Tuesday, September 9, 2025

SI KABAYAN SABA KOTA


SI KABAYAN SABA KOTA

SI KABAYAN TURUN KOTA

Nama Perusahaan : PT. Kharisma Jabar Film

Penanggungjawab : Ir. Chand Parwez Servia

Penulis Cerita  :Eddy D Iskandar

Penulis Skenario : Eddy D Iskandar

Sutradara : H. Maman Firmansyah

Penaa Kamera : Lukman Hakim Naim

Penata Artistik : S. Parya

Penyunting :  E Muksin Hamzah

Penata Suara : Zakaria Rasyid

Pemeran Utama Wanita : Nurul Arifin, Paramitha Rusady

Pemeran Utama Pria : Didi Petet

Pemeran Pembantu Wanita : Taty Saleh, Tetty Rodiah

Pemeran Pembantu Pria : Rachmat Hidayat, Aom Kusman S.H, Usman Effendy


Cerita : 

Si Kabayan adalah figur manusia cerdik. Cintanya terhadap alam lingkungan sendiri tidak perlu di ragukan lagi. Hanya karena kena pengaruh temannya yang datang dari kota, dan situasi yang memaksa dia untuk meyakinkan calon mertuanya bahwa diapun serba tahu tentang kota, maka Si Kabayan turun ke kota. 

Dengan niat untuk mencari temannya Joni Kemod di kota dia menjadi bingung sendiri. Ternyata di kota yang begitu besar nama Joni tidak hanya satu. Puluhan , bahkan mungkin ratusan. 

Untunglah si Kabayan mendapat bantuan dari keluarga Pak Raksa yang pernah di tolong Si Kabayan ketika di hadang perampok. Sementara itu Saribanon, anak perempuan Pak Raksa  diam-diam jatuh hati pada Si Kabayan. Selama tinggal di rumahnya kemana saja pergi selalu minta di antar oleh Si Kabayan. Bahkan pakaiannya diatru sebagaimana layaknya orang kota. Namun Si Kabayan kurang menanggapi isi hati Saribanon, bahkan akhirnya gadis itu menyadari siapa sebenarnya si Kabayan. 

Lelaki lugu itu begitu mencintai Nyi Iteung gadis pujaanya di kampung yang dia temui sewaktu sama-sama nonton wayang Golek. Baginya kota terlalu menyiksa hidupnya. Sebaliknya didesa lebih terasa damai, nyaman dan bahagia bersama Nyi Iteung. 


~~

SINETRON KISAH TIGA DUDA


 LAKON TIGA DUDA merupakan sinetron yang pernah tayang di SCTV pada tahun 1994. 

Cerita ini gagasan murni dari Tio Pakusadewo yang inspirasinya didapat dari sebuah lukisan Cina yang dilihatnya ketika jalan-jalan di Hongkong. Lukisan tersebut kira-kira mempertanyakan, Apa jadinya bila satu turunan yang terdiri dari Bapak, Anak dan Cucu punya probel yang sama, yaitu menjadi duda. 

Cerita ini berawal dari kehidupan tiga orang duda di bawah satu atap. secara kebetulan tiga-tiganya ada hubungan darah. Mereka adalah Opa Ben (Benyamin S), Papa yo (Priyo S Winardi) dan Si Tong (Tio Pakusadewo).

Opa Ben karena usianya yang lebih tua dari dua duda lain, terpaksa di jadikan penasihat sekaligus sesepuh di cerita ini. Sementara Papa Yo sebagai anak tunggal dari Opa Ben, berdiri sebagai orang yang serba tanggung. Terutama juga lantaran, hubungan Papa Yo tidak sedekat dengan Si Tong. Karena si Tong tumbuh di lingkungan kota besar, membuatnya asyik dengan dirinya sendiri dan kurangbisa akrab dengan keluarganya. 

Keasyikan Opa Ben yang hobi nonton film Kasandra agak terganggu dengan kehadiran Papa Yo yang  tiba-tiba mencari sesuatu yang tidak jelas dan langsung ngomel-ngomel. Belum selesai permasalahan yang dihadapi Papa Yo, persoalan lain muncul dengan deringan telepon yang berulang kali. Dan ternyata yang menelpon adalah Arimbi (Rina Hassim) mantan istri Papa Yo yang menanyakan barangnya yang hilang. 

Cerita yang di tamilkan secara komedi ini semakin lucu ketika tiba-tiba Bunga (Titi Dwijayati) mantan istri si Tong berkeluh kesah tentang hubungannya dengan Si Tong yang dirasakannya tidak seharomonis dulu. Bunga mengadukan hal itu kepada Opa Ben dengan mengatakan bahwa Si Tong telah berbuat serong dengan wanita yang tidak lain adalah teman Bunga sendiri. 

Kemudian juga menceritakan sewaktu mereka ribut masalah penyelewengan itu, Si Tong dengan entengnya mengatakan Talak Satu. 

Disnilah pesan moral mulai masuk. Opa Ben tidak hanya menjadi pendengar yang baik tapi juga bertindak sebagai penasehat. Karena yang menyampaikan bertitel Haji macam Benyamin S dan Muchsin Alatas, maka pesan-pesan moral yang di selipkan tidak terasa sebagai nasehat yang memuakkan. 

Sinetron ini tayang di SCTV tahun 1994 tiap hari Minggu jam 20.30 - 21.00WIB, tak hanya sebagai hiburan segar dan ingin tertawa lebar tapi juga penting bagi mereka yang membutuhkan siraman rohani. Toh status duda dengan persoalannya memang dekat dengan masyarakat kita. 

Ada yang pernah mengikutinya dulu?

~ sumber : MF 

Sunday, September 7, 2025

ASAL MULA NAMA DARTO HELM


Darto Helm, yang nama aslinya Sudarto, Kelahiran Purwokerto anak pengusaha wayang orang, suka main jadi Bagong. Kemudian main band dan jadi penyanyi. Akhirnya pindah profesi jadi pelawak. Gara-gara operasi helm di jaman Pak HOEGENG sebagai kepala Polisi, namanya jadi Darto Helm. Ini juga nama kecil pemberian orang tua jadi pas. 

"Dasarnya memang dari kecil suka melawak, walau hanya antara teman-teman. Pengagum Bob Hope, pelawak Amerika dan Norman Wisdom dari Inggris. Sudah gede ternyata jadi pelawak profesional bersama S. Bagio dan Diran. Awlnya saya diajak pak Bagio tahun 1973. Waktu itu kan saya suka jadi Bagong, Sutiah anggota wayang orang Bapak saya jadi Abimanyu. Yang kemana saja saya ikuti, sampai ke kamar tidur saya ikuti. Akhirnya jadilah bini saya, " ungkap Darto Helm yang main dalam film pertama "Buah Bibir". Lalu di susul Mawar Rimba, Putri Duyung, Tuyul, Tuyul Perempuan dll. Juga film Door to door atau Dari Pintu Ke Pintu dengan sutradara BZ Kadaryono. 

Sedangkan sinetron antara lain "Ada Ada Saja" dalam episode Pakde versus Om, main dalam dua episode. 

"Main film, bagi saya yang paling berkesan ketika main dalam film Tuyul dan Tuyul Perempuan, karena pertama kalinya saya main film sebagai pemeran utama dan lokasi sutingnya sebagian di Australia". Kalau melawak Darto biasanya bersama Pak Bagio dan S Diran. Darto mengaku mengagumi Tonny Curtis, Kirk Douglass, Sophia Loren, Elizabeth Tailor, Pat Bone dan Elvis Presley. Punya hobi nyanyi dan nonton film serta main sepakbola. Sehingga tak heran jika pernah melihat foto Darto bersama pelawak lain main bola. 



Saturday, September 6, 2025

GADIS METROPOLIS PRODUKSI KE 55 VIRGO PUTRA FILM

 


Gadis Metropolis di sutradarai oleh Slamet Riyadi , Produser dari Virgo  Putra Film Ferry Anggriawan. Gadis Metropolis mengambil lokasi suting di sekitar Jakarta dengan menelan biaya sekitar Rp. 300 Juta. Pada tahun 1992 PT Virgo Putra Film yang biasanya memproduksi 6 sd 8 film dalam setahun, hanya memproduksi 3 film yaitu Selembut Wajah Anggun, Three In One (3 Dalam 1) dan Gadis Metropolis.

Dalam film Gadis Metropolis, Virgo Pura Film memasang artis pendatang baru untuk mendampingi artis senior. Maksud produser supaya ada alih generasi di dunia keartisan. "Terkadang disiplin artis yang sudah beken suka ngaco. Di calling pukul 8 bisa datang pukul 12. Kenyataan ini sering terjadi, kilah sang produser. 

Untuk peran utama masih di percayakan kepada Sally Marcellina, serta didampingi Baby Zelvia, Piet Pagau, Pitrajaya Burnama, Artis mudanya Febby R Laurence, Inneke Koesherawati, Luthy Tambayong, James Sahertian dan Alex Kembar. Untuk kru dipercayakan kepada Partogi Simatupang (Kamerawan), Herman Suherman (Penata Artistik) dan Slemet Riyadi (sutradara).

Cerita dan Skenario yang di tulis Zara Zettira ZR ini diangkat dari novelnya sendiri. Kisahnya tentang Mitha, Seorang gadis yang hidup di Ibukota. Impiannya ingin menjadi penyanyi yang top. Tapi apa lacur, ketika ia ingin memasuki dunia tarik suara, namun oleh produsernya sendiri, ia di perkosa. Sejak itu Mitha dendam dengan sosok lelaki. 

Dalam keadaan kelimpungan seperti itu, Mitha berkenalan dengan Tante Mirna. Ternyata sang tante dendam pula pada lelaki. Melihat penampilan Mitha yang Seksi, tante Mirna jatuh hati. Keduanya terlibat cinta sejenis. Yan gmenjadi tantangan buat Mitha apakah bisa keluar dari dunia tersebut?

~ada yang nonton film ini di bioskop? yang tentunya lebih panjang dibanding versi VCDnya.

Thursday, September 4, 2025

PROSES SUTING SOERABAIA '45

 


Penginapan yang terletak di jalan Embong Kenongo Surabaya, pagi itu banyak di kerumuni orang, terutama pemuda pemudi Surabaya. Padahal waktu masih pagi betul. Ada puluhan orang sudah berkumpul di sana. Tiba-tiba ada aba-aba yang meminta mereka ngumpul jadi satu. Di teras penginapan itu sudah tersedia beberapa kursi. Kemudian satu persatu pemuda pemuda yang berumur sekitar 20 sampai 25 tahun itu harus melalui testing terlebih dahulu sebelum mereka dinyatakan ikut mendukung film Soerabaia '45 sebagai figuran. 

Ternyata test itu tidak menyangkut masalah akting atau pengetahuan tentang film, tapi tetap ada hubungannya dengan pelepasan baju atau kaos yang mereka kenakan. "Rambutnya harus dipangkas," jelas juru make up yang sudah memegang gunting. Benar juga. Pemuda-pemuda itu memang harus dipotong rambutna. Tentu, supaya sesuai dengan keadaan tahun 1945, " Saya kira ada operasi rambut. Saya tadi nggak berani masuk," sergah seorang kru yang rambutnya sudah sebahu panjangnya. 

Yang cewek-cewek ternyata juga terkena syarat. Mereka harus mengatur rambutnya. Ada yang di kuncir, ada yang di kelabang dan ada yang di kepang dua. Mirip sekali gadis-gadis tahun 45an. Mereka pun terus diboyong ke lokasi suting yang jaraknya cukup jauh dari penginapan para kru film. 

Di kampung Kali Sari, para pemuda-pemudi yang lebih beken disebut Arek Arek Suroboyo, bermunculan. Mereka bergerombol-gerombol, berbaris sambil membawa bendera merah putih, bambu runcing dan meneriakkan kata-kata MERDEKA!. Mereka lalu bergabung. Tapi tiba-tiba sutradara yang sedang menangani (Gatot Kusumo) adegan itu memberi aba-aba "Cut" "Ayo mbak yang itu jangan cengengesan!" teriaknya sambil menunjuk salah satu pemain (figuran) yang saat di sut masih juga ketawa-ketawa. Padahal dialah yang paling dekat dengan kamera. 

Film Soerabaia '45 sudah dimulai sutingnya. Keseluruhan lokasi dilakukan di Surabaya, supaya kesan yang pernah ada dalam sejarah itu bisa divisualisasikan. Tak heran kalau kru film bagian artistik bekerja matimatian menyulap kembali gedung gedung, gang-gang, lorong-lorong, rumah-rumah dan lain-lain sehingga mengesankan waktu peristiwa itu terjadi. 

Soerabaia '45 mengisahkan perjuangan arek-arek Suroboyo merebut kembali kota Surabaya dari tangan penjajah. Film yang penuh dengan peristiwa sejarah ini juga diselipi adegan-adegan fiktif sebagai benang merah penyambung cerita. Bintang bintang pendukung antara lain Ade Irawan, Anneke Putri, S. Bono, Leo Kristi memegang peran sebagai Bung Tomo. 

Seperti film-film sejarah perjuangan yang telah beredar, tak lupa menampakkan tokoh proklamator kita. Film ini bahkan lebih lengkap memunculkan tokoh-tokoh perjuangan seperti Bung Karno Bung Hatta, Bung Tomo dan lain-lain. 

Selain bintang-bintang ibukota, film ini juga didukung oleh anggota Parfi Jawa Timur yang berjumlah sekitar 100 orang, pemuda pemudi dan masyarakat Surabayaberjumlah sekitar 3000 orang untuk adegan perangnya saat Jendral Malaby tewas di Gedung Internatio. Tak hanya itu film yang akan memakan waktu suting 6 sampai dengan 8 bulan ini mendapat dukungan dari Pemda setempat. Juga dari Angkatan Bersenjata wilayah jawa Timur. 

Sekitar 55 Kru Film diterjunkan ke Surabaya. Malah jauh-jauh sebelumnya untuk beberapa pemeran terpaksa dilombakan. Ini penting untuk mendapatkan tokoh-tokoh yang benar-benar mirip dengan tokoh asli yang terlibat dalam peristiwa bersejarah itu. Juga lomba kostum/pakaian yang di pakai para pejuang, tentara Belanda, tentara Jepang ikut dilombakan. 

Tak tanggung-tanggung penanganan film ini menggunakan dua orang sutradara dan empat kamerawan handal. Selain Gatot Kusumo sebagai sutradara juga sutradara spesial film-film akbar dan massal Imam Tantowi, sedangkan bertindak sebagai juru kamera adalah Max Pakasi yang berperan sebagai kamerawan utama yang akan di bantu oleh beberapa kamerawan yang lain. 


Sumber : MF No 100/68/Tahun VI, 28 April - 11 Mei 1990

HIDUP SEMAKIN PANAS, PRODUKSI PERDANA PT. RAVIMAN FILMS


 Pada awal era 1980an pernah berjaja PT. Sukma Jaya Film, sebuah kongsi film yang cukup produktif memproduksi film-film drama. Bahkan pada setiap te.lop filmnya berani pasang moto "Lambang film Bermutu" Untuk menyebutkan beberapa judul filmnya yang terkenal antara lain "Kabut Sutera Ungu" (Sjumandjaya), "Ponirah Terpidana" (Slamet Rahardjo), Di Balik Dinding Kelabu, Permainan Bulan Desember. 

Sayang kemudian terjadi perpecahan antara produser Manu Sukmajaya dengan kompanyonnya, Karsono Lukito. Yang menjadi pasal jelas masalah uang. Meskipun perkara tersebut kemudian di selesaikan, tak urung Sukmajaya Film stop produksi. 

Sesudah bertahun tahun Sukmajaya Film tutup, di akhir tahun 1989 kemudian lahirlah sebuah perusahaan baru yang merupakan reinkarnasi, PT. Raviman Films. Sebagai Produser dipasang nama Hanita Mahtani yang bukan lain daripada puteri kandung Manu sendiri. Dan sebenarnyalah masih tetap Manu yang mengendalikan segala kegiatan perusahaan baru tersebut. 

Sebagai produksi perdana disebut  "Hidup Semakin Panas" yang pembuatannya di percayakan kepada Henky Solaiman."Ini tetap merupakan sebuah film bertema drama, meskipun sarat dengan unsur-unsur action, kriminal dan pengadilan" tegas sang sutradara yang didampingi kamerawan Lukman Hakim Nain. 

Disini untuk pertama kalinya Deddy Mizwar harus berhadapan dengan Deddy Mizwar, dan Nurul Arifin kudu bersaing akting dengan Nurul Arifin juga. "Memang Deddy berperan sebagai saudara kembar, cuma yang satu tersesat jalan sehingga menjadi gembong kriminal, pembunuh bayaran dan penyelundup narkotik, sebaliknya yang lain malah berhasil menjadi Sarjana Hukum dan bertugas sebagai Hakim yang harus mengadili perkara kembarnya sendiri," ungkap Hengky Solaiman. 

Lalu, apakah Nurul Arifin juga bemain sebagai gadis kembar? "Oh tidak dijelaskan kalau Nurul adalah kembar, kemungkinan mereka cuma saudara, tapi memang berwajah sangat mirip, cuma saja berbeda perwatakan".

Dalam sejumlah adegan dua tokoh kembar ini dipertemukan untuk berdialog. "Hebat nggak tuh?" kata Deddy yang yakin dapat kemantapan aktingnya sebagai hakim yang memvonis hukuman mati atas kembarannya. 

Sebenarnya suting sudah cukup lama selesai, cuma prosessingnya baru berjalan sekarang. "Kami bermaksud bikin barang tiga empat film dulu, baru nanti mengedarkannya secara beruntun", promosi Manu. Sudah direncanakan untuk memproduksi " Ratapan Anak Tiri III & IV" "Kuantar Ke Gerbang" dan kelak ada juga lanjutan "Kabut Sutera Ungu".


~sumber : MF 100/68/Tahun VI, 28 April - 11 Mei 1990~

FILM JIPLAKAN ATAU PENGINDONESIAAN?


Jiplakan, gubahan, saduran atau diilhami dari sebuah film adalah sekedar kata lain untuk sejumlah film Indonesia yang ternyata memiliki cerita sama dengan film impor. Memang mau tak mau harus diakui salah satu sumber cerita film Indonesia adalah film impor baik itu barat, Mandarin maupun India. Biasanya Produser yang menonton sebuah film asing yang menarik minatnya, lalu berembuk dengan skenariowan untuk mengIndonesiakannya. 

Dulu ada produser yang khusus mengajak sutradara untuk menonton film-film di luar negeri. Tapi dengan adanya video membuat segalanya jauh lebih gampang. Film yagn sedang di putar di Amerika, dalam dua minggu saja sudah bisa di pastikn videonya beredar disini.

Membalik-balik buku catatan, cukup banyak jumlahnya film Indonesia yang bersumber dari film luar. Bahkan pernah dua film di buat berbarengan, sama-sama menjiplak dari sebuah film Mandarin. Believe It or Not, tapi ini benar-benar terjadi di tahun 1975, sutradara Ishak Iskandar menggarap "Surat Undangan" (dibintangi Christine Hakim, Ratno Timoer, Nano Riantiarno dan Titiek Sandhora), sedangkan BZ Kadaryono mengarahkan "Rahasia Gadis" dengan Jenny Rachman, Fadly, Roy Marten dan Ully Artha, Jebul, keduanya jiplakan dari karya Li Shing , "Behind the Pearly Curtain" yang dibintangi oleh Chen Chen, Charles Chin Shiang Lin dan Tang Lanhua. 

Contoh lain , Bruce Lee menggebrak lewat "The Big Boss", maka Le Son Bok dari Indonesia buru buru membuat "Tendangan Maut" dengan Eddy S Jonathan. Jalan ceritanya tentu saja mirip sekali. 

Film-film Mandarin, baik silat maupun drama merupakan film yang paling banyak ditiru. Kalau mau terus terang maka sebenarnya hampir semua film silat Indonesia adalah versi lain dari film silat mandarin. Tentu saja karena sebenarnya di bumi Nusantara tak dikenal rimba persilatan Kang Auw dengan pendekar-pendekar pedang pengelana seperti di daratan cina tempo dulu. 

Sedangkan film-film melodrama yang bertujuan mengucurkan airmata penonton, secara diluar kepala saja bisa di sebutkan contoh-contoh sebagai berikut , "Hati Selembut Salju" (Jenny Rachman dan Herman Felani) samimawon dengan "Errant Love"nya Li Siu Ling dan Kenny Bee. 

"Kekasih"nya Bobby Sandy yang di bintangi Jenny Rachman, Roy Marten dan Deddy Mizwar, mirip dengan "A Cloud of Romance"nya Lin Ching Shia, Chin Shiang Lin dan Chin Han. Tak Ingin sendiri arahan Ida Farida dengan bintang Meriam Bellina dan Rano Karno sama dengan "Young Smilling Face" yang dimainkan Chen Chen dan Chin Han. 

"Patah Hati seorang Ibu "nya Agus Elias dengan Anna Tairas dan Pong Harjatmo, persis "My Mother" Chen Chen dan Kho Chun Siung.  "Malam Pengantin" arahan Lukman Hakim Nain dibintangi Tanty Yosepha Fadly dan lenny Marlina sama dengan "The Perplexity" (Silvia Chang Ai Chia, Chin Han dan Joan Lin Fung - Chiao). "Bercinta" Richie Ricardo dan Rani Soranya persis dengan "Espirit d'Amour" Alan Tam dan Ni Shu CHin. 

"Ketika Detik-detik CInta Menyentuh"nya Ali Shahab dengan Rano Karno dan Christine Panjaitan adalah "He Never Gives Up"nya Li Hsing dengan pasangan Chin Han-Joan Lin Fung-Chiao. Begitu pula halnya dengan film-film seperti "Busana Dalam Mimpi" "Satu Malam Dua Cinta", "Cinta Annisa", "Mutiara", "Satu Cinta Seribu Dusta", dan banyak lagi lainnya, tak bisa dipungkiri memiliki kesamaan dengan film-film melodrama Mandarin. 

Yang hebat justru beberapa film sejenis bisa lolos dari pengamatan Dewan Juri FFI. Pernah terjadi heboh gara-gara ketahuan bahwa film "Bercanda Dalam Duka"nya Ismail Soebardjo sama dengan film "Homicidenya Shaw Brothers. Padahal "Perempuan dalam Pasungan" juga ada versi Taiwannya "The Tragedy of An Insane Woman". Lalu "Perceraian" Hasmanan yang lolos sebagai film pilihan, ketahuan mirip dengan "A Married Affair"nya Dean Shek. 

Itulah contoh-contoh yang diambil dari film Mandarin. Contoh dari film Indiapun tak kurang banyaknya. Ada "Percintaan", "Rio Anakku" "Dimana Kau Ibu" dan "Rahasia Buronan". Sedangkan dari film Barat adalah "Bila Hati Perempuan Menjerit" ("Lipstick"), "Jangan Biarkan mereka Lapar" ("All Mine To Give"), "Pengantin Remaja" ("Love Story") dan "Pengantin Pantai Biru" ("The Blue Lagoon"). 

Ada yang secara blak-blakan menuliskan sumbernya seperti dilakukan Wahab Abdi "Jangan Kirimi Aku Bunga", dari  "Send Me No Flower", atau Sjumandjaja yang menyebutkan "Si Mamad" dan "Pinangan"  di ilhami cerpennya Anton Chekov, lalu "Laila Majenun" dari "West Side Story". Wim Umboh juga sebenarnya terpengaruh "Seven Samurai"nya Akira Kurosawa ketika menggarap "Sembilan" yang kolosal itu. Atau Teguh Karya ketika membuat "Kawin Lari" adalah pengindonesiaan dari "The Glass Menagerie" dan "November 1828" dari pentas "Montstratt". Sophan Sophian berterus terang "Saat Saat Yang Indah" memang dari novelnya Erich Segal "Man, Woman and Child" film versi Indianya berjudul "Masoom" dikembangkan lagi dengan judul "Ayu dan Ayu" dalam sebuah adegan terlihat Danny Dahlan sedang membaca novel karya Segal itu. 


~sumber : MF 057/25 tahun V, 3-16 September 1988



Saturday, August 30, 2025

SAUR SEPUH SATRIA MADANGKARA, NILAI KOLOSAL SERTA EFFECT KHUSUS

 


SAUR SEPUH SATRIA MADANGKARA, NILAI KOLOSAL SERTA EFFECT KHUSUS

Cerita : Niki Kosasih

Skenario/Sutradara : Imam Tantowi

Kameramen : Herman Soesilo

Penata Musik : Harry Sabar

Penyunting Gambar : Janis Badar

Penata Artistik : Nazar Ali

Effect Khusus : El Badrun

Pemain : Fendy Pradana, Murtisaridewi, Elly Ermawatie, Anneke Putri, Hengky Tornando, Baron Hermanto, Atut Agustinanto, Chitra Dewi, Lamting, Atin Martino, Belkiez Rachman, Joseph Hungan, dan di dukung ribuan figuran.

Inilah film kolosal dengan sudut bidik kamera yang searah gambar-gambar dengan warna coklat yang dminan dan pertarungan-pertarungan yang terkesan lamban dan gemulai. Sebagai film kolosal, baik Imam Tantowi maupun Herman Soesilo cenderung terlihat membidik adegan melulu dari depan dan samping. Tak terlihat upaya untuk membidikkan  kamera dari atas atau dari belakang adegan. Nilai kolosal itu sendiri akhirnya terjebak pada keumuman pendapat publik yang menganggap film kolosal hanyalah film dengan ratusan atau ribuan pemain. (ini yang benar ya, karena ada yang mengartikan kolosal itu film silat, padahal arti kolosal sendiri bukan silat tapi melibakan banyak pemain .admin)

Sedang warna coklat yang dominan, bisa jadi memang di sengaja Tantowi untuk lebih mengesankan fenomena masa lalu. Selebihnya, Saur Sepuh, Satria Madangkara menjadi hawa Segar film bak bik buk. Kepiawaian Imam Tantowi sebagai sutradara muda yang penuh bakat, memang  mulai memperlihatkan wujudnya dalam film ini. Sayang, Tantowi kurang didukung kerabat kerjanya yang lain. 

Penyuntingan gambar oleh Janis Badar dari satu adegan keadegan lain cenderung melompat lompat. Sementara musik yang di kerjakan Harry Sabar, kurang berhasil menampilkan nuansa masa lalu tersebut meskipun memiliki daya dukung yang lumayan kuat terhadap adegan yang berlangsung. 

Sebagai cerita, Saur Sepuh sudah terbukti memiliki daya pikat. Di radio, Saur Sepuh berhasil menyeret  imej pendengarnya terhadap kedigdayaan, kebenaran, keadilan, kesewenang-wenangan dan cinta kasih dengan segala akibat yang di timbulkannya. Tapi adakah imej masyarakat akan tetap terbina setelah menyaksikan filmnya?

Tantowi agaknya memang ingin tetap konsisten terhadap imej tersebut. Dan itulah yang memang dilakukannya dalam menyutradarai  film denga biaya lebih satu milyar ini. Kedigdayaan Brama Kumbara, kehebatan Pedang Setan Mantili dan pertarungan-pertarungan ilmu kesaktian tingkat tinggi, ditampilkan Tantowi dengan keseriusan penggarapan terhadap efek-efek khusus yang dibutuhkan. Dalam hal ini, adalah El Badrun yang patut kita beri nilai sembilanpuluh sembilan untuk kerja dan karyanya. Sebagai pembuat special effek, Badrun berhasil  melambangkan gambaran yang nyaris sempurna untuk imej masyarakat yang rajin mendengarkan sandiwara radio Saur Sepuh, yang cuma mendengar teriakan ciatt atau gedebuk gedebuk saja. 

Ajian Serat Jiwa, Racun sepasang pedang setan, ajian telapak geni dan gambaran kedigdayaan Brama, tampil manis berkat kerja Badrun. Badrun seperti pengakuannya, memang tidak main-main dalam mengerjakan effek-effek khusus film ini. Untuk membuat burung Rajawali tunggangan Brama saja, Badrun mengaku menghabiskan bulu seratus ekor angsa dan tiga juta rupiah biaya untuk menyelesaikan. (Sebuah nilai yang besar untuk saat itu)

Lepas dari kesungguhan kerja Badrun tersebut, Saur Sepuh memang tampil wajar sesuai cerita aslinya. Casting yang pas untuk pelaku-pelakunya, adalah kunci lain yang bakal membawa sukses film ini. Sedangkan sebagai film aksi, Tantowi agaknya paham betul apa yang harus ia kerjakan. Karenanya secara filmis, Saur Sepuh adalah karya sinematografi yang patut di puji meski memiliki beberapa kelemahan seperti yang di sebutkan tadi. 

Begitupun, di tengah ketidak berdayaan film Indonesia saat ini baik tema nya maupun penggarapannya, Tantowi sudah hadir dengan sedikit nilai lebih dan kita patut bertepuk tangan untuk itu.


~sumber : MF~

Saturday, August 23, 2025

YOSEPH HUNGAN, LARI KE FILM KARENA DUNIA OLAHRAGA TAK MENJAMIN


 Tampil meyakinkan sebagai jagoan PON, Yoseph Hungan hadir sebagai sosok baru pendamping Advent Bangun untuk film-film laga Indonesia. Berperawakan kekar dengan garis-garis wajah yang keras, anak pertama dari delapan saudara kelahiran Ambon ini mengaku terjun ke film hanya kebetulan. "Saya tak pernah berpikir, apa lagi bercita-cita untuk main film", katanya. 

Namun perjalanan nasib rupa-rupanya menghendaki laik. Persahabatannya dengan Willy Dozan memperkenalkan pada dunia tersebut. "Itu pada tahun 1987. Waktu itu Willy sedang mencari pemain untuk lawannya dalam film "Pernikahan berdarah", Ketika itu ia main-main ke Semarang, dia temui saya dan mengajak saya ikut dalam film itu. Mulanya saya enggak mau. Tapi lama-lama tertarik juga untuk mencoba," tutur mantan pegawai DOLOG Semarang ini. 

Dari film itulah Yoseph mulai merasa ia juga bisa main film. "Apalagi wkatu itu baik sutradara maupun kru memuji-muji permainan saya. Timbul keyakinan dalam diri saya bahwa sayapun bisa main film kok," tuturnya. 

Keyakinan itulah yang menurutnya membuat ia kemudian banyak diminta untuk ikut dalam berbagai film yang sudah di produksi, Lahir 15 Juli 1959 DAN II (tahun 1989) Internasional Tae Kwon Do ini memang kemudian hadir sebagai antagonis baru dalam film-film laga Indonesia. "Tapi sebenarnya saya ingin tampil tak cuma dalam film laga lho, soalnya terus menerus main dalam film laga membuat orang beranggapan saya duplikatnya Advent. Soalnya adalah , aliran kami berbeda, Advent kan lebih punya nama ketimbang saya. Tapi ya tongkrongan kami memang agak mirip," tuturnya. 

Setelah bermain film, akhirnya Yoseph Hungan berhenti bekerja di Dolog. Dari film ia mengaku bisa menabung sedikit-sedikit. 

Kalau dari Olahraga? "Dunia olahraga kita nampaknya belum menjamin masa depan atlit. Saya contohnya." jawabnya. Lantas, itu pula ang membuat kamu menolak ikut Sea Games lalu? "Satu diantaranya ya. Soalnya saya harus masuk Pelatnas pada saat bersamaan dengan suting film "Misteri Dari Gunung Merapi", Jadinya saya harus memilih. Dan saya pilih film karena difilm saya cari makan", katanya. 

Dan Yoseph membuktikan hal itu. Sekalipun tak ikut Pelatnas untuk PON XII secara rutin karena harus bolak balik suting, Yoseph toh berhasil menyumbangkan medali emas untuk kontingen Jawa Tengah. "Tapi jangan salah, sambil suting, saya tetap saja jaga kondisi, Paling tidak lari-lari di sekitar lokasi," ujar Taw Kwondoin yang melengkai gelar-gelar juaranya sembilan kali berturut-turut.~


~Sumber : MF ~




Tuesday, August 12, 2025

OOM PASIKOM, MOSAIK KARIKATUR PARODI IBUKOTA

 


Karikatur coretan G.M Sudarta di koran "Kompas" mendadak mencelat keluar dari kolomnya di depan mata Oom Pasikom yang manusia beneran yang lagi baca koran dalam bis kota!. mau tak mau adegan itu mengingatkan pada "Brenda Starr" yang juga dari komik mendadak hidup jadi manusia. 

Oom Pasikom adalah lelaki lugu, jujur dan baik hati yang merasakan segala macam kekerasan hidup di ibukota. Gonta ganti pekerjaan mulai dari wartawan, salesman, pemandu wisata sampai sopir taksi. Beragam pengalaman dari hasil pertemuan dengan berbagai manusia membuatnya semakin arif (Seharusnya).

Berbeda dengan istrinya, Tante Pasikom yang bahenol, genit dan sok bergaul dengan nyonya-nyonya kalangan atas. Justru salah satu kenalannya, tante Tomo, mengangkat Oom Pasikom menjadi sopir pribadinya. Pak Tomo mencemburui istrinya ada main dengan si sopir, padahal ia sendiri pacaran dengan bintang seksi Tika. 

Cerita melompat ke sumbangan untuk kaum pemulung. Anak asuh Oom Pasikom, Rima yang giat mengumpulkan sumbangan berhasil membujuk Pak Yan, konglomerat haus nama. Tanpa prosedur Oom Pasikom pun diangkat jadi Ketua Pemulung se Jakarta. 

Secara keseluruhan cerita film ini bagai mosaik pengalaman si Oom. Sayangnya, Umam (Chaerul Umam) tak menggarapnya dengan gaya karikatur komik ala Chaplin saja misalnya. Karakter si Oom saja menimbulkan tanda tanya. Pada awalnya timbul dugaan ia pacaran dengan Rima, apalagi takut kepergok anaknya, Koko yang gemar memeras uang jajan. Padahal niatnya baik, ingin membantu biaya sekolah Rima, anak pelukis Suyudana, temannya dari Yogya. 

Sosok si Oom memang berhasil di hidupkan oleh Didi Petet yang dilengkapi atribut topi baret khas dan jas tambalan, tapi karakternya berbeda dengan karikatur aslinya yang gemar memprotes apa saja. Sedangkan sosok si Tante malah di mainkan secara over oleh Lenny Marlina yang sengaja tampil lain sekali dari biasanya. 

Pemain-pemain lain antaranya Desy Ratnasari, Niniek L Karim, Rachmat Hidayat, Ami Prijono, Ida Kusumah, Yurike Prastica, Mang udel dan Pemain cilik Ferry Iskandar, terasa cuma sebagai pelengkap belaka dari Didi yang berusaha bermain total dari awal sampai akhir. 

Kemungkinan sutradara Chaerul Umam tak leluasa menggelar ide untuk mengkritik ibukota mengingat film ini merupakan kerjasama antara PT. Sepakat Bahagia Film dengan Pemda DKI Jakarta. Kendati begitu Umam masih menyelipkan adegan gebrakan Kamtib atas pedagang kaki lima yang tak peduli si oom sedang bersantap, main gotong saja ke atas truk. Tapi si Oom tak peduli, terus melanjutkan santapnya. Ada pula adegan tawuran batu anak-anak SD, di jalan. Sayangnya adega pembersihan becak yang kadang terasa sangat sadis tidak ada. Jadi tinggal adegan-adegan manis saja yang tersuguh. 

Sumber : MF 


Monday, August 11, 2025

TUTUR TINULAR - PEDANG NAGA PUSPA


Nama Perusahaan : PT. Kanta Indah Film

Penanggungjawab : Handi Mulyono

Panulis Cerita : S. Tidjab

Penulis Skenario : S. Tidjab

Sutradara : Nurhadie Irawan

Penata Kamera : William Samara

Penata Artistik : Lutfianes

Penyunting :  Ermis Thaher

Penata Musik : Idris Sardi

Penata Suara : Hartanto

Pemeran Utama Pria : -

Pemeran Utama Wanita : -

Pemeran Pembantu Pria : Benny G Rahardja

Pemeran Pembantu Wanita : Elly Ermawatie


CERITA : 

Cerita fiktif dengan latar belakang sejarah runtuhnya kerajaan Singasari dan munculnya kerajaan Majapahit. Mpu Hanggareksa adalah seorang pembuat senjata yang tinggal di desa Kurawan dan mempunyai anak : Arya Dwipangga dan Arya Kamandanu. Mpu Hanggareksa  berkeinginan agar kedua anaknya kelak mengikuti jejaknya sebagai pembuat senjata, tetapi kedua anaknya diam-diam belajar ilmu kanuragan dan tidak tertarik sedikitpun dengan keinginan ayahnya. Dengan tidak sepengetahuan ayahnya, Arya Kamandanu belajar ilmu kanuragan pada Mpu Ranubaya, adik seperguruan ayahnya Mpu Hanggareksa. 

Sementara itu di kerajaan Singasari, Prabu Kertanegara kedatangan utusan dari negeri Mongolia yagn membawa pesan dari Kaisar Kubilai Khan yang isinya keinginan Kaisar tersebut untuk menjalin hubungan damai diantara kerajaan Singasari dengan negeri Mongolia didaratan Cina. 

Tetapi keinginan Kubilai Khan ini tidak disambut baik oleh Prabu Kertanegara, malah sebaliknya ia menghina utusan dari Mongolia dengan merobek robek surat Kaisar Kubilai Khan dan mengusir utusan dari Cina itu. 

Cerita selanjutnya berkisar tentang pembuatan Pedang Naga Puspa, munculnya Pendekar Lou dan Meishin yang kemudian terdampar di tanah Jawa Dwipa.


Friday, August 8, 2025

PAK BROTO TENTANG LOSMEN

 


Losmen Srikandi sedang kisruh memang. Tapi pak Broto tenang-tenang saja. 'Suami' Mieke Wijaya yang jadi Bu Broto dalam drama seri TVRI itu seakan tak pedulu dengan banyaknya persoalan yang melingkar di sekitar losmennya.  Dari soal kelanjutan drama seri itu sampai pada popularitas yang diungkit. "Biar masyarakat saja yang menilai. Selama ini masyarakat toh sudah beranggapan Losmen sama dengan Pak Broto, Bu Broto, Mbak Pur, Jeng Sri, Jarot , Tarjo dan Pak Atmo."

"Terserah saja, mau di ganti atau dihentikan sama sekali, bagi saya enggak masalah kok," tambah Pak Broto alias Pung aliasn Mang Udel alias Drs. Purnomo ini.  "Wahyu Sihombing beranggapan dialah yang mengangkat popularitas pendukung Losmen. Menurut saya anggapan itu tidak benar. Malah Mieke Wijaya sudah terkenal lebih dulu sebelum di Losmen. Bahkan sebelum Wahyu Sihombing terjun ke teater," tambah dosen Biologi di Universitas Indonesia ini. 

"Tidak sombong lho, saya sendiri sejak dulu sudah di kenal kok. Saya ini dulu pernah jadi juara musik, pernah dapat Citra. Pokoknya sejak dulu masyarakat sudah tahu saya," katanya lagi. Dan itu berarti saya terkenal bukan karena Losmen," tambahnya bersemangat. Padahal selama main Losmen  di TV honor saja sering kena sunat. Malah kalau dihitung-hitung, sampai sekarang honor saya yang kena sunat lebih dari Rp. 5.000.000,- katanya. 

Tidak menuntut pak? "Tidak. Saya tidak berniat mengutak utik kekurangan itu. Saya nrimo saja kok. Saya juga nggak tau siapa penyunatnya, " jawab Pak Broto ini. Melanjutkan ceritanya soal honor di TV dan penyunatnya itu, Pak Broto mengatakan honor main di TVRI ibarat naik bis kota. "Jauh dekat sama saja. Malah artis terkenal seperti Zainal Abidin, Maruli Sitompoel, Mieke Wijaya, honornya cuma berkisar Rp. 350.000. Malah terkadang yang sampai ke tangan artis tidak utuh," ujar seniman serba bisa ini. 

Mang udel yang sudah ikut membintangi Losmen sampai seri 30 ini kemdian menuturkan berapa honor yang ia terima dari Losmen. "Ketika pertama kali main Losmen honornya cuma Rp. 75.000,- lalu sedikit demi sedikit naik. Dan pada seri yang ke 30 saya menerima honor Rp. 250.000,-. Tapi itu tetap tidak penuh, "jelasnya. "Memang lumayan jumlah itu. Tapi Sandi Tyas pernah bilang bahwa honor saya main di Losmen sebenarnya Rp. 350.000,-. Baru beberapa hari lalu saya tahu itu. Padahal seri ke 30 drama Losmen saya cuma terima bayaran Rp. 250.000,-. Bayaran termahal yang saya terima selama ini di teve, tambahnya. 


~~ sumber : MF 049/17 Tahun IV 14 - 27 mei 1988

SORGAKU.... NERAKAKU Kekasihku Serong Dengan Sahabat


 Konsorsium 11 an) terdiri dari  PT. Bintang Inova Citra Film , PT. Cancer Mas Film , PT. Citrajaya Cemerlang Film , PT. Garuda Film , PT. Kharisma Jabar Film , PT. Lia , PT. Multi Permai, PT. Sanggar Film, PT. Sarinande Film, PT. Sinema Utama Film dan PT. Soraya Intercine Film dengan penanggung Jawab Produksi Turino Junaidy dan Produser Pelaksana Hendrick Gozali bekerjasama merampungkan film drama ini.

Judul semula Sorga Dunia di Pintu Neraka 2 (Ingin mengulang sukses Sorga Dunia Di PIntu Neraka alias Tandes, Produksi Garuda Film di tahun 1982 arahan Hengky Solaiman yang melejitkan Meriam Bellina dan Rico Tampatty) dirombak jadi Sorgaku....Nerakaku. 

Ceritanya memang bukan sequel film terdahulu, diantara pemain yang sama, cuma Torro Margens (dulu memerankan ayah tiri Meriam Bellina yang durjana) yang kini sekaligus sebagai sutradara. 

Peran utama di bawakan Ayu Azhari, berhadapan dengan James Sahertian dan Willy Dozan dibantu permainan nge seks Yurike Prastica dan Yenny Farida. 

Diceritakan, Ani berangkat dari desa ke ibukota, untuk mencari kekasihnya, Barda. Tidak gampang mencari tanpa alamat yang jelas. Akibatnya, nyaris ia di perko sa pemuda berandalan. Untung bertemu Susana, pramuria yang pulang dalam keadaan mabuk. Ani membimbing Susana masuk ke dalam rumahnya. 

Merasa berterima kasih, Susana menampung Ani bahkan mengajaknya bekerja sebagai pramuria di karaoke yang di pimpin Roberts. Gadis cantik lugu ini mulai berkenalan dengan bermacam perwatakan pria yang menjadi langganan karaoke. Antaranya ada Om Cokro yang kalem, dan Anton yang pemabuk. 

Ternyata bukan tamu, justru Robert sendiri yang dengan  kasar ingin mrenggut keperawanan Ani. Saking ketakutan, Ani lari menghambur dari mobil Robert. Ia di tolong sopir taksi yang bukan lain daripada Barda yang selama ini dicarinya. Sejak itulah Ani keluar dari karaoke, Ia tinggal bersama Barda dan mulai mengusahakan konpeksi kecil-kecilan. Walau tinggal bersama, dan sangan mencintai Barda, namun Ani tetap mampu menjaga diri. Denngar desahnya saat Barda mulai membuka kancing gaunnya. "Mas, aku mau memberikan segalanya pada Mas...di malam pengantin".

Konveksi Ani maju berkat bantuan Om Cokro. Tapi Susana memperingatkan ada ancaman dari Robert yang masih tetap penasaran karena gagal mendapatkan Ani. Sayang kesetiaan Ani ternyata tak diimbangi Barda yang tergiur kemontokan tubuh Susana. 

Lalu bagaimana perjuangan Ani di tengah belantara Ibukota. Apa yang akan dilakukannya demi mengetahui penyelewengan Barda dengan sahabatnya sendiri?

Sorgaku Nerakaku, baik Sorga maupun Neraka memang berpulang padadiri sendiri. 


KILAS BALIK FESTIVAL SINETRON INDONESIA 1995

 


Festival Sinetron Indonesia adalah merupakan ajang penghargaan sinetron-sinetron. Pada tahun 1995, penyelenggaraan malam puncak Festival Sinetron Indonesia atau FSI berlangsung pada 7 Desember 1995 bertempat di Concert Hall 21 - Ratu Plaza Jakarta . Di luar dugaan banyak orang ketika begitu banyak insan teater dan orang-orang senior mendominasi unggulan FSI , justru orang-orang mudalah yang meraih piala Vidia.

Enison sinaro pada FSI 1994 menjadi sutradara terbaik lewat 'Parmin" pada tahun 1995 melahirkan sinetron Terbaik Peraih Piala Vidia Utama, meski dalam kandidat penyutradaraan ia kalah dari seniornya, Arifin C Noer. Dari Enison juga lahir Aktor Terbaik Sandy Nayoan, gelar Drama Seri Terbaik, Penata Sinematografi Terbaik (Rudy Kurwer) dan Penyunting Paska Produksi (Rizal Basri).

Di barisan wanita Cut Keke yang tampil mempesona, sebagai perempuan bengal, penjudi yang galak dalam sinetron Nyai Dasima sebagai Best Actress. Juga Yuningsih bintang muda berwatak dari Yogya yang tampil begitu wajar sebagai gadis desa yang tertipu kekasihnya, sesama pengamen dalam sinetron Topeng Sang Kekasih (TVRI Yogyakarta), ada sekter Pemeran Pembantu Wanita Terbaik. 

Sinetron Pilihan Pemirsa, juga jatuh pada karya anak muda dengan produser, sutradara dan aktor utamanya anak muda : Rano Karno lewat Si Doel Anak Sekolahan II. Bahkan hingga sektor kritikus, pemenang kritik sinetron terbaik juga merupakan anak muda yakni Indra jaya dari Sinar Indonesia Baru. 

Lalu dimana posisi Imam tantowi, Putu Wijaya yang meraih penulis Cerita Asli Terbaik dan menghasilkan drama komedi terbaik tahun ini (1995)?.

Mestilah Ia menjadi "angkatan penghubung" diantaa yang senior dan yunior itu. 

Malam puncak FSI 1995 berlangsung semarak, meski disana sini terjadi kekacauan kecil. Concert Hall 21, tempat pelaksanaan acara berada di daerah "Pusat Kemacetan" ibukota, sehingga sebagian besar pengunjung datang terlambat. Sementara acara siaran langsung tak dapat di tawar-tawar, harus dimulai pukul 19.20.  Akibatnya pada jam itu, sebagian kursi undangan masih kosong, dan panitia harus memasukkan pengunjung tanpa undangan. Dan saat undangan masuk, kursi sudah terisi. 

Berbagai komentar yang di peroleh dari para sineas senior dan junior, juga kritikus dan wartawan, rata-rata menyatakan puas dengan hasil kerja Dewan Juri yang di komandoi oleh Dr. Amaroso Katamsi. "Benar benar objektif, berimbang. 

Berikut Sinetron Terbaik Peraih Piala Vidia tahun 1995 sebagai Berikut. 

1. Sinetron Terbaik : Menghitung Hari

2. Penyutradaraan : Arifin C Noer (keris)

3. Teleplay : Arifin C Noer (Keris)

4. Penulis Cerita Asli (Imam Tantowi ) : Jejak Sang Guru

5. Penata Sinefotografi : Rudy Kurwet (Menghitung Hari)

6. Penata Artistik : Adji Mamat Borneo, Eddy STB, Dodot Laksono (Indonesia Berbisik)

7. Penyuntingan : Rizal Basri (Menghitung Hari)

8. Penata Suara : Lukman ES (Indonesia Berbisik)

9. Penata Musik : Purwacaraka (Si Doel Anak Sekolaan)

10 Pemeran Utama Pria ; Sandy Nayoan (Menghitung Hari)

11. Pemeran Utama Wanita : Cut Keke (Nyai Dasima)

12. Pemeran Pembantu Wanita : Yuningsing (Topeng Sang Kekasih)

13. Sinetron Drama lepas : Jejak Sang Guru

14. Sinetron Drama Seri terbaik : Menghitung Hari

15. Sinetron Komedi seri : Dukun Palsu 

16. Sinetron Semi Dokumenter : Bambang JP (Teguh karya)

17. Sinetron Pendidikan : Defri Dahler (Anak Jalanan)

18. Penerangan/Penyuluhan : Saiful Arifin (Melompatlah Kau Kutangkap)

19. Budaya : Bambang Sudjati (Gandrung)

20. Pariwisata : Hendro Subroto (Welcome To Jakarta)

21. Kritik Sinetron : Indra Jaya (Sinar Indonesia Baru)

22. Penghargaan Khusus dari Pantap FSI : H. Benyamin Sueb (Alm)

23. Sinetron Pilihan Pemirsa : Si Doel Anak Sekolahan II

24. Televisi Terbanyak menayangkan sinetron Berkualitas : SCTV 

Tuesday, August 5, 2025

MACHO II , GAGAL MEMPEROLEH PENONTON


 Kutipan Sebuah Berita dari Majalah Film 

Heboh kaburnya Zarima pemain wanita dalam film Macho II, memancing Ali Tien pengedar film di jakarta untuk mengedarkan kembali film tersebut di Jakarta dan sejumlah kota lainnya di pulau Jawa. Sebagai tastecase, Ali  "menjajakan" dagangannya itu lewat bioskop Gelora dan Mitra. Hasilnya? "Gagal memperoleh penonton. Dua hari pertunjukan di Mitra, hanya mendapat 310 penonton. Di Gelora lebih parah lagi, Pada pertunjukan hari sabtu , hanya terjaring 30 penonton," akunya. 

Macho II, katanya, kalah saing dengan "Gejolak Nafsu". Prediksi Ali, keberhasilan sebuah film dalam peredaran tergantung pada tema. "Setengah tahun yang lalupun, Macho II ini tidak mendapat sambutan dari masyarakat," paparnya. Di ungkapkan, mengedarkan kembali film dimana Zarima sebagai pemeran wanita, sesungguhnya dimaksudkan untuk lebih mengenalkan "Lady Ectasy" itu pada masyarakat. Dengan begitu masyarakat yang mengetahui keberadaan pemilik 29.677 butir pil ectasy itu bisa melapor pada pihak berwajib. 

Kegagalan "menjaring" penonton sekaligus untuk lebih mengenalkan artis tersebut ke masyarakat, membuat Ali Tien mengurungkan niat mencetak copy baru film Macho II. Pertimbangannya, untuk mencetak satu copy perlu dana sekitar 2 juta. Sedangkan untuk peredaran di 25 gedung di perlukan sekitar 15 copy. Dalam perhitungan , jika satu copy mampu mendatangkan 7ribu penonton di bioskop tahap II, sebagai bisnis, masih rugi. 

Itu sebabnya juga pihaknya menolak permintaan Handi Mulyono , produser film Pt. Elang Perkasa mencetak ulang dan mengedarkan kembali Macho II. Handi juga mengaku telah menarik kembali  dua copy film tersebut dari daerah. Tetapi kalau melihat kegagalan pengedaran macho, ya tentu saja saja tidak berani. Sebab biaya operasional gedung satu hari saja sudah tinggi. Dengan perolehan penonton sedikit, tentu saja pihak bioskop akan rugi," akunya. 

Macho II itu sendiri mengisahkan sindikat narkotika, Zarima di percaya sebagai gadis baik-baik. Bersama Barry Prima kemudanya menyikat dan menggulung sindikat narkotika tersebut. Film aksi penuh gedabak gedebuk ini digarap oleh SA Karim dengan penata kelahi Eddy S Jonathan. 


~sumber MF 267/233/XII/7-20 September 1996

Thursday, July 31, 2025

SUTING SI BUTA DARI GOA HANTU EPS. NERAKA PERUT BUMI


 Ingat Si Buta Dari Goa Hantu? Cerita Bergambar karya Ganes TH tersebut memang cukup populer dan laris. Sampai dengan filmnya itu sendiri yang di buat pertama 1971 , juga tercatata sebagai film aksi Indonesia yang paling berhasil. Bahkan untuk peredarannya di luar negeri, khusunya di Malaysia banyak mengatakan sebagai luar biasa. Lewat film ini pula tokoh "Si Buta " Ratno Timoer menjadi begitu populer dan terkenal. 

Film ini kemudian diangkat kembali oleh PT. Rapi Film dengan mengambil judul "Neraka Perut Bumi" dengan peran utama tetap Ratno Timoer, sementara peran-peran pendukung lainnya mengalami perubahan . Tercatat diantaranya Advent Bangun sebagai Raden Parna, Pietrajaya Burnama sebagai Pagido, ayah Sarimbi, Enny Beatrice sebagai Sarimbi sementara sutradaranya ada ditangan pemeran si Buta yaitu Ratno Timoer. 

Pada kesempatan meninjau lokasi pembuatan di desa Cagrek , Ciseeng kabupaten Bogor, kami di buat berdecak kagum. Keadaan gunung yang sedemikian rupa kemudian ditata dan sedikit dilingkari semacam benteng, berhasil membuat image suatu negeri yang kokoh, menyeramkan dan pasti di bawah kekuasaan raja yang ganas dan angker. Sementara di belakang seperti terlihat dalam salah satu gambar dibuat suatu patung besar dengan nama Batara Kala sebagai tempat persembahan dengan "mengorbankan" gadis-gadis cantik. Konon Patung yang di kerjakan oleh art directornya , Hendro,sempat memakan waktu dua bulan dengan lima belas orang pembantunya. Ukuran patung 7x10 meter dan memakan biaya sekitar tujuh juta rupiah. Patung berkerangka besi bambu dan semen itu juga dilengkapi dengan alat elektronik untuk gerak tangan dan lamu sorot mata. "Bukan main, " ujar seorang rombongan.

Saudara-saudara, anda bisa lihat sendiri, ternyata film kita tidak kalah dari film luar negeri. Kita sebenarnya mampu berbuat apa saja, asalkan di beri kesempatan dan dana!" ujar Ratno Timoer. Kesempatan dalam film ini pula holeh Ratno di katakan sebagai suatu tantangan. "Benar-benar bung, ini suatu tantangan buat saya, kepercayaan yang diberikan Rapi Film, bung Gope Samtani rasanya beban berat buat saya. Dan Justru inilah saya akan mempertaruhkan segala daya dan kemampuan saya. Ini pertaruhan saya, karena itu kepada seluruh team pekerja dan segenap pemain saya memohon untuk bekerja keras dan sungguh-sungguh ,"ungkap Ratno serius. Mamang benar ia tampak selalu tekankan ini dengan suara lantangnya pada saat test dan shot, dengan menggunakan megaphone, yang selalu berada di dekatnya. Maklum medannya yang begitu luas, serta massa pemain yang mencapai 300an orang. 

PIetrajaya Burnama penulis skenarionya menyatakan bahwa film ini bukan sepenuhnya kelanjutan "Si Buta" karya Ganes TH, tapi sudah versi kami, yah versi Rapi Film ,"ungkapnya. Namun yang utama disini adalah tokoh utamanya "Si Buta" yang di kenal sebagai tokoh penyelamat suatu negeri, desa masyarakat dari kejamilam masyarakat, dar kezaliman pihak penguasa. "Nah dasar itulah yang coba kami kembangkan, - lanjutnya.

Adalah suatu desa yang rakyatnya merasa ketakutan dan di cekam kepanikan oleh kekuasaan sang raja, tuan tanah Raden Parna. Melalui pembantu-pembantunya, ia dengan seenaknya mengambil  hasil tani rakyat sebagai upeti . Bila tidak di penuhi, nyawa jadi tantangannya. 

Suatu saat lewat Si Buta. Ia di ejek dan dihina oleh komplotan penguasa raja. Si Buta dengan terpaksa memberontak dan melawan. Mereka berhasil di taklukkan. Penduduk desa mulai agak sedikit aman, karena seperti punya juru selamat. Malah mereka mulai berani melawan si centeng-centeng tuan tanah itu. Namun dalam kesempatan lain para jagoan itu muncul mencari Si Buta. karena tidak ada, malah penduduk  desa menjadi sasaran amukan mereka. Rakyat banyak  menjadi korban. Sehingga Si Buta terpaksa keluar dari sarangnya untuk menyerahkan diri. 

Begitu si Buta berada di Singgasara Raden Parna, tidak ampun lagi, Si Buta di hajar disiksa yang kemudian di buang ke kali. Seorang gadis desa  menemukannya dan merawatnya. Begitu di ketahui, Sarimbi dan orangtuanya Pagido menolong si Buta, maka Pagido mendapat tekanan lebih berat. Dan bila ingin bebas dirinya diminta menyerahkan putrinya pada raja. Mendengar ini, Sarimbi melarikan diri tapi berhasil di tangkap. Ia dipaksa untuk menari dan menghibur para jagoan. Kesudahannya, mereka juga di bunuh. Si Buta datang terlambat, namun Sarimbi sempat menceritakan siapa-siapa pembunuhnya. 

Tidak ada pilihan lain, Si Buta yang baru saja menyelesaikan pertapaanya erjun ke daerah kekuasaan Raden Parna untuk menuntut balas. Duel seru tak dapat dihindarkan. 

Persembahan gadis-gadis cantik kepada sang dewa, sebenarnya hanya tipu muslihat sang raja. Karena gadis-gadis itu tidak lain jadi "Santapan sang raja" yang sudah mengatur lobang persembahan  itu sedemikian rupa, dimana di bawahnya tersedia kamar khusus tempat pelampiasan nafsu bejatnya. Akhirnya kembali apa yang dikatakan Pietrajaya Burnama, "Bahwa semua kezaliman, pasti akan hancur", yah itulah etik moralnya. 


Sumber : Ria Film 2 sd 8 April 1986

Tuesday, July 29, 2025

SEMUA SAYANG KAMU


 SEMUA SAYANG KAMU, NOMINASI FFI 1989

NAMA PERUSAHAAN : PT. Sinar Permatamas Film
Penanggungjawab : Puji Agung
Cerita, Skenario, Sutradra : Ida Farida
Penata Kamera : Trasta Sembiring
Penata Artistik : Luftianes
Penyunting : S.K. Syamsuri
Penata Suara : Rizki Ichwan
Pemeran Utama Wanita : Neno Warisma, Uci Bing Slamet
Pemeran Utama Pria : Eeng Saptahadi, Dian Hasri
Pemeran Pembantu Wanita : Rina Hassim, Ade Irawan
Pemeran Pembantu Pria : ----

CERITA :

NURAINI melahirkan bayinya lebih awal dari KARTINI. Salahnya tia telah mengambil bayi dari kamar bayi untuk disusui tanpa seizin Suster Puskesmas. Sementara itu KARTINI mulai curiga karena bayi yang ada disisnya brambut hitam lebat, padahal dia tahu pasti bayi yang dilahirkan berambut tipis dan berdahi lebar.

Baik KARTINI maupun suaminya SURIPNO merasa yakin bahwa bayi mereka telah tertukar dengan bayi NURAINI. Kejadian itu segera di laporkan kepada suster untuk diadakan pemeriksaan kembali.

NURAINI menolak, dia tetap bersikeras bahwa bayi itu adalah bayinya sendiri. Apalagi setelah ada surat keterangan dari dokter yang menguatkan pengakuannya. Sambil menunggu proses selanjutnya KARTINI membawa pulang bayi yang berambut hitam itu. Tetapi karena usahanya gagal, maka bayi tersebut dikembalikan ke Puskesmas.

Sejak itu masalah tertukarnya bayi menjadi bahan pembicaraan orang, yang akhirnya sampai ke meja hijau.
Sidang yang berlangsung berbulan bulan berakhir dengan keputusan bahwa NURAINI dinyatakan bersalah karena telah menggelapkan bayi yang bukan haknya.

~sebuah film yang diangkat dari kisah nyata tentang tertukarnya bayi
Film ini masuk nominasi pada FFI 1989 sebagai :
1. Unggulan Film Terbaik
2. Unggulan Pemeran Utama Wanita Terbaik (Neno Warisman)
3. Unggulan Pemeran Utama Pria Terbaik (Eeng Saptahadi)
4. Unggulan Cerita Asli Terbaik (Ida Farida)
5. Unggulan Penata Artistik Terbaik (Lutfianus)
6. Unggulan Sutradara Terbaik (Ida Farida)
7. Unggulan Skenario Terbaik (Ida Farida)
8. Unggulan Penata Suara Terbaik (Rustam Effendy)

dan dari 8 Unggulan tersebut akhirnya yang membuahkan 1 Piala Citra melalui :

Penulis Skenario Terbaik (Ida Farida)

KIPAS KIPAS CARI ANGIN - 1989


KIPAS KIPAS CARI ANGIN - 1989

NAMA PERUSAHAAN : PT. Kanta Indah Film
Penanggungjawab : Handi Muljono
Cerita, skenario, Sutradara : Nyak Abbas Akup
Penata Kamera : F.E.S TARIGAN , M.A
Penata Artistik : Djufri Tanissan
Penyunting : Arturo GP
Penata Musik : Saut Sitompul
Penata Suara : Hartanto
Pemeran Utama : Raja Ema
Pemeran utama Pria : Eeng Saptahadi, Mathias Muchus
Pemeran Pembantu Wanita : Nurul Arifin, Ully Artha
Pemeran Pembantu Pria : Didi Petet, Deddy Mizwar, Djohan Djehan, Tile Bin Bayan

Cerita :
Setelah kawin lebih kurang setahun, BAWUK menyadari betapa runyam dan menderitanya hidup bersuamikan BADRUN yang tidak bekerja dan cuma enak-enakan ganti-ganti cewek. Sementara BAWUK membanting tulang mencari nafkah. Setelah mendapat "tuntunan" dari HINDUN istri ASMUNI yang sukses mengendalikan usahanya maupun mengendalikan suaminya, BAWUK yang tadinya penuut, bersikap lain terhadap BADRUN.

TILE adalah seorang yang bekerja di sebuah hotel megah membelakangi kampung di mana BAWUK tinggal, membawa harapan baru buat penduduk kampung tersebut, dan BAWUK untuk ambil bagian di pekerjakan sebagai TKW di Timur Tengah. BAWUK yang sudah ditinggalkan BADRUN sekedr ingin unjuk gigi ikut ambil bagian. Meski nampaknya dewi fortuna berpihak pada BAWUK, jalan menuju sukses tak semulus yang di harapkan. Dalam kontes, muncul tokoh IKAH yang menjadi pesaing ketat.

BAMBANG yang menyelenggarakan kontes ini dengan tujuan yang tidak terpuji yaitu menjadikan BAWUK sebagai umpan demi keuntungan pribadi.
Halangan rupanya belum juga sudah, BADRUN protes keras dan nyerocos dimana mana bahwa ia akan menuntut panitia yang tidak periksa apakah BAWUK sudah punya suami. Keadaan kembali runyam sebab BADRUN menuntut sejumlah uang juga akan membikin malu BAMBANG.
Tapi GEMO pembantu ASMUNI yang ceridik dan bersimpatik terhadap BAWUK menjadi penyelamat.

Kipas Kipas Cari angin dengan suradara Nyak Abbas Akup, seorang sutradara yang kerap membuat film-film tentang sindiran sosial.

Saturday, July 12, 2025

SINETRON ASMARA, CINTA PRAMUGARI PADA DOKTER MUDA, YANG PERNAH TAYANG DI RCTI


 ZARA ZETTIRA ZR, penulis skenario yang punya produktivitas mengagumkan, makin melaju setelah sukses besar lewat sinetron Janjiku (direncanakan membuat kelanjutannya , Janjiku 2), lalu Istri Pilihan kini diluncurkan sebuah drama serial karya tulisnya, Asmara. Produser Raam Punjabi dan mempercayakan pengarahannya pada Agus Elias. 

Di bintangi oleh Tamara Bleszynski, Dicky Wahyudi, Marini Zumarnis, Reynold Surbakti, Sarah Azhari, dan Primus Yustisio, dipertemukan dengan pemain kawakan seperti Deddy Sutomo, Titi Qodarsih, serta Fanny Bauty, yang kian memperkuat kubu Multivision Plus.

Tokoh utama kisah ini, Lila sang pramugari, diperankan oleh Tamara Bleszynski. Pasangannya si dokter muda Alvin oleh Dicky Wahyudi. Dua adik Lila, Mila dan Lisa di perankan oleh Sarah Azhari dan Marini Zumarnis. 

Perkenalan antara Lila dengan Alvin terjadi ketika si dokter muda terbang dari Surabaya ke Jakarta. Justru pramugari cantik mendadak pingsan karena kelelahan dan tekanan darahnya turun. Cekatan Alvin memberikan pertolongan. Dan sejak pandangan pertama mereka sudah saling tertarik. 

Kedatangan Alvin untuk memberikan kejutan pada sepupunya Abi, yang berulang tahun. Abi, remaja bermasalah, yang tinggal bersama ibunya, Shinta dan kakeknya, Pak Darmo. Di klab malam, Abi bertemu Mila yang jadi karyawati. Mengira Abi mencintainya, Mila menolak jodoh yang di anjurkan ibunya, Sundari. Bahkan ia menyebut dirinya hamil. Saking kesal Sundari mengusirnya. 

Mila minta pertolongan Abi. Di luar dugaan si pemuda menganggap mereka cuma berteman biasa saja. Di landa malu dan kecewa, Mila malah kena musibah berat. Ia disekap dan di perkosa. Putus asa, gadis muda ini nekad bu nuh diri. 

Peristiwa ini membuat keluarga Sundari Shock berat. Sementara Lila berduka, si bungsu Lisa, diam-diam bertekad membalas dendam atas kematian Mia. Satu-satunya bukti yang di temukan Lisa cuma sobekan potret wajah lelaki yang dibawa Mila. 

Takdir kemudian mempertemukan Lisa yang bekerja sebagai karyawati toserba, dengan Abi. Di balik sikap jinak-jinak merpati, Lisa hakekatnya ia tengah menyelidiki Abi yang di curigainya. 

Dalam pada itu kemesraan Lila dengan Alvin mendapat kendala dari orangtua si dokter. Demi cintanya, Alvin rela meninggalkan keluarganya. Padahal Lila sangat mendambakan kehidupan mewah. Daripada mesti hidup susah, lebih baik putus hubungan saja. Apalagi ada produser muda meniupkan angin sorga yang membuai angan angan muluk Lila.

Asmara merupakan sinetron yang tayang di RCTI sepanjang 15 episode menggantikan sinetron Bunga Sutra, mulai tayang pada 12 Oktober 1997