. Wajah artis dan kru kuyu, tapi semangat masih menyala-nyala. Malam semakin larut, embun dini hari turun, membuat suasana begitu dingin. Untuk menghindari rasa kantuk, Suzanna banyak becanda, atau sesekali rebahan di dalam mobil jeep di dampingi Clieft Sangra.
Suasana tanah kosong milik Pemda DKI, di persimpangan Halim dan DI Panjaitan Jakarta Timur masih semarak, meski warga Jakarta lelap dalam tidurnya. Dari kejauhan nyala lampu kelihatan indah, terkadang secara tak sengaja ingin membelah angkasa. Di pojok lain, sekelompok penata artistik beratap tenda plastik, sejak sore bekerja membuat boneka dan lain-lain keperluan suting. Dengan derap yang sama semua kru ingin segera menyelesaikan tugak secepatnya.
Sisworo sebagai panglima suting, cekatan mengkomandoi. Ada rasa terburu-buru, boleh jadi juga jadwal suting telah diatur oleh produser. Sutradara yang baik harus punya kiat, idealis film perlu. Kedua unsur itu agaknya membuat sutradara film Perjanjian di malam keramat ini kerja mati-matian.
Produksi Soraya Intercine Film ini tidaklah begitu baru dalam ide. Karena penggarapannya serius, boboleh jadi film ini akan menjadi tontonan menarik. Dan pihak sutradara ada usaha, di samping pelakon dalam film ini merupakan artis handal untuk tema horor. Suzanna, Piet Pagau, Clift Sangra, Yenny Farida, Tino Karno, Rengga Takengon, Alex Bernard, Anita Anjani, Yongky DP dan Syarif Friyan. - Demikian di kutip dari MF No. 131/98 tanggal 6 Juli sd 19 Juli 1991