BERITA LAWAS! Dia sepertinya memang harus hidup diatas mobil, ungkap Nyonya Kolopaking tentang putrinya yang mungil, Novia. Saat itu Novia masih berusia belum genap 17 tahun, itu seperti tidak boleh beristirahat. Bergerak terus karena tuntutan sebagai artis yang tentu punya dampak bisnis, sementara pendidikan formal lebih menuntut kelanjutan.
Monday, October 6, 2025
NOVIA KOLOPAKING, DEMI KARIR PONTANG PANTING
BERITA LAWAS! Dia sepertinya memang harus hidup diatas mobil, ungkap Nyonya Kolopaking tentang putrinya yang mungil, Novia. Saat itu Novia masih berusia belum genap 17 tahun, itu seperti tidak boleh beristirahat. Bergerak terus karena tuntutan sebagai artis yang tentu punya dampak bisnis, sementara pendidikan formal lebih menuntut kelanjutan.
Sunday, October 5, 2025
NOSTALGIA SUTING PERTAMA : DIDI PETET : SEBEL "CUT" Melulu
Didi Petet terjun ke film lewat jalur teater. Mulanya karena Nyak Abbas Akup sang sutradara film, sering nonton pentas teater, yang dimainkannya, Didi mengaku sebel ktika suting di hari pertama.
Semua Gara Gara Ginah arahan sutradara kondang Nyak Abba Akup itulah awal saya terjun ke film. Dari bagaimana kisahnya saya hingga terjerumus ke layar lebar, sebenarnya itu kebetulan saja.
Pasalnya, saya pribadi dengan si sutradaranya sebelumnya memang sudah saling mengenal dan sering bertemu di TIM. Dan dia suka nonton pertunjukan teater dimana saya menjadi salah satu pemainnya. Nah pada suatu hari setelah saya mentas di TIM bersama teman-teman di IKJ. Saya kan biasa suka diskusi dengan mereka dan secara kebetulan beliau juga nimbrung hari itu. Dan dari diskusi-diskusi akhirnya beliau menawarkan saya untuk main film.
Karena di tawari, saya sih oke-oke saja. Maka tepatnya pada tahun 1986 itu. seperti saya katakan tadi, itulah film pertama saya. dan mulailah saya bersama-sama semua yang terlibat dalam film itu, sibuk mempersiapkan diri selama satu bulan penuh.
Mengapa saya begitu serius mempersiapkan diri? Padahal di film itu, saya hanya peran pembantu. Saya tetap ingin main sebagus mungkin. Tapi terus terang film sebenarnya buat saya bukan menjadi tujuan utama saya. Karena sebagai orang teater, buat saya aktinglah tujuan utama saya. Sedang, apakah itu yang namanya panggung, film dan sinetron cuma sebagai medianya saja. Itu yang perlu saya tegaskan sekali lagi.
Sebab sebagai seorang pemain, kita memang dituntut untuk mampu berakting dengan peran apa saja yang di berikan. Soal apakah pas pertama sekali saat saya memasuki hari pertama syuting sampai ada perasaan minder dengan para senior? saya katakan tidak.
Cuma yang menyebalkan untuk saya, sebentar-sebentar cut, lalu pindah sini, pindah situ. Semua jadi terputus-putus sepertinya. Tapi ternyata dari situ saya malah dapat pelajaran baru. Khususnya dari segi kamera, saya jadi paham. Kalau kamera over begini, kalau under begini, itu pengalama yang sulit hingga kini saya lupakan.
Sedang cerita-cerita yagn menarik lainnya dari syuting pertama kali di film. Saya rasa nggak ada dan begitu filmnya jadi, saya sendiri iberikan honornya yang hingga sekarang saya lupa berapa waktu itu saya terima. Sebab saya merasa semua itu bukanlah hal yang istimewa. Jadi biasa biasa saja. Maka jangan kaget kalau anda tanya saya waktu di film tersebut berperan dengan nama siapa. Saya sendiri sudah nggak ingat lagi...
~sumber : MF
Saturday, October 4, 2025
BARON HERMANTO, DIBENTUK NASIB BINTANG LAGA
Baron Hermanto mengaku sejak kecil sudah mengenal dunia film, tapi baru benar-benar terlibat setelah berusia 20an, "Setelah saya tamat SMA" , ujarna. Dan itulah awal karir putra aktor Bambang Hermanto. Tapi bukan itu yang menarik dari karir dan perjalanan karir Baron Hermanto, "Bahwa saya pertama kali main film bukan film laga lho," ujarnya. Tapi itulah yang justru menarik ketika Baron ternyata lebih banyak di pakai untuk film-film laga.
"Saya sendiri enggak tahu kenapa begitu. Mungkin nasib yang membentuk saya jadi bintang laga," katanya. Sebab menurut Karateka DAN II (Saat berita ini diturunkan th 1989) ini, awal keterlbatannya sebagai pemain film justru lewat film drama. "Saya main film pertama kali tahun 1984 dalam film "Permata Biru". Heran memang kalau belakangan ini saya justru banyak diminta main dalam film aksi,"katanya.
Baron yang sempat menamatkan studinya di sebuah Akademi Pariwisata tersebut, ketika disinggung hasratnya didunia film menyebutkan ingin berusaha terus di dunia yang terlanjur digelutinya itu. "Dari putra putri bapak, cuma saya lho yang terjun di film. Padahal saya sendiri waktu kecil enggak punya cita-cita jadi pemain film,"tuturnya. Tapi karena keseringan diajak sang bapak ke lokasi suting sejak ia masih kecil itulah yang menurut Baron, membuatnya perlahan-lahan jadi dekat dengan dunia film. "Sampai sekarang saya sendiri sudah lupa berapa judul film yang pernah ikut saya bintangi," jelasnya . dan yang baru dirampungkan saat itu adalah film Misteri Dari Gunung Merapi.
Biar begitu, Baron toh tak menampik kenyataan yang dihadapinya kini. "Sebagai pemain, saya memang kepingin dapat peran yang besar dengan sutradara yang besar. Tapi keinginan seperti itu tampaknya memang belum bisa diwujudkan. Tapi saya yakin satu saat nanti keinginan seperti itu bisa terwujud kok,"katanya. Bukan berarti Baron seperti diakuinya ngoyo untuk bisa dapat peranan besar. "Saya tidak punya persiapan khusus untuk itu. Dalam soal akting saja saya lebih banyak belajar sendiri kok, " ujarnya lagi tanpa malu-malu.
Dan kalau tahun-tahun terakhir ini ia memang lebih sering muncul dalam film-film aksi dan kebagian peran sebagai antagonis, itupun diakuinya sebagai bagian dari perjalanan karir filmnya.
~sumber : MF 090/58/TahunVI 9 - 22 Des 1989~~
Friday, October 3, 2025
PIETRAJAYA BURNAMA, FILM BUKAN UNTUK PAMRIH
Film Nasional sebenarnya tidak kalah dengan film-film impor, masalahnya tergantung kita sendiri sebagai bagnsa Indonesia harus punya kebanggaan dan rasa memiliki terhadap film sendiri. Dunia film merupakan salah satu lahan milik bangsa Indonesia, oleh sebab itu hendaknya dimanfaatkan oleh generasi penerus terutama insan-insan film, sepositif mungkin sebagai tempat berkarya, dan berbakti lewat karyanya kepada nusa dan bangsa.
Demikian dilontarkan aktor Pietrajaya Burnama sutradara dari Lima Harimau Nusantara yang berlokasi suting di Kasepuhan Cirebon, Balong Dalem Kuningan dan Pantai Indramayu dari 10 Maret hingga 17 April 1991.
Menurut Pietrajaya, film jangan di pakai ajang sebagai beraksi-aksian, berpamor-pamoran atau bergagah-gagahan, itu keliru namanya, kalau film hanya untuk pamrih berarti hanya di tonton doang. Film jangan di jadikan sebagai barang tontonan belaka, tapi juga sebagai tuntunan.
Lewat film Lima Harimau Nusantara, ia tidak berharap muluk-muluk, yang pasti film itu sebagai hiburan positif bagi penonton dan menjadi tuntunan, melalui bahasa action, bahasa 'trick' dan ramuannya tidak berbeda dengan film laga lainnya.
Cerita Lima Harimau Nusantara aslinya terjadi di Tuban Jawa Timur tapi mengingat idealisme produser, Ir. Chan Parwes Servia PT. Kharisma Film Jabar, maka lokasinya mengambil di Jawa Barat. Dan ternyata hasil 'hunting' lokasinya mirip di Singosari dengan di bantu setting khusus antaranya di Kasepuhan Cirebon, komplek Balong Dalem Kuningan dan Pantai Indramayu.
~~ Sumber :MF~~
Thursday, October 2, 2025
KERIS SI JAGUR
SI JAGUR (KERIS SI JAGUR)
Tema/Theme : Action
Produksi/Production Company : PT. Kalimantan Film
Produser/Producer : Abdul Muis Soufyan
Sutradara/Director : Fritz G Schadt
Cerita/Story : Djair
Skenario/Scenario Writer : Alim Bachtiar
Sinefotografi/Photography : R. Husein
Suntingan/Editor : Fritz G Schadt
Artistik/Art Director : Wijonosoewardjo T
Pemain/Starring : Enny Beatrice, George Rudy, Mangara Siahaan, Benny G Rahardja, Aven Christie, Fred Wetik
Cerita :
Al Kisah, pada abad ke 17 perompak lanun Tapak Tirta di tangkap Kompeni. Sebelum tertangkap lalnun itu menyembunyikan harta-harta rampasannya di suatu tempat yang hanya di ketahui oleh dia dan kekasihnya Agni Dewi, Katpet Mauritz yang menangkapnya dibujuk oleh Sukma Layang, dukun yang menjadi kaki tangan Belanda. Tapak Tirta dipaksa mengaku tapi dia bungkam, Mauritz mencari akal, anak buah Tapak Tirta disiksa di depan matanya. Kali ini Mauritz berhasil. Tapak Tirta mengaku lokasi harta karun itu di lkis dipahanya namun hanya sebagian, peta yang sebagian terdapat di paha Agni Dewi, Mauritz Kesal. Tapak Tirta di hukum kerja paksa.
Seorang perampok picisan bernama Suro Gledek kebetulan juga di penjarakan bersama Tapak Tirta. Dia juga tahu Tapak Tirta menyimpan banyak harta karun, kedua tawanan itu dirantai menjadi satu.
Ki Sukma Layang ternyata bermuka dua, dia juga membujuk Citra Jaya agar membebaskan Tapak Tirta agar hartanya dapa di pergunakan untuk membiayai perjuangan melawan Kompeni. Citra Jaya adalah anak buah Sultan Agung, Citra Jaya kena bujukan Ki Sukma Layang . Dia lalu membebaskan. Tapak Tirta, Mauritz yang juga menginginkan harta itu minta bantuan ke Batavia untuk menangkap . Tapak Tirta, kebetulan ada bantuan dari Formosa, seorang ninja Jepang bernama Saburo Tadashi di kirim kepada Mauritz untuk menangkap Tapak Tirta.
Ternyata Saburo Tadashi memerlukan pula harta itu untuk membangun kembali kemargaannya yang telah hancur. Maka terjadilah rebutan harta, Maka terjadilah rebutan harta, Mauritz dibantu Saburo Tadashi, Suro Gledek dibantu Sabet Naga. Demikian pula Citra Jaya yang pukulannya terkenal dijuluki Si Jagur mencari Tapak Tirta.
Dalam suatu perkelahian Tapak Tirta berhasil membunuh Suro Gledek, Tapak Tirta dan Agni Dewi di tewaskan Saburo Tadashi. Kini Citrajaya berhadapan dengan Saburo Tadashi. Kini Citrajaya berhadapan dengan Saburo Tadashi setelah Mauritz terbunuh oleh Citra Jaya. Saburo Tadashi dapat dikalahkan oleh Citra Jaya. Dia tidak mau membunuh orang yang telah kalah. Saburo Tadashi mendesak agar dia di bunuh. Citra Jaya malahan membebaskan Saburo Tadashi sambil memberi nasihat bahwa masih banyak cara-cara terhormat untuk membangkitkan harga diri. Saburo Tadashi kagum atas kebesaran jiwa Citra Jaya.
Tiba-tiba lokasi harta karun itu amblas oleh gempa. Citra Jaya hanya senyum menyaksikan kejadian ini. Dia lalu bergabung kembali dengan pasukannya.
NERACA KASIH / THE SCALES OF LOVE
Tema/Theme : Drama
Produksi/Production Company : PT. Garuda Film
Produser/Producer : Hendrik Gozali
Sutradara/Director : Hengky Solaiman
Skenario/Scenario Writer : I. Sukardjasman
Sinefotografi/Photography : Akin
Suntingan/Editor : Rizal Asmar
Musik/Music Director : Billy Budiardjo
Artistik/Art Director : Henry Winarto
Pemain/Starring : Yessy Gusman, Meriam Bellina, Tuti Indra Malaon, Joice Erna, Kiki Rizki Amalia, Zainal Abidin, Kaharuddin Syah, Zulverdi Amos
Cerita :
Dalam keadaan menjada, Dameria hidup bersama tiga orang anak-anaknya. Yang paling besar Esti, Kedua Sari dan si Bungsu Lesmana. Mereka hidup di kota Medan. Dameria akan kawin lagi dengan pria pilihannya, Zainal. Hal ini sangat di khawatirkan ipar Dameria yang hidup di Jakarta bernama Purwanti. Purwanti tidak yakin Zainal dapat mengurusi anak tirinya. Oleh karena itu dia minta kepada Dameria untuk bisa memelihara Sari. Tanpa curiga Dameria melepaskan anaknya pada Purwanti. Sebagai ahli hukum Purwanti mengadopsi Sari di depan Notaris.
Dameria lalu kawin dengan Zainal, apa yang di kawatirkan oleh Purwanti ternyata tidak beralasan. Zainal adalah seorang laki-laki yang penuh dengan tanggungjawab. Dia bisa cocok dengan anak-anak tirinya. Merasa bahwa Dameria dapat hidup bahagia bersama Zainal dia lalu berusaha akan mengambil kembali Sari.
Di Jakarta Purwanti telah mendidik Sari dengan berbagai peraturan yang ketat sedangkan di Medan keluarga Zainal hidup dalam kebebasan. Dameria kini justru mengkawatirkan Sari yang hidup dalam kekangan Purwanti.
Pada suatu masa ketika Sari telah menjadi gadis dewasa akhirnya Purwanti menjadi insyaf akan kekeliruannya dan dengan rela dia menyerahkan kembali Sari ke pangkuan Dameria. Kini Purwanti sadar bahwa Dameria berhak hidup bahagia dengan suami dan anak-anaknya.
Setelah kembali ke Medan, akhirnya Sari pun sadar dan memilih kembali untuk hidup bersama Purwanti di Jakarta.
Wednesday, October 1, 2025
TUTUR TINULAR II, ETNIK JAWA BERGAYA MANDARIN
TUTUR TINULAR II, ETNIK JAWA BERGAYA MANDARIN
Hadirnya tenaga asing dalam pembuatan Film di Indonesia di satu sisi memang berdampak positif, tapi disisi lain juga sangat merugikan. Mekanisme kerja, ketrampilan dan pengenalan peralatan suting yang lebih modern, merupakan dampak positif yang kita peroleh.
Tuesday, September 30, 2025
BRAM ADRIANTO, PEMERAN LETKOL UNTUNG DALAM FILM PENGKHIANATAN G 30 S PKI
BRAM ADRIANTO, adalah salah seorang yang mendukung film "Pengkhianatan G 30 S PKI" yang berperan sebagai LetKol Untung (mungkin wartawannya salah ketik) , salah seorang penggerak dari pengkhianatan tersebut.
Bukan sebuah peran yang mudah, tetapi Arifin C Noer, sang sutradara mempercayakan peran ini pada Bram. Bagaimana suka dan dukanya membintangi film tersebut, Bram Adrianto memberikan kesan pada Ria Film.
"Orang lain bilang tidak perlu, tetapi saya merasa perlu melakukan observasi", bilang Bram yang berbadan tegap. Hal ini dikatakan sehubungan dengan banyak pendapat tentang perlu atau tidaknya melakukan pengamatan terhadap suatu peran. Lebih-lebih perannya sebagai Letkol Untung yang orangnya sudah tidak ada. Bagaimana cara Bram melakukan observasi terhadap peran ini tentu lebih sulit daripada ia berperan sebagai sopir taxi. Tetapi banyak jalan terbuka dan Bram melakukan dengan seksama. "Antara lain saya mendatangi museum sejarah ABRI. disana saya banyak tanya tentang pakaian atau tanda pangkat yang di pakai saat itu. Saya juga menghubungi bekas resimen Tjakrabirawa. Jadi saya tahu pakaiannya secara otentik. Menurutnya observasi semacam ini belum pernah di lakukan. Bram termasuk pemain dalam bayak film tapi pengamatannya peran kali ini di lakukan secara khusus.
Di akui, porsi perannya melebihi dari yang pernah di terima sebelumnya. Sehingga tidak jarang Bram mendiskusikan dengan pemain lain, atau pun rekan-rekannya. "Siapa sebenarnya pemeran utaman?", pertanyaan ini yang sering di lontarkan. Menurutnya posisi peran Letkol Untung di dalam film Pengkhianatan G 30 S PKI cenderung sebagai tokoh utama. Pada akhirnya Bram tidak mendapat jawaban yang pasti. Namun begitu, ia sangat bangga bahwa perannya kali ini betul-betul menjadi perhatian. Lebih-lebih banyak pendapat yang menyebutkan betama Bram Adrianto berkesempatan main dengan baik. Arifin C Noer seperti memberi kesempatan yang besar, sementara tokoh yang lain muncul dalam jalur yang semestinya. Ini pula yang memunculkan pertanyaan siapa sebenarnya peran utama.
"Pengkhianatan G 30 S PKI dulunya berjudul S.O.B singkatan dari Sejarah Orde Baru. Dibuat dalam waktu cukup lama, sekitar dua tahun dengan biaya yang besar pula. Konon kabarnya Pusat Produksi Film Negara (PPFN) mengeluarkan biaya lebih dari setengah milyar rupiah. Berarti jumlah biaya yang sekian kali lipat dari biaya sebuah film biasa. Sekarang ini, sebuah drama sederhana bisa dibuat dengan biaya 150 juta rupiah. Bahkan ada pembuat film yang berani memproduksi di bawah jumlah biaya tersebut.
Sejak tahun 1982 dimana karya Arifin C Noer sebelumnya (Serangan Fajar) mendapat Piala Citra pada FFI '82 di Jakarta, baru kali ini karyanya di lombakan lagi pada Festival Film Indonesia t984 di Jogya. Suara-suara menyebutkan "Pengkhianatan G 30 S PKI" merupakan film yang merajai festival. Tapi Bram Adrianto justru merasa gelisah. Begitu banyak yang memuji permaiannya sebagai kolonel untung tetapi mungkinkah ia bisa menerima piala Citra.
"Untung ini orang jahat bung, Kata Bram tentang perannya. Mungkinkah juri mau menilai tokoh antagonis?
Sumber : Ria Film No. 548 tanggal 31 Oktober sd 6 Nopember 1984







