Sunday, September 21, 2025

SENGSARA "MEMBAWA NIKMAT"


SENGSARA "MEMBAWA NIKMAT" setidaknya begitu ya. Mengangkat cerita dari sebuah novel menjadi tontonan ke layar kaca cukup beresiko karena ceritanya sudah terlanjur dikenal masyarakat. Tentu masyrakat sudah punya imej dan opini sendiri. Kalau merasa tidak terwakili apa yang ada dalam benak tentu akan memprotes atau mencaci. Apalagi kalau cerita itu ada kaitannya dengan waktu atau sejarah. Sekalipun cerita itu cerita fiksi belaka. 

Bisa tidak mengundang protes jika cerita yang sudah ngetop di garap dengan konsep "dikinikan" atau di kacaukan sekalian. Dimana cerita asli tersebut di tempatkan sebagai sumber inspirasi. Lebih akan "diam" jika digarap dengan bagus. Baik pengambilan gambar maupun pengadeganan. Namun, masih tidak menutup kemungkinan reaksi yang bakal muncul. 

Bagaimana sinetron "Sengsara Membawa Nikmat" (SMN) karya Sutan Sati? Cerita yang diangkat dari Novel sastra bersejarah dalam kesusastraan Indonesia ini skenario ditulis oleh Asrul Sani. Agus Widjoyono sebagai sutradara yang menangani Sengsara Membawa Nikmat ini lebih hati-hati. Tidak disebut sembrono atau gegabah karena sembarangan dalam menafsirkan skenario, "Saya harus ekstra hati-hati, untuk itu saya juga banyak dibantu oleh orang-orang minang, " ujar Agus. 

Semula Pihak Pemda berjanji akan menyediakan konsultan, tapi entah kenapa tiba-tiba rencana itu dibatalkan, hingga saya kerepotan mencari penggantinya. Akhirnya saya minta bantuan langsung pada pemuka-pemuka adat, seperti ketua balai kerapatan, tentu saja ini tidak resmi, tapi secara pribadi saya perlu ketemu mereka. Sebab dalam kehidupan seperti yagn sekarang, adat istiadat seperti dulu itu sudah sulit dijumpai. 

Dalam penggarapannya Agus memakai setting sekitar tahun 1928 SMN memang tidak menyebut angka sejarah yang pasti dan ini cukup menolong bagi Agus, karena tidak ada beban sejarah yang harus di visualkan, tahun dimana naskah itu ditulis oleh pengarangnya. 

"Barangkali saya memang lain dengan Siti Noerbaja saya berusaha mendekatkan diri pada cerita aslinya. Seperti kita ketahui disana masing-masing daerah punya adat yang berbeda sehingga saya perlukan konsultan, saya harus mencari kembali foto-foto tempo dulu dan membongkar-bongkar kembali arsip Nasional. Dan kesulitan-kesulitan lain yang pernah saya hadapi disaat suting, mencari rumah yang sesuai itu susah, karena rumah-rumah di daerah Padang sudah banyak yang berubah. Kadang masih ada juga, tapi sekitar rumah itu atmosfernya sudah berbau masa kini, " urai Agus. 

"Dengan tidak muluk-muluk, semoga film ini bisa dinikmati dan saya berharap akan mendapatkan banyak input dan kritikan-kritikan yang ada. Sengsara Membawa Nikmat ditayangkan tiap Sabtu pukul 20.00 mulai 19 Oktober 1991 di TVRI.


~Sumber MF

Saturday, September 20, 2025

SUTING BABAD TANAH LELUHUR, RAHASIA BUKIT TENGKORAK


CIPANAS, Pelabuhan Ratu tidak sesepi biasanya. Tempat rekreasi air panas yang kurang tergarap Pemda ini menjadi semarak tatkala kru film bertebaran kerja dimana mana. Di lembah dekat pemandian air panas dari ketinggian, set-set dibangun seperti perkampungan di masa Prabu Siliwangi berjaya. Tiga bangunan induk sebuah pendopo dan sebuah bangunan semacam gudang. Unik dan terisolir, tak akrab dengan masa sekarang. 

Antara bangunan induk dan pendopo, persis di depannya membujur dua rangkaian kandang kuda. Dua orang penjaga kuda sejak pagi telah memacu kuda-kuda untuk pemanasan, di tengah tanah yang lowong. Kuda-kuda itu tidak sembarangan. Khusus dibwa dari Jakarta. Enam kuda peranakan Australia, empat kuda dalam negeri dari Sumbawa. Untuk biaya pengadaan kuda-kuda ini perharinya menelan biaya tiga juga setengah. Instruktur untuk laga dan kerabat kerja yang diimpor dari Hongkong 'rebahan-rebahan' di pendopo, sambil bernyanyi kecil membawakan lagu kurang akrab ditelinga pribumi. Kru lain itak ikut berleha-leha. Semua menekuni tugas masing-masing. Sementara itu penata rias sejak muncul di lokasi suting dari tempatnya menginap di Pelabuhan Ratu, 15 km dari lokasi suting sejak pagi telah melukis wajah-wajah dan mendandani artis yang akan suting. 

Melihat Suting "Babad Tanah leluhur" produksi Pt. Kanta Indah Film tidak seperti suting film kebanyakan. Kalem, tidak buru-buru, namun pasti. Utuk film ini tidak ada batas waku yang ditentukan. Kecuali harus menghasilkan karya yang maksimal dari kru terlibat. Ini target tak terucapkan. Bagi sutradara M. Abnar Romli film garapannya ini merupakan film terlonggar dalam biaya. Segala akan diperlukan produser cepat mengantisipasinya. Dia leluasa untuk berkarya menampilkan yang terbaik dari film-film laga yang pernah ada. 

Alhasil, Abnar Romli tidak sesantai biasanya. Keningnya acap berkerut. Terkadang terlalu tegas mengambil keputusan. Meski begitu batinnya ciut menghadapi tantangan. 

"Beban saya sungguh berat, film kolosal pertama merupakan tantangan yang harus saya pikul, " katanya . Film yang diangkat dari sandiwara radio karya Tizar Sponsen ini ditargetkan SEDAHSYAT "Saur Sepuhnya" Imam Tantowi. Dan kenyataan ini Abnar Romli tidak bisa mengelak. Fasilitas boleh di bilang pas-pasan. Biaya setnya menghabiskan dana empat puluh juga rupiah, dengan tenaga kru tetap sebanyak enam puluh orang ditambah karyawan setempat sebagai tenaga honor harian. Persiapan set dilakukan tiga bulan sebelum suting berjalan. Ratusan figuran terlibat, ribuanpasang pakaian model baheula di persiapkan, senjata dan ribuan busur dan anak panah. Semuanya menghabiskan dana kurang lebih 500 juta. 

Latar Belakang budaya Babad Tanah Leluhur sedikit agak rancu. Ini karna tanpa riset yang mendalam. Dari nama-nama tokoh yang ada terasa asing di telinga Jawa maupun di telinga Sunda. Boleh jadi sang pencipta cerita hanya bermain-main dengan imajinasinya ketika membuat cerita untuk Sandiwara Radio. Sehingga sang produser kurang berani untuk mempermak cerita, untuk mengambil garis budaya Sunda atau Jawa sebagai latar belakang. Agaknya, Abnar berada di dua kutub budaya Jawa dan Sunda. Tapi penonton juga tak mempersoalkan soal budaya, baginya enak ditonton dan sesuai dengan imajinasinya lewat suara di sandiwara radio. Justeru itulah gunanya instruktur laga dari Hongkong. Konon kabarnya mereka bisa memberikan tawaran untuk adegan laga sesempurna mungkin seperti film "Tutur Tinular"nya Nurhadi Irawan. 

Kita banyak belajar dari instruktur Hongkong, Keahlian mereka bisa kita terapkan disini kalau kru lain bilang 'kita juga bisa berbuat' tetapi nyatanya lain. Seperti mempergunakan sling mereka jauh lebih kreatif, " ujarnya. 

Cerita filmnya sendiri tidak terlalu istimewa. Hanya soal balas dendam, seperti cerita silat kebanyakan. Hanya saja Abnar Romli mencoba menggulirkan karya yang terbaik dengan bermain trik-trik dan kepopuleran cerita ini di radio. Walau terkadang, kuda kuda maupun jurus-jurus yang ditampilkan impor punya, bukan silat tradisional. Boleh jadi film ini akan bergaya Hong Kong berbaju Indonesia. 

Film ini dibintangi oleh Anneke Putri sebagai Roro Angken, Lamting Sebagai Saka Palwaguna, Rudi Wahab sebagai Mamangku Raya, Fitria Anwar sebagai Anting Wulan, WD Mochtar, Budi Swarskrone, Benny Burnama, Otniel Andi Herman dan Nelson Sondah. 


Sumber : MF


#babadtanahleluhur

#filmindonesia #filmsilat  


Friday, September 19, 2025

SI KABAYAN SABA METROPOLITAN, MEMBELA BUKIT WARISAN


SI KABAYAN SABA METROPOLITAN, MEMBELA BUKIT WARISAN

Seri ke 4 Si kabayan yang merupakan produksi PT. Kharisma Jabar Film bersama Pemda Tingkat I Propinsi Jawa Barat. Diawali "Si Kabayan Saba Kota", disusul kemudian "Si Kabayan dan Gadis Kota" dengan Paramitha Rusady sebagai Nyi Iteung, kemudian "Si Kabayan dan Anak Jin" dengan Nike Ardilla sebagai Nyi Iteung, rata rata kesemuanya menangguk sukses yang menggembirakan. 

Penyutradaraan pernah beralih dari tangan H. Maman Firmansyah ke rekannya Henky Solaiman, pada jilid ke tiga. Dan pada seri ke empat di pegang kembali oleh Maman. Tokoh si Kabayan tetap diperankan oleh Didi Petet dan di seri ke empat ini kembali Nyi Iteung diperankan oleh Nike Ardilla seperti pada seri ketiga. 

Alur cerita keempat film Kabayan , meski cerita dan skenarionya tetap di tulis oleh Eddy D Iskandar, memang tak di buat berurutan. Terlihat pada hubungan antara Kabayan dan Nyi Iteung. Film yang pertama di tutup dengan pesta perkawinan mereka yang merekah. Lalu dalam film kedua, Nyi Iteung sebagai Isteri Kabayan, ngambek hingga minggat ke kota. 

Tapi, pada seri yang ke tiga balik ke masa kabayan masih berpacaran dengan Nyi Iteung. Bahkan Abah sempat mengirimkan Nyi Iteung bersekolah ke pesantren di ogya. Kini dalam seri yang ke empat, juga Kabayan dan Nyi Iteung diceritakan masih dalam tahap pacaran. 

Tokoh Abah tetap diperankan oleh aktor kawakan Rachmat Hidayat yang menampilkan akting paten. Mimiknya terasa begitu pas, misalnya dalam adegan merindukan penyanyi dangdut yang pernah memberinya potret. Diimpikannya si penyanyi membagi-bagikan potret kepada para penggemarnya sudah merupakan kebiasaan. 

Dibandingkan tiga film terdahulu disini si Kabayan bertemu imbangannya , tokoh bernama Ben yang di perankan  komedian betawi, H. Benyamin S. Penampilan ben dengan logat Betawinya, diiringi oleh Yoseano yang brdialek medok Madura. 

Didukung oleh Ayu Lestari, Ida Kusumah, Mercy Marsita, dan Lina Budiarti sebagai cewek perayu di hotel. 

Bagaimanapun juga film keempat ini menjanjikan mutu lebih dibanding film-film sebelumnya. Ditambah jadwal edarnya bertepatan event Hari Raya Idul Fitri, khususnya Bandung dan Jawa Barat.

BENDO SAKTI

Inti cerita merupakan sindiran kerakusan orang kota dalam melahap tanah di daerah untuk membangun Vila. Begitulah, datang ke bukit sunyi di pinggir desa Sukaemut Ben dan konconya, Yus. Mereka langsung ingin memborong bukit yang diwarisi kabayan dari nenek moyangnya. 

Kebetulan separuh bukit memang milik Abah. Nampaknya Abah yang sok moderen ini , contohnya punya kulkas tapi digunakan untuk menyimpan pakaian, memang mata duitan, hingga langsung saja setuju. Tak demikian halnya dengan Kabayan yang mentah-mentah menolak. "Tanah ini kan milik Alloh!", ujarnya berkeras. 

Kekerasan Kabayan di dukung oleh jin yang menghuni bukit itu setelah digusur dari Ancol Jin menghadiahkan bendo (blangkon dalam bahasa jawa) sakti. Kalau bendo di pegang dengan tangan kiri, pemegangnnya bisa raib tak tampak mata. 

Abah dan Nyi Iteung dibawa ke Jakarta oleh Ben. Maksudnya untuk mempertemukan dengan kakanya, Ny. Hartawan, yang ingin membeli bukit seluah tujuh hektar itu. Mau tak mau Kabayan menyusul. Dalam kereta api sempat berkenalan dengan Karlina, yang ternyata puteri keluarga Hartawan. 

Keluguan Kabayan menibulkan situasi-situasi lucu. Misalnya saja, menyeberang jalan seenaknya, hingga di panggil polisi dan dihukum push up. Eh malah kabayan minta inap di sel tahanan Kantor Polisi. 

Demi melihat Kabayan bersama Karina Nyi Iteung kontan mewek, Abah memaki-maki "Si borokokok"! tapi kabayan malah memergoki Abah di peluk cewek genit di hotel. Bagaimanapun juga Kabayan akhirnya mengalah ketika Abah mengancam akan memutuskan hubungannya dengan Nyi Iteung. 

Namun menjelang penandatanganan akte jual beli tanah didepan notaris Kabayan kembali merasa keberatan. Abah kebingungan mendengar keresahan calon menantunya ini. Berbarengan dengan terbongkarnya kekorupan Ben yang bersekongkol dengan kakaknya untuk mengeruk uang ayah Karina. 


#sikabayansabametropolitan

#didipetet

#nikeardilla

PACAR KETINGGALAN KERETA, FILM TERBAIK FFI 1989


PACAR KETINGGALAN KERETA, FILM TERBAIK FFI 1989

Produksi : NV PERFINI

Pemeran utama Wanita : Tuti Indra Malaon

Pemeran utama Pria  : Rachmat Hidayat

Pemeran Pembantu Wanita : Niniek L Karim, Ayu Azhari, Nurul Arifin, 

Pemeran Pembantu Pria : Alex Komang, Didi Petet, Iwen Darmansyah

Penata Suara : Iwan Mauritz

Penata Musik : Idris Sardi

Penata Fotografi : Herman Susilo

Penata Artistik : Adji Mamat Borneo

Penyunting Gambar : Karsono Hadi

Penulis Cerita Asli : Arswendo Atmowiloto

Penulis Skenario : Teguh Karya, Arswendo Atmowiloto

Sutradara : Teguh Karya

Produser : Irwan Usmar Ismail


Cerita : 

Ibu PADMO (Tuti Indra Malaon) sangat cemburu pada sekretaris suaminya, RETNO (Niniek L Karim), seorang janda muda. Mula-mula Pak Padmo (Rachmat Hidayat) menganggap kecemburuan itu biasa dan kurang memperdulikannya. Hal itu mempengaruhi persahabatan anak-anak mereka. HERU (Onky Alexander) dan RIRI (Ayu Azhari) dengan ARSAL (Iwen Darmansyah), putera tante RETNO dan tidak sulit diterka bahwa sumbernya adalah karena sikap cemburu istrinya pada Tante RETNO. 

Pangkal mulanya adalah pada waktu Bu PADMO tidak menyetujui hubungan HERU dengan IPAH (Nurul Arifin) yang menurut anggapannya tidak cocok menjadi pacar puteranya. Tapi waktu ARSAL akrab dengan IPAH karena punya perasaan senasib, HERU cs salah faham sehingga terjadi perkelahian  besar dengan ARSAL cs yang tadinya sahabat mereka. 

Beruntung masih ada MARTUBI (Alex Komang), supir keluarga yang setiap kali menjadi korban karena berusaha membela pada apa yang benar meskipun penuh dengan persoalan pada dirinya terutama dalam menghadapi KANG SAMINGUN (Didi Petet) yang datang dari kampung hendak merampas calon isterinya JUMINTEN (Nani Vidia), Pembantu rumah Tante RETNO.  

Catatan Khusus : 

Pada Festival Film Indonesia tahun 1989 diunggulkan untuk : Film terbaik, Pemeran Utama Wanita Terbaik, Pemeran Utama Pria Terbaik, 3 (tiga) Pemeran Pembantu Wanita Terbaik, Sutradara Terbaik, Penata Artistik Terbaik, Penulis Skenario Terbaik, Penyunting Terbaik, Penata Fotografi Terbaik, Penata Musik Terbaik, dan Penata Suara Terbaik. 

Pemenang 8 Piala Citra untuk : 

1. Film Terbaik

2. Sutradara Terbaik (Teguh Karya)

3. Pemeran Utama Wanita Terbaik (Tuti Indra Malaon)

4. Pemeran Utama Pria Terbaik (Rachmat Hidayat)

5. Pemeran Pembantu Wanita Terbaik (Niniek L Karim)

6. Penata Artistik Terbaik (Adji Mamad Borneo)

7. Penyunting Gambar Terbaik (Karsono Hadi)

8. Penata Suara Terbaik (Iwan Mauritz)

PEREMPUAN DI PERSIMPANGAN JALAN, Kemesraan Sutradara dan Artis Seksi


FILM PEREMPUAN DI PERSIMPANGAN JALAN, Kemesraan Sutradara dan Artis Seksi.

Gita, dara remaja dari desa kecil. Wajah ayunya malah mengundang kemalangan. Ia dinodai ayah tirinya. Akibatnya, pacarnya, Tono tak sudi menerimanya lagi. Rasa aib membuat Gita tak sanggup tinggal terus di desa. Merantau ke ibukota untuk mencari kerja. 

Dengan modal Ijazah Sekolah Lanjutan, ia cuma diterima bekerja sebagai pelayan toko di supermarket. Namun berapalah gajinya?. Cuma pas pasan untuk makan. Terpaksa sering nunggak bayar kost. Indusksemangnya sudah mengancam mengusirnya kalau belum juga melunasi tunggakan uang kost. 

Temannya, Arini membujuk 'Cari uang dengan cara apa saja, sekali kali, bolehlah'. Tergoda bujukan Arini yang nampak cukup mewah, Gita merelakan tubuhnya dinikmati Pak Usman. Inilah pengalaman pertama menjual diri. 

Pulangnya Gita membawa sejumlah uang yang cukup lumayan. Malang tak dapat di tolak ia di cegat dua pemuda berandalan. Dibekap, diseret masuk jip. Di perko sa dengan brutal. Di rampok, lalu di buang begitu saja di persimpangan jalan. 

Untung lewat fotografer Tigor menolong perempuan malang ini. Di bawa ke klinik. Di obati, dirawat. Tigor yang berwajah sikap kasar ini justru berhati mulia. Ia bukan saja menlong dengan tulus, juga membukakan profesi baru untuk Gita, Fotomodel. 

Dimulai dari model iklan berlanjut ke main film. Gita cepat naik daun. Berbarengan dengan ketenaran namanya, ia pun sempat mereguk kemewahan materi. Sutradara Dani tertarik pada bakat dan kecantikan alami Gita. Hubungan pemain dengan pengarah ini cepat berkembang menjadi percintaan. Ada juga Pak Wondo dua tua pemilik gedung bagus yagn sering di jadikan lokasi suting. Pak Wondo pernah membisikkan, bersedia menerima Gita bila ia ingin meninggalkan dunianya sekarang. 

Gita yang lagi asyik masyuk dengan Dani, mana sempat memikirkan usul si tua. Apalagi Dani serius hendak menikahinya. Membawa sang kekasih kerumah untuk dikenalkan pada orangtuanya. Ibu Dani senang menerima Gita. Giliran ayah Dani pulang dari kantor, Gita terperangah. Ayah Dani bukan lain daripada Pak Usman yang pernah menikmati tubuhnya. 

Walau cuma sekali Gita berbuat itu, kini ia harus menaggung beban dosa. Tak mungkin lagi melanjutkan hubungannya dengan Dani. Nampaknya ia harus kembali jadi perempuan di persimpangan jalan... atau masih mungkinkah menerima tawaran pak Wondo?

Produksi Andalas Kencana Film, dengan sutradara Acok Rachman. Menampilkan wajah-wajah baru, berani yang kian memarakkan dunia film. Tokoh utamanya di perankan oleh Ayu Yohana yang baru saja menjanda (Saat itu). Pasangannya , si sutradara muda oleh James Sahertian yang mulai dikenal sejak film Gadis Metropolis dan Gairah yang Nakal. Di dukung Dorman Borisman sebagai Tigor, WIndy Chindyana sebagai Arini, Steven Sakari sebagai Tono dan  aktor kawakan Muni Cader sebagai ayah Dani, dengan penata musik Fariz RM, dan kamerawan Sadeli HS. 


Thursday, September 18, 2025

NADA & DAKWAH, AMAR MA'RUF NAHI MUNKAR

 


NADA & DAKWAH, AMAR MA'RUF NAHI MUNKAR,

Jadi juga K.H Zainuddin MZ main film bersama Rhoma Irama. Mubaligh masyhur iu akhirnya bersedia untuk bermain dalam sebuah film drama dakwah produksi PT. Bola Dunia Film. 

Berintikan satu ayat yang di petik dari Kitab Suci Al Quran "Amar Ma'ruf Nahi Munkar" yang maknanya adalah 'Menuju Kebaikan, Meninggalkan Kebathilan', cerita dan skenariopun di tulis oleh Drs. H. Asrul Sani. Judul filmnya semula di reka "Huru Hara di Pandanwangi" namun kemudian oleh berbagai pertimbangan disederhanakan menjadi "Nada & Dakwah". 

Sedangkan penyutradaraan diarahkan oleh Chaerul Umam. Sutradara asal Tegal yang biasa di panggil dengan nama kecil Mamang ini sudah membuktikan kepiawaiannya menggarap film drama dakwah berbobot dan filmis seperti, "Al Kautsar" yang dibintangi Rendra dan Titian Serambut Di Belah Tujuh dengan El Manik sebagai guru agama. 

Mamang memilih Harry Susanto sebagai kamerawan dan Teuku Rusian sebagai Penata Artistik sedangkan Penata Musik Didi AGP bekerjasama dengan Rhoma dan Soneta Groupnya untuk mengisi ilustrasi musik. 

Setelah melalui proses berulangkali , maju mundur, pendekatan yang panjang akhirnya memang sang Ustad menyetujui juga untuk menjajal berakting di depan kamera. "Tapi saya bukan bermain sebagai orang lain," tegasnya.  Tetap sebagai diri seutuhnya. Itu sebabnya dibuat perubahan-perubahan tertentu pada beberapa bagian skenarionya, khususnya pada adegan yang menampilkan KH Zainuddin MZ. 

Sayangnya, sepanjang film sosok KH. Zainuddin MZ tampil sebagai figur ulama, dengan nasihat-nasihatnya yang di bawakan dengan suara khas. Sama sekali tak di perlihatkan tentang keluarganya, atau bagaimana caranya menjalin hubungan yang harmonis dengan anak istrinya. Padahal rasanya penonton ingin mengetahui juga perihal kehidupan sehari-harinya. 

Kalaupun kemudian sutingnya rada tersendat, bisa dimaklumi oleh produser Jiwat K.K yang mempercayakan segala kegiatan di lapangan pada produser pelaksananya, Hasrat Djoeir. Semuanya juga memahami kalau jadwal dakwah sang Kyai memang kelewat padat. Kendati demikian disela-sela seribu kesibukannya K.H Zainuddin MZ, berusaha keras meluangkan waktu untuk bisa datang ke lokasi suting. Pada bagian awal filmpun diselipkan dialog penyesalannya. "Sebenarnya saya ingin sekali menghadiri setiap undangan, namun apa daya saya cuma manusia biasa...," lalu diselipkan pula adegan saat ia sudah siap berangkat untuk menghadiri tabligh, tapi bertepatan diminta segera datang ke pesantren Pandanwangi untuk meredakan amukan penduduk, "Wah kalau saya batal datang lagi, bisa di sumpahin orang sejagad Ji, " keluhnya pada Rhoma, betapapun ia menjanjikan, "Insya Allah saya akan datang, meskipun terlambat," .

Maka Mamang mengambil inisiatif, memanfaatkan waktu yang luang bila sayng Kyai tak hadir, dengan lebih dulu merampungkan adegan pergelaran dan nyanyian Rhoma yang keseluruhannya terdiri dari lima lagu. Suting berlanjut dimulai dari Rhoma terus kebintang-bintang beken lainnya seperti Ida Iasha sebagai Latifah, Deddy Mizwar sebagai H. Murad, WD Mochtar sebagai Bustomi, konglomerat ibukota. Serta pemain teater kawakan Amak Baljun sebagai Samir, tangan kanan Bustomi, Pemain wayang orang "Bharata" Kies Slamet sebagai Marseli yang ingin menguasai tanah penduduk desa dengan segala macam cara. Abduh Mursyid sebagai Pak Sukarya yang selalu ribut dengan anaknya, Jaja (Amin Ansari Dewata). Juga ada Salim Bungsu dan Fuad Alkhar sebagai makelar tanah yang licik. 

Di selipkan pula adegan khotbah saat KH Zainuddin MZ tampil sebagai Khotib dan Rhoma Irama memimpin takbir di depan luapan massa jamaah sholat Ied.

Di sebut-sebut bujet film ini lebih besar dari film-film kolosal seperti "Tjoet Nja Dhien" atau "Saur Sepuh" sekitar Rp. 1,2 Milyar. Namun karena diedarkan secara serentak di banyak kota besar diluar ibukota pada event yang sangan jitu, menyambut Hari Raya Idul Fitri 1412 H yang jatuhnya pada Minggu 5 April 1992, maka yakin mendapatkan sambutan luar biasa dari penggemar KH. Zainudding MZ dan Rhoma Irama khususnya serta seluruh umat pada umumnya. 


MEMBELA TANAH PENDUDUK

Al Kisah Pandanwangi adalah nama sebuah desa subur di kaki sebuah gunung. Penduduknya yang sebagian besar terdiri dari kaum petani, mengenyam hidup damai tenteram. Desa ini juga tersohor dengan pesantren yang didirikan KH. Zainuddin MZ dan Rhoma Irama, lalu di pimpin oleh H. Murad dan H. Tajuddin. 

Zainuddin dan Rhoma sepasang mubaligh yang dengan cara-cara khas masing-masing mengajarkan ilmu di pesantren tersebut. Ketentraman desa mendadak terguncang. Diawali dengan niat Bustomi, konglomerat ibukota, untuk mendirikan sebuah pabrik tepung tapioka di desa tersebut. Maka managernya yang licik, Samir mengerahkan anak buahnya yang di motori Mursali, berusaha memborong tanah penduduk dengan segala macam cara, kalau perlu menghalalkan segalanya. Antaranya si Abu yang dengan kelicikannya mengintimidasi, menakut nakuti penduduk tentang adanya proyek jalan toll hingga tanah bisa dibeli dengan harga semurah-murahnya. 

Timbullah keresahan demi keresahan. Apalagi ketika bibit-bibit maksiat mulai di sebar masuk desa, perjudian, minuman keras, sedikit demi sedikit meracuni jiwa anak muda desa.  KH Zainuddin MZ, Rhoma dan H. Murad sudah barang tentu berdiri di pihak penduduk. Dibantu lagi oleh Roma Irama bahkan sebenarnya Latifah, putri kandung Bustomi sendiri pun menentang keserakahan ayahnya. Apalagi memang Latifah bukan lain daripada pacar Rhoma. Gadis cerdik ini memimpin rombongan tujuh gadis berjilbab menyebarkan penerangan pada rakyat desa. 

Konflik antara para santri desa Pandanwangi dengan kawanan Mursali terus berkembang. Mencapai puncaknya saat bagian tanah di ukur dan di patok. Penduduk merasa sangat di rugikan dalam proses jual beli tanah warisan orang tua mereka. Nyaris terjadi perkelahian massal yang bisa meletuskan huru hara, kalau saja H. Murad tak segera melerai. Bahkan dengan kebijaksanaanya ia berusaha mendamaikan. Meminta semua surat tanah yang sudah di pegang oleh Abu. 

Rhoma di bantu Latifah mendidik muda mudi desa dengan ketrampilan bertani serta kesadaran hukum. Semakin banyak penduduk yang menjadi sadar serta berani menentang cara kotor. Mursali dan kawan-kawannya. Terbongkarlah kecurangan Samir di depan Bustomi yang langsung memecatnya. 

Bustomi sendiri bisa di sadarkan oleh Latifah. Orang kaya ini berjanji untuk merubah sikapnya yang salah. Bahkan mengajak penduduk untuk bekerja sama membangun pabrik tepung tapiokanya. Bagaimanapun juga berdirinya pabrik tersebut bisa mendatangkan manfaat yang sangat besar bagi mereka semua. 

Klimaks berlangsung saat seorang ayah Pak Sukarya di bu nuh oleh anaknya sendiri, Jaja, gara-gara memperebutkan surat tanah. Kesempatan ini digunakan oleh kawanan Mursali untuk memfitnah Rhoma dengan rombongan gadis berjilbabnya di depan polisi, namun anggota "Soneta Group" berhasil melacak Jaja yang ternyata bersembunyi di pabrik garmennya Samir. 

Rhoma dan kawan-kawannya yang memburu buronan tersebut terpaksa harus berbaku hantam lebih dulu dengan anak buah Samir. Ditengah perkelahian, Latifah menelpon polisi Komdak Metro Jaya. Maka Samir dan semua kaki tangannya pun diringkus oleh yang berwajib. 

SINETRON SEBUAH PERMINTAN

 


SEBUH PERMINTAAN adalah sinetron produksi Multivision plus yang dibintangi oleh Onky Alexander, Devi Permatasari, Dona Harun, Pangky Suwito, Henidar Amroe dan lain-lain yang pernah di tayangkan di SCTV pada tahun 1997 yang tayang perdana pada 27 Agustus 1997 setiap Rabu jam 19.30.

Sinetron garapan Christi Maharsi sebanyak 15 episode, menurut produser Raam Punjabi di persiapkan untuk tayangan SCTV. Bagi Devi Permatasari pemeran Silvia, bermain di Sinetron Sebuah Permintaan punya tantangan tersendiri, karena harus bermain sebagai wartawati peran yang belum pernah diterimanya selama ini. "Tapi pada dasarnya peran yang berkarakter sudah langganan saya. Paling tidak saya sudah punya pengalaman dalam memerankan tokoh-tokoh yang berkarakter, " tutur Devi. "Saya tidak sempat observasi tentang sosok wartawati. Saya cukup melihat penampilan teman-teman wartawan dan skenario aja, " lanjutnya. 

Lain lagi dengan Henidar Amroe. Wanita cantik berkulit putih mulus ini harus rela menerima nasib karena mendapat peran Saraswati , Sosok wanita yang lebih tua ketimbang usia sebenarnya. "Semula saya agak ragu sih, Apa ia pantas jadi orangtua. Tapi kata Christi, sutradaranya, itu hal yang mudah. Maka wajah saya penuh tempelan make up sana sini. Ternyata sifat saya keseharian yang agak kalem sangat mendukung karakter Saraswati," kata Henidar Amroe. 

Sebuah Permintaan skenarionya di tulis oleh Deddy Armand didukung pemain-pemain top lainnya seperti Raynold Surbakti, Roy Karyadi, Cynthia Maramis, Pong Harjatmo, Aldona, Jamil Reza, Dana Christina, CHrist Michael, Sony Dewantara, Fanny Bauty dan Aldisar Syafar. 

Sebuah Permintaan bertutur tentang usaha Teddy untuk mendapatkan cinta Silvia, gadis yang selalu agu akan kesungguhan rasa cintanya. Juga upaya Silvia mencari keberadaan ayahnya, Harry yang meninggalkan dia dan ibunya saat berusia lima tahun. Dengan sengaja macam intrik khas produk Multivision, memperebutkan cinta, harta serta percobaan pembu nuhan menjadi kisah melodrama menarik, intrik selalu sukses mengaduk aduk emosi pemirsa. 


~sumber : MF 

Saturday, September 13, 2025

SUARA HATI PELAKU ADEGAN PANAS "SAYA TAKUT DAN CEMAS"


SUARA HATI PELAKU ADEGAN PANAS "SAYA TAKUT DAN CEMAS"
Pro dan Kontra terhadap adegan hot dalam sebuah film tampanya tak akan pudar. Ada yang setuju jika adegan birahi tersebut dibuat dengan simbolik, namun tak kalah banyak yang menghendaki agar adegan-adegan mesum seperti itu di tayangkan secara nyata dan transparan. Bagaimana perasaan artis film yang melakukan adegan birahi tersebut? dikutip dari MF No. 195/161/THX 18-31 Desember 1993, berikut beberapa  pengakuannya. 

Rio Thamrin, langganan untuk film-film laga serta sinetron anak-anak ini memang sering kebagian peran-peran sebagai pemuda berandalan. Tak luput tentunya, pria berwajah angker namun berhati lembut ini sering mendapat peran-peran vulgar. Adegan kekerasan yang di sertai perko saan sudah menjadi langganannya. 

"Saya selalu berdiskusi dulu dengan calon lawan main saya sebelum adegan dimulai. Biasanya saya gambarkan adegannya. Walaupun menggunakan trik, namun ada beberapa bagian adegan yang dilakukan sungguh-sungguh seperti meraba atau berciuman. Pokoknya saya gambarkan dulu adegan yang akan kami lakukan. Kalau bersedia, ya...." papar Rio Thamrin. 

Sebagai lelaki yang mengaku normal, Rio berterus terang bahwa ia sering tergoda pkiran jika melakukan adegan berbau syur. "Terangsang itu pasti dong... Tapi tidak sampai berlarut-larut seperti kebanyakan teman-teman. Kadang malah ada timbul rasa kasihan terhadap lawan main saya," tambah aktor yang mengaku tidak pernah belajar dalamhal adegan bergumul itu. 

Sedikit berbeda dengan apa yang di rasakan Rio, seorang aktor muda yang minta namanya di rahasiakan menyatakan bahwa ketika dia bermain dalam sebuah film horor (masih beredar di bioskop) (saat wawancara) sempat muncul birahinya yang begitu besar . "Saya sempat heran sama lawan main aya yang cantik itu. Dia begitu berani dan menantang. Saya terus terang sempat terangsang dan akhirnya...." ungkap pemain muda itu sambil menambahkan akhirnya berlanjut di luar lokasi .

Sri Agustin, sempat pula menolehkan perhatian penonton film karena adegannya dalam film Ajian Ratu Laut Kidul cukup mengandung resiko. Selain harus di per kosa oleh beberapa lelaki bertubuh tegap, wanita asal Jawa Timur ini juga harus merelakan rambutnya di plontos massa. 

Lebih dari itu, almarhum Sisworo Gautama sang Sutradara memvisualkan adegan Sri diperko sa dengan menyelipkan beberapa simbol di dalamnya. Penonton Ajian Ratu Laut Kidul harus membaangkan bahwa sakitnya Sri diper kosa dalam film tersebut adalah seperti kayu yang di gergaji, rel kereta yang digilas roda lokomotif serta "paku beton" yang sedang ditumbuk menghunjam bumi. 

Lalu bagaimana adegan perkosaan itu sendiri? "saya benar-benar merasa takut dan sedih waktu melakukan adegan itu. Bayangkan, sebelum di per kosa saya smpat di pimpong oleh tiga orang itu. Waktu saya teriak dan menangis ketika di per kosa itu saya lakukan dengan sendirinya. Bukan mengaada-ada. Saya benar-benar takut dan merasa cemas", tutur Sri yang main dalam film Masuk Kena Keluar Kena menggunakan kostum primitif ini. "Waktu itu saya belum berpengalaman di film," katanya beralasan mengapa ia sempat trauma setelah melakukan adegan tersebut. 

Dalam film yang sama, Ajian Ratu Laut Kidul, Yudhia Kartika salah satu pemainmuda turut kebagian  peran yang mengundang syur. Dalam cerita itu, tokoh Darmi yang di perankannya ini ditidurkan di sebuah altar sesaji dengan tubuh polos tanpa sehelai benangpun, benarkah itu tubuh Yudhia asli? 

"Sebenarnya sewaktu kontrak saya sudah diberi gambaran. Dan adegan itu memang benar ada di dalam skenario. Saya sempat mikir masak masak, tapi saya akui, saya tidak memikirkan dampaknya," ceritanya. 

Mulanya Yudhia mengaku cuek di lokasi suting. Tapi setelah adegan dimulai ia mengaku merasa takut, bimbang dan ada pula perasaan ingin memberontak. "Saya jadi serba salah. Mau mundur, sudah terlanjur teken kontrak. Bisa saja saya nekat membatalkan, tapi dampaknya 'kan saya bisa dibilang munafik," tambah cewek yang beraksi dalam film Issabella, Bukan Main, Babad Tanah Leluhur Bibir Mer, Gadis Metropolis serta sinetron Merapi dan Si Manis Jembatan Ancol. 

Suting akhirnya berjalan mulus. Tapi tahukah sang sutradara, kru serta penonton film Ajian Ratu Laut Kidul bagaimana sebenarnya gejolak yang terjadi dalam diri Yudhia kala itu? Bayangkan saja kalau gadis muda, cantik ini harus berakting tanpa busana kecuali selembar tisu yang menutupi bagian paling vitalnya serta stocking tipis yang sewarna kulit tubuhnya. 

"Saya mengaku bahwa akhirnya saya harus menyesal. Saya akui juga bahwa saya wkatu itu terlalu cepat dan bernafsu mengambil keputusan. Akhirnya saya harus tahan menghadapi teror keluarga serta teman-teman yang kebetulan menyaksikan film tersebut. Tapi semua itu akan saya ambil hikmahnya," ucap Yudhia dengan mimik penyesalan . 

Kiki Fatmala pada akhirnya sempat dimasukkan pada daftar peman filmyang tergolong berani beradegan vulgar. Itu karena memang film-film yang di perankannya banyak yang berkonotasi "panas". Namun dengan tegas Kiki menolak kalau ia digolongkan pada deretan aktris 'panas'. Saya enggak mau di bilang sebagai bintang panas! katanya dalam kesempatan dubbing film terbarunya yang berjudul "Panas" yakni Gairah yang Nakal.

"Itu kan cuma trik saja", tangkisnya ketika di sodorkan pertanyaan bagaimana perasaannya ketika melakukan adegan vulgar dalam sebuah film. 
 
Kiki juga menambahkan bahwa vulgar tidaknya sebuah adegan terkadang dipengaruhi oleh bahasa gambar. Ia mengaku bahwa untuk adegan-adegan yang kelewat "panas" biasanya ia serahkan kepada stand-in atau pemain pengganti. Tapi kalau cuma adegan berciu man saya enggak munafik, saya lihat dulu siapa lawan main saja. Kalau pemainnya oke menurut saya ya enggak masalah," ujar Kiki yang selalu berdialog dulu dengan sang sutradara sebelum menyetujui sebuah adegan. 

Tapi bagaimana perasaan Kiki sewaktu melakukan adegan peluk cum yang ia anggap ringan itu? Terangsangkah dia? "Enggak ada itu yang namanya terangsang sewaktu beradegan dalam sorot mata kru film. Saya jujur enggak ada rangsangan!".

Pada kesempatanlain, Maman Firmansyah seorang sutradara yang juga pernah menelorkan film-film bertema drama, komedi atau horor yang juga menyelipkan adegan-adegan "panas" mengaku punya sedikit beban dalam menggarap adegan seperti itu. 

"Itu memang berat buat saya, apalagi sebagai muslim saya tahu bahwa dari kacamata agama itu tidak ada ampunnya. Tapi ketika saya ingin meninggalkan itu semua, lagi-lagi tawaran yang datang pada saya tak beda seperti itu itu juga. Sementara kalau saya terlalu lama tidak bekerja nanti dibilang saya sudah tenggelam, " kata sutradara senior yang pernah menelorkan film bertema cukup panas pada masanya, yakni film Rahasia Perkawinan yang dibintangi Yati Octavia.