Monday, October 27, 2025

ANNA TAIRAS, DARI BIBIR KE KODRAT

 


ANNA TAIRAS, Setelah hanyut dalam peran-peran tak berarti dan menjurus mengubur namanya, lantaran keberaniannya beradegan di beberapa film yang tak berkesan, Anna Tairas kemudian bermain di film Kodrat karya sutradara Slamet Rahardjo.  

Penampilan Anna yang agak lumayan pernah dibuktikan tatkala Mardali Syarief memberinya kesempatan pada perempuan yang berasal dari Kawanua dalam film Bibir Bibir Bergincu sebagai seorang ibu yang melacurkan diri demi anaknya, Chintami Atmanegara. Di Bibir Bibir Bergincu memang Anna kelewat berani. Ia muncul tanpa selembar busana tatkala ia harus beradegan menghadapi lelaki hidung belang pertama kali demi anaknya. Ia harus menangis ketika di sentuh oleh lelaki tersebut. Sayang adegan bagus dan trenyuh serta menyentuh setiap hati wanita ini, kurang diimbangi dengan permainan prima Anna sendiri. Meski secara keseluruhan tampilan Anna di Bibir Bibir Bergincu tidak jelek.

Tahun 1983-1984 nama Anna Tairas pernah dijejer dalam deretan artis-artis berani yang berkiprah dalam beberapa film produksi tahun tahun itu. Selain nama Anna Tairas juga ada Chintami Atmanegarga, Meriam Bellina, Yenny Farida, Suzanna, Eva Arnaz, Enny Beatrice, Nena Rosier dan MIeke Wijaya. 

Film pertama Anna adalah Bali Connection dimana Anna mendampingi Maruli Sintompul dan Deddy Sutomo, dan tak kunjung beredar. Setelah itu ia bermain dalam film Musim Bercinta, Arjuna Mencari Cinta, Antara Dia dan Aku dan lain nya sebelum bermain dalam film Kodrat arahan Slamet Rahardjo. 

jauh sebelum itu, orang tentu tak akan mendengar namanya, melihat tubuhnya saja tidak kalau tidak ada paksaan . Pada tahun 1975 teman-teman Anna di SMA diam diam mendaftarakan nama Anna pada lomba pemilihan Ratu Kawanua. Dan jadilah ANna muncul di lomba tersebut. Hasilnya Anna Tairas terpilih sebagai Ratu Kawanua 1975 mengalahkan puluhan finalis lain. 

Setahun kemudian tatkala Anna pindah ke Jakarta, ia mengikuti Ratu Jakarta yang terkenal dengan pemilihan Abang dan None Jakarta. Apakah menang? "Ah saya cuma kebagian miss fotogenic saja" katanya. Dan anehnya hampir disetiap pemilihan macam begini namanya selalu terpilih sebagai fotogenic. "Barangkali nasib saya ini di fotogenic saja," celetuknya. 

Namun bekal itu kiranya cukup baginya untuk menapak dunia lain. Sampai akhirnya perempuan kelahiran 1 Mei 1957 ini lebur di dunia film. "Film sudah menjadi bagian dari hidup saya," ujarnya. Anna Tairas paling sering diarahkan oleh Dasri Yacob sutradara dari Inem Film. 

~film 019-Tahun ke II~

Sunday, October 26, 2025

RICO TAMPATTY

 


RICO TAMPATTY. Ketika nama-nama cowok di dunia filmmacam Roy Marten mulai sirna, Rano Karno yang timbul tenggelam, penonton film seperti kehilangan idola. Apalagi para cewek penggemar cowok Idola di film. Dua nama yang muncul di peta film nasional adala Richie Ricardo dan Rico Tampatty. Richie Ricardo yang oleh beberapa penggemar dinilai agak feminin, maka sasaran satu-satunya adalah Rico Tampatty sebagai idola baru. 

Parasnya cukup tampan dan punya sosok tegar serta segudang prestasi adalah bekal handal dari cowok kelahiran Biak, 11 April 1964 ini.  Lewat film perdananya, Tandes orang baru terhenyak ternyata ketika menemukan sosok diri Rico. Ditambah film lain macam Tirai Malam Pengantin, Gawang Gawat serta Pencuri Cinta dan Dia yang tercinta. Nampak anak dari keluarga Yan Tampatty dan Alina Uzhara ini tak main-main menggeluti film. 

Oleh Rekan-rekan terdekatnya karier Rico di nilai cepat melaju.  Bahkan meninggalkan rekan lain yang sudah senior dari dia, Rico sering kelihatan berjalan di catwalk memperagakan pakaian di berbagai hotel mewah di Jakarta. Profesi sebagai modeling ini sudah sejak lama di tekuni. Wajahnya menjadi pemikat orang ktika ia memenangkan  Pemilihan Top Model Rahadian Yamin 1982, setelah cukup lama menggeluti dunia Swara Mahardika pimpinan Guruh Soekarnoputra. 

Sebagai seorang penari di grup Swara Mahardika (SM) berbagai jenis tari ia tekuni hingga oleh Mas Guruh, Rico diberi kepercayaan untuk memegang tugas sebagai pelatih dan koreografer. Terjunnya Rico kedalam film malah seperti rahmat, hal yang banyak terjadi pada diri artis-artis kita. Saat Rico nampang di catwalk dalam pemilihan peragawan terbaik, seorang sutradara , Boby Sandy melihat dan menawarinya main film. Seriba perasaan berkecamuk, ketika ia harus mengatakan mau. Maka mulailah Rico berkenalan dengan pita bergambar. Ini memang macam dunia baru baginya meski ia telah di kenal lewat iklan-iklan gede, foto model di berbagai majalah. 

~FILM 004 Februari 1985

Wednesday, October 22, 2025

SOPHIA INGGRIANA LATJUBA


 SOPHIA INGGRIANA LATJUBA, hobinya dimulai dari foto. Wajahnya sering tampil di beberapa media sebagai model iklan seperti Agree Shampoo, Betadine, bahan pakaian Friendship, Kaos Country Fiesta, dan lainnya. 

Diawali film lewat "Bilur-bilur Penyesalan" (1987) ketika masih berusia 17 tahun arahan sutradara Nasri Cheppy, Sophi panggilan akrabnya langsung mendapat porsi peran utama dalam film tersebut dengan akting pas-pasan. Setelah itu wajahnya terpampang dalam film "Setegar Gunung Batu" (1988) Kemudian juga bermain dalam film Rio Sang Juara . Kemudian karir dalam film pun mengalir begitu saja dengan film-film lainnya seperti Valentine, Kasih Sayang Bagimu, Ketika Cinta Tlah Berlalu, Pengantin, Catatan Si Boy V, dan juga film Taksi Juga. 

Selain sebagai pemain film, model juga sebagai penyanyi yang terkenal. Sophia Latjuba merupakan sosok yang awet muda hingga sekarang. 


MAT PELOR, JAWARA BETAWI JADI OPAS

 


MAT PELOR  Jarang terjadi dalam dunia perfilman seorang sutradara merangkap juga menjadi penata ilustrasi musik filmnya. Namun tak perlu heran kalau sang sutradara adalah seorang biduan populer seperti Rachmat Kartolo!. 

Memang setelah melejit lewat lagu "Patah Hati"nya di tahun 60an. Rachmat juga pernah laris diajak main film Kebanyakan filmnya bertema melodrama, namun Wim Umboh justru memasangnya sebagai sinyo Betawi yang pintar bergitar dalam film silat "Matjan kemajoran" (1965).

Sejak tahun 1978, Rachmat menjajal menyutradarai film silat "Tengkorak Hitam". Setelah cukup lama absen dari kegiatan film Rachmat dipercaya duo produser Johny Pandega - A Fuk untuk mengarahkan "Mat Pelor" yang cerita dan skenarionya juga ditulis sendiri. 

Diperan utamai oleh Advent Bangun sebagai Jawara kebal peluru di dukung sebarisan pemain seperti Dolly Marten, Jeffry Sani, Hendra Cipta, Arman Effendy, Aznah Hamid, Yani Achbari, Sherly Sharita, Tien Kadaryono Urip Arphan dan Roy Karyadi sebagai Schout Jansen. 

Mat Pelor yang biasa dipanggil si Mamat, adalah anak angkat Haji Ramdani. Berkat ketekunannyaia bisa menguasai ilmu kebal peluru. Bahkan ilmu silatnya lebih tinggi daripada si Idup anak kandung H Ramdani. 

Kalau Mamat berpacaran dengan Isa, maka sahabatnya, Abas hendak mengawini Mumun. Namun gara-gara nunggak blasting (pajak), semua kambing Abas disita Demang Sanip. Bukan itu saja, iapun dijadikan pekerja rodi. Sanip memang biang keladi penjilat Schout Jansen. Menindas rakyat dengan mengatasnamakan kompeni Belanda. 

Si Idup dan tiga perampok menyatroni rumah Jansen. Tapi muncul Mamat melabrak mereka. Jasanya membuat Mamat diangkat jadi Opas sekaligus pengawal Pribadi Jansen. Kendati Ayah-ibu angkatnya dan orang kampung ak menyukai hal ini, namun mamat tak peduli. 

Sanip kepergok memperko sa Amoy yang dicintai Jansen. Akibatnya ia di siksa oleh penggantinya Mandor Napis. Huru Hara terjadi karena pemberontakan pekerja rodi yang dipimpin si Idup. Opas Mamat ditugasi menaklukkan mereka. 

Saat Mamat membawa tawanan, termasuk Idup dan Abas, muncul jawara bertopeng mencegatnya, ilmunya kelewat luar biasa, hingga Mamat keteter. Melihat ini Idup pun mencopot belenggunya untuk membantu sang abang angkat. Apakah kerjasama mereka mampu mengungguli si topeng. Siapa sebenarnya jawara bertopeng tersebut? 

Yang sudah nonton tentu tahu ya jawabnya. 


TIEN ALI, PRODUSER PT. CANCER MAS FILM

 


TIEN ALI, ia mungkin produser film yang paling jarang 'muncul' ke permukaan dan di perbincangkan banyak pihak. Namun justru dari perusahaannya PT. Cancer Mas Film, gedung-gedung bioskop konvensional memperoleh pasokan film nasional. Puluhan judul film telah di produksinya.

Selain memproduksi film Tien Ali juga di kenal sebagai seorang distributor. Dengan bendera perusahaan yang sama, bapak dari 4 orang anak itu memperoleh hak menjadi pengedar film-film impor, khususnya bagi bioskop menengah kebawah. "Bisnis filmlah yagn saya ketahui usaha lain, saya tidak bisa, " kata pemilik (saat sebelum tumbang) 15 gedung bioskop konvensional itu. 

Sebelum bergerak di bidang pertunjukkan, Tien Ali lebih di kenal sebagai penjaga gawang handal di daerahnya Kebon Jeruk, Taman Sari Jakarta Barat. "Dalam banyak pertandingan bola, saya di percaya sebagai kiper. Malah sering dipinjam daerah lain saat bertanding, " akunya. 

Bahwa kemuian ia melirik bisnis film katanya, olahraga saat itu belum bisa di jadikan pegangan hidup. Olahraga kita belum profesional dan kita tidak bisa berharap banyak dari sana, " komentarnya. 

Tien Ali tahun 70an melihat peluang bisnis film akan mendatangkan keuntungan. Gedung bioskop sebagai salah satu alternatif hiburan masyarakat, murah, meriah peluangnya sangat terbuka luas. "Bioskop Setia Budi kami buka dan berkembang..". Itu terjadi , kata Tien Ali perizinan untu membangun gedung bioskop sangat mudah. Pengusaha bioskop cukup memperoleh izin dari daerah setempat dimana dimana gedung bioskop akan di bangun. "Pasokan film untuk gedung-gedung bioskop itu adalah film impor, baik film eropa Amerika, Film India maupun film Mandarin. 

Saat film Indonesia sekarat di era 90an, produksi film nasional juga memperlihatkan gejala penurunan, namun selain sebagai produser juga sebagai distributor film, Tien Ali bercerita tentang Film Gadis Metropolis yang tayang di era tersebut. 

Berdasar data dan perhitungan film tersebut memang laku di bioskop-bioskop kelas itu. Dengan biaya produksi yang hanya 250 juta, pemasukan yagn di peroleh dari film itu di Jakarta sudah mencapai 100juta. Gadis Metropolis saya yakin balik modal. Perhitungannya, sebuah film yang berhasil di Jakarta, pasti juga berhasil di daerah lain seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Belum daerah-daerah lain di luar Jawa. 

Produser PT Virgo Putra Film Ferry Angriawan yang ikut menemani Tien Ali  membenarkannya. Menurutnya Gadis Metropolis produksinya, setelah berhasil dalam peredarannya di Jakarta juga berhasil saat diedarkan di daerah-daerah.


~sumber : MF~


Monday, October 20, 2025

TUJUH CEWEK JAGOAN, GALAU PEPERANGAN DALAM BUMBU SYURR

 


TUJUH CEWEK JAGOAN, GALAU PEPERANGAN DALAM BUMBU SYURR.. (TUJUH WANITA DALAM TUGAS RAHASIA)

Pada masa awal kemerdekaan Republik ini pernah terjadi kekacau balauan. Pemerintah yang masih muda usia, bukan cuma menghadapi ancaman dari luar, yakni pihak Belanda yang ingin menjajah kembali tapi juga rongrongan dari gerombolan pengacau di dalam negeri sendiri. Antara lain tercatat dalam sejarah hitam adanya gerombolan D.I yang di pimpin oleh Kartosuwiryo yang menghantui wilayah Jawa Barat. 

Cerita film ini memang fiktif belaka, tapi setidaknya di buat berdasarkan latar belakang situasi kacau saat itu. Diperkirakan pada kurun waktu dipindahkannya (untuk sementara) ibukota Republik Indonesia dari Jakarta ke Yogyakarta, muncullah gerombolan liar yang di pimpin tokoh frustasi Gozali. 

Dalam pada itu Letkol Dudung dari Brigade Tirtayasa bertekad mencegah masuknya kembali Belanda ke Pulau Jawa. Maka ia ingin lebih dulu menghancurkan instalasi minyak bumi yang dikelola BPM (Sebuah badan usaha milik Belanda) di Banten. Secara rahasia letkol Dudung menugasi satu tim Laskar Wanita (Laswi) dari Kesatuan Sandi Satu Pusaka Lima, menyusup ke daerah sasaran. 

Sebagai pemimpin diangkat Mayor Meity. Dibantu kakak beradik Tina dan Tini, serta empat anggota Laswi lainnya. Saat menyusuri pantai selatan Banten, memasuki rimba belukar dimuara sungai Cimandun tujuh, Laswi ini bentrok dengan gerombolan Gozali. 

Semuanya di tawan dan disiksa Gozali yang menduga mereka dikirim untuk menumpasnya. Untunglah, ada mantan serdadu Jepang, Yoshiro yang diam-diam membebaskan mereka. Dengan perangkap maut yang dipasangnya dalam hutan, satu persatu anak buah gerombolan berguguran. 

Paling akhir Gozali sendiri berduel satu lawan satu dengan Yoshiro. Kendati Gozali memiliki ilmbu kebal, namun Yoshiro punya cara khas untuk menumpasnya. 

Meity mengajak Yoshiro bergabung. Diluar dugaan Yoshiro menolak, bahkan ia memilih harakiri untuk menyusul semua rekannya yang telah gugur. Meity memimpin kawan-kawannya melanjutkan perjalanan untuk menuntaskan tugas rahasia mereka. 

Film aksi berlatar belakang pergolakan zaman bergerilya ini sebenarnya merupakan produksi tahun 1984. Saat itu nama Joice erna aktris terbaik FFI 77 dari film Suci Sang Primadona cukup populer. Begitu pula halnya dengan Dana Christina (Lima Cewek Jagoan), sedangkan Chintami (yang berperan sebagai adik Dana) baru mulai menanjak. Empat anggota Laswi lainnya diperankan oleh Yuli Soleh, Ita Nasution, Jeane Maramis dan Rosmiati (yang seusai suting di nikahi oleh sutradara Mardali Syarief).

Lawan mereka si gembong Gozali yang bertubuh kebal diperankan pemain antagonis Hendra Cipta sedangkan mantan Dai Nippon yang jago Samurai oleh Eddy Wardi. Diramaikan lagi oleh Dolly Martin, Sunjoto Adibroto, Ramli Ivar, Edwin Lerrick dan Anton Sumadi. 

Sebagai Sutradara sekaligus penulis cerita dan Skenarionya adalah Mardali Syarief cukup tampil menyuguhkan adegan-adegan keras dengan bumbu-bumbu syurr, terutama karena semua wanita ditampilkan dalam busana compang camping hingga memamerkan kemulusan kulit tubuh mereka. 

Produksi : PT. Virgo Putra Film 

Produser : Ferry Angriawan

Skenario, Sutradara : Mardali Syarief,

Kamerawan : Adi Mukti BCHK

Penata Musik : Areng Widodo

Editor : B. Benny MS

Para Pemain : Joice Erna, Dana Christina, Chintami Atmanegara, Hendra Cipta, Eddy Wardi, Yenny Farida Yuli Soleh, Ita Nasution, Rosmiati, Jeane Maramis, Edwin Lerrick, Sunjoto Adibroto. 



~sumber : MF~193/159/TH X 20 Nov-3 Des 1993c


Saturday, October 18, 2025

BUCE MALAWAU MUNCULKAN DJUNET ASLI DALAM FILM "TRAGEDI BINTARO"

 


Buce Malawau tampaknya tak meleset kalau di gelari pendeta. Pasalnya sutradara berpembawaan sederhana dan kalem ini punya sikap yang jelas terhadap film-film yang dibuatnya. "Saya memang selalu punya sasaran bahwa film-film yang saya buat targetnya adalah moral penonton," katanya. Itulah sebabnya, menurut Buce, ia tak mau menyajikan sesuatu yang terkesan berlebihan dalam film-filmnya. "Soalnya membuat film dan menyajikan sesuatu yang sederhana itu sulit, Tid"Saya ingin orak mudah", katanya lagi. 

Dan itulah yang di coba Buce dalam filmnya "Tragedi Bintaro". Film ini sasarannya jelas moral penonton. Itu makanya saya lebih menekankan pada problematiknya, bukan peristiwanya," katanya tentang film yang memang diangkat dari kisah nyata tersebut. Karenanya menurut Buce, ia lalu menghadirkan Djunet asli ke dalam film tersebut sebagai perwujudan tanggung jawab moralnya sebagai sutradara. "Saya ingin orang lebih yakin bahwa Djunet memang menderita. Saya tak mau orang-orang terpukau pada pemeran si Djunet saja,"katanya. 

Perihal tanggungjawab moral itu Buce agaknya memang berusaha untuk tetap konsisten. Dan itu dia lakukan pula ketika diminta Pemda Sumsesl untuk menuliskan skenario film "Si Pahit Lidah". Pokoknya sekalipun film tersebut berangkat dari legenda saya tak mau film itu lantas dipenuhi oleh hal-hal yang tidak logis," tuturnya tentang film Pemda itu. 

Buce memang tak tampak berlebihan dengan semua itu. Dalam Tragedi Bintaro, misalnya dia berhasil menyajikan sebuah film yang mampu menawarkan persoalan pada penontonnya, lebih dari sekedar mengangkat peristiwa dramatis kisah film itu sendiri. "Memang ada beberapa kelemahan di film itu, tapi tidak terlalu jelekkan?", ujarnya. 

Sementara itu Buce juga tengah memikirkan kelanjutan film "Tragedi Bintaro II" cuma lebih berfokus ke tokoh Ferry Octora dan Ferry Iskandar, dua penjual koran dalam Tragedi Bintaro I. 


*sumber MF 88/56/Tahun VI, 11 - 24 Nov 1989

~dan.... tak pernah ada film Tragedi Bintaro II ya hehe. ~

LIA CHAIDIR, PEMERAN FARIDA. AKTING DI RADIO LEBIH SULIT MESKI CUMA MUNCUL SUARA

 


Ingat Sandiwara Radio Serial Mak Lampir "Misteri Dari Gunung Merapi", pasti ingat dengan nama Lia Chaidir. Pemeran Farida ini sempat menimbulkan belas kasih diantara pendengar setia sandiwara tersebut karena nasibnya yang terus menerus sial. Tapi adakah Lia yang sehari-hari sama dengan Farida? Jelas tidak. Lia adalah sosok yang sehari-harinya dijalani dengan penuh suka cita. 

Dan kalau kemudian Lia tak ikut ketika sandiwara radio tersebut di filmkan, bukan berarti ia juga sedang sial. "Saya enggak tau tuh. Tapi saya dengar si suara saya masih di perlukan untuk film itu nanti," kata Lia di sela-sela suting film Tragedi Bintaro. 

Memulai karirnya ketika masih usia 16 tahun dan duduk di bangku SMA, Lia mengaku karirnya dimulai dari layar TV sebagai pengisi acara fragmen. "Tapi main film saya mulai tahun 1973 ketika diajak ikut dalam pembuatan film "SYAMTIDAR" tuturnya. Dari sanalah ia kemudian menekuni dunia akting dengan membuka sanggar teater dan aktif mengisi acara drama di TVRI. "Sudah puluhan drama TVRI ia ikut membintanginya, tapi kalau film hingga film Tragedi Bintaro baru sekitar 10 filman. 

Di film "Miseri Gunung Merapi" Lia toh tak merasa kecewa. "Saya malah ikut bangga karena sandiwara radio itu di filmkannya" , katanya.Tapi dalam film terakhir yaitu Tragedi Bintaro Lia merasa yakin targetnya untuk bermain bagus dengan menghayati peran yang di berikan padanya juga terpenuhi. "Di film ini saya betul-betul ingin tampil semaksimal mungkin. Caranya, ya ngobrol dengan Ibu Djunet dan si Djunetnya sendiri, " katanya. 

Dan memang bagi Lia ada sesuatu yang mendukungnya hingga bisa intens menggeluti seni peran. 


OBITUARI WIM UMBOH SANG PELOPOR CINEMASCOPE

 


OBITUARI WIM UMBOH SANG PELOPOR CINEMASCOPE 

Salah satu sutradara besar film Indonesia, William Umboh Achmad Salim, atau Wim Umboh telah pergi pada 24 Januari 1996 di RS Husada Jakarta sekitar pukul 04.45 WIB. Langit Jakarta yang mendung sejak pagi, seolah memayungi kepergian sang pembaharu, pelopor pertama film CINEMASCOPE dan juga laki-laki yang di kenal sebagai Workalcholik itu tetirah panjang di TPU Jeruk Purut Jakarta Selatan. 

Puluhan insan perfilman hadir di pekuburan seperti Slamet Rahardjo, Amoroso Katamsi, Turino Djunaedi, Sophan Sophiaan, Chaerul Umam, Rano Karno, Idris Sardi, Rosihan Anwar, Rima Melati, Widyawati, Marini dan juga Wakil Ketua DPR/MPR Suryadi dan Mantan Wakil Perdana Menteri/Dubes RI Di Vietnam Hardi, SH. 

Almarhum meninggal dunia setelah menderita komplikasi diabetes dan sempat dirawat di rumah sakit sejak hari pertama puasa "Habis sahur, kita bermaksud tidur, tapi Oom Wim (Sapaan akrab istri pada Wim Umboh) gelisah terus. Saya tanya, tetapi dia bilang cuma sakit di dada. Saya selimuti, kepalanya terasa panas, tetapi sewaktu tangannya saya sentuh, rasanya dingin sekali. Disitu saya sudah curiga..." kata Ny. Inne Emina Chomid, istri ketiga almarhum yang dinikahinya tahun 1984. 

Sebelumnya kata Inne, Oom Wim sempat dibawa ke rumah sakit Cinere. Dari sni karena kondisinya makin lemah, Wim Umboh di bawa ke RS Husada untuk dirawat oleh dokter tetapnya, "Semula ia menolak untuk dirawat, karena trauma dengan rumah sakit, tapi karena saya memaksanya akhirnya ia menuruti saran saya. 

"Di ungkapkan semangat kerja almarhum sangatlah besar. Dalam kondisi lemah dan saki, dia selalu berusaha mengerjakan tugas-tugasnya terutama dalam menggarap film. 

Ketua organisasi Karyawan Film dan Televisi (KFT) Slamet Rahardjo ketika memberi sambutan pada pemakaman Wim Umboh, mengatakan dengan tegas "Tanpa keterlibatan almarhum, dunia film Indonesia bukanlah apa-apa".

"Lebih dari semua itu, yang patut di kenang dari Wim adalah kemampuan editingnya. Secara awam dapat dikatakan bahwa tangan Wim periode tahunan dalam lakon bisa menjadi sejam dua jam dan berjalan mulus di dalam film. Tangannya seperti mempunyai mata sendiri ketika bekerja di meja editing. Satu lagi, barangkali, dia satu-satunya sutradara  yang hapal seluruh dialog, sehingga waktu dubbing, dia bisa memandu kalimat para pengisi acara," kata Teguh Karya. 

"Dia banyak memberi pembaruan bagi perfilman Indonesia seperti melakukan pengambilan lokasi suting ke luar negeri. Jadi sutradara pertama yang menggunakan kamera Panavision, film berwarna, film 70 mm. Karena kreativitasny jugalah, tahun 70an apresiasi masyarakat terhadap film nasional tinggi, " kata Sophan Sophiaan, sutradara yang juga anggota DPR/MPR

"Bagi saya kesannya yang paling manis adalah, Tuham menjodohkan saya melalui tangan Oom Wim . Saya pertama kali bertemu Widyawati dalam film Pengantin Remaja, dan rupanya lewat film itu kami akhirnya sepakat untuk melangsungkan pernikahan," lanjutnya. 

Kesan yang juga sangat kuat melekat pada diri Wim Umboh kata Sophan, adalah egoismenya yang tinggi. Wim adalah seorang yang teguh dalam memegang sikap-sikapnya. Tetapi menurutnya itulah usahanya dalam mempertaruhkan kehidupan perfilman nasional. 

Wim Umboh lahir di Watuliney, Sulawesi Utara pada 26 Maret 1933. Sejak usia tujuh tahun sudah ditinggal ibunya. Setahun kemudian sang ayahpun berpulang ke rahmatullah sehingga Wim kecil pun yatim piatu. Sepeninggal kedua orangtuanya, Wim diangkat anak oleh dr Liem. Dokter ini jugalah yang menyekolahkan hingga Wim Umboh bisa mandiri. 

Tahun 1955 ia menikah dengan RO Unarsih Sastrawiata dan menghasilkan anak perempuan bernama Lisa Maria. Bercerai tahun 1957 Wim menikah untuk kedua kalinya dengan Paula Rumkoy (1974) dan pada Oktober 1982 mereka bercerai kemudian Wim Umboh nikah lagi dengan Inne Ermina Chomid dua taun kemudian. Dan memiliki anak laki-laki William Umboh Ikhsan Salim. 

Di tengah pembuatan film Pengemis dan Tukang Becak di Solo, 26 Desember 1978 Wim Umboh terkapar pingsan. Dalam keadaan koma ia diterbangkan ke Jakarta, masuk RS Husada dan memperoleh perawatan intensif. Namun seperti dikatakannya, Nasib manusia merupakan rahasia Tuhan. Sesudah mengalami koma selama sepuluh hari ia "sembuh" dan ketika tampil keatas panggung untuk menerima Piala Citra kategori penyunting gambar dalam penyelenggaraan FFI 1979 di Palembang, ia berjalan tertatih-tatih, Hadirin yang menyaksikannya bergetar kagum. 

Usai FFI 1979 kita seperti kehilangan Wim Umboh. uaranya yang mengguntur senyap. Tahun-tahun tanpa karyanya. Namun dasar Wim, manusia gila kerja, dalam sakitnya ia tetap berkarya. "Ini soal semangat. Saya jadi akan semakin sulit kalau tidak kerja," ungkapnya. Disaat kesehatannya belum pulih benar, ia merampungkan tiga film. Putri Seorang Jendral, Secawan Anggur Kebimbangan dan Serpihan Mutiara retak. Seperti kesaksian Sophan Sophiaan, sementara kerja Wim Umboh memang luar biasa sekali. Dalam kondisi sakit, tanpa mengenal lelah, ia tetap bekerja. 


~sumber : MF~

Friday, October 17, 2025

WILLY WILLYANTO, MEMBUJUK PELAJAR SMA BERBUGIL RIA



WILLY WILLYANTO, MEMBUJUK PELAJAR SMA BERBUGIL RIA. Di dalam organisasi Karyawan Film & Televisi (KFT) tercatat sekitar 100 orang dengan status sutradara. Terdapat diantaranya nama Willy Willyanto, orang yang bertubuh tinggi besar dan berambut kribo ini tergolong sutradara senior. Sebab sejak film Indonesia masih hitam putih, ia telah banyak menyutradarai film cerita "Bengawan Solo", (Hitam Putih) adalah karyanya. Menurut pengakuannya, ia telah menggarap lebih dari 30 judul film cerita. Film terbarunya adalah " Laura Tarzan Wanita". (ganti judul jadi Laura Si Tarzan).

Walau Willy tergolong senior, namun sikap senioritasnya masih selalu saja di pertanyakan. Film-filmnya cenderung 'murahan'. Selalu identik dengan s e k s . Dan nampaknya, ia memang tak ingin menjadikan dirinya sebagai seorang sutradara yang di hormati lewat karyanya. 

Dari kalangan orang film, khususnya dari kelompok sutradara, Willy sering di sindir sebagai sutradara yang tidak mempunyai acuan pada nilai moral. Karya-karyanya di cap mencemari nama baik profesi sutradara film Indonesia. 

Teguran dan peringatan keras dari induk oraganisasinya, KFT tidak pernah di gubris. Oleh karenanya Willy pernah di skorsing satu setengah tahun. Willy tidak boleh menyutradarai film apapun. "Sekarang saya sudah lepas dai pidana itu!" katanya dengan nada tak menyesal. 

Anggapan tau penilaian masyarakat bahwa Willy termasuk sutradara yang banyak membuat film panas, mengeksloitasi s e k s tak dibantahnya. Namun begitu ia tetap membela diri, kalau karya-karyanya dianggap keterlaluan "Buktinya, tak ada stupun film saya yang sampai di gudangkan di Badan Sensor Film (BSF). Semua film saya lulus sensor. Sebab dalam membuat film saya pun pakai otak!", tegasnya bersemangat. 

Tuduhan lain yang gencar di alamatkan kepadanya, sering i amenyuru pemain khususnya figuran untuk ber te lan jang bulat di depan juru kamera, melakukan adegan-adegan s e k s. Mengomentari tuduhan yagn satu ini, ia tidak begitu tegas. Kadang-kadang, " kata Willy orang itu sering nambah-nambahin omongannya. 

"Kalaupun ada adegan yagn kata orang keterlaluan, dalam pengambilan gambar, saya tidak membawa semua gerbong. Artinya, saya tidak membawa semua karyawan, dan tentu saja, tidak di tempat yang terbuka, " katanya membela diri. 

Pengakuan Willy itu agaknya dibantah oleh pengakuan  Dian, Dona dan beberapa figuran lain dalam film terbarunya. Kata Dian ia sempat berbugil ria dilihat orang banyak pada adegan mandi. "Semula, saya nggak mau, untuk memainkan adegan itu, Karena di bujuk terus, apaboleh buat, " jelas gadis manis yang masih sekolah di salah satu SMA di Jakarta Pusat itu. 

Menurut Dian pula, memang ada sekitar 5-6 orang yang harus mandi ramai-ramai. Namanya juga suku ang masih primitif mandinya jelas nggak di kamar mandi tapi di kali, dialam terbuka. 

"Orang boleh bilang apa saja terhadap diri saya. Namun yang jelas, saya ini masih di butuhkan produser. Buktinya meski saya eks 'terpidana' tak langsung nganggur terus, biasnaya kalau orang itu habis terpidana ia di jauhi orang ain. Saya tidak, dua tawaran sekaligus di berikan kepada saya. Bagi saya, ini merupakan suatu kebanggaan!.


~sumber : MF 082/50 th V, 19 Agustus - 1 September 1988.

BIDADARI BERAMBUT EMAS


BIDADARI BERAMBUT EMAS

SUSAN MORGAN telah menyandang gelar juara karate dunia enam kali berturut-turut. Ia adalah seorang wanita muda yang memiliki segalanya, cantik, berambut pirang keemasan, kaya dan kehidupan rumah tangganya bahagia. 

Suaminya tercinta, Sonny seorang bintang sepak bola yang menjadi pujaan masyarakat luas. Sayangnya kebahagiaan pasangan ini akhirnya diguncang prahara. Malapetaka datang ketika Sonny kembali dari Amerika, setelah mempertahankan mahkota kejuaraan. Sekelompok bandit internasional dengan licik menaruh tas berisi berlian diantara tas-tas milik Susan dan Sonny. 

Malamnya, bandit-bandit itu mendatangi rumah Susan untuk mengambil berlian tersebut. Karena tidak menemukan, bandit-bandit itu menyiksa Susan dan Sonny. Kaki Sonny yang selalu mencetak gol dihancurkan. dan bandit itu datang berulang kali secara misterius dan selalu menteror keluarga Susan  sampai suatu saat Sonny terbunuh. 

Sebenarnya, tanpa sepengetahuan Susan, Sonny telah menyembunyikan permata tersebut, dengan maksud untuk membantu warga desanya yang miskin, Malang baginya, Ia harus membayar teramat mahal, dengan nyawanya sendiri. Dengan terbunuhnya Sonny, penderitaan Susan makin lengkap. 

Dengan memendam dendam dan amarah, Susan memburu bandit-bandit tersebut dengan caranya sendiri. Bersamaan dengan upaya Susan, polisipun melacak membantunya. Dan akhirnya, bandit-bandit internasional itu berhasil di tumpasnya. 

Sekelumit cerita tersebut dalam film Bidadari Berambut Emas yang dibintangi Cindy Rothrock sebagai Susan Morgan, bintang bule yang tidak asing lagi bagi penggemar film Indonesia, Produksi PT. Rapi Film dengan produser Gope T Samtani. Selain CIndy, ada 4 pemain bule lain yang juga jago main film laga, Billy Drago, lalu bintang Indonesia seperti Frans Tumbuan, George Rudy dan Bella Esperance. Sutradara Ackyl Anwari. 

Sebagai film laga, film ini memang begitu banyak menampilkan adegan berbahaya, namun yang diandalkan bukan adegan-adegan perkelahiannya yang membabibuta atau sekedar kebut-kebutan di jalan raya, yang bisa saja dinilai mempunyai dampak negatif. Melainkan tetap mengandalkan suguhan nilai seni.


#bidadariberambutemas

#filmIndonesia, #filmjadul 

Wednesday, October 15, 2025

SUTING : TERANG BULAN DI TENGAH HARI, SKENARIO TERAKHIR SYUMANDJAYA, FILM BERTEMA KEHIDUPAN PERAGAWATI


TERANG BULAN DI TENGAH HARI, SKENARIO TERAKHIR SYUMANDJAYA, FILM BERTEMA KEHIDUPAN PERAGAWATI

 Oh... Peragawati... ada yang tahu penggalan lagu dari Bill & Brod yang berjudul Peragawati? Sosok Peragawati kini sudah tidak populer lagi di jaman sekarang. Lebih simpel di gunakan kata 'Model' mengikuti perkembangaan jaman. 

Sebuah Hall dalam gedung Patra jasa malam itu menjadi sebuah ruang 'fashion show'. Pada salah satu sisi ruang itu, dibangun 'stage' dengan bentuk huruf T yang dihiasi dengan lampu-lampu kelap-kelip yang ratusan jumlahnya. Baik pada dinding 'stage' maupun dinding pada sisi-sisi lain ruang itu, di penuhi dengan nama-nama perusahaan yang mensponsori acara 'fashion show' itu. Di depan maupun id kanan kiri stage dipenuhi dengan berpuluh pasang meja kursi yang semuanya diisi oleh tamu-tamu dengan pakaian lengkap menyaksikan acara itu. 

Kemudian dari balik dinding stage muncullah Sora seorang peragawati yang di perankan oleh Zoraya Perucha diiringi 2 peragawati lainnya, sedang berlenggak lenggok mengikuti irama musik move kearah kamera, memperagakan pakaian yang dikenakan mereka sampai menengok kiri-kanan dan melempar senyum ke arah tamu-tamu didalam ruang itu. 

'Okey ganti kostum" teriak Chaerul Umam yang menyutradarai film ini, setelah 'take' untuk adegan diatas. Maka Ucha dan 2 pengiringnya segera ke ruang ganti untuk meyiapkan kostum 'scene' yang lain. 

Pada saat sebelumnya, masih pada ruang yang sama api stage dengan dekorasi yang lain, ada sepuluh peragawati yang memperagakan pakaian yang direkam oleh pita selluloid untuk keperluan film "Terang Bulan Di Tengah Hari". Dengan penata fotografi atau juru kamera Tantra Suryadi. Satu diantara 10 Peragawati itu diperankan oleh Yatty Surachman. 

Setelah dilaksanakan 'master shot' suting diatas, segera diambil beberapa 'cover shot' dari beberapa sudut pandang kamera sebagai 'point of view' para tamu. Kemudian diambil pula beberapa 'inset' dari tamu-tamu sebagai reaksi dari adegan-adegan diatas. 

"Film ini memang menceritakan tentang kehidupan peragawati dengan skenario dibuat Syumanjaya", tutur Chaerul Umam, sutradara yang memimpin suting pembuatan film ini. 

"Mas Syuman menulis cerita film ini setelah menulis "Opera Jakarta", namun baru Opera Jakarta yang di filmkan oleh beliau (sebelum meninggal saat proses Opera Jakarta). Cerita Terang Bulan di Tengah Hari ini skenarionya beberapa perubahan oleh Chaerul Umam sebelum mulai suting. Skenario ini merupakan haril kerjasama Syumanjaya dan Chaerul Umam", tutur Zoraya Perucha mantan istri Syumanjaya, sekaligus sebagai pemeran utama wanita dalam film tersebut sekaligus sebagai produser PT Rembulan Semesta Film yang memproduksi film ini. 

Selanjutnya, Perucha mengatakan bahwa film yang menceritakan tentang  kehidupan peragawati sepenuhnya, yang baik maupun yang buruk sebagaimana kehidupan manusia lain pada umumnya ini, menghabiska budget diatas budget pembuatan biasa pada umumnya. Dengan memakan waktu suting lebih dari empat bulan serta memakan waktu lebih dari 70 lokasi suting. Standar pembuatan film pada umumnya memakai antara 20-30 lokasi. Lokasi-lokasi tersebut diantaranya Jakarta, Semarang, Yogyakarta dan Pemalang. Pemain-pemain yang mendukung film ini selain Zoraya Perucha sendiri sebagai pemeran utama wanita, Slamet Rahardjo, Yatty Surachman, Cok Simbara, Sys NS, juga didukung oleh Bob Sadino dan Herman Sarens Sudiro sebagai pengusaha yang ikut berpartisipasi mendukung film ini. 

Biaya keperluan artistik film ini memang glamour menghabiskan hampir Rp. 100 juta, namun sebagian dibantu oleh para sponsor yang ikut berpartisipasi, kata Berthy Ibrahim Lindya penata artistik atau Art Director film ini. Setelah suting, film ini disunting oleh editor Elfenfy Dhoytha, kemudian musiknya diisi oleh Dodo Zakaria dan selain Sutradara Chaerul Umam juga dibantu asisten sutradara Ucik Supra. 

Tuesday, October 14, 2025

MBAK PUR, SEKSI REPOTNYA LOSMEN SRIKANDI


 MBAK PUR, SEKSI REPOTNYA LOSMEN SRIKANDI, NASIBNYA PALING MEMELAS!

Itulah Mbak Pur Seksi 'repot' Losmen Srikandi. Dialah sosok gadis jawa yang sabar, rajin, suka mengalah dan selalu nrimo. Semua tugasnya dilakukannya dengan baik, tanpa banyak mulut dari soal cuci sayuran, memasak sampai menghidangkannya sudah jadi urusannya. Rasa kasihan kita bisa bertambah lagi manakala mbak Pur ternyata perawan tua. Begitulah kesan yang sering tercuat kala kita nonton drama seri Losmen di TVRI. 

Nasib 'sulit ketemu jodoh' buat mbak Pur rasanya nyaris tak pernah berakhir, Setiap kali laki-laki mendekat untuk meminang setiap kali pula gagal. Paling-paling cuma kepedihan yang tinggal. Begitulah nasib mbak Pur. Kasihan memang. Itulah sebabnya ia cuma bisa menangis manakala menyaksikan anak di bawah usianya tengah bercinta. Inilah pukulan batin buat perawan tua seperti mbak Pur yang datang bertubi-tubi nyaris tak pernah terhenti. 

Dan begitu pulalah yang tercuat dalam film "Penginapan Bu Broto". Di film itulah teror batin mbak Pur seperti tak habis-habisnya. Setiap laki-laki entah itu jaka atau duda tak pernah kesampaian meminang mbak Pur. Kendati sebelumnya mereka naksir berat. 

Lucunya pula, tak sedikit fans mbak Pur yang tetap memperlakukannya sebagai perawan tua. Beberapa kali ia di goda, di suitin malah ada om-om yang berani nekat naksir terang-terangan. Tapi kita kelira, Nasib Mbak Pur yang asli alias Ida Leman tak sejelek itu. Karena mbak Pur sudah bersuamikan Irwinsyah, seksi pengarah acara TVRI Pusat Jakarta. Jikapun mbak pur sering menjadi tumpahan rasa kasihan banyak orang, ini lantara keberhasilannya dalam berakting dibawah arahan Tatiek Maliyati dan Wahyu Sihombing. 


~Ria Film~ 

Monday, October 13, 2025

ABHIE CANCER, PEMERAN WIRO SABLENG PENGGANTI KEN KEN


ABHIE CANCER, PEMERAN WIRO SABLENG PENGGANTI KEN KEN

Serial Wiro Sableng part II yang di bintangi Abhie Cancer menggantikan Ken Sukendro alias Ken-ken. Abhie mengaku telah berupaya keras untuk menyatukan roh Wiro Sableng ke dalam dirinya agar bisa merubah imej masyarakat tentang sosok Wiro yang semula melekat pada Ken Ken berganti pada Abhie. 

Pria kelahiran Jakarta, 7 Juli 1972 menggantikan posisi Ken Ken bukan persoalan mudah, karena masyarakat sudah sempat mengenal Ken Ken sebagai Wiro Sableng. Untuk itu, Abhie mengaku berupaya maksimal bermain lebih baik dengan menuruti semua anjural Ackyl Anwari selaku sutradara dan Suyitno sebagai penata kelahi. "Jika ada yang bilang akting saya kurang cepat menyatu dengan karakter Wiro, saya terima saja. Itu sebagai cambuk bagi saya untuk bermain lebih maksimal lagi," kata Abhie. 

Sebelum menjadi tokoh Wiro Abhie sudah banyak bermain di sinetron laga lainnya, seperti Kaca Benggala sebagai sahabat Mondosiyo dan Jalan Makin Membara menggantikan peran Ari Sihasale. Dia juga ikut main sinetron Jampang tayangan ANTeve. "Saya memang ingin khusus jenis eksyen saja, karena saya merasa disitulah kemampuan saya, " ujar pemegan DAN II Tae Kwon Do yang sempat mengikuti beberapa kali turnamen . Bahkan dia pernah meraih medali emas di Pra PON XIII . Namun menurutnya sekarang sudah tidak aktif lagi mengikuti kejuaraan, karena kesibukan suting, " jadi atlet itu tidak gampang, harus banyak latihan keras. Saya sudah menjadi orang film yang juga menuntut banyak waktu di lokasi. Tapi saya masih latihan bahkan saya ingin punya Dojo sendiri, tutur pengagum bintang laga Van Damme ini. 

Dengan postur tinggi 180 cm dan berat 74 kg, Abhie sudah mantap menetapkan dunia sinetron sebagai karir utamanya. Padahal sebelum itu, dia ingin masuk AKABRI. "Cita-cita saya untuk jadi Perwira ABRI hanya bertahan ketika masih SMA. Tamat SMA saya justru kuliah. Tapi kuliah pun tersendat sendat karena sibuk suting, " kata anak ke tiga dari empat bersaudara pasangan Rudy Malian dan Tridamilani (Jawa - Palembang).

Sejak membintangi serial Wiro Sableng Abhie mengaku banyak mendapat tawaran dari beberapa rumah produksi. Padahal sebelumnya Abhie mengaku selalu kesulitan untuk mendapatkan peran utama. "Tapi sekarang asal ada ajakanmain sinetron, selalu ditawarkan peran utama. Sayang untuk sementara saya nggak bisa karena sedang konsen di serial Wiro Sableng, " cerita penyukan nasi goreng kambing ini. 

Abhie di kontrak Herry Topan Intercine sebanyak 26 episode. Saat berita ini di turunkan sudah selesai 16 episode. Sisanya menurut Ackyl Anwari akan di selesaikan akhir Agustus 1997. Aapakah akan si perpanjang atau tidak. Tapi kalau tidak, saya akan main di sinetron laga lainnya. Saat ini sudah ada beberapa sinetron rumah produksi yang ingin merekrut saya, " aku Abhie. 

Dalam menokohkan sosok Wiro, Abhie sebelumnya banyak berkomunikasi dengan Suyitno (Penata kelahi aliran silat ketoprak) dan sutradara Ackyl Anwari, mengingat jarak waktu yang diberikan sangat singkat, dimana ketika Abhie di gaet untuk menggantikan Ken Ken, hanya di beri waktu beberapa hari untuk memahami skenario yang di buat Bastian Tito "Karena memang harus langsung suting. Saya juga sempat kaget, " cerita Abhie yang juga pernah belajar silat selama dua tahun. " Saya bilang sama mas Yitno, bahwa gerakan tangan saya lebih cenderung ke gerakan silat, sedangkan tendangan kaki saya lebih cenderung ke gerakan Tae Kwon Do. Antara saya dan mas Yitno sudah saling memahami. Salah satu lokasi suting Wiro Sableng adalah di daerah Jati Luruh Purwakarta Jawa Barat. 

Menurut Abhie, kemahiran dalam ilmu Tae Kwon Do terhadap peran di Wiro Sableng cukup membantu meski jurus-jurus yang di tata oleh Mas Yitno terasa agak aneh. Tapi yang jelas banyak menggunakan jurus-jurus silat. Kalau di teliti, banyak perbedaan gerakan-gerakan Wiro dahulu dengan yang diperankan Abhie. Kalau dulu tampak murni gerakan silat, sedangkan sekarang di warnai dengan tendangan-tendangan panjang jurus Tae Kwon Do. 

Hal kecil yang dialami Abhie saat suting adalah kecelakaan-kecelakaan kecil seperti jatuh dari tali sling ketika meluncur dan tali slingnya putus, atau ketika adegan fight terkena pukulan keras. Tapi hal ini sudah biasa karena sebelumnya sering ikut turnamen Tae Kwon Do. 

Abhie memiliki kenangan berkesan ketika bertemu bule memanggil-manggil nama Wiro ketika ia jalan-jalan. Dia ngajak kenalan. Saat itu saya sempat bengong, karena nggak nyangka ada orang bule yang suka nonton Wiro Sableng.


~ sumber : MF 

Saturday, October 11, 2025

OBITUARI SUTOPO HS


 SUTOPO HARJO DWIRYO SALAT atau lebih di kenal dengan Sutopo HS. Sutopo HS meninggal di RS Darmais  dalam usia 63 tahun  dan di makamkan di Jonggol Cileungsi Bogor .  Tidak banyak yang tahu akan kepergian Sutopo yang melejit lewat serial Losmen ini, terutama dari kalangan pers. Di rumah duka, Jalan Percetakan Negara Gg. G No. 22 Rt 001/07 Rawasari Jakarta Pusat penuh sesak di hadiri keluarga dan rekan artis almarhum. Sebelum meninggal , Sutopo sempat di rawat di Rumah Sakit Siaga dan Rumah Sakit Tebet sejak bulan Desember 1996, kemudian dipindahkan ke rumah sakit Darmais. Sutopo HS memang mengidap kanker tulang dan stroke. Tapi beliau selalu tegar dalam bekerja an berkarir. Bahkan sedang sakitpun dia ikut suting. Sejak akhir tahun 1996, Sutopo HS sudah duduk di kursi roda. Ketika itu dia harus rela membatalkan kontrak untuk suting di Yogyakarta, demikian diungkapkan Budi Santoso putranya. 

Sutopo HS Lahir di Tulung Buyut, 25 Maret 1934 (Cek di wikipedia beda tanggal, mana yang benar data ini atau data wiki?) , anak pertama dari 12 bersaudara pasangan M. Salat dan Rokiyah. Sutopo menkah dengan Nursinar (Padang) dikaruniai empat anak : Ciptawati, Sarwo Edie Kesatria, Dewi Fitriati utari  dan Budi Santoso. 

Sebelum terjun ke dunia film dan sinetron, Sutopo aktif mengikuti kursus seni drama di Himpunan Budaya Surakarta tahun 1953 hingga 1958. Kemudian sebagai aktivis ATNI Cabang Solo dan kuliah di ATNI (Akademi Teater Nasional) di Jakarta tahun 1963 selama 2 tahun. Almarhum juga sempat bekerja sebagai pegawai sipil di biro sarana Lembaga Pembinaan Mental dan Tradisi TNI AD selama 2 tahun. Dari tahun 1968 hingga 1985 almarhum bekerja sebagai karyawan Pusat Kesenian Jakarta dengan jabatan terakhir direktur artistik. Sutopo juga aktif di organisasi GAN dan GOLKAR DKI. 

Memulai karir sebagai pemain seperti dalam film Jakarta Jakarta, Penumpasan Pengkhianata G 30 S PKI, Pendekar Cabe Rawit dan lain-lain, juga bermain puluhan sinetron seperti serial Losmen, Keluarga Sakinah, Mentari Di Balik Awan, Gadis Penakluk, PAS (Perlu Ada Sandiwara) dan lain-lain. Terakhir main di sinetron Joni Gila produksi Sentra Vokus. 

Sutopo HS juga sempat menjadi Nominator Festival Sinetron Indonesia 1994 kategori Pemeran Pembantu Utama lewat sinetron Nusa Penida dan Festival sinetron Indonesia 1996 lewat sinetron PAS (Perlu Ada Sandiwara). 

Semasa hidupnya menurut Budi Santoso putranya, Almarhum sempat berpesan jika di ameninggal dunia harus dimakamkan di Jonggol, Cileungsi Bogor. Di daerah itu juga Sutopo mendirikan CV. Mina Atena yang terdiri dari studio alam dengan nama Griya Sinetron, Oven Teater, rumah makan dan kolam pemancingan. 

Dalam keluarga, almarhum Sutopo paling dekat dengan dua anaknya, Budi Santoso dan Dwi. "Bapak selalu ngajak kami tukar pikiran. Sepertinya dia lebih percaya pada kami. Mungkin karena saya dan Dewi paham mengenai manajemen, hingga bapak selalu ngajak ngomong mengenai pengelolaan usaha di Jonggol, " tutur Budi yang di benarkan ibunya Nursinar. 

Sementara itu diluaran, Sutopo dekat dengan TATIEK MALIYATI Sihombing, El Manik dan beberapa lainnya. Tatiek adalah orang yang mendirek almarhum di serial LOSMEN, menurut Tatiek, Sutopo selalu bercerita tentang keinginannya mengadakan pertemuan besar sesama insan film dan sinetron diatas areal tanah Jonggol tersebut "Kapan Bu Tatiek, kita bisa ngumpul rame-rame di sana. Saya pengin anah itu di pergunakan sebaik-baiknya terutama untuk keperluan suting dan latihan akting. Saya ingin tanah itu nantinya bermanfaat bagi para seniman," ucapnya. "Saya tidak menduga keinginannya itu terwjud dalam suasana lain", lanjutnya. 

Semasa Hidup Sifat Sutopo HS yang paling menonjol menurut Tatiek Maliyati adalah disiplin. "Seingat saya dia tidak pernah telat sampai di lokasi suting. Dia juga termasuk cerdas dan selalu siap. Jadi kalau udah di lokasi suting dia nggak bakalan lagi krasak krusuk ngafalin naskah atau tanya ini tanya itu, " tutur Tatiek. 


~sumber : MF 282/249/XIII/5-18 April 1997~~

Ada yang masih ingat film-filmnya apa saja?

PUTERI KEMBANG DADAR, CERITA RAKYAT SUMATERA SELATAN


 PUTERI KEMBANG DADAR, REBUTAN PUTERI DALAM GUCI

Puteri Kembang Dadar merupakan kerjasama ketiga antara PT. Inem Film dengan Pemda Sumatera Selatan, setelah Si Pahit Lidah dan Si Mata Empat" serta Sumpah Si Pahit Lidah. Digarap oleh Dasri Yacob, Sutradara andalan Inem. 

Sang Puteri diperankan oleh Monica Oemardi yang baru dikenal lewat "Pendekar Cabe Rawit". Kekasihnya Pendekar Burhan diperankan oleh Harry Capri. Di dukung pemain-pemain Yan bastian, Arthur Tobing, Nizar Zulmi, Adek Irawan, Hendriana Telly dan lain-lain, dengan ilustrasi musik  digarap Nuskan Syarif yang menampilkan lagu-lagu daerah. 

Kamerawan Yan Mayar tak lupa menampilkan obyek wisata seperti Air Terjun Bedegung dan Gua Puteri di Batu Raja. 

Cerita ini digubah dari legenda yang di dongengkan dari mulut ke mulut. Konon, pada zaman bahari, tersohorlah kecantikan Puteri Kembang Dadar, sejak kecil ia akrab dengan Burhan, anak mendiang pahlawan Ismail. Namun karena Burhan cuma pemuda miskin yang hidup di pondok sederhana berdua dengan bundanya, Cik Fatimah, maka Demang lebar Daun tak menyukainya. Demang menugaskan Panglima Marta mengusirnya. Sebelum mengembara, Burhan sempat meberikan seekor burung tiung kepada Puteri. 

Demang Kampung Pandansari datang meminang. Demi tak terkabulkan perang pun berkobar. anglima Marta bisa mengusir mereka dengan mudah. Giliran Demang Kampung Telaga Sari menantang Demang Lebar Daun. Dulu ia kalah saat memperebutkan Puteri Mayangsari, kini pun ia tewas oleh pedang Lebar Daun. 

Dua Demang bisa diatasi namun Tua Kaharuddin meramaikan munculnya dua pendekar Maulana Maulani yang sangat berbahaya. Daripada konyol, lebih baik mengungsi. Sedangkan sang Puteri harus bersembunyi dalam Guci besar yang dipendam di tanah. 

Maulana Maulani memang sakti dan Kebal. Demang Lebar Daun pun mengumumkan barang siapa mampu mengatasi mereka akan di jadikan menantu. Siapa lagi kalau bukan Burhan yang menjadi penolong?. Ternyata dalam perantauan, ia bertemu kakek sakti yang mewariskan seluruh ilmunya. 

Kelemahan ilmu kebal Maulana Maulani tersembunyi di Jakun tenggorokannya. Burhan bisa melabrak mereka demi mengetahui hal ini. Namun sebagai pendekar, ia pantang menerima upah untuk jasa baktinya. 


Sumber : MF No. 131/99 tahun VII/ 20 Juli - 2 Agustus 1991


SAFARI ARTIS MEMPROMOSIKAN FILM


 Dalam sebuah produksi film, salah satu upaya untuk merebut perhatian masyarakat adalah memboyong para bintang pendukung film tersebut ke bioskop mengadakan jumpa penggemar dan nyanyi sebagai tambahan. Seperti halnya yang dilakukan oleh produser PT. Andalas Kencana Film saat mengedarkan film Cinta Anak Muda dan Olga dan Sepatu Roda yang membawa dua bintang andalannya yaitu Desy Ratnasari dan Nike Ardilla untuk keliling daerah. Dua kota besar yang di kunjunginya diantaranya adalah Kota Surabaya dan Padang. 

Di dua kota tersebut sambutan masyarakat melimpah ruah. Ketika mereka bersafari ke Padang yang juga di kawal sutradara Olga, Achiel Nasrun, meski tiket dijual agak mahal, penonton tetap penuh. 

Pertunjukkan  pertama di Karya Theatre dan Presiden Theatre baik pada jam pertunjukkan pertama, 14.00 maupun pertunjukkan berikutnya, karcis selalu terjual habis. 

Hari berikutnya menurut Anton Indracaya, produser Pancaran Indra Cine yang menangani kegiatan safari tersebut, meski jumlah bioskop yang memutar Olga ditambah 3 gedung, masyarakat yang ingin menonton berlum tertampung. "Sebagian besar" kata Anton, memang kawula muda yang mengidolakan Desy dan Nike. Disamping itu, lanjutnya. AChiel Nasrun yang asal Sumatera Barat juga punya peranan. 

Selain menghibur penggemarnya di bioskop, kdua bintang yang juga penyanyi itu mengadakan pertunjukkan di Presiden Music Room ang di kelola Ferry Anggriawan, produser PT. Virgo Putra Film pemilik bioskop di Sumatera Barat, yang juga mengelola diskotek. Menurut Ferry, jumlah penonton Olga dua kali lipat penonton Kick Boxer, film impor yang di putar di sebelah bioskop yang memutar Olga. 

Kegiatan bersafari mengawal film semacam ini menurut Anton, sering dilakukan, tujuannya untuk merangsang dan meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap film nasional. 

PENGALAMAN NUNU DATAU SUTING FILM LUPUS


 NUNU DATAU, sejak umur 7 tahun peraih juara None Cilik Jakarta dua kali ini sudah cukup di kenal. Wajahnya sering muncul baik itu di drama serial keluarga Pak Is dan mak Wok, maupun di film yang di putar bioskop. Diantara semua film yang pernah di perankannya, Nunu Datau mengakui bahwa Film Lupus II, Makhluk Manis Dalam Bis lah yang paling berkesan dalam catatan artis ini. 

"Ya selain pran itu yang saya pilih sendiri, film Lupus II ini juga yang membuat saya tertimpa bencana terus," papar Nunu gadis bungsu pemeran Dewiyati, anak baru di kelas Lupus ini. 

Nunu lalu mempertontonkan noda hitam di kaki kanan dan juga jahitan di dekat mata kirinya. Gara-gara ya film Lupus II ini. Ketika pertama kali hendak berangkat ke lokasi suting dari rumahnya di seputar jalan Dr. Susilo, Nunu menyeberang jalan. Tiba-tiba dia tersendak dan jatuh lantaran sebuah motor menabraknya. Pengemudi motor itu kabur tanpa permisi. Tinggal Nunu yang merintih kesakitan akibat betis kanannya tersenggol knalpot panas. Karena luka bakar di kakinya ini, Nunu harus menambah kostum dengan mengenakan kaos kaki panjang untuk menutup lukanya. 

Di akhir suting film lupus II, Nunu merasa lega. Selain ia bisa istirahat, juga bisa mengejar pelajaran sekolahnya yang tertinggal lantaran kesibukan karirnya. Saat asyik berleha di tempat tidur sambil membuka buku-buku pelajaran tiba-tiba namanya dipanggil dari bawah (Kamar Nunu di loteng). Nunu merasa gembira sebab suara di bawah mengatakan yang datang itu teman sekolahnya. Nunu cepat beranjak terburu-buru untuk menemui temannya di bawah. Tapi tiba-tiba balok kayu besar yang bersender dekat kamarnya, menimpa kepala gadis ini. Kepala Nunu sakit matanya berbintang-bintang. Dan darahpun bersimbah di wajahnya yang putih. 

Tapi saya nggak nangis lho, cuman kaget. Habis gembira sekali jika teman sekolah yang datang. Eh tahu-tahunya yang datang itu cuma fans saja yang ngaku teman sekolah yang pengin ketemu" kata Nunu sambil memperlihatkan luka jahitan sepanjang 3 cm dialis kirinya. 


Friday, October 10, 2025

HARRY CAPRI, DIKERJAIN SUTRADARA


Di awal tahun 80an saat itu Harry masih sibuk-sibuknya dibidang keperagawanan, dapat tawaran peran di film "Nenek Grondong". Kehadiran pria asal Sumatera Barat yang punya perawakan tegap, besar dan tampan ternyata dilirik sutradara lain, hingga dia dipercaya untuk memerankan tokoh pewayangan BIMA dalam film "Pandawa Lima".Lebih dari 35 judul film yang dibintangi oleh Harry Capri. Pada saat berita ini diturunkan film yang beredar adalah "Kisah Cinta Nyi Blorong" memerankan tokoh Gunawan, kekasih Wenny yang diperankan oleh Kiki Fatmala. 

Bila diamati, hampir semua film yang dibintangi oleh Harry adalah jenis film laga, jadi tak salah bila ia di juluki bintang laganya Indonesia. Dan karena itu juga, buat seorang Harry yagn selalu beradegan ciat ciat an mau tak mau harus bisa menguasai pengetahuan tentang bela diri. Namun, nampaknya Harry yang bisa dibilang cukup sibuk bergelut dalam karir filmnya, tak menggantungkan penghasilan dari dunia peran itu sendiri. Nyatanya Harry yang merupakan suami Camelia Malik (Saat berita ini diturunkan, kini sudah bercerai) tetap sibuk mengelola rumah makan miliknya di sekitar monas (pada saat itu). 

Dari celotehannya, ketika berbincang di sebuah hotel di Bandung, ternyata Harry Capri punya kesan tersendiri dalam dunia film ini. Harry pernah merasa dikerjain sutradara, yangmungkin perlu dirahasiakan siapa sutradara itu. 

"Ya, saat itu baru barunya main film. Belum tahu apa-apa. Karena pada waktu itu saya datang terlambat di lokasi suting, maka hari-hari berikutnya ketika ada adegan saya setelah dimake up, tiba-tiba sutradara bilang break, tanpa mengambil adegan saya. Perbuatan itu berturut-turut sampai 4 hari. Datang ke lokasi di make up, tiba-tiba break begitu saja. Wah! Saya belum bisa bilang apa-apa, terima saja," tuturnya. 


~sumber MF~

Wednesday, October 8, 2025

Dr. Amaroso Katamsi


 AMAROSO KATAMSI sebelum ke film pernah menjadi pemain dan sutradara untuk pentas dan TV, pengajar pada almamaternya dan sebagai Dokter TNI Angkatan Laut. Terjun kedunia film sejak tahun 1976 sebagai pemain dalam film Menanti Kelahiran, dilanjut dalam Darah Ibuku, Terminal Cinta, Duo kribo, Balada Anak Tercinta serta duakali menjadi nominator sebagai aktor dalam Film Serangan Fajar dan G 30 S PKI.

Diluar film sebelum menjabat sebagai Direktur Utama Pusat Produksi Film Negara (PPFN) , sempat menjabat Kepala Departemen Saraf dan Jiwa RS Angkatan Laut juga sebagai salah seorang team perancang kota Cilacap. Aktor yang bergelar Dokter lulusan UGM kelahiran Jakarta 21 Oktober 1938 dan besar di Magelang ini juga seorang pengajar di IKJ pernah menjadi Pemantu Rektor 3. Dimasa kuliah Amaroso Katamsi sempat pula beberapa kali menjuarai deklamasi. 

Seorang Dokter, seorang kolonel Angkatan Laut, Aktor handal, Wakil rektor IKJ, Direktur Perum PPFN, Ia manusia yang komplit dan gigih. Banyak produser film berutang padanya, "tapi kalau di tagih galakkan mereka", katanya. 

Selama 3 tahun menjabat sebagai Dirut PPFN, Amaroso Katamsi lebih ke melakukan pembenahan. Karena saat itu perubahan status yang ada di PPFN Unit Pelaksana Teknis Deppen ke Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Pembenahannya dalam manajemen. Sebab beberapa sistem yang berlaku harus pula berubah. Pembenahan Kedua adalah perubahan sikap para pegawai PPFN yang semula tidak berkecimpung dalam bidang usaha, kemudian harus mengikuti gerak usaha. 

~sumber : MF~

Tuesday, October 7, 2025

TAK MUDAH BIKIN FILM KISAH NYATA

 


Membuat film dari kisah nyata tidaklah mudah. Biar menggiurkan, ternyata toh nggak gampang membuat film yang diambil dari kisah nyata, terutama berita hangat yang terjadi. Baik pemb u n u h a n, pe m er ko sa an, menjadi incaran empuk para produser. 

Begitu banyak yang bersemangat membuatnya, begitu banyak pula yang mundur teratur karena terbentur birokrasi dan aturan ketat. Film-film "Wasdri Sengkon dan Karta" adalah contoh dari film yang tak memperoleh izin difilmkan. (Ini kasus tentang apa ya? ada yang tahu?)

Produser maunya menggambarkan peristiwa sebenarnya seperti yang terjadi dan di dengar masyarakat. Sulitnya bila kasus seperti ini menyangkut anak para "penggede". "Mereka bisa teringgung!" ujar Bucuk Soeharto produser Safari Sinar Sakti Film yang memproduksi film "Perawan Desa" yang diangkat dari kasus SUM KUNING. Bagaimana sih sulitnya?

Lalu Bucuk pun menyebut bahwa kesulitan sudah dihadang sejak awal produksi. "Ya, sejak mencari data-data kita sudah memperoleh ganjalan," ujarnya. 

Semula judul yang diajukan adalah "Sum Kuning" lalu diganti "Balada Sumirah". Karena masih ada nama Sum, Deppen menyarankan perubahan baru. Akhirnya disepakati menggunakan judul "Perawan Desa" saja. Walau izin prodksi telah diperoleh saat sutingpun tetap diganggu. Hampir tiap malam selesai suting teror lewat telepon tak ada henti-hentinya. Ada yang mengancam atau mau mengacau. 

Waktu suting, kata Frank Rorimpandey sutradara film tersebut, ia selalu ditunggu Tekab. meski begitu maih ada kewajiban baru, yakni membuat laporan suting untuk penguasa di Jogya. Pernah sutingpun di batalkan dan harus pindah lokasi. Padahal pembuatan setelah selesai, izin lokasi dari kejaksaan diperoleh. "Waktu itu kami mau suting di daerah Godean!" jelas Frank.  Dan anehnya , lanjut Frank, yang membatalkan juga instansi yang memberi izin. "Dengan berbagai kesulitan itu, sambung Bucuk," sulit rasanya untuk menggambarkan peristiwa yang sebenarnya. 

Memang "Perawan Desa" berhasil diselesaikan, tapi film terbaik FFI '80 di Semarang itu sempat berlama-lama menginap di gudang Badan Sensor Film (BSF). Baru setelah mengalami banyak pengguntingan, diizinkan beredar di seluruh Indonesia. Tapi untuk daerah Jogjakarta, pemerintah setempat mengambil kebijaksanaan "Perawan Desa" tak boleh beredar di seluruh DIY, sampai sekarang (1988). 

Kesulitan mengangkat kasus kriminalitas dan pemer kosaan hak asasi manusia tidak saja dialami bucuk Suharto, tapi juga rekannya Hendrick Gozali, produser PT. Garuda Film. Hendrick mengaku sebagai pedagang memang selalu ingin menampilkan apa yang sedang hangat di kalangan masyarakat , Itu sebabnya ketika ada kasus pembu nuhan terhadap Ny. Supatmi yang gagal, Hendrick pun segera berniat untuk mengangkat ke layar putih. 

"Saya sudah kumpulkan data-data cukup banyak, tapi kesulitan-kesulitan yang muncul pun mulai nampak. Dari kalangan Kepolisian banyak yang tidak setuju kalau kasus itu difilmkan. Kita maklum mungkin untuk tidak mencoreng citra polisi!" jelas Hendrick. 

Gagal di filmkan Hendrick , kasus tersebut tetap diangkat ke layar putih oleh produser lain Inem Film. Cerita yang tampil memang tidak seperti kasusnya. Dimana seorang perwira polisi yang telah punya keluarga terlibat permainan cinta dengan wanita lain, dan akhirnya membu nuh pacarnya. 

Meski hanya ide cerita dari kasus tersebut, Inem Film terpaksa harus mengganti judul yang diajukan "Kasus Ny. Supatmi". Setelah berulang kali ada perombakan skenario dan judul filmnya. Deppen memberi izin dengan judul "Kabut di Bibir Pantai", dengan tetap menghadirkan Ny. Supatmi sebagaisalah satu bintang pendukungnya. 

"Lebih Enak mengangkat kisah nyata yang bukan dari kasus kriminalitas", kilah Hendrick. Ia kemudian mencontohkan salah satu produksinya, "Jangan Ambil Nyawaku" film yang dibintangi Lenny Marlina dan Frans Tumbuan itu katanya juga merupakan kisah nyata yang telah di novelkan oleh Titi Said Sadikun. Cerita tentang penderita penyakit kanker yang berhasil diobati. Novelnya cukup laris. "Filmnya Juga Sukses dan tidak di protes", tegas Hendrick. 

Sependapat dengan Hendrick, produser dari Empat Gajah Film, Alwi mengangkat cerita yang telah populer di kalangan masyarakat, lebih memungkinkan untuk bisa menarik penonton lebih besar. Dan tentu saja, kalau kisah tersebut bukan merupakan tindakan kriminalitas, dimana melibatkan banyak pihak, dalam penggarapannya tiak akan mengalami kesulitan. Awi segera mengambil contoh film produksinya "Penyesalan Seumur Hidup". Juga film "Kanker Payudara".

"Arie Hanggara" kasus kriminalitas yang dalam film pun sukses. Tapi dalam penggarapannya, tak banyak mengalami kesulitan. Karena kasus tersebut tidak melibatkan anak pejabat atau pejabat tinggi. Kasusnya tentang rakyat biasa, terhadap keluarganya sendiri. Frank Rorimpandey yang menggarap film tersebut juga mengaku tidak seberat waktu menggarap "Perawan Desa". Yang muncul di film, peristiwa yang terjadi, hampir tergambar semua. "Karena kebetulan saya juga mengenal Mathino, ayah Arie cukup lama!" jelas Frank. 

Satu lagi kasus pembu nuhan akan diangkat ke layar perak oleh produser Kanta Indah film yakni terbu nuhnya "Dice" Kabarnya semua persiapan menjelang beres, Skenario ditulis penulis muda Marseli, Namun pihak Deppen masih maju mundur. 

Namun sebelum film itu sendiri dimulai produksi  banyak pertanyaan yang muncul. Sampai sejauh mana kebenaran fakta yang akan tergambar dalam film?. Pertanyaan itu muncul karena kasus pembunu han Peragawati Cantik itu, kabarnya juga melibatkan orang-orang gedean. Biasa, masalah cinta. 

Yang tertarik memfilmkan Dice tercatat beberapa produser Tobali, Semula lebih awal. Juga Garuda Film dan Rapi Film. Cuma mereka mundur teratur, karena sadar akan kesulitan yang mungkin akan menghambatnya setiap saat. "Berat dan Resiko", ujar mereka serentak. 


~sumber : MF No 050/18 Tahun ke IV, 28 Mei - 10 juni 1988~

Monday, October 6, 2025

NIKI KOSASIH, SANG PERAMU SAUR SEPUH

 


Niki Kosasih, nama ini di era 80an sangat kondang terutama bagi pendengar sandiwara radio SAUR SEPUH. Berikut adalah kutipan berita pada Majalah Film yang kini sudah tidak terbit lagi, no. 050/18 tahun ke IV, 28 Mei - 10 Juni 1988.

Memasuki rumahnya yang terletak di belakang sebuah toko penjahit pakaian di bilangan Cipete Raya, Jakarta Selatan, wartawan MF sempat argu apakah benar rumah milik Niki Kosasih? Hampir seluruh pendengar radio di seluruh Indonesia nguping Sandiwara radio bersambung dengan judul Saur Sepuh. Dan Dongeng tentang Satria Madangkara karya Niki Kosasih. 

"Begini rumah saya mas" , ucap Niki Kosasih ketika wartawan MF memasuki rumahnya yang nampak sederhana. Sambil mengutak utik tape vidio yang ngadat, Niki Kosasih meneruskan, "Kelihatan sempit ya. Maklum rumah kami yang di Pondok Indah belum jadi karena nggak pernah dibuat," selorohnya. 

Dengan menarik nafas dia bicara lagi, " Yah terkadang keluarga kami di daerah beranggapan  Niki Kosasih sudah  jadi orang terkenal, sekaligus kaya. Padahal rumah aja ngontrak, mas!" Memang kehidupannya sebagai pengarang yang dirintis dengan belajar pada kursus menulis Naskah Radio Sanggar Prathivi Jakarta, kini berhasil melejitkan namanya ke permukaan dan mulai diperhitungkan. Tetapi dengan ucapannya diatas, nampaknya belum puas dengan apa yang diraihnya. 

"Ada pepatah lama mengatakan, buatlah nama anda terkenal nanti uang akan mengikuti, " Niki sedikit berpepatah. Dimana ucapannya itu juga akan dia buktikan. Tentu dengan kerja keras. Hasilnya?" Saya berusaha menerobos dunia audio, yakni radio. Karena lewat sandiwara radio saya mencapai apa yang ingin saya capai. Nama dan pekerjaan yang mantap!" papar pengagum Elvis Presley si raja rock and roll. 

Bermula dengan naskah Natasuma yang di siarkan radio Prambors pada sekitar 1980, Niki Kosasih melanjutkan "Bende Pusaka" dan "Bara di Bumi Angkara". Maka dari ketika naskah itu namanya mulai di perhitungkan, sekaligus menarik simpati pihak Pt Kalbe Farma buat merekrutnya. Melalui PT. Harapana Madya Bhakti, sebuah biro iklan pimpinan Adam Hanifah, terbuka peluang sukses itu. Dan karena perusahaan farmasi itu memintanya bikin sebuah sandiwara bersambung untuk radio di seluruh Jakrta, Lahirlah Episode "Darah Biru" yang merupakan kisah perdana drama seri "SAUR SEPUH"

Kesuksesan episode perdana yang terdiri dari 60 seri itu rupanya secara tanpa diduga mampu memikat hati penggemar sandiwara radio di Jakarta. Bahkan pengaruh disebar lebih luas yakni Jawa Barat dan seterusnya ke seluruh pelosok nusantara. 

"Sekarang Saur Sepuh sudah pada episode ke 15 dari 900 seri yang saya bikin. Naskah terakhir yang saya garap berjudul "Langit Membara di Jamparing" Dimana setelah Brama, Mantili dan Lasmini meninggal, lakon diteruskan. Eh saya teruskan dengan sepak terjang anak mereka tidak lain adalah Raden Bentar, Rayi Paksi, Dewi Anjani dan Garnis, " papar Niki tentang pelanjut dinasti Brama Kumbara yang diciptakan sekitar 1982.

Tetapi belakangan ini konsentrasi saya terganggu. Habisnya dalam pelacakan pemeran tokoh Brama, saya juga diminta menseleksi oleh pihak Kanta Indah Film dan Kalbe sendiri di samping sutradara film Saur Sepuh bung Imam Tantowi," tukas Niki mengadukan kesulitannya mencari tokoh manusia setengah dewa yang diciptakannya. Dilanjutkan pencarian calon pemeran Brama dan Lasmini, si tokoh wanita sensual antagonis itu dilakukan keseluruh pelosok Jakarta bahkan Cengkareng, Jawa Barat dan Jawa Tengah. 

"Yah pada prinsipnya saya setuju naskah saya di filmkan. Karena dengan begitu pendengar akan lebih mengenal tokoh-tokoh Saur Sepuh secara audio visual lewat layar perak," ungkap laki-laki beristrikan wanita asal Surabaya yang bernama kecil Gia itu. Tentu prinsipnya itu dibarengi dengan perasaan was-was kalau nanti naskahnya yang diangkat ke flm itu jeblok. Tetapi dengan mantap dia menambahkan, "Saya yakin Kanta Indah Film yang memang diakui orang sebagai spesialis film perkelahian itu tidak akan mengecewakan pihak mana juga, termasuk pendengar setia drama seri Saur Sepuh!".

Dan dengan difilmkannya Saur Sepuh, Niki sedikit lagi akan meraih materi. "Semoga setelah film Saur Sepuh beredar dan sukses, kami nggak ngontrak lagi deh. Capek mondar mandir boyongan terus !". Ya semoga saja Brama yang manusia setengah dewa itu berhasil menjerat hati penonton dengan ilmu serat Jiwanya, ujarnya yakin. 


~~

NOVIA KOLOPAKING, DEMI KARIR PONTANG PANTING


BERITA LAWAS! Dia sepertinya memang harus hidup diatas mobil, ungkap Nyonya Kolopaking tentang putrinya yang mungil, Novia. Saat itu Novia masih berusia belum genap 17 tahun, itu seperti tidak boleh beristirahat. Bergerak terus karena tuntutan sebagai artis yang tentu punya dampak bisnis, sementara pendidikan formal lebih menuntut kelanjutan. 

Selain kontrak nyanyi di hotel tetap berjalan, Via panggilannya masih tekun mengikuti program latihan olah suara. Plus program rekaman drama di SANGGAR PRATHIVI tempat dia menebar benih karir. 
Dari sini pula bertambah kesibukan ntuk memenuhi permintaan berbagai radio swasta niaga di daerah-daerah dalam program jumpa fans, diantaranya berkat sukses sandiwara radio pembawa iklan "SAUR SEPUH". Via masih harus membagi waktu agar pelajaran formalnya di sebuah SMP Negeri di kawasan Tebet Jakarta juga tidak ditinggalkan. Program yagn padat menyita waktu itu dalam tiga bulan terakhir masih ditambah dengan kontrak perannya sebagai Antini dalam film "Brahmana Manggala".

Ungkapan sang ibu memang beralasan. Dalam mobil yang dipergunakan Via untuk berpontang panting dan notabene di supiri sendiri oleh sang ibu, selalu siap peralatan bersih diri sabun, odol, sikat gigi, handuk dan perangkat bersolek seperti layaknya artis tak ketinggalan makanan kecil.

Sebagai artis yang bertolak dari kebolehan suara, Via masih terlibat dalam pembuatan ratusan kaset cerita kanak-kanak selain kaset lagu pop nyanyiannya, 1987 namanya terukir sebaga juara pertama kontes nyanyi pop antar SLTP se Jawa dan Bali, padahal untuk tingkat DKI dia hanya dipilih sebagai juara III saja. 

Seni akting tidak terlalu asing baginya. Beberapa fragmen produksi TVRI pernah memunculkannya. Lalu kesempatan besar memang diperolehnya dalam film "Brahmana Manggala". Tetap bertemu dengan partner mainnya dalam Sandiwara Radio "SAUR SEPUH", Ferry Fadly, Idris Affandy dan Lukman Tambose. Tidak heran kalau pada saat saat shooting di daerah Yogyakarta, publik yang berkerumun acapkali bertanggap "Lho ini Ferry Fadly ini Novia ya tentunya film ini toh yang asli?".

Maklum saja karena sementara itu memang banyak suara terutama melalui radio yang mempersoalkan "asli" atau "tidak asli"nya film yang dibuat atas keterkenalan "SAUR SEPUH".
Sementara NOvia tetap saja bersikap tegar sebagai artis profesional. Konsekuen pada kontrak yang sudah ditandatangani meski harus pas dan cekatan membagi waktu untuk tidak mengecewakan pengontraknya dan terutama publik yang kadung  menjadi penggemar fanatik. "Sejauh ini yang terpenting memang bagaimana saya harus menyelesaikan pendidikan sekolah", kata Novia Kolopaking. 

~sumber MF 050/18 tahun IV 28 Mei - 10 Juni 1988

Sunday, October 5, 2025

NOSTALGIA SUTING PERTAMA : DIDI PETET : SEBEL "CUT" Melulu

 


Didi Petet terjun ke film lewat jalur teater. Mulanya karena Nyak Abbas Akup sang sutradara film, sering nonton pentas teater, yang dimainkannya, Didi mengaku sebel ktika suting di hari pertama. 

Semua Gara Gara Ginah arahan sutradara kondang Nyak Abba Akup itulah awal saya terjun ke film. Dari bagaimana kisahnya saya hingga terjerumus ke layar lebar, sebenarnya itu kebetulan saja. 

Pasalnya, saya pribadi dengan si sutradaranya sebelumnya memang sudah saling mengenal dan sering bertemu di TIM. Dan dia suka nonton pertunjukan teater dimana saya menjadi salah satu pemainnya. Nah pada suatu hari setelah saya mentas di TIM bersama teman-teman di IKJ. Saya kan biasa suka diskusi dengan mereka dan secara kebetulan beliau juga nimbrung hari itu. Dan dari diskusi-diskusi akhirnya beliau menawarkan saya untuk main film. 

Karena di tawari, saya sih oke-oke saja. Maka tepatnya pada tahun 1986 itu. seperti saya katakan tadi, itulah film pertama saya. dan mulailah saya bersama-sama semua yang terlibat dalam film itu, sibuk mempersiapkan diri selama satu bulan penuh. 

Mengapa saya begitu serius mempersiapkan diri? Padahal di film itu, saya hanya peran pembantu. Saya tetap ingin main sebagus mungkin. Tapi terus terang film sebenarnya buat saya bukan menjadi tujuan utama saya. Karena sebagai orang teater, buat saya aktinglah tujuan utama saya. Sedang, apakah itu yang namanya panggung, film dan sinetron cuma sebagai medianya saja. Itu yang perlu saya tegaskan sekali lagi. 

Sebab sebagai seorang pemain, kita memang dituntut untuk mampu berakting dengan peran apa saja yang di berikan. Soal apakah pas pertama sekali saat saya memasuki hari pertama syuting sampai ada perasaan minder dengan para senior? saya katakan tidak. 

Cuma yang menyebalkan untuk saya, sebentar-sebentar cut, lalu pindah sini, pindah situ. Semua jadi terputus-putus sepertinya. Tapi ternyata dari situ saya malah dapat pelajaran baru. Khususnya dari segi kamera, saya jadi paham. Kalau kamera over begini, kalau under begini, itu pengalama yang sulit hingga kini saya lupakan. 

Sedang cerita-cerita yagn menarik lainnya dari syuting pertama kali di film. Saya rasa nggak ada dan begitu filmnya jadi, saya sendiri iberikan honornya yang hingga sekarang saya lupa berapa waktu itu saya terima. Sebab saya merasa semua itu bukanlah hal yang istimewa. Jadi biasa biasa saja. Maka jangan kaget kalau anda tanya saya waktu di film tersebut berperan dengan nama siapa. Saya sendiri sudah nggak ingat lagi...


~sumber : MF


Saturday, October 4, 2025

BARON HERMANTO, DIBENTUK NASIB BINTANG LAGA

 


Baron Hermanto mengaku sejak kecil sudah mengenal dunia film, tapi baru benar-benar terlibat setelah berusia 20an, "Setelah saya tamat SMA" , ujarna. Dan itulah awal karir putra aktor Bambang Hermanto. Tapi bukan itu yang menarik dari karir dan perjalanan karir Baron Hermanto, "Bahwa saya pertama kali main film bukan film laga lho," ujarnya. Tapi itulah yang justru menarik ketika Baron ternyata lebih banyak di pakai untuk film-film laga. 

"Saya sendiri enggak tahu kenapa begitu. Mungkin nasib yang membentuk saya jadi bintang laga," katanya. Sebab menurut Karateka DAN II (Saat berita ini diturunkan th 1989) ini, awal keterlbatannya sebagai pemain film justru lewat film drama. "Saya main film pertama kali tahun 1984 dalam film "Permata Biru". Heran memang kalau belakangan ini saya justru banyak diminta main dalam film aksi,"katanya. 

Baron yang sempat menamatkan studinya di sebuah Akademi Pariwisata tersebut, ketika disinggung hasratnya didunia film menyebutkan ingin berusaha terus di dunia yang terlanjur digelutinya itu. "Dari putra putri bapak, cuma saya lho yang terjun di film. Padahal saya sendiri waktu kecil enggak punya cita-cita jadi pemain film,"tuturnya. Tapi karena keseringan diajak sang bapak ke lokasi suting sejak ia masih kecil itulah yang menurut Baron, membuatnya perlahan-lahan jadi dekat dengan dunia film. "Sampai sekarang saya sendiri sudah lupa berapa judul film yang pernah ikut saya bintangi," jelasnya . dan yang baru dirampungkan saat itu adalah film Misteri Dari Gunung Merapi. 

Biar begitu, Baron toh tak menampik kenyataan yang dihadapinya kini. "Sebagai pemain, saya memang kepingin dapat peran yang besar dengan sutradara yang besar. Tapi keinginan seperti itu tampaknya memang belum bisa diwujudkan. Tapi saya yakin satu saat nanti keinginan seperti itu bisa terwujud kok,"katanya. Bukan berarti Baron seperti diakuinya ngoyo untuk bisa dapat  peranan besar. "Saya tidak punya persiapan khusus untuk itu. Dalam soal akting saja saya lebih banyak belajar sendiri kok, " ujarnya lagi tanpa malu-malu.

Dan kalau tahun-tahun terakhir ini ia memang lebih sering muncul dalam film-film aksi dan kebagian peran sebagai antagonis, itupun diakuinya sebagai bagian dari perjalanan karir filmnya.


~sumber : MF 090/58/TahunVI 9 - 22 Des 1989~~